"Adikku lucu banget loh, dia cuka main sama aku!"

"Iih enaknya Jiyeon, kalo adikku cukanya tidur telus."

Park Chanhyun ikut mendengarkan obrolan asyik teman-teman perempuannya. Beberapa bulan yang lalu temannya mendapat seorang adik. Sepertinya temannya Chanhyun itu sangat suka dengan kehadiran si adik karena ia selalu bercerita tentang adiknya yang katanya lucu itu.

"Cekalang aku ada teman mainnya di rumah."

"Iya aku juga. Di rumah jadi tambah ramai."

Memang teman-teman bocah berumur tiga tahun itu sudah banyak yang menjadi kakak. Dia sering sekali mendengar atau ikut obrolan teman-temannya yang membahas tentang adiknya.

"Chanhyunnie, eomma sudah datang menjemput."

Chanhyun mengentikan permainannya dengan mobil-mobilan saat mendengar seruan dari gurunya. Dengan cepat bocah itu mengembaikan mainannya ke tempatnya lalu mengambil tasnya. Sebelum pergi keluar, dia menyempatkan diri untuk melambaikan tangan ke teman-temannya yang belum dijemput.

Bocah bermata bulat itu jadi kepikiran. Entah mungkin karena sering mendengar obrolan temannya.

Chanhyun jadi ingin punya adik.

Chanhyun (nggak) Mau Punya Adik

Genre:

Family, Fluff

WARNING! Yaoi! BL! Mpreg

Summary:

Gara-gara temannya yang sering cerita tentang adiknya, Chanhyun jadi ingin punya adik. Saat dia bilang ke Chanyeol dan Baekhyun, keduanya sedikit bingung walau pada akhirnya tetap mengabulkannya. Setelah adiknya lahir, Chanhyun tidak suka orangtuanya yang jadi lebih memperhatikan adiknya. Chanyeol dan Baekhyun sedikit kesusahan karena Chanhyun yang tiba-tiba cemburu dengan adiknya. Lalu bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Mata bulat yang bening itu menangkap sosok eommanya yang sedang berbincang asyik dengan orangtua murid lainnya. Chanhyun memang selalu diantar dan dijemput oleh ibunya setiap hari. Selama perjalanan dia selalu menggandeng tangan eommanya sambil bersenandung kecil. Sebenarnya dia malu mengatakannya, tapi Chanhyun selalu merasa sedih saat eommanya meninggalkannya di TK setiap pagi. Dulu waktu awal masuk TK Chanhyun selalu menangis keras ketika eommanya mau beranjak pulang. Tapi sekarang dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.

"Eommaa"

Baekhyun menolehkan kepalanya dan mendapati anaknya yang berlari kecil menuju ke arahnya. Lelaki manis itu tersenyum. Dia berjongkok lalu melebarkan tangannya, siap untuk memeluk anaknya.

"Chanhyunnie, bagaimana sekolah?"

"Tadi Chanhyun maju ke depan buat menanyi, terus kalena bagus tadi Chanhyun dipuji seonsaengnim "

Baekhyun benar-benar tidak tahan untuk tersenyum saat mendengar jawaban polos Chanhyun. Setelah mencubit gemas pipi anaknya, dia pamit ke orangtua murid lain untuk pulang duluan.

"Chanhyunnie, mau temani eomma belanja sebentar?"

"Eung mau!"

Baekhyun sering mengajak Chanhyun untuk pergi berbelanja sepulang sekolah. Chanhyun sama sekali tidak keberatan, justru dia sangat senang. Selain bisa menghabiskan waktu bersama eommanya, Chanhyun sangat suka pergi berbelanja ke supermarket karena dia bisa melihat benda-benda baru. Dia selalu menanyakan apa nama sayur dan buah yang ada di sana pada Baekhyun.

Chanhyun memang mempunyai rasa penasaran yang tinggi. Setiap ia menemui sesuatu yang baru, ia selalu bertanya 'itu apa?' atau 'ini namanya apa?' pada orangtuanya. Selain bisa menghabiskan waktu bersama eommanya, pergi ke supermarket juga bisa menambah kosakata pada kamus Chanhyun.

"Garam… garam… dimana ya?"

Melihat Baekhyun yang sepertinya kebingungan mencari letak garam, Chanhyun juga mengedarkan pandangannya, ikut mencari dimana letak garam berada.

"Eomma, garamnya ada dicini!" bocah itu berlari kecil mengambil garam yang ia temukan, lalu memasukkannya ke troli belanja.

"Terima kasih. Anak eomma memang pintar." puji Baekyun sambil mengelus surai lembut anaknya. Chanhyun menyengir bangga saat mendapat pujian dari Baekhyun.

