Cerita ini hanya Fiksi yang yang sengaja dihubung-hubungkan dengan kisah sejarah yang ada.

Beberapa lokasi dan sejarah diambil dari banyak sumber.

Typo dll harap Maklum

Harry Potter milik JK Rowling

Saya hanya Fans, Enjoy!

Hermione and The White Lady (Behind the True Story)

1.Manor Salford Tudor

Hermione sedang mendaki anak-anak tangga di Manor Salford Tudor. Ini berakhir seperti yang ia bayangkan beberapa hari yang lalu. Meskipun sedikit meleset. Setidaknya ia beruntung bisa berada disini dan segera mengetahui apa yang selama ini menjadi pikirannya.

Bermula ketika ia sedang melakukan patroli pertama di tahun ketujuh. Setelah kejatuhan Voldemort, Hogwarts dibangun ulang. Sepertinya Hogwarts sendiri juga berusaha memulikan dirinya. Sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk memperbaiki bangunan tersebut.

Malam itu ia sedang berjalan berdampingan dengan ketua murid laki-laki, Draco Malfoy. Yah, setelah Hogwarts resmi dibuka kembali, mereka semua harus mengulang tahun ajaran. Semuanya tanpa terkecuali. Rumor yang beredar tentang keluarga Malfoy memutuskan untuk memindahkan putra mereka ke sekolah sihir di Amerika, Ilvermorny. Salah satu sekolah sihir yang terbaik. Tetapi keputusan Malfoy junior tak dapat dicegah. Ia tetap memilih Hogwarts dengan dalih membalas budi karena sudah mau menerimanya kembali. Lagipula perbedaan asrama dan status darah sudah benar-benar dihapus. Belum tentu ia bisa mendapatkan penerimaan seperti ini disekolah barunya.

Mereka berdua sama-sama mengunci mulut. Tidak berbicara satu sama lain kecuali benar-benar mendesak. Hingga akhirnya ada seoraang anak perempuan tahun pertama yang tiba-tiba pingsan dihadapan mereka.

"Apa yang kau lakukan?", tanya Hermione sambil memandang Draco Malfoy marah.

"Hey, aku tak melakukan apapun", elak Draco yakin dirinya tidak pernah bertemu gadis ini sebelumnya.

"Tapi mengapa dia tiba-tiba pingsan melihatmu?", Tanya Hermione dengan pandangan curiga.

"Oh, ayolah Granger", gusar Draco. "Siapa sih yang tidak pingsan melihatku? Aku kan mantan Pelahap maut", sindirnya sarkastik.

Hermione memutar bola matanya. Selalu saja sok jadi korban, gerutu Hermione dalam hati.

Draco mengangkat gadis itu dan beriringan mereka membawanya ke Hospital Wings.

"Dia tiba-tiba pingsan", jelas Hermione pada madam Helena, asisten Madam Pomfrey.

"Kalian tunggu diluar", bisik Madam Helena sambil mengisyaratkan mereka untuk keluar ruangan. "Sebentar lagi dia akan siuman. Tapi dia butuh istirahat. Setelah siuman aku akan memberikan beberapa ramuan".

Hermione dan Draco mengangguk bersamaan kemudian mereka berjalan menuju bagian luar Hospital Wings. Mereka masih saling mengacuhkan meskipun tidak lagi bermusuhan bukan lantas membuat mereka menjadi berteman seperti yang Draco dan Harry lakukan. Setelah peristiwa perang besar berakhir keluarga Malfoy memang mengunjungi Harry secara khusus untuk meminta maaf.

"Sebaiknya kita kembali", bisik Draco memecah keheningan. "Tak ada yang bisa kita lakukan disini".

Hermioe bergeming. Diam-diam dia berpikir, baiklah taka da yang bisa dilakukan lagi. Daripada terjebak dalam suasana awkward lebih baik mereka segera melanjutkan patrol. Hermione mengangguk kemudian mereka berjalan beriringan menyisiri lorong Hospital Wings sebelum kemudian suara teriakan terdengar.

Hermione dan Draco segera berlari kembali menuju Hospital Wings. Sesuatu sedang terjadi. Tak lama lagi mereka berdua akan terjebak dalam petualangan yang lebih seru daripada melawan Pangeran Kegelapan, Voldemort.

