Luhan. Seorang gadis, anak pertama dan terakhir dari orang tuanya. Lahir di desa namun lama hidup di kota. Hidup seorang diri di sebuah bilik kecil rumah kontrakannya, orangtuanya telah meninggal sejak kecil dan sisa masa kecilnya ia habiskan bersama sang nenek yang kemudian meninggal dunia setelah ia berhasil lulus dari sekolah menengah pertama. Dibantu paman dan bibinya, ia akhirnya tinggal disana untuk kurun waktu beberapa bulan, namun memilih hidup mandiri kemudian yang sempat dibantah oleh keduanya. Keduanya banyak membantu untuk beberapa biaya yang tak mampu Luhan tangani walau ia punya pekerjaan part time.
Luhan mengemas seluruh perlengkapannya, dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Ia melihat jadwal hariannya yang berada di tembok dekat meja makannya sambil membuat susu.
"Pulang jam 2, ada part time jam 4 sampai jam 8. Oke." Ia bermonolog kemudian meminum segelas susunya sampai habis, melihat arlojinya dan buru-buru bersiap karena bis akan tiba beberapa saat lagi di halte.
Ini di depan sekolahnya, diantara semua murid entah mengapa ia merasa paling buruk rupa. Ya, pakaian yang sederhana dan wajah yang tanpa make up rambutnya juga tidak terikat dengan baik dibandingkan dengan gadis-gadis disini tentu saja ia sangat kalah jauh. Tapi lupakan tentang perihal semua kesedihan dan perjuangan hidup yang ia rasakan, karena itu tidak penting lagi ketika dia melihat seorang lelaki tinggi, berbahu tegap, berwajah keras, berdagu tegas dengan bibir kecil yang sedikit tersenyum padanya.
"Sudah sarapan?" suaranya lucu namun juga lembut membuat hati Luhan berdebar dan tubuhnya gemetaran.
Luhan mengangguk menjawab , "segelas susu."
"Apa itu bisa dianggap sarapan? Hanya segelas susu?"
Luhan kembali mengangguk.
"Kau mau makan roti di kantin? Susu tidak akan membantumu sampai jam istirahat datang." Tanpa mau mendengar jawaban Luhan, dia langsung menariknya menjauh dari sana menggenggam tangan yang lebih mungil dari miliknya itu.
Namanya Oh Sehun, Luhan mencintainya dan dia adalah pacarnya. Seorang terpintar di kelas, Luhan menyusul dibawahnya. Guru-guru bilang mereka sangat serasi dan memuji mereka karena hasil belajar yang selalu memuaskan. Meski semua orang bilang bahwa kencan mereka mungkin membosankan karena, hell… betapa seringnya mereka ke perpustakaan, tapi baik Luhan maupun Sehun tidak terlalu memperdulikannya, mereka menikmati bagaimana belajar bersama, menyelesaikan tugas bersama dan menjalin kasih hanya seperti ini ,itu sudah cukup.
.
.
Pada suatu malam, dimana pesta tengah dilaksanakan. Ini adalah pesta ulang tahun mewah dari Kim Junmyeon. Sehun dan Luhan ikut serta didalamnya, Kim Junmyeon atau orang bilang Suho adalah seorang ketua kelas dikelas HunHan, dan dia orang kaya.
Pada awalnya semua berjalan baik-baik saja, sampai Kris Wu memiliki ide yang menyenangkan untuk mereka lakukan, yaitu mengerjai dua orang terpintar di sekolah. Kris mengajak HunHan menuju kesebuah hotel dan memberikan mereka minuman yang didalamnya terdapat obat perangsang, dia bukan orang jahat mereka bahkan berteman baik hanya saja, kedua temannya itu terasa begitu membosankan dan mereka harus mencoba sesuatu yang bagaimana sepasang suami istri lakukan. Ia meninggalakan HunHan berdua di dalam kamar dengan pintu terkunci. Sementara HunHan sama sekali tidak menyimpan rasa curiga.
