Beautiful Accident

By liJunYi

.

.

EXO fanfiction - Official Couple - GS for uke

ChanBaek

.

.

"Oh, ayolah, Baek,"

Baekhyun tak bergeming, ia masih tampak asyik dengan musik yang mengalun melalui headset-nya.

Tapi, bukan Kyungsoo namanya jika ia mudah menyerah.

"Apa kau tak mau mengabulkan permintaan sahabat terbaikmu ini?" Kyungsoo berucap lagi dengan nada yang lebih memelas.

Baekhyun melirik sekilas ke arah gadis itu. Ia memang sebenarnya mendengar, hanya saja ia terlalu malas mengikuti kata-kata sahabatnya itu.

Ya, sahabat yang sebenarnya setahun lebih muda dari Baekhyun itu, akan berulang tahun minggu depan. Dan mengingat latar belakang keluarga Kyungsoo yang memang cukup berada (sangat berada malah), maka untuk ulang tahun ini Kyungsoo akan merayakannya khusus di Pulau Jeju. Beserta pesta yang meriah tentu saja, dan itulah yang dibenci Baekhyun.

"Aku bahkan sudah menyiapkan gaun khusus untukmu disana," Baekhyun seketika membulatkan mata.

"Kyung, kau tau kalau.."

"Kau tak suka memakai gaun?" Kyungsoo memotong cepat. "Bagaimanapun ini adalah ulang tahunku, Baek. Dan kau sebagai sahabat terbaikku harus hadir,"

Baekhyun mendesah malas, "Pesta formal seperti itu bukan tipeku,"

Tersenyum kecil, Kyungsoo sudah hafal betul alasan sahabatnya ini. Baekhyun sebenarnya bukan berasal dari keluarga tak berada. Ayahnya seorang pengacara terkenal, yang juga bekerja sama dengan perusahaan milik ayah Kyungsoo. Hanya masa lalunya-lah yang membuat Baekhyun tak terlihat seperti anak orang tua berada lainnya.

Namun pada akhirnya, Baekhyun memang tak pernah bisa menolak permintaan Kyungsoo. Setelah ribuan rengekan maut dari mahasiswi jurusan musik itu, Baekhyun akhirnya memutuskan untuk ikut pergi.

.

Chanyeol POV

Angin laut seketika menyapaku begitu kakiku melangkah keluar dari Jeju International Airport. Sebenarnya ini suasana yang sudah familiar untukku, hanya saja mood-ku yang buruk membuat suasana ini terasa tak menyenangkan.

"Sudahlah, hyung. Toh tidak setiap hari kau bertemu mereka," aku menatap malas ke arah Sehun yang saat ini tengah tersenyum mengejek kepadaku. Ck, kata-katanya saja yang sok menenangkan, padahal sebenarnya ia sedang menertawaiku.

"Lagian, apa yang membuatmu tak menyukai mereka sih, hyung. Toh sekarang mereka sudah tidak mempersalahkanmu yang ingin menjadi dokter," lagi, ia membahasnya lagi. Kau memang bermulut besar, Oh Sehun.

"Ya, mereka memang sudah tak mempermasalahkannya lagi, karena sekarang mereka mempersalahkan yang lain,"

Mata Sehun seketika berbinar penasaran, aku tahu ia senang karena akhirnya aku bersedia bercerita. "Apa itu, hyung?"

Aku tak menjawab dan hanya berjalan mendahuluinya. Rasakan, biar ia mati penasaran dengan kata-kataku.

Dan benar saja, ia benar-benar merengek seraya berjalan mengikutiku. Akhirnya aku bisa tersenyum balik mengerjainya.

Namun senyumku seketika terhenti saat sebuah suara lembut memasuki gendang pendengaranku.

"Oh, anda tak apa, eomonim?"

Suara itu berasal dari seorang gadis. Gadis itu tengah membantu seorang ibu hamil yang sepertinya tak sengaja menjatuhkan barang bawaannya.

Keningku berkerut. Bagaimana bisa seorang ibu hamil membawa barang sebanyak itu sendirian?

Aku ingin ikut membantunya, namun ternyata gadis itu lebih sigap dari yang kubayangkan. Ia bahkan saat ini ikut membantu ibu itu membawa barang bawaannya.

Diam-diam aku tersenyum memperhatikannya.