"Eomma, nanti malam makannya apa?"

"Nanti makannya tumis daging kesukaan appa. Chanhyunnie juga suka kan?"

"Suka kalau nggak ada bayam." jawab Chanhyun sedikit merajuk. Chanhyun memang tidak suka dengan sayuran bernama bayam itu. Rasanya pahit sekali baginya. Appanya sering bilang, makan bayam bisa membuat Chanhyun menjadi kuat seperti Popeye, tapi tetap saja bocah itu membencinya.

"Chanhyunnie… sudah janji sama eomma kan mau makan bayam? Kalau Chanhyun nggak mau makan, nanti kasihan pak tani yang sudah susah payah menanam bayam. Makan ya hm?"

Chanhyun cemberut. Dia tidak membalas lagi karena dia memang sudah berjanji akan makan bayam dari sekarang. Tapi ugh, Chanhyun benar-benar benci sayuran hijau itu.

Setelah itu mereka menyelesaikan belanja dan berjalan menuju kasir. Saat eommanya sedang menyelesaikan pembayaran, Chanhyun melihat seorang anak laki-laki sekitar umur lima tahun menggandeng adiknya erat. Anak laki-laki itu memang masih kecil, tapi terlihat sangat menyayangi dan selalu menjaga adiknya.

Chanhyun juga ingin seperti itu. Dia ingin menggandeng tangan adiknya agar dia tidak hilang, atau mengajaknya bermain bersama. Chanhyun yakin dia bisa menjadi sosok kakak yang baik.

"Chanhyunnie? Ayo pulang."

Bocah bermata bulat itu tersadar dari lamunannya kemudian berjalan menuju eommanya.

.

.

Selagi Baekhyun memasak untuk makan malam, Chanhyun sibuk menonton kartun kesayangannya, Pororo. Sebenarnya Chanhyun ingin ikut Baekhyun memasak, tapi saat terakhir kali dia membantu Baekhyun di dapur tanganya terkena cipratan air panas. Baekhyun benar-benar panik saat anaknya menangis kesakitan dan sejak saat itu Chanhyun disuruh untuk menonton Pororo saja selagi Baekhyun memasak.

"Appa pulang."

Mata Chanhyun langsung berbinar saat mendengar suara appanya dari pintu rumah. Kaki kecilnya langsung berlari untuk menyambut appanya yang baru pulang bekerja.

"Appaaaaa."

"Halo jagoaan." Chanyeol menangkap badan anaknya lalu menggendongnya.

"Appa, tadi Chanhyun menanyi di depan kelas, teyus tadi Chanhyun dipuji oleh seonsaengnim."

"Benarkah? Ah anak appa memang pintar." ucap Chanyeol sambil mencium pipi tembam anaknya beberapa kali.

Setelah itu Chanyeol berjalan menuju dapur dengan Chanhyun yang masih di gendongannya. Lelaki yang mewariskan wajahnya pada anaknya itu mencium bibir Baekhyun yang tadi sedang mengelap tangannya.

"Kau mau makan dulu atau mandi dulu?"

"Aku mau mandi dulu, badanku sudah terlalu bau." canda Chanyeol sambil merapikan poni dan menyelipkan rambut Baekhyun ke belakang telinganya.

"Sekalian mandi sama Chanhyun ya?"

"Baiklah. Chanhyunnie ayo mandi sama appa." ajak lelaki bertelinga lebar itu pada Chanhyun yang masih terlihat nyaman di gendongannya.

"Tapi Pororonya beyum celecai…" jawab Chanhyun sambil menunjuk ke arah televisi yang masih menyiarkan kartun kesukaannya. Mukanya memelas pada orangtuanya, tapi sepertinya tidak mempan pada Baekhyun.

"Chanhyunnie…"

"Ya sudah, kita tonton Pororonya sampai habis lalu mandi ya?"

"Eung!"

Baekhyun menggelengkan kepalanya. Chanyeol sepertinya terlalu memanjakan anaknya.

Chanhyun benar-benar serius menonton Pororo. Matanya tidak terlepas dari layar kaca, alisnya sedikit mengkerut dan mulutnya sedikit terbuka. Chanyeol yang duduk di samping Chanhyun tertawa geli saat melihat ekspresi anaknya. Benar-benar mirip dengan Chanyeol sampai rasanya seperti melihat dirinya di masa kecil.

Chanhyun mengeluh lucu ketika ending song Pororo terdengar. Tetapi setelah itu dia ikut menyanyikan ending song Pororo sambil menggoyangkan tangannya. Chanyeol tersenyum geli melihatnya, begitu juga Baekhyun. Tadinya Baekhyun ingin segera mengingatkan untuk mandi saat ending song Pororo sudah terdengar, tapi ia mengurungkannya saat melihat anaknya yang menyanyi dan menari dengan lucunya.