"Granger, apa kau sudah gila?", tuntuk Draco Malfoy sambil berjalan lambat mengikuti gerakan Hermione Granger di depannya. Draco melihat gadis itu bersemangat bahkan terlalu bersemangat untuk sebuah misi. Misi bunuh diri, aku Draco dalam hati.

"Jangan merengek seperti bayi, Malfoy", seru Hermione sambil menghentikan langkahnya. Gadis itu menatap lelaki yang sedang berjalan lambat di belakangnya. Memicingkan mata mencoba mencari ketakutan diwajah musuh bebuyutannya itu.

"Kau tau ini konyol dan tak masuk akal", gumam Draco Malfoy yang dibalas pelototan oleh Putri Gryfindor itu.

"Kau bisa pulang dan mengadu pada orang tuamu", geram Hermione sambil mempererat cengkraman pada tongkat sihirnya.

"Ok, good", seru Draco sambal terus berjalan melewati gadis itu. "Kita lihat apa yang bisa kita lakukan disini sebelum aku mengadu".

Hermione geram tidak karuan. Bukan dia yang mengajak cowok pirang itu menemaninya. Nyatanya cowok itulah yang memaksa ikut. Kemarin setelah mereka bertemu dengan gadis Ravenclaw yang pingsan di koridor, mereka menginterogasinya. Ternyata apa yang membuat gadis itu pingsan membuat mereka berdua bergidik.

Gadis itu seorang pure blood keturunan peramal. Sebelum bertemu Hermione malam itu dia sempat bermimpi beberapa malam sebelumnya. Ia melihat Hermione disini, di Manor Salford Tudor menggunakan pakaian pengantin era abad ke 16. Yang ia yakin 100% itu bukanlah sang Putri Gryfindor. Tetapi gadis yang memakai pakaian pengantin itu sangat mirip dengannya. Ia yakin sesuatu terjadi sebelum tiba-tiba gadis itu meloncat dari balkon dan membuatnya terbangun tiba-tiba membuatnya mengeluarkan banyak keringat dan jantungnya berdegup dengan kencang. Ia masih mengingat dengan jelas gambaran itu ketika ia bertemu dengan Hermione di koridor malam sebelum semuanya tiba-tiba gelap.

"Selamat malam, nona Hermione Granger dan tuan Draco Malfoy", sapa seorang pria berusia awal 30an dengan logat Spanyolnya yang kental. Kehadiran pria itu sendiri sudah lama Draco dan Hermione nanti. Kurang lebih 15 menit lalu sebelum memutuskan dengan lancang masuk ke dalam Manor Salford Tudor tanpa ijin. "Antony Bernado", sapa pria itu sambil menyalami mereka satu persatu.

"Maaf saya terlambat", ucapnya sambal mebungkuk pada mereka. Hermione hanya mengangguk sekilas. Draco acuh masih memperhatikan ruangan besar yang mereka jelajahi. "Ini ketidak sengajaan. Tiba-tiba mobil saya berhenti ditengah jalan. Well, saya lihat anda berdua sudah masuk lebih dulu. Bagaimana kalau kita lanjutkan perjalanan?".

Tawaran tersebut langsung disambut hangat oleh keduanya. Bagaimana tidak, bangunan ini meskipun telah mendapat perhatian dan perbaikan disana sini tetap saja menyimpan sesuatu yang agak mistis di dalamnya. Secara kasat matapun bisa terasa perbedaan aura yang menguar disetiap sudut ruangan.

"Saya ingin tau sejarah lengkap gedung ini", ucap Hermione mantap lebih seperti perintah daripada permintaan. Draco hanya mendengus sambal tertawa mengejek. Tapi diam-diam dia setuju dengan permintaan gadis tersebut.

"Ini bukan cerita yang benar-benar bagus. Tapi sejarahnya yah tidak semua benar-benar tau bagaimana sejarah bangunan ini mengingat bangunan ini telah diperjualbelikan beberapa kali dalam kurun waktu yang sangat lama sebelum berakhir menjadi bangun sejarah dan museum", jelas Antony sambal mengantar mereka berkeliling.