"Hyung, ayolah. Ceritakan padaku," Crap, aku lupa jika aku juga punya masalah.

.

Baekhyun POV

Sebuah tas gendong di punggung, sebuah koper di tangan kanan beserta tas jinjing di atasnya, serta sebuah kardus di tangan kiri. Aku menghela nafas panjang diam-diam.

"Agassi, kau pasti kerepotan membawa itu semua,"

Di tengah peluh yang sudah mulai mengalir dari pelipisku, aku tersenyum semanis mungkin. Berusaha meyakinkan sang ibu hamil yang baru saja aku temui.

"Tak apa, eomonim. Aku sudah biasa," berbohong sedikit tak masalah kan? Lagipula mana mungkin aku tega membiarkan ibu hamil sepertinya membawa barang-barang ini. Ah, lupakan tas gendong milikku.

Dan lagi, dimana sebenarnya suaminya?

"Suamiku datang agak terlambat, makanya aku memutuskan untuk keluar lebih dahulu. Aku tak tahu ternyata barang bawaan ini ternyata sangat merepotkan," sang ibu menjawab dengan senyumnya yang berlesung. Aku baru sadar jika ibu ini sebenarnya masih sangat muda, mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dariku.

Dan sosok yang dinanti-nanti akhirnya terlihat begitu kami memasuki area parkir. Seorang pria yang juga masih sangat muda, berlari dengan kemejanya yang terlihat sedikit basah. Kuyakin, ia juga buru-buru kemari.

"Yixing-ah, maaf. Apa aku terlambat?" Pria itu langsung berlari ke arah istrinya dan berbicara dengan bahasa Mandarin yang fasih.

Oh, apakah ibu ini berasal dari China? Pantas saja bahasa koreanya agak aneh.

Sang ibu muda itu hanya tersenyum, menunjukkan sebelah lesungnya yang terlihat manis. Mereka pasti pasangan yang sangat harmonis. Aku iri, jujur saja.

Setelah berpelukan singkat dan saling menatap penuh cinta beberapa saat -oke, aku mulai berlebihan-, keduanya kini menatap ke arahku. Tiba-tiba saja aku merasa gugup karena mereka mendapatiku memperhatikan mereka.

"Itu barang-barangku. Aku tak sadar membawa sebanyak itu, untung saja ada gadis ini yang membantuku," jelas ibu itu seraya tersenyum kepadaku. Aku pun balas tersenyum.

"Oh, maaf telah merepotkanmu, agassi," tak hanya sang istri yang ternyata memiliki senyum manis, bahkan sang suami juga memiliki senyum yang memabukkan.

Tidak Baek, dia sudah beristri.

Pria itu dengan sigap mengambil barang-barang yang ada di tanganku, menyisakan sebuah tas punggung milikku saja yang masih kubawa.

"Aku Kim Joonmyeon, salam kenal," pria itu mengulurkan sebelah tangannya.

Aku menatapnya ragu, lalu kamudian membalasnya.

"Aku Byun Baekhyun," aku berusaha tersenyum semanis mungkin. "Ah, lalu," aku melirik ke arah istrinya yang hanya tersenyum memperhatikan kami.

Pria itu pun seketika ikut menoleh menatap istrinya. "Kau belum memberitahu namamu?" ia bertanya lagi dengan bahasa Mandarin.

Ibu muda itu terkesiap sejenak, lalu tertawa kecil. "Maaf, aku lupa. Aku Zhang Yixing,"

Dan perkenalan singkat itu pun berakhir dengan lambaian tangan keduanya yang berjalan menjauh.

Tiba-tiba aku merasa kesepian. Ck, dimana gadis bernama Do Kyungsoo itu?

.

"Manis,"

Aku memutar mata malas melihat bayangan diriku di cermin. Tak banyak berubah, hanya make-up tipis beserta eyeliner tak banyak merubah wajahku sebenarnya, namun tetap saja, hal ini membuatku risih.

Setelah membuatku seperti orang hilang di bandara dan menunggu selama hampir satu jam, Kyungsoo datang dengan senyum santainya dan langsung menyeretku ke kamar hotel ini. Kamar hotel yang katanya khusus untuk para tamu undangan pestanya.