"Nah jagoan, ayo kita mandi."

"Gendong…"

Chanyeol tersenyum lalu menuruti permintaan anaknya. Pekerjaan memang melelahkan, tetapi saat pulang dan melihat senyum cantik Baekhyun dan tingkah lucu Chanhyun, rasa capek Chanyeol langsung hilang begitu saja.

Chanhyun sangat suka ketika digendong orangtuanya. Saat digendong appanya, Chanhyun jadi merasa lebih tinggi. Dia bisa melihat pemandangan yang dia lihat biasanya pada ketinggian yang berbeda. Berbeda dengan eommanya. Eommanya memang tidak setinggi appa, tetapi saat Chanhyun berada dalam gendongan eommanya, rasanya begitu nyaman sampai Chanhyun bisa ketiduran di gendongan.

Setelah beberapa menit, Chanyeol dan Chanhyun kembali ke ruang makan dengan muka yang lebih segar. Saat mereka kembali ke ruang makan, makan malam udah tersaji di meja. Masakan Baekhyun memang selalu enak. Apalagi setelah mandi perut terasa lebih lapar. Rasanya ayah dan anak itu segera ingin melahap makanannya.

Sesuai dengan janjinya, Chanhyun mau memakan bayamnya sampai habis. Bocah itu tidak kuat saat bayam yang pahit masuk ke dalam mulutnya. Dia hampir menangis ketika dia berusaha menelan bayamnya. Chanyeol tidak tega melihat anaknya yang hampir menangis. Tadinya ia ingin berkata 'tidak usah dipaksa Chanhyun, tidak usah makan bayam juga tidak apa-apa kok' tetapi niatnya luntur ketika mendapat tatapan tajam dari Baekhyun.

Bukannya Baekhyun kejam, selain dia ingin anaknya bisa memakan sayur, dia ingin anaknya bisa makan tanpa harus pilih-pilih. Oleh karena itu Baekhyun tetap bersikeras memaksa Chanhyun untuk memakan bayam, karena itu juga demi anaknya sendiri.

Selesai makan malam, Baekhyun memberikan Chanhyun dua buah jeli sebagai hadiah karena bisa memakan bayam sampai habis. Chanhyun teringat sesuatu saat mengunyah jeli rasa strawberry kesukaannya.

"Eomma, appa."

"Ya sayang?"

"Chanhyun mau adik."

Chanyeol tersedak dan Baekhyun hampir saja menjatuhkan piring.

"Chanhyunnie… kenapa tiba-tiba kau ingin adik?" tanya Baekhyun yang sebenarnya masih sangat kaget.

"Teman-teman Chanhyun banyak yang sudah punya adik. Kata mereka adik mereka lucu, mereka juga selalu bermain dengan adik mereka. Chanhyun juga mau… "

Baekhyun melirik ke arah suaminya yang masih memukul-mukul pelan dadanya. "Begini sayang bukannya eomma tidak mau, tapi eomma menunggu Chanhyun kalau sudah besar sedikit. Sekarang appa sibuk kerja, nanti kalau ada adik bayi siapa yang mengurus Chanhyun?"

"Chanhyun bisa mengurus sendiri kok! Nanti Chanhyun juga bakal ikut mengurus adik, eomma tidak usah khawatir!"

Lelaki manis itu menghela nafas. Dia tidak tahu harus menjawab apa lagi. Chanyeol yang sudah sembuh dari tersedaknya berdeham beberpa kali mencoba untuk mencairkan suasana.

"Nah Chanhyunnie, kan sudah selesai makan yuk gosok gigi."ajak Chanyeol dan ajaibnya Chanhyun tidak menolaknya.

Baekhyun sedikit lega karena anaknya mau menuruti ajakan Chanyeol.

Chanyeol menggantikan pekerjaan mencuci piring Baekhyun setelah selesai menggosok gigi bersama Chanhyun. Sekarang Baekhyun berada di kamar Chanhyun, menemani Chanhyun sampai tertidur.

"Eomma… Chanhyun janji bisa semua sendiri… Chanhyun mau adik."

Baekhyun tersenyum pahit mendengar permintaan anaknya. Dia mengelus pelan rambut hitam anaknya. "Sekarang Chanhyun tidur ya? Nanti eomma akan pikirkan lagi."

Chanhyun mengangguk kemudian menutup kedua matanya. Tangannya memeluk erat boneka anjing pemberian appanya yang dia beri nama Toben. Baekhyun merapikan posisi selimut lalu mengecup kening anaknya sebelum dia pergi keluar dari kamar Chanhyun.

.

.