Ordsall Balai dulunya parit Tudor Mansion dan meskipun bagian tertua dibangun selama abad ke-15 telah ada sebuah rumah di situs selama lebih dari 800 tahun. Dimiliki oleh keluarga yang sama selama lebih dari 300 tahun, Manor ini menyandang keunggulan dari banyak gaya arsitektur yang berbeda.

Perang sipil memainkan peran dalam perubahan nama setelah pemilik royalis dipenjarakan dan keluarga menderita kesulitan keuangan yang parah dan Mansion dijual berkali-kali selama abad berikutnya. Pada akhir akhir abad ke-19 parit itu kemudian sudah tidak ada lagi dan bangunan itu dikelilingi oleh ladang dan hutan.

Ordsall Hall telah memainkan peran penting dalam sejarah lokal dan telah digunakan untuk berbagai tujuan dan dibeli oleh Salford Corporation di tahun 1959 dan dibuka untuk umum pada bulan April 1972 sebagai periode Rumah dan Museum Sejarah Lokal

Ordsall Hall adalah Tudor mansion sebelumnya parit atau kolam yang mengelilingi Manor, bagian tertua yang dibangun pada abad ke-15, walaupun sudah ada rumah di situs ini selama lebih dari 750 tahun. David de Hulton tercatat sebagai pemilik asli, di 1251. Manor Ordsall menjadi milik keluarga Radclyffe di sekitar 1335, tapi tidak sampai 1354 bahwa Sir John Radclyffe mewariskan banguan tersebut.

Selama tahun1340-an Sir John Radclyffe berkampanye dengan Edward III di Perancis, mengkhususkan dirinya di pertempuran Caen, krasi dan Calais. Sebagai imbalan atas jasanya, raja memperbolehkan Sir John mengambil beberapa penenun Flemish kembali ke Ordsall real, di mana ia membangun cottage bagi mereka untuk tinggal. Keterampilan penenun Inggris dari Manchester dianggap memiliki kualitas buruk, sehingga penenun Flemish dipekerjakan dalam mengajar para penenun lokal. Mereka juga memulai sebuah industri tenun sutra, dasar untuk industri kapas.

Aula Cruck digantikan oleh Great Hall hadir pada tahun 1512, setelah Sir Alexander Radclyffe diangkat menjadi pimpinan Sheriff of Lancashire. Aula Besar yang dibangun pada waktu itu di barat laut Inggris, meskipun salah satu yang terbesar, dan tidak biasa untuk periode yang tidak memiliki perapian dinding. Lorong memiliki struktur atap yang rumit, sama seperti Rufford Old Hall.

"Sejarah itu telah kami baca di perpustakaan", potong Hermione membuat Draco maupun Antony tersentak karena gadis itu tiba-tiba terdengar tidak sabar. "Saya ingin mendengar cerita yang….. agak mistis", sambung gadis itu.

"Well", Antony tiba-tiba merasa bulu kuduknya meremang. Ia menjadi penjaga di Manor ini sejak beberapa tahun yang lalu tapi tetap tidak bisa mengindahkan perasaan tidak senangnya dengan segala kejadian mistis di tempat ini. "Ini agak… well… banyak orang yang datang ke tempat ini lebih suka mendengar bagian mistisnya daripada bagian sejarahnya", guman lelaki itu sambal tertawa ironi.

"Saya tidak bermaksud membuat anda bosan", katanya kemudian. "tetapi kejanggalan mistis bisa kita temukan dimana saja. Tidak hanya ditempat ini".

"Ceritakan tentang pengantin wanita", tiba-tiba mata lelaki itu melotot. Tidak mungkin, serunya dalam hati. Kenapa dia baru menyadarinya? Salahkan pencahayaan yang redup. Ditatapnya gadis itu berkali-kali. Ya, memang mirip sekali minus rambut coklatnya.