Kamar yang cukup mewah dengan ornamen yang tidak begitu berlebihan, senada dengan ornamen lain di penjuru lain hotel milik keluarga Do ini. Hasil desain ibu Kyungsoo tentu saja.

"Sekarang, kau ganti bajumu," perintah Kyungsoo.

Aku seketika menatapnya dengan tatapan memelas. "Haruskah sekarang?"

"Sekarang!" wajah Kyungsoo tiba-tiba berubah galak. "Pesta akan mulai satu jam lagi. Bahkan aku juga sudah siap, kau tak lihat?"

Aku meringis kecil, sedikit merasa bersalah. Kyungsoo, yang sudah rapih dengan gaun putih polosnya, serta dengan tatanan rambut yang ia ikat setengah kebelakang, justru sibuk mendandani tamunya seperti ini.

Akhirnya, dengan sangat terpaksa, aku pun mengambil gaun yang sudah Kyungsoo siapkan. Gaun sederhana berwarna biru pastel dengan motif bunga serta hiasan mutiara di bagian kerahnya. Untunglah Kyungsoo tidak memilihkan gaun dengan bentuk mewah seperti yang saat ini ia kenakan.

.

Chanyeol POV

Aku tersenyum percaya diri saat menatap bayanganku di depan cermin. Kemeja putih polos serta blazer hitam dengan kerah berwarna merah yang ku kenakan membuatku tampak begitu tampan.

Benar-benar tampan loh, aku tidak bohong.

"Aku pergi dulu ya, hyung,"

Aku menoleh ke arah Sehun yang saat ini tengah mengenakan jaketnya. "Kau yakin tak akan ikut denganku?"

Sehun menggeleng kecil, "Aku malas datang ke pesta seperti itu." Kali ini ia tampak mulai mengenakan sepatu ketsnya.

"Kupikir kau akan tertarik berkenalan dengan gadis-gadis di sana," aku tersenyum menggodanya.

"Cih, tidak perlu. Aku sudah punya sendiri," dan setelah mengatakan itu, Sehun pun benar-benar keluar dari kamar.

.

Baekhyun POV

Pesta telah berlangsung tiga puluh menit yang lalu. Para tamu undangan keluarga Do pun telah hadir satu per satu. Aku tak heran jika sebagian besar dari mereka adalah para pengusaha dan keluarganya.

Aku duduk di sudut ruangan dengan segelas cocktail di tanganku. Pesta ini menyediakan berbagai jenis minuman, mulai dari cola, jus, cocktail, bahkan wine. Begitu pula dengan makanan yang disediakan, tidak menunjukkan bahwa ini sebenarnya hanyalah pesta ulang tahun seorang mahasiswi. Benar-benar pesta yang berkelas.

Habis segelas cocktail, aku mencari bahan minuman lain. White wine sepertinya tidak buruk.

"Baek," suara Kyungsoo yang memanggilku membuatku menoleh seketika.

"Darimana saja kau ini? Aku mencarimu," omel Kyungsoo padaku, namun wajah anggunnya tetap saja terlihat.

"Minum," aku menunjukkan segelas white wine di genggamanku. Entah sudah berapa gelas minuman yang ku minum. Jangan salahkan aku jika akhirnya aku mabuk, salah siapa menawarkan minuman mahal ini kepadaku di saat aku kebosanan seperti ini.

Kyungsoo memutar matanya dengan malas, lalu detik berikutnya ekspresinya berubah bersemangat.

"Aku akan mengenalkan keluargaku padamu,"

"Keluarga?" Meski tak mengerti dengan keluarga yang dimaksud Kyungsoo, tapi toh aku tetap saja menurut saat Kyungsoo menarik tanganku.

.

Chanyeol POV

"Joonmyeon-ssi, ini anakku yang pernah kuceritakan,"

Setelah sedikit dipaksa mendekat oleh ayahku, kini aku harus terpaksa bergabung dengan para pengusaha lain yang menjadi rekan kerja ayahku. Dengan senyum yang agak dipaksakan, aku pun menyapa mereka.

"Park Chanyeol, senang bertemu dengan anda," ucapku, lalu membungkuk singkat.

"Anakmu yang calon dokter itu? Wah, ia benar-benar tampan seperti anda, Tuan Park,"

Pria bernama Joonmyeon itu tertawa diikuti oleh ayahku. Ck, basa-basi saja.