Baekhyun merasa lebih segar setelah membersihkan badannya. Ketika masuk ke kamarnya dia mendapati suaminya sedang berbaring di atas kasur sambil membaca buku. Lelaki mungil itu menaiki kasur, menyusul suaminya.

Sebenarnya Baekhyun masih kepikiran permintaan Chanhyun. Anaknya itu jarang meminta sesuatu padanya. Untuk pertama kalinya Baekhyun melihat Chanhyun yang memohon seolah benar-benar menginginkannya.

"Yeollie…"

"Hm?"

"Bagaimana menurutmu?"

"Apanya Baek?"

"Soal Chanhyun…"

Chanyeol menutup bukunya lalu mengubah posisinya menjadi duduk.

"Kau sendiri bagaimana Baek?"

"Entahlah… Chanhyun sepertinya menginginkannya sekali. Aku tidak pernah melihat Chanhyun yang benar-benar menginginkan sesuatu seperti itu…"

Chanyeol memandangi wajah Baekhyun yang sepertinya sangat kebingungan. Tiba-tiba Chanyeol menyadari sesuatu. Sepertinya Baekhyun mau saja mengabulkan permintaan anak mereka, tetapi dia tidak yakin dengan dirinya. Ah, atau saja dia malu mengakuinya pada Chanyeol.

Lelaki bertelinga lebar itu menutup cengirannya dengan punggung telapak tangannya.

"Sayang, sebenarnya aku mau saja mengabulkan keinginan Chanhyun. Kau masih ingat kan waktu kita main ke rumahnya Yoora noona? Chanhyun bisa menjaga dan mengajak main Eunbi –anaknya Yoora- , Yoora noona juga bilang kan sepertinya Chanhyun sudah siap menjadi kakak. Jadi aku rasa sepertinya memang sudah saatnya kita memberi Chanhyun adik."

"Tapi dulu kan kita pernah membicarakannya, kita akan menunggu Chanhyun sampai umur lima tahun dulu…"

"Iya tapi itu kan dulu sayang. Kalau Chanhyunnya sendiri sudah mampu, kenapa tidak?" bujuk Chanyeol.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya. Lelaki mungil itu berkelut dalam pikirannya sedangkan Chanyeol justru bersorak ria dalam hatinya. Sepertinya dia berhasil membujuk Baekhyun untuk menyutujui program 'mari membuat adik untuk Chanhyun'.

Yah Chanyeol sih senang senang saja.

Baekhyun terlalu sibuk dalam pikirannya sampai tidak sadar suaminya sudah merapat pada badannya.

"Jadi… bagaimana sayang?"

Masih mengigit bibir bawahnya. Baekhyun berpikir bahwa suaminya ada benarnya juga. Sepertinya Chanhyun sudah cukup besar jadi tidak ada masalah jika harus memberinya adik.

Perlahan Baekhyun melirik ke arah suaminya lalu mengangguk malu. Chanyeol benar-benar gemas dengan Baekhyun yang malu-malu seperti itu, rasanya dia ingin segera menerkamnya.

"Jadi… setuju kan?" tanya Chanyeol yang dijawab dengan anggukan lucu Baekhyun. Chanyeol besorak ria dalam hatinya.

Setelah itu mereka dengan resmi memulai program 'mari membuat adik untuk Chanhyun'.

.

.

Sebulan berlalu sejak dimulainya program membuat adik untuk Chanhyun. Setelah mengantar Chanhyun ke TK, Baekhyun berlari menuju toilet untuk mengeluarkan sarapan yang ia makan tadi pagi. Sejak tadi dia sudah merasa tidak enak badan.

Karena dia berpikir mungkin dirinya masuk angin, dia pergi ke apotek untuk membeli obat masuk angin. Tetapi sebuah pikiran terlintas dalam kepalanya. Selain obat masuk angin dia juga membeli test pack. Buru-buru setelah sampai di rumah, Baekhyun segera mencoba mengecek apakah pikirannya benar atau tidak.

Dan hasilnya positif.

Masih tidak yakin dengan hasilnya, lelaki mungil itu bergegas pergi ke klinik yang ada di dekat rumah. Hasilnya ternyata benar, dia positif hamil. Baekhyun benar-benar merasa bahagia ketika mendengar kandungannya sudah berumur dua minggu.

Padahal mereka baru memulai programnya sebulan yang lalu. Chanyeol memang hebat dalam artian tertentu.

Baekhyun tidak bisa menahan senyumnya seharian ini, bahkan ketika dia pergi menjemput Chanhyun. Dia sengaja tidak memberi tahu anaknya dulu karena dia ingin memberitahu Chanyeol terlebih dahulu.