"Ada… banyak kejadian", ujar Antony tak yakin hendak memulai ceritanya. Tangannya berkeringat dingin. Matanya sedikit-sedikit mencoba melirik Hermione, berusaha menenangkan diri dan memastikan gadis itu benar-benar manusia. "Diatas, di loteng tepatnya, adalah sebuah tempat terlarang bagi pengunjung. Bahkan bagi sebagian besar pemelihara Manor", lanjutnya. "Ini bukan seperti ketika anda memulai cerita horror atau apa. Tapi begitulah kenyataannya. Bahkan saya sudah berada disini selama kurang lebih 4 tahun dan hanya beberapa kali mengunjungi loteng atas. Awalnya saya seperti anda berdua, penasaran. Tapi percayalah, ketika melihat semua kejadian dengan kedua mata sendiri anda pasti akan meragukan rasa penasaran anda. Barangkali setelah itu anda menjadi pengecut. Beberapa orang penjaga sebelum saya hanya bertahan selama kurang lebih 6 bulan setelah 1 kali bertemu langsung dengan dia. Disana tempat bersemayam Miss Margaret Radclyffe yang meninggal pada tahun 1599. Lebih dari 4 abad yang lalu. Tetapi dia masih disini. Maksud saya dia masih berada di loteng dan tak pernah pergi. Tak ada yang tak mengetahuinya, dia seperti benar-benar nyata. Berpakaian pengantin dan masih menatap sedih ke seluruh ruangan. Tidak selalu menampakkan diri tetapi seringkali menampakkan diri ketika kami, para pengurus Manor maksud saya, mengunjunginya".

Draco bergidik ngeri. Inilah yang tidak ia sukai dari Hermione Granger. Gadis itu mencoba bersikap tenang bahkan disaat seperti ini. Ketika gadis Ravenclaw mengatakan sebuah kemungkinanadanya hubungan antara Hermione dan sang Lady, Hermione langsung menyambar kesempatan dan bersiap menuju Salford Tudor sendirian. Draco tak dapat menghentikan rasa penasarannya juga. Ia memaksa ikut. Lagipula, entah kenapa dia sangat tidak rela ditinggalkan Hermione berpetualang sedang dia sendiri terjebak di kastil Horgwarts. Bulan Desember datang, rencana kepulangan libur Natal mereka tangguhkan. Ada yang menanti di Manchester Citty dan mereka memulai petualangan berdua. Start dari Diagon Alley, mereka menuju kota muggle menggunakan transportasi umum. Tiba di Manchester pukul 3 sore. Membuat janji temu dengan Guide House Manor Salford Tudor esok hari. Mereka terpaksa menginap di penginapan Muggle bernama Hotel.

Atau begitulah kedengarannya, Draco tidak benar-benar yakin. Berbeda dengan penginapan khas dunia sihir, penginapan ala muggle ini terkesan hangat dan bersih. Benar-benar bersih. Beberapa orang pelayan wanita membersihkan kamar sebelum mereka tempati. Tidak ada peri rumah, hanya pelayan penginapan yang bergaya classy. Modern. Draco menyukai apa yang diamatinya. Berharap Manor Malfoy bisa diubah dengan gaya simple modern ala muggle ini, meskipun tak yakin kedua orang tuanya mengijinkan.

Berbeda dengan Manornya yang terlihat mewah dan Clasik, penginapan ini menarik dengan gaya sederhana. Sebuah tempat tidur King Size bersprei putih, Dua buah bantal persergi berisi entahlah, sepertinya bukan bulu angsa seperti miliknya di Manor. Lebih empuk dan nyaman. Selimut tebal seperti biasa, warna putih juga dengan 2 lapisan. Kemudian disudut ruangan terdapat televisi, Draco tau benda itu. Yang bisa merekam kegiatan manusia dan berisi orang-orang yang menyanyi di tempat-tempat tak lazim. Terkadang lagu-lagunya bagus, menarik tapik terkadang juga menjemukan. Lebih banyak berisi tentang cinta dan patah hati. Entah kenapa Muggle begitu menyukai drama, karena sepanjang ia menekan-nekan remotenya lagi-lagi cerita romansa yang sedang diputar. Kamar mandi berada di samping tempat tidurnya. Draco tersenyum simpul, kamar mandi itu hanya disekat oleh kaca tanpa penutup. Draco bisa melihat apa saja di dalamnya tanpa batasan. Ketika ia masuk kamar mandi, di dalamnya terdapat sebuah ruangan tambahan. Kloset, yang tertutup pintu kaca yang dilapisi stiker buram. Wastafel adalah pemisah antara kamar mandi shower dan kloset duduk. Menarik, gumam Draco dalam hati.