"Oh, tunggu. Apakah itu istrimu yang sering kau ceritakan itu?" ayahku mulai bertanya. Aku pun mau tak mau ikut melihat ke arah seorang wanita yang ditunjuk ayahku.

"Benar. Ia baru saja tiba dari China sore tadi," Joonmyeon menjawab seraya menggandeng tangan wanita yang merupakan istrinya itu. "Aku sengaja mengajaknya berlibur sebelum anak kami lahir,"

Aku menatap keduanya dengan seksama. Tidak ada yang berlebihan memang, interaksi mereka layaknya pasangan suami-istri pada umumnya. Namun, entah mengapa, wajah wanita itu seperti sudah tidak asing bagiku.

Perbincangan membosankan ini berlangsung sangat lambat. Aku sendiri tak bisa menanggapi apapun karena aku memang tak tertarik dengan urusan bisnis. Sesekali aku hanya mengangguk dan tersenyum paksa, berusaha untuk terlihat ramah di mata mereka.

Satu hal yang menarik perhatianku justru adalah sang istri dari CEO Kim ini. Wajahnya benar-benar manis, apalagi dengan lesung di pipi sebelah kirinya. Namun bukan itu yang membuatku takjub. Yang membuatku heran adalah auranya yang seolah bersinar, padahal ia hanya menggunakan gaun katun sederhana tanpa lengan berwarna abu yang memperlihatkan lekuk tubuhnya secara detail, terutama perut buncitnya.

Apa semua ibu hamil memiliki aura sepertinya?

Aku menggelengkan kepalaku sendiri saat berpikiran itu. Sepertinya hanya ia, karena aku juga sering berhadapan dengan ibu hamil sebelumnya. Di rumah sakit, tentu saja.

Tak lama kemudian, pembicaraan mereka terhenti. Perhatian ayahku tiba-tiba beralih pada sesosok yeoja yang berjalan mendekati kami.

"Oh, itu dia pemeran utama pesta ini. Kyungsoo-ya," panggil ayahku pada sosok itu.

Mau tak mau aku ikut menoleh ke arahnya. Sedikit tersenyum melihat Kyungsoo yang juga sama antusiasnya saat melihat kami. Ia berjalan sedikit lebih cepat dengan sebelah tangannya menarik seseorang.

"Samchoon~" sapa Kyungsoo dengan suara manisnya. Ia tak segan memeluk ayahku dengan erat.

"Oh, Chan oppa," ucapnya saat melihat ke arahku. Ia menatap agak terkejut lalu tersenyum lebar. "Aku tidak menyangka kau akan datang,"

Aku tersenyum balik ke arahnya, mengusak rambutnya sedikit gemas setelah pelukan ayahku lepas. Dan ia seketika menunjukkan wajah kesalnya.

"Kau merusak tatanan rambuku, oppa," aku tertawa keras melihat reaksinya itu. Kyungsoo memang saudara sepupu yang paling dekat denganku. Mungkin karena kami tumbuh bersama sejak kecil.

Dari sudut mataku, bisa kulihat ayahku yang tersenyum lebar menatap kami.

"Maaf, samchon harus pergi dulu menemui teman samchon yang lain," ucapnya kemudian, mengintrupsi kegiatan kami. "Aku permisi dulu, Joonmyeom-ssi,"

CEO Kim dan sang istri membungkuk kecil, begitu juga kami berdua. Setelahnya aku melanjutkan perbincanganku dengan Kyungsoo yang sebelumnya terputus.

Namun pembicaraan tiba-tiba beralih saat terdengar suara CEO Kim yang menyapa seseorang lain di antara kami.

"Oh, bukankah kau gadis yang di bandara tadi?" aku dan Kyungsoo seketika menoleh ke arah mereka. Aku hanya mengernyitkan dahi saat sadar bahwa ada orang lain di antara kami.

Sedangkan Kyungsoo justru berbeda. Ia nampak terkejut, lalu mendekati sosok itu dengan wajah bersalah.

"Astaga, Baek. Maaf, aku melupakanmu," ucapnya seraya memeluk sebelah lengan sosok itu.

Sosok itu menunjukkan wajah kesalnya sejenak, lalu kembali tersenyum ke arah CEO Kim dan sang istri. Aku hanya bisa memperhatikan mereka.