Ketika dia memberitahukan Chanyeol tentang kehamilannya, Chanyeol senang bukan main. Lelaki tinggi itu memeluk erat lalu mengangkat tubuh mungil Baekhyun. Mereka setuju akan memberitahu Chanhyun besok pagi.

Esok harinya, mereka bertiga menyantap sarapan bersama seperti biasanya.

"Chanhyunnie, kalau punya adik maunya laki-laki atau perempuan?"

Mendengar pertanyaan dari appanya, Chanhyun berpikir sejenak. "Chanhyun tidak macalah kok dua-duanya. Kalau laki-laki nanti Chanhyun ajak main, kalau pelempuan Chanhyun janji akan menjaganya."

Baekhyun tersenyum manis lalu mendekatkan diri pada anaknya. "Chanhyunnie, sekarang di perut eomma ada adik bayi yang masih tidur. Sebentar lagi Chanhyunnie akan jadi kakak."

Chanhyun tersenyum lebar ketika mendengarnya. "Benalkah eomma? Chanhyun cebental lagi punya adik? Huwaaaah Chanhyun senaang sekali." Chanyeol dan Baekhyun saling bertatapan lalu tersenyum ketika melihat anak mereka yang terlihat senang sekali.

"Adik bayinya laki-laki atau pelempuan?"

"Kalau soal itu belum tahu sayang. Beberapa bulan lagi mungkin kita baru bisa tahu adik bayinya laki-laki atau perempuan." jawab Baekhyun sambil mengelus kepala anaknya.

"Chanhyun janji ya nanti sayang dan mau menjaga adik bayi?"

"Eung! Chanhyun janji kok appa!"

Keluarga kecil itu berbahagia dengan kehadiran anggota keluarga mereka yang baru. Mereka mengabari keluarga dan teman-teman mereka. Tentu saja mereka juga ikut berbahagia saat mendengar kabar tersebut, terutama orangtua Chanyeol. Orangtua Chanyeol sangat heboh ketika mendengar Baekhyun sedang mengandung anak kedua. Karena mereka juga tinggal di Seoul, mereka sering bermain ke rumah Chanyeol dan Baekhyun.

Baekhyun jadi tidak enak karena nyonya Park selalu membawakan masakannya dan menggantikan Baekhyun mengerjakan pekerjaan rumah ketika nyonya Park datang ke rumah. Walaupun saat hamil Chanhyun dulu dia juga mendapat perlakuan yang sama, tetap saja Baekhyun merasa tidak enak.

Keadaan Baekhyun benar-benar tidak baik saat trimester pertama. Morning sicknessnya benar-benar parah. Setiap bangun tidur dan tengah malam dia selalu merasa mual. Akibatnya lelaki manis itu menjadi lemas karena kurang tidur dan makanan yang dia makan selalu dia muntahkan. Pada saat itu Chanyeol bahkan sempat mengambil cuti untuk menjaga Baekhyun, begitu juga orangtua Baekhyun yang rela datang jauh-jauh dari Bucheon ke rumah mereka.

Morning sicknessnya berkurang saat menginjak bulan ke empat. Baekhyun sudah bisa mengerjakan pekerjaan rumahnya lagi. Dia juga memperbanyak jalan-jalan karena katanya itu bagus untuk kandungannya. Saat USG Baekhyun tidak bisa menahan tangis harunya ketika melihat janinnya yang bertumbuh dengan sehat. Chanyeol yang selalu setia menemani pemeriksaan rutin mencium kening Baekhyun lalu menghapus air matanya. Setelah diperiksa, ternyata jenis kelamin janinnya adalah laki-laki.

Mereka sedikit kebingungan menentukan nama anak kedua mereka, dan pada akhirnya mereka setuju akan menamai anak kedua mereka Jiwon.

Pada usia kandungan bulan ke lima, Baekhyun mulai bisa merasakan tendangan Jiwon. Meskipun terkadang Jiwon menendang terlalu keras dan membuat Baekhyun meringis tetap saja dia senang karena itu menandakan Jiwon tumbuh dengan sehat.

Baekhyun merasa dirinya adalah orang yang paling bahagia di dunia ini ketika suaminya selalu mengelus perutnya dan menempelkan telinganya ke perut Baekhyun. Sebelum tidur Chanyeol juga sering membacakan cerita pada Jiwon yang masih berada di dalam kandungan. Suaminya benar-benar protektif sekali terhadapnya. Dia bahkan menggantikan Baekhyun untuk mengerjakan perkerjaan rumah.

Baekhyun juga membolehkan Chanhyun memegang perutnya. Anaknya itu kaget saat merasakan tendangan adiknya dari dalam perut eommanya. Sama seperti appanya, Chanhyun sering mengelus perut Baekhyun dan mengajak mengobrol adiknya yang masih ada di dalam perut Baekhyun.