Sehun meneguk air yang diberikan Kris barusan, sebab pesta membuat tenggorokannya kering. Ia juga membagi air itu pada Luhan sehingga mereka menghabiskannya bersama.
Beberapa menit kemudian, Sehun merasa kepanasan.
"Tidakkah, ACnya menyala?" ia bangkit dari sofa duduk mengecek.
"Ya akupun merasa panas, Sehun-ah"
ACnya menyala bahkan seharusnya mereka kedinginan sekarang, namun peluh mengucur deras, ia tidak tau apa yang telah terjadi maka ketika ia melihat kamar mandi ia langsung memutuskan untuk pergi kesana dan mendinginkan dirinya dibawah air.
"Lu, jangan kemana-mana aku mandi sebentar." Luhan mengangguk sambil ia mengipasi dirinya sendiri
Sehun keluar kemudian ia terlihat lebih segar dari fisik, namun tidak dengan energinya ia berjalan membungkuk dan duduk dibawah kasur berkarpet. Kini Luhan menuju kamar mandi untuk mendinginkan tubuhnya ia segera menguncinya dan menghidupkan air didalamnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya Luhan sangat ingin menyentuh dirinya, ia menatap refleksi dirinya dicermin, melihat dua buah dadanya yang menggantung dan ia meremasnya sebentar sebelum sadar itu hal memalukan. Maka ia segera mengguyur dirinya hingga air dingin itu menyentuh kulitnya.
Ketika ia keluar, Luhan melihat Sehun telah berbaring dilantai sambil menggeliat tidak jelas. Ia kemudian mendekat untuk mengetahui apa yang tengah terjadi. Sehun terlihat benar-benar lemas dan kesakitan sementara selangkannya sangat jelas bahwa ia tengah ereksi.
"Lu…"
Matanya sayu, menginginkan Luhan sangat berlebihan.
"Sehun-ah, kau kenapa?"
Sehun mencoba bangkit dan menyandarkan tubuhnya pada pinggir kasur.
"Lu, carilah kuncinya dan cepatlah keluar. Kau ada dalam bahaya bersamaku." Sehun kembali mengerang kesakitan.
Bukannya malah pergi, Luhan mendekatinya lebih rapat melihat Sehun dengan keringat yang mengucur wajah yang berkilau Luhan horny ditambah dorongan panas dalam tubuhnya. Ia menginginkan Sehun, menjilat bibirnya Luhan mulai dengan bibir kecil Sehun, nafas Sehun tersengal bahkan bernafas terasa susah.
"Shit Luhan! Aku sudah peringatkan kau!"
Sehun membanting Luhan diatas karpet, memanggutnya kasar hingga bibirnya sedikit terluka ia tidak sabaran hormonnya sangat tinggi ia kemudian mencium bagian leher Luhan membuat perempuan itu menangis kenikmatan, desahan Luhan sangat seksi, karena itu Sehun sangat horny. Sehun merobek gaun yang Luhan kenakan dan membuka dua cup pengaman payudara itu, ia bahkan tak sempat memikirkan seberapa besar ukurannya karena pada saat ini tangannya telah meremas keduanya, mulutnya bersiap-siap untuk menghisapnya. Luhan kembali menjerit dia tidak pernah berpikir betapa nikmatnya mulut Sehun mencumbunya, Luhan menekan kepala Sehun sambil mengeluarkan nafas yang berbalapan dengan Sehun.
Sehun tidak waras sekarang, ia telah mengeluarkan penisnya dan siap membelah tubuh Luhan. Untuk kesekian kalinya Luha menjerit dan kali ini begitu keras, menahan bagaimana sakit dan berpkir bahwa itu nikmat kini. Tubuhnya terhentak di karpet bayangan Sehun diatasnya sangat tampan dan perkasa, bergerak dan menikmati tubuhnya dipermainkan oleh Sehun, hanya itu yang dapat ia pikirkan kini.
"Sehun ahhh ahahhh, sakithhhh. Engghhh terusshhh ahhh sakithh Sehunahh."
.
.