"Senang bertemu lagi dengan anda," ucapnya seraya membungkuk sopan.

"Apa ia temanmu, Kyungsoo-ya?" kali ini CEO Kim bertanya pada Kyungsoo.

Gadis itu mengangguk dengan antusias. "Ne, oppa. Dia teman terbaikku,"

Bisa kulihat sosok gadis itu tersenyum kikuk saat Kyungsoo memperkenalkannya. Aku tak tau jika Kyungsoo memiliki teman dekat lain, karena selama ini kupikir ia hanya bergaul dengan sepupunya atau para perkumpulan anak pengusaha lainnya.

"Byun Baekhyun imnida," ucap gadis itu seraya membungkuk kembali. Dari tingkahnya kurasa ia bukan anak dari pengusaha seperti Kyungsoo dan CEO Kim.

"Baekhyun-ssi, senang bertemu denganmu lagi," ucap sang istri CEO Kim seraya memeluk gadis itu sejenak.

Sebaiknya aku menghindar dari perbincangan mereka. Ini bukan areaku.

.

Baekhyun POV

Aku menghela nafas lega begitu pembicaraanku dengan eommonim -ehm, maksudku Yixing eonni, berakhir. Aku tak menyangka akan bertemu dengannya dan suaminya lagi di pesta seperti ini.

Ternyata Yixing eonni adalah istri dari salah satu CEO perusahaan besar di Korea Selatan. Dan suaminya itu ternyata kenal baik dengan Kyungsoo, karena mereka sebelumnya sama-sama berasal dari perkumpulan anak pengusaha yang sama.

Ckckckck, ada-ada saja.

Setelah melakui pembicaraan yang menyenangkan, meskipun tentu saja dengan rasa gugup yang tak terbendung, aku dan Kyungsoo kembali berpisah. Ia pasti akan menemui anak pengusaha lainnya.

Aku kembali duduk di sudut ruangan dengan segelas wine di tanganku. Jujur saja, sebenarnya kepalaku sudah terlalu pening karena terlalu banyak minum. Namun aku tak peduli, kapan lagi aku bisa menikmati minuman-minuman mahal ini dengan bebas.

Saat sedang asyiknya melamun, tanpa sadar seseorang sudah berada di dekatku. Aku mendongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya.

"Luhan?"

Aku seketika berdiri dan menatapnya dengan tatapan terkejut. Tak menyangka bertemu teman sekampusku di pesta ini.

Luhan tersenyum ke arahku, senyuman manis yang kutahu arti sebenarnya adalah meremehkanku.

"Bagaimana kau bisa disini?" tanyaku lagi.

Luhan seketika tertawa, tawa menyebalkan yang membuatku ingin menampar pipinya.

"Seharusnya aku yang bertanya itu padamu,"

Aku memutar bola matas dengan malas. Aku lupa jika Luhan juga salah satu anak pengusaha terkenal. Ah, apakah hanya aku disini yang bukan anak pengusaha?

"Kupikir kau tak suka dengan pesta seperti ini, Baekhyun-ah," ucapnya lagi dengan nada remeh. Tuhan, ingatkan aku untuk tidak memukulnya di tengah pesta.

"Well, ini memang bukan tipeku," ucapku seraya mengendikkan bahu. "Jika ini bukan pesta Kyungsoo, aku tak akan sudi datang,"

Luhan kembali tertawa, "Dan ditelantarkan olehnya seperti ini?"

Aku menggeram kesal dalam hati. Sial, dia tau saja jika Kyungsoo menelantarkanku.

"Kata siapa? Aku suka sendiri seperti ini daripada harus tersenyum palsu di hadapan para pengontrol ekonomi negara seperti mereka," sindirku tidak langsung. Tentu saja ia pasti tahu siapa pengontrol ekonomi negara yang kumaksud.

"Anak keluarga biasa sepertimu tak akan mengerti kehidupan kami," jawabnya dengan tenang. Jangan lupakan senyum mengejek di wajahnya. Sepertinya aku benar-benar harus mengontrol diriku agar tidak memukulnya.

"Baek," suara panggilan Kyungsoo seketika mengalihkan perhatian kami. Dari jauh bisa kulihat ia datang mendekati kami dengan seorang lelaki di sampingnya.

Aku melirik sejenak ke arah Luhan, dan sedikit mengernyitkan dahi saat melihat ekspresinya yang berubah saat melihat mereka berdua.