Ketika mereka merayakan natal, kandungan Baekhyun sudah memasuki bulan ketujuh. Karena sedang hamil besar, dia tidak bisa ikut menghias pohon natal, tetapi dia sudah cukup senang melihat suami dan anaknya yang bersemangat menghias pohon natal.

Menururt pemeriksaan, Baekhyun akan melahirkan pada bulan Februari pertengahan, itu artinya dua bulan lagi. Antara senang dan takut. Chanyeol sudah mempersiapkan semua, bahkan dia sudah meminta izin cuti di bulan Februari.

Tinggal dua bulan lagi anggota keluarga baru mereka akan hadir di dunia ini.

.

.

"Baekhyun-ah, maaf ya aku tidak sempat mengunjungimu."

"Tidak apa-apa Kyungsoo, aku tahu kau sibuk dengan restoranmu."

"Aku benar-benar minta maaf. Aku sendiri tidak mengira berkat artikel majalah yang Jongin tulis restoranku tiba-tiba jadi ramai begini."

"Hahaha bukankah itu bagus? Kau harus berterima kasih pada pacarmu itu."

"Berisik kau haha. Bagaimana kabarmu?"

"Baik kok. Yah sedikit takut sih karena sebulan lagi aku akan melahirkan."

"Hmm sebentar lagi ya… oh iya apa kau sekarang ada di rumah?"

"Iya, sekarang aku sedang di rumah bersama Chanhyun. Kenapa?"

"Aku mau membawakan masakanku. Aku sudah memasakkan makanan yang bagus untuk kandungan. Tidak apa-apa kan kalau aku ke rumahmu?"

"Hm tentu saja, aku menunggumu."

"Baiklah, aku akan kesana dengan Jongin. Tunggu sebentar ya."

Setelah memutus teleponnya, Baekhyun mengalihkan pandangannya ke anaknya yang sedang asyik menggambar di ruang tamu.

"Chanhyunnie, nanti Kyungsoo samchon dan Jongin samchon mau main kesini lho."

"Benalkah? Asyiiik."

Baekhyun tersenyum pada anaknya sebelum dia beranjak ke dapur untuk mencuci piring. Tiba-tiba perutnya terasa sakit sekali. Baekhyun mengatur nafasnya sambil mengelus perutnya. Setelah rasa sakitnya mereda dia melanjutkan pekerjaan mencuci piringnya.

Setelah selesai mencuci piring, rasa sakit di perutnya kembali menyerang. Kali ini lebih sakit dari yang sebelumnya. Baekhyun memejamkan mata sambil mengigit bibirnya. Sekarang hanya ada dirinya dan Chanhyun di rumah, dia tidak ingin membuat anaknya khawatir.

Baekhyun mengeratkan pegangannya pada meja dapur ketika rasa sakit di perutnya bertambah. Dia kembali mengelus perutnya.

"Jiwonnie… kau kenapa?"

Saat rasa sakit sudah sedikit mereda, Baekhyun berjalan pelan ke ruang tamu dan duduk di sofa. Dia berpikir mungkin itu hanyalah kontraksi biasa mengingat bulan depan Baekhyun akan melahirkan. Lelaki itu menyalakan televisi untuk mengusir rasa bosannya.

Beberapa menit berlalu, Baekhyun ingat harus menyiapkan makan malam segera. Dengan cepat Baekhyun bangkit dari sofa, tetapi tiba-tiba perutnya terasa sakit kembali. Kali ini sakitnya benar-benar luar biasa sampai dia langsung ambruk.

BRUK

"Eomma?" Chanhyun kaget saat mendengar suara eommanya yanng tiba-tiba meringkuk.

Baekhyun meringkuk kesakitan sambil memegang perutnya. Mukanya benar benar pucat.

"Eomma? Eomma kenapa? Eomma baik-baik saja?" Chanhyun panik melihat eommanya yang terlihat sangat kesakitan. Bocah itu hampir menangis ketika mendengar lenguhan kesakitan Baekhyun.

Dengan sekuat tenaga ia menahan rasa sakitnya, Baekhyun menoleh pada anaknya yang terlihat sangat khawatir.

"Chanhyunnie, bisa tolong ambilkan ponsel eomma di meja makan?"

Chanhyun mengangguk kencang lalu berlari untuk mengambil ponsel eommanya. Sepertinya Baekhyun salah, rasa sakit yang ia rasakan bukanlah kontraksi biasa. Rasa sakit yang ia rasakan ternyata menandakan bahwa Jiwon sebentar lagi akan lahir. Baekhyun tidak mengira dia akan melahirkan lebih cepat dari perkiraan.