Draco bersyukur mereka mengunjungi Manor Salford Tudor di siang hari. Meskipun tidak bisa mengenyahkan perasaan gusarnya. Demi Merlin, sejak awal Granger mengajaknya masuk ke dalam Manor, Draco selalu merasa diawasi. Meskipun tangannya sudah membeku dia pantang mengakui jika ia takut. Alasan sebenarnya mengapa ia merasa ketakutan, penglihatan gadis Ravenclaw itu.

"Apa yang membuat gadis itu mati?", Tanya Hermione tanpa basa basi. Draco mengecam pilihan kata mahluk cantik di depannya. Minus sopan santun.

"Broken Heart", jawab Antony sambil berdiri tegak. "Apalagi yang membuat seorang gadis bunuh diri?", tanyanya sarkastik.

"Maksud anda dia Broken Heart dihari pernikahannya?", desak Hermione ingin tau. Gadis itu sudah mendapat informasi. Ia harus mendapat lebih lagi.

"Well, kalau menurut anda memakai pakaian Pengantin untuk bunuh diri, Tidak. Dia tidak menjalani pernikahan. Belum dan itu masih lama. Rencananya ia akan menikah. Tapi masih beberapa minggu atau bulan berikutnya sebelum dia bunuh diri. Tidak tau apa sebab pastinya. Beberapa orang mendengar teriakan dari atas balkon dan kemudian mereka mendapati miss Margaret terjatuh di bawah balkon, tepat masuk kedalam parit".

"Bagaimana anda menyimpulkan itu karena Broken Heart?", tuntut Hermione tidak sabar. Bagaimana mungkin orang-orang mengasumsikan kematian itu berdasarkan broken heart tanpa bukti yang jelas? Pikir Hermione.

"Begini, Miss Granger", jawab Antony dengan nada sedikit tinggi. Mungkin dia sudah lelah menghadapi Granger, eh? Pikir Malfoy dengan senyum kecut.

"Seperti yang saya katakan tadi, Miss Margaret atau Lady White kami menyebutnya, masih berada di tempatnya, di Loteng", lanjutnya kemudian. "Anda bisa bertanya padanya seperti anda bisa bertanya pada saya. Tapi tak pernah satu kalipun ada yang berani bertanya. Yang saya katakan ini sepenuhnya cerita turun temurun yang sudah lama beredar. Dan mengenai kebenarannya? Selama ini saya yakin tidak ada yang menyangsikan cerita tersebut".

Hari itu mereka memutuskan untuk kembali ke Hotel. Sepertinya Hermione menangkap nada gusar Antony dan tidak bertanya apa-apa lagi kemudian.

"Apa yang kau pikirkan?", Tanya Draco ketika melihat Hermione mondar-mandir dihadapannya. Gadis itu tiba-tiba berkunjung ke kamarnya membuatnya tak nyaman lalu berjalan mondar-mandir membuatnya bertambah bingung.

"Malam ini kita kesana", ucap Hermione yang lagi-lagi lebih mirip sebuah perintah.

"Dan kenapa aku harus?", tuntut Draco.

"Kau sudah ada disini, apalagi yang harus dilakukan kecuali ikut", gerutu Hermione. Dalam hati gadis itu benar-benar was-was. Takut jika Draco menolak. Sebenarnya dia juga takut melakukan ini, tapi dipikir-pikir ini hanya Hantu. Dan Hogwards dikelilingi oleh banyak hantu. Apalagi yang harus ditakutkan?

"Baiklah", ujar Draco pasrah. Sebenarnya diam-diam ia khawatir jika Hermione harus melakukan semua ini sendiri.

"Malam ini Draco, pukul 10, kita akan beraparate kesana", ucap Hermione sebelum menghambur kearah pintu keluaar.

Damn, sialan Granger. Kenapa harus malam hari? Voldemort mungkin kejam, tapi hantu? Ia tidak tau lagi harus berbuat apa jika menghadapi hantu.

TBC

Part 2 akan segera saya upload. Mohon review