"Oh, kau juga disini, Luhan," ucap Kyungsoo saat berada di dekat kami. Senyum sinisnya tiba-tiba terlihat, membuatku tertawa dalam hati. Senang sekali melihat gadis lembut seperti Kyungsoo menatap tak suka pada Luhan.

Namun nampaknya Luhan tak begitu mendengar ucapan Kyungsoo, karena sedari tadi perhatian gadis itu mengarah pada lelaki tinggi di belakang Kyungsoo.

"Oppa,"

Aku dan Kyungsoo seketika menatapnya mereka dengan terkejut. Apa mereka saling kenal?

"Lama tidak bertemu, Luhannie," balas lelaki itu dengan senyum lembutnya.

Aku menatap mereka dengan penasaran. Begitu pula Kyungsoo di sebelahku.

Hening beberapa saat. Suasana canggung seketika terasa di antara kami.

Aku, yang merasa menjadi pengganggu mereka, berinisiatif menjauh dengan menyeret Kyungsoo. Seketika mata bulatnya menatapku dengan kesal.

"Kenapa menyeretku?"

"Tidak bisakah kau lihat? Mereka butuh waktu berdua," bisikku padanya.

"Tapi aku yang membawa Chanyeol oppa kemari untuk memperkenalkanmu," ucap Kyungsoo, kali ini dengan berbisik juga.

Aku memutar bola mataku dengan sebal. Kyungsoo memiliki keinginan besar untuk menjodohkanku dengan salah satu kenalannya. Katanya, aku sudah terlalu lama menyendiri dan itu membuatku menjadi sangat keras kepala.

"Memangnya ia siapamu? Teman dari perkumpulan anak pengusaha juga?" tanyaku sedikit sarkas.

Kyungsoo menggeleng, lalu kembali tersenyum lebar. "Ia sepupuku, tampan kan?"

Ya, lumayan tampan. Kecuali telinganya yang caplang.

"Aku tidak tertarik padanya," ucapku malas.

Kyungsoo seketika menatapku dengan tajam, "Wae?"

"Aku tak mau berhubungan dengan lelaki yang sudah ada hubungan dengan Luhan,"

Kyungsoo mengernyitkan dahinya. "Darimana kau tau ia punya hubungan dengan Luhan?"

"Ya! Kau tak lihat tadi bagaimana mereka saling bertatapan dengan intens, seolah mereka adalah sepasang kekasih yang lama tak bertemu," jawabku hiperbolis.

Kyungsoo menjitak dahiku dengan keras, "Khayalanmu saja,"

Aku merengut kesal seraya mengusap dahiku. "Lagipula, apa kau tak tau hubungan sepupumu itu dengan Luhan?"

Kyungsoo kembali menggeleng. "Chan oppa terlalu sibuk semenjak kuliah menjadi dokter. Aku jadi jarang bertemu dengannya,"

Aku tersenyum mengejek, "Semoga saja Luhan tak menjadi besanmu nanti,"

"Ya!" dan dahiku kembali menjadi korbannya.

Malam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun pesta masih berjalan. Aku duduk di salah satu bangku di luar ruangan dengan keadaan setengah mabuk. Kurasa aku memang sudah minum terlalu banyak. Dari sudut mataku, ku lihat seorang lelaki yang juga tengah meminum wine-nya dengan cepat. Wajahnya terlihat kusut.

Tunggu, itu bukankah sepupu Kyungsoo tadi?

Aku menggelengkan kepalaku sendiri, untuk apa lelaki sepertinya minum dengan wajah kesal seperti ini. Lebih baik aku menghubungi Kyungsoo. Aku butuh kembali ke kamarku.

.

Chanyeol POV

Suasana hatiku kacau. Rasanya menyebalkan harus bertemu dengannya di pesta seperti ini. Setelah perpisahan kami yang bisa dikatakan tidak baik, kami bertemu kembali dengan tidak sengaja seperti ini. Moodku berantakan seketika.

Aku kembali meminum wine ada ada di tanganku dengan cepat. Tak peduli sudah berapa banyak wine yang kuhabiskan, yang kubutuhkan saat ini adalah ketenangan batinku.

Sial. Gadis itu selalu saja berhasil mengacaukan hidupku