Chanhyun kembali dengan ponsel di tangannya. Baekhyun menerimanya dan dengan gemetaran dia menghubungi ambulans. Dengan sekuat tenaga dia menjelaskan keadaannya dan meminta ambulans untuk segera ke tempatnya.

Ini pertama kalinya Chanhyun melihat eommanya kesakitan seperti ini. Dia panik dan bingung harus melakukan apa. Jangan ditanya betapa inginnya dia menangis, tapi dia juga tidak ingin membuat eommanya bertambah khawatir.

Baekhyun bersandar lemah di sofa. Matanya tertutup dan mukanya sudah tidak menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Chanhyun sedikit kaget saat ponsel Baekhyun yang tergeletak di lantai bergetar tiba-tiba. Baekhyun mendapat telepon dari Kyungsoo.

"Halo Baekhyun? Sebentar lagi aku sampai di tempatmu, apa kau—"

"Samchon…"

"Chanhyun? Kau kenapa? Dimana eomma?"

"Eomma kesakitan… sepeltinya adik bayi akan lahir…" Chanhyun menjawab dengan suaranya yang bergetar.

Di sisi lain Kyungsoo juga menjadi panik karena seingatnya Baekhyun hanya berdua dengan Chanhyun di rumah. Dia melirik ke arah Jongin yang sedang menyetir. Wajah pacarnya juga menunjukkan kekhawatiran.

"Chanhyunnie sebentar lagi samchon akan sampai di sana. Sampai samchon datang apa Chanhyun bisa mengelus punggung bawah eomma? Itu akan membuat eomma sedikit lebih baik, bisa kan?"

Chanhyun mengangguk meskipun Kyungsoo tidak bisa melihatnya "Iya bisa…"

"Bagus. Tunggu sebentar ya, samchon akan kesana secepatnya."

Setelah sambungan terputus, Chanhyun melakukan perintah Kyungsoo. Baekhyun membuka matanya perlahan ketika merasakan tangan kecil mengelus punggung bawahnya. Ketika dia menoleh, dia mendapati anaknya yang mengelus punggungnya. Baekhyun benar-benar terharu melihat anaknya yang berusaha membuatnya lebih baik meskipun Baekhyun tahu anaknya mati-matian berusaha untuk menahan tangisnya.

Baekhyun tersenyum lemah "Chanhyunnie… terima kasih…"

Tidak lama kemudian Kyungsoo dan Jongin datang. Kyungsoo langsung memeluk Chanhyun sedangkan Jongin belari untuk melihat keadaan Baekhyun.

"Hyung kau baik-baik saja? Kyungsoo tolong panggilkan ambulans cepat."

"Ta-tadi eomma cudah memanggil ambulans…" seru Chanhyun dengan suara yang bergetar.

Saat Kyungsoo akan memanggil ambulans lagi untuk meminta segera datang, petugas ambulans sudah datang di rumah. Dengan cepat para petugas membawa Baekhyun ke mobil ambulans.

"Maaf, siapa yang akan ikut ke rumah sakit?" tanya salah satu petugas.

"Jongin, aku dan Chanhyun akan ikut ke rumah sakit. Apa kau bisa menghubungi Chanyeol?"

Jongin mengangguk cepat, dan setelah itu Kyungsoo dan Chanhyun ikut dengan petugas ambulans menuju rumah sakit.

.

.

Chanyeol berlari di lorong rumah sakit dengan wajah berantakannya. Dia datang ke rumah sakit bersama Jongin. Chanyeol tidak yakin bisa sampai ke rumah sakit dengan selamat dalam kondisi paniknya. Lelaki itu menoleh kesana-sini. Saat menemukan sosok anaknya ada dalam pelukan Kyungsoo dia langsung berlari.

"Chanhyun-ah!"

"Appaaa." mendengar suara appanya, Chanhyun langsung berlari menuju appanya. Chanhyun langsung melepas tangisan yang sedari tadi dia tahan di dalam gendongan appanya.

"Ssh tidak apa-apa, appa disini." ucap Chanyeol sambil mengelus punggung anaknya, berusaha untuk menenangkan.

Sekarang Baekhyun ada di dalam ruang operasi. Beberapa jam kemudian kemudian dokter yang menangani Baekhyun keluar dari ruang operasi.

"Operasinya berjalan dengan lancar. Sekarang bayi anda sudah dipindahkan ke ruang NICU, dan suami anda sedang mendapat penanganan. Saya ucapkan selamat."

Ketika mendengar penjelasan dokter, semuanya mendesah lega.

"Jongin, Kyungsoo aku benar-benar berterima kasih pada kalian. Tanpa kalian aku tidak tahu apa yang akan terjadi."