Luhan terbangun dipagi hari, menemukan dirinya ada diatas tempat tidur dengan tubuh yang telanjang bulat, ia mencoba menggapai pakaiannya namun benda tersebut telah robek. Area kewanitaannya benar-benar nyeri kini, tapi sebisa mungkin ia merangkak untuk menutupi tubuhnya dengan selimut dan kembali berbaring mengiistiratkan tubuhnya yang sangat lelah. Disampingnya, Sehun masih terlelap. Luhan tentu saja bukan orang bodoh yang masih bertanya apa yang mereka lakukan tadi malam, ia sadar betul namun akal sehatnya tenggelam oleh hasrat yang sangat mendorongnya, ia bisa merasakannya juga pada Sehun. Pria itu terlihat begitu berbeda, bukan sebagai pria dengan prilaku yang lembut seperti biasanya.
Tidak ada penyesalan yang datang di awal, Luhan merasa bahwa ia kini bukan lagi seorang gadis polos yang bahkan tidak pernah menyentuh dirinya sendiri disaat teman-temannya melakukannya, ia hanya berpikir kini apa yang seharusnya ia lakukan dan bagaiamana cara ia bersikap setelah ini. bagiamana jika ia mengandung anak Sehun, sebab Luhan yakin bahwa Sehun tidak hanya klimaks sekali di dalam dirinya, apa seorang Oh Sehun mau bertanggung jawab padanya. Keluarganya adalah orang terpandang, sementara ia bukan siapa-siapa dan tentu saja terlalu mudah untuk di campakkan. Luhan menangis mengingatnya, tubuhnya terasa berbeda berat ada di dadanya matanya amat perih dan cairan di matanya kini menemani paginya.
Disebelahnya Sehun menggeliat, baru menemukan kesadarannya. Ia merubah posisinya menyamankan tubuh telanjangnya kini, perlahan matanya tebuka menemukan Luhan yang memandang kosong pada langit-langit kamar, Sehun menatapnya untuk sebentar dan kemudian kepalanya mengingat kejadian yang terjadi malam tadi.
"Lu…" sapanya begitu lembut, seakan-akan nama itu mampu membuat jantungnya terhantam. Luhan menoleh padanya dengan sisa air mata di pipinya, sambil tersenyum ia mengucapkan selamat pagi padanya, secara berbarengan dua kali menghantam dadanya. Hatinya sangat sakit melihat bagaimana kini Luhan berbaring disampingnya, bertelanjang dengan sisa merah kebiruan di sekitar leher dan dadanya, ia yakin bukan hanya disana ia membuatnya namun diseluruh tubuh perempuan itu yang kini ditutupi selimut.
Sehun merangkak mendekat untuk memeluk gadis itu, ia gemetar dengan apa yang dilakukannya pada Luhan.
"Lu, maafkan aku. Aku sungguh-sungguh minta maaf." Luhan membalas pelukan itu tak kalah eratnya.
"Ini bukan sepenuhnya salahmu, Sehun-ah."
"Tidak, semua yang terjadi padamu hari ini adalah salahku. Semuanya!"
Luhan menggeleng dalam pelukannya, "Lu, apapun yang terjadi setelah ini padamu aku harap tidak ada satu rahasiapun yang kau sembunyikan, jika memang setelah ini kau mengandung aku siap untuk bertanggung jawab untukmu!" Luhan tersenyum mendengar jawaban itu, bebannya sedikit terangkat mengingat Sehun mau memperlakukannya dengan begitu penuh cinta.
"Terima kasih Sehun-ah, walaupun mungkin semalam adalah sebuah kecelakaan. Tapi satu hal yang membuatku sedikit lega adalah, aku memberikannya pada seseorang yang benar-benar aku cintai sekarang."
Sehun melepaskan pelukan mereka, menatap Luhan dalam dan tersenyum.
"Bagaimanapun, mulai sekarang hubungan kita akan jauh lebih dekat daripada yang sebelum-sebelumnya. Aku juga mencintaimu Luhan."
TBC
Apakah ini layak untuk lanjut? Adakah yang tertarik?
Please review agar aku tau kkk…
