You

Konnichiwa minna-san :D ettou, ini fanfic pertama yang aku bikin. Jadi kalo ada banyak kesalahan seperti ooc, bahasa, atau salah ketik disana-sini... hountoni gomenasai . mudah-mudahah fic yang kubuat mudah dimengerti(?) dan silahkan dinikmati yaaaa ^w^)b

-Story-

Akashi's POV~

Haaah, bosan juga lama-lama. Semuanya, tidak ada yang membantahku. Iya sih, aku yang bilang kalau aku absolute... tapi kalau ada orang yang membantah perintahku, atau berani padaku kan akan lebih seru. Bug! Aku menabrak seorang lelaki berbadan besar, ia tampak kesal dan mencari siapa yang menabraknya,

"oy, siapa sih yang menabrak ku?" katanya dengan wajah yang sangar.

"aku," balasku singkat

"sia—oh Akashi-samma! Su-su-sumimasen ! A-akashi-samma gapapa kan? Apa ada cedera?" berlebihan sekali dia.

"tidak," ia menatapku dengan takut dan gemetar. Haaah, padahal aku yang menabrak. Semua reaksi orang sama saja.

"ah, baguslah kalau begitu. Sa-saya permisi dulu ya ka-kalau begitu," lalu aku mengangguk. Ia pun pergi sambil membungkukan badannya dan saat sudah melewati ku, ia langsung lari secepat mungkin. Hmmm, aku ingin bertemu orang yang berbeda, tidak seperti mere—bug! Aku menabrak orang lagi karena memperhatikan lelaki tadi. Kali ini yang kutabrak perempuan yang membawa setumpuk buku. Ia tampak kesal melihat bawaannya jatuh, lalu ia melihatku dengan tatapan yang sama seperti melihat bukunya yang jatuh. Ia mulai berbicara kepadaku,

"hei kau," katanya menaikan nada suaranya. Heee ternyata ada juga yang seperti ini...

"kenapa?" balasku singkat

"kau tidak minta maaf? Kau menabrak ku jelas-jelas. Lihat perbuatan mu!" katanya menunjuk buku-buku yang berserakan itu.

"maaf? Kenapa harus?" aku heran dan... ya, agak salut dengan kelakuannya.

"ya harus! Kau diajari sopan santun oleh orang tua mu kan?" katanya makin menaikan nada. Boleh juga dia, tapi membuatku kesal juga sih.

"heee, kau tidak tahu aku siapa?" aku melihatnya dengan wajah datar.

"kau? Siapa? Cuma orang kan, memangnya kenapa?" sepertinya dia tidak tahu siapa aku. Menarik juga dia. Aku mendorongnya ke tembok terdekat dan menarik kerahnya, dan mengancamnya dengang gunting (darimana guntingnya aku juga bingung ._.)

"ingat ya, aku Akashi Seijuurou. Jangan lupa," entah bagaimana aku menancapkan gunting itu di tembok. Ia diam dan menunduk, haaaah... harusnya aku bermain dulu dengannya. Kalau begini kan sudah hilang yang seperti ini... aku pergi berjalan meninggalkannya. Sekali aku menoleh ia masih diam. Hmmm, mungkin aku terlalu kasar. Mungkin aku perlu menoleh la— whussss gunting yang tadi tertancap di tembok melewati depan mukaku. Aku kaget dan melihatnya sedang geram,

"terus? Kalau kau Akashi Seijuurou kenapa?" ia berteriak keras sekali sampai orang dari perpustakaan keluar untuk melihat. Aku masih terkejut dengan kelakuannya tadi. Ia menunjuk dirinya sendiri dan berteriak lebih keras dari yang tadi,

"ingat namaku juga kalau begitu, aku (Nama lengkap reader). Jangan lupa juga!" ia membereskan bukunya dan pergi. Aku diam saja karena kaget, orang-orang bergantian memperhatikannya dan aku. Aku tersenyum saja dan melanjutkan jalanku. Hmmm, menarik... siapa tadi? (reader) yaaa...

Reader's Pov~

Siapa dia? Aka- apa? Tau deh. Ternyata masih ada juga orang seperti itu. Memangnya hanya sebut nama saja aku takut? Iya sih takut, soalnya main gunting. Tapi siapa sih memangnya dia? Si aka aka itu?