"Kau salah Chanyeol, seharusnya kau berterima kasih pada Chanhyun karena dia yang menemani Baekhyun sampai ambulans datang, iya kan Chanhyunnie?" Kyungsoo mengusak rambut Chanhyun yang menyandarkan kepalanya di dada Chanyeol. Pipinya masih basah karena air mata.

"Selamat ya akhirnya Chanhyun sudah jadi kakak." ucap Jongin berusaha menghibur Chanhyun.

Chanyeol benar-benar bersyukur sampai tidak sadar dia meneteskan air matanya. Chanyeol merasa bersalah tidak bisa berada di samping Baekhyun saat dia kesakitan. Dia juga merasa bersalah pada Chanhyun karena telah membuatnya khawatir. Sekarang semuanya sudah baik-baik saja. Keluarga kecilnya bertambah lengkap dengan kehadiran Jiwon kecil.

Jongin menepuk punggung Chanyeol.

"Selamat ya hyung, kau appa yang hebat."

.

.

Baekhyun membuka matanya perlahan. Matanya berkedip mencoba beradaptasi dengan cahaya lampu kamar.

"Baekhyun? Kau sudah sadar?"

"Chan… yeol?"

"Syukurlah…"

Baekhyun memandangi wajah suaminya yang penuh dengan kelegaan. Tangannya meraba perutnya yang sudah datar, dia teringat tentang Jiwon.

"Jiwon… bagaimana dengan Jiwon?"

"Jiwon sekarang ada di ruang NICU karena dia lahir prematur. Tidak usah khawatir, dia baik-baik saja."

Baekhyun merasa lega saat mendengarnya. Chanyeol mengelus kepala dan mengecup kening Baekhyun. Dia tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.

"Chanhyun dimana?"

"Chanhyun bersama Kyungsoo dan Jongin sekarang. Dia sangat mengkhawatirkanmu."

Baekhyun tersenyum lembut. Dia teringat bagaiman Chanhyun menemaninya dan berusaha membuatnya lebih baik saat Baekhyun benar-benar kesakitan. Dia merasa bangga dengan anaknya yang begitu perhatian meskipun masih kecil.

"Chanhyun yang menemaniku saat kesakitan. Aku benar-benar berterima kasih padanya."

"Kau benar. Chanhyun benar-benar anak yang pintar."

"Oh iya kau sudah melihat Jiwon?"

"Hm aku hanya melihatnya dari luar jendela kaca saja. Aku tidak bisa masuk ke ruang NICU karena ada Chanhyun saat itu dan dia tidak diperbolehkan masuk. Jiwon sangat mirip denganmu Baekhyun."

"Benarkah? Aku ingin bertemu dengannya sekarang."

"Kau bisa menemuinya saat keadaanmu sudah membaik sayang. Kau tidak diperbolehkan berjalan dulu."

Baekhyun sedikit kecewa tetapi dia tetap menuruti perkataan suaminya.

Beberapa hari kemudian Baekhyun sudah diperbolehkan berjalan. Akhirnya dia bisa bertemu dengan anak keduanya. Chanyeol benar, Jiwon mirip dengan Baekhyun berbeda dengan Chanhyun yang merupakan copyan dari Chanyeol. Jiwon benar-benar telihat mungil di pelukannya. Meskipun Jiwon masih harus mendapat perawatan di ruang NICU, keadaannya baik-baik saja. Kata dokter sebentar lagi Jiwon bisa keluar dari NICU.

Sesuai perkataan dokter, keadaan Jiwon pulih dengan cepat sehingga Jiwon sudah diperbolehkan keluar dari NICU.

Sekarang Baekhyun sedang menggendong Jiwon di kamar rumah sakitnya.

"Eomma, Chanhyun boleh pegang adik bayi?"

Baekhyun tersenyum mendengar permintaan polos anaknya. "Tentu saja sayang. Sini naik ke kasur." ujar Baekhyun sambil menepuk-nepuk tempat kosong di sebelahnya.

"Jiwon kok tidul teyus?"

"Iya, Jiwon masih mengantuk. Nanti kalau Jiwon sudah bangun Chanhyun mau kan main dan menjaga Jiwon?"

Bocah itu mengangguk "Iya Chanhyun janji."

Baekhyun tersenyum. Hatinya sedikit lega karena sepertinya dia tidak perlu khawatir dengan Chanhyun.

Tapi apakah semuanya benar akan berjalan lancar?

.

.

.

tbc

Bukannya lanjutin ff satunya, malah buat yang baru…

Saya terinspirasi membuat ff ini karena kebanyakan nonton The Return of Superman hahaha

Ini ceritanya nggak berat kok, nggak banyak konflik karena saya lagi pengen bikin fluff

Terima kasih sudah membacaaa

Sampai jumpaaa