"(Reader)-san ! Oyy! (reader)-san !" ah rupanya itu salah satu teman sekelas ku.

"ah, Sasaki-san [ini oc] nani?" ia bernapas tanpa aturan, keringatnya bermunculan membasahi wajahnya.

"tadi kamu ribut sama Akashi-sama kan?" oh, namanya Akashi ternyata. Bentar, hah? -Sama?

"kok '-sama'? emangnya dia siapa?" aku penasaran kenapa ia memanggilnya '-sama'

"dia itu ketua osis, kapten basket, anak pemilik perusahaan *peep* /sensor/ , dan motto nya itu..."

"motto nya?"

" 'aku itu absolute' keren sih, tapi agak yandere. Makanya jangan bermasalah sama dia! Pokoknya kalau kamu di panggil ke ruangannya..."

"kalau aku dipanggil ke—" tenenet tiba-tiba bel pengumuman berbunyi. Aku memberikan tanda diam ke Sasaki-san. Ia mengangguk juga mau mendengarkan.

"untuk (nama lengkap reader) harap datang ke ruang ketua osis segera," terdengar suara Akashi menyebut namaku. Sasaki-san melihatku dengan tatapan 'aku mendoakan keselamatn mu, teman' itu. Urghhhh aku tidak mau datang ah, malas.

"(reader)-san, kenapa tidak pergi ke ruang osis?" Sasaki tampak heran melihatku tetap diam di depannya.

"tidak ah, malas. Kalau dia perlu seharusnya dia kan langsung datang saja kepadaku,"

"heee (reader)-san nyali mu hebat juga ya,"

"tentu saja... lagi pula untuk apa takut dia kan Cuma manusia bia—"

"diulangi, harap (nama lengkap reader) datang ke ruang osis segera dalam hitungan lima detik. Kalau tidak aku akan menyebarkan lewat speaker kejadian mu di sekolah lamamu, satu... dua..."

Oke. Kutarik, dia bukan manusia biasa. Tapi iblis. Aku berlari sekencang mungkin ke ruangan ketua osis. Aku membuka pintu itu dengan kencang dan melihat Akashi masih di depan speaker. Ia membawa secarik kertas yang sepertinya siap dibacakan. Sial, ternyata kalau aku tidak datang dia sungguh-sungguh akan menyebarkannya. Aku berlari masuk dan berusaha merebut kertas itu. Namun, ia mengangkat kertas itu tinggi-tinggi. Aku meloncat dan tidak sampai, aku memegang pundaknya untuk tumpuanku melompat (ngerti kan ya ._.) tapi tetap tidak sampai. Sial, aku ini pendek sekali sih ukhh... ok, dia udah cukup membuat ku kesal untuk satu hari ini,

"apa mau mu sih?" aku geram dan membentaknya. Ia menatapku dan memegang tanganku yang terulur untuk mengambilnya.

"aku mau kamu minta maaf saja," balasnya ringan.

"maaf? Untuk apa? Karena 'mengembalikan' gunting mu?"

"tidak, pikir saja kenapa."

"mana aku tahu. Kalau masalah menabrak kan kau yang menabrak ku, harusnya kau yang minta maaf. Kan kau yang salah,"

"aku tidak pernah salah, aku selalu benar." Oke, dia menyebalkan.

"oh ya? Ok tuan serba benar, permisi dulu. Sepertinya kita tidak ada urusan,"

"baiklah akan kubacakan keras-keras," ia menarik nafas untuk membaca. Aku melihat ke arah speaker yang ternyata masih menyala. Aku menghambur dengan cepat untuk memamtikannya, tapi ia menarik lenganku lagi.

"(nama lengkap reader) dinyata—" aku membekap mulutnya dengan tanganku yang satunya.

"oke, aku minta maaf. Puas?" aku melapaskan tanganku.

"belum puas, -kan tela—" aku membekap mulutnya dengan tanganku sampai kami berdua terjatuh ke lantai.

"lalu kau mau apa?" aku sudah sangat kesal sekarang. Aku merendahkan nada bicara ku agar tak sampai ke speaker.

"aku mau kamu," hah? Aku? Maksudnya?

"maksudmu aku?" aku sama sekali tidak mengerti jalan pikir anak ini.

"ya, kamu. Tidak usah repot kok, cukup turuti semua perintahku."

"hah? Turuti?" ja-ja-jangan-jangan... ok, pikiran ku yang mulai tidak benar sekarang.

"tidak usah mikir yang aneh-aneh. Aku tak akan berbuat 'itu' padamu seperti yang kamu pikirkan kok," ia mendapati muka ku yang terkejut.

"o-ok kalau begitu. Tapi jangan pernah sebut-sebut tentang ini. Sepakat?" aku menunjuk kertas yang ia pegang.

"ok, sepakat." Lalu ia tersenyum puas. Uuukkkhh perasaan ku tidak enak. "tapi, aku mau mencoba sesuatu," lalu ia bergerak dan memutar balikan posisi. Tadinya aku terjatuh diatasnya sambil membekap mulutnya, sekarang aku terbanting di posisi bawah dan ia berada tepat diatasku. Tangannya yang satu bertumpu pada lantai dekat kupingku. Tangannya yang satu lagi memegang dagu ku.

"A-Akashi?" apa-apaan posisi ini? Aku bingung dan gemetaran, sudah lama aku tak merasakan rasa ini. Rasa takut yang dulu sempat hilang, sekarang ada lagi... hanya karena ini? Tapi takutnya berbeda. Akashi memandang mataku dalam-dalam dan sangat lekat. Aku bisa merasakan tangannya mulai membelai pipiku dengan lembut. Ia tidak melihat mataku lagi, namun bibirku. Aku tak tahu harus bagaimana. Aku merasakan Akashi mendekatkan wajahnya ke wajahku. Hanya tinggal beberapa centi lagi, wajah kamu akan saling menyentuh. Aku memejamkan mata ketakutan. Aku bisa merasakan nafas Akashi yang pelan. AAAAAAAKKKKHHHH! Apa-apaan ini?

"BWAHAHAHAHAHAHA," aku mendengar Akashi tertawa keras. Are? Ada apa? Kenapa ia tertawa? "sudah kuduga, kamu pasti takut hahahaha," hee? Maksudnya?

"apa maksudmu?"

"haaahh,seberani-beraninya kamu, pasti punya sisi takut juga kan? Hahaha," are? Sebentar, yang membuatku kaget bukan apa-apa, tapi... dia tertawa? Aku memang baru masuk sekolah ini 2 hari lalu... tapi aku tahu persis dari matanya kalau ia bukan orang yang bisa tertawa seperti ini.

"Akashi-san bisa tertawa juga?"

"memangnya kenapa?" ia berdiri, dan memberiku isyarat untuk berdiri juga.

"tidak, kau terlihat seperti orang yang serius dan punya hawa tidak enak. Kukira kamu tidak bisa tertawa seperti ini,"

"apa benar seperti itu?"

"iya, kau tidak sadar?"

"selama ini tak ada yang memberi tahuku seperti itu."

"karena mereka takut dengan mu. Tampang mu seram kubilang kan?"

"hmmm, akan kupikirkan kata-kata mu. Ah, nanti pulang sekolah aku tunggu di gerbang sekolah." Katanya tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

"kenapa?"

"aku mau pulang dengan mu."

"aku tidak mau ah, rumahku—"

"perintahku absolute,"

"uuuukkkhhhh baiklah," aku menggerutu. Aku kabur saja lewat pintu belakang kali ya?

"kalau dalam 1 menit aku menunggumu di pintu gerbang kau tidak muncul, akan kusebarkan ini,"

"i-iya!" aargghhhhh! Sepertinya mulai dari sekarang kehidupanku di Rakuzan ini akan menjadi anjing pelayan si Akashi sialan.

Bersambung desu... 'w')/

Mungkin ini bakal kuterusin besok, tapi aku belum tau juga. Ano, buat para senpai di dunia fanfic ini (?) mohon review nya yaaa. Supaya kalau ada kesalahan aku bisa perbaiki di cerita yang selanjutnya. Mohon dukungannya yaaa *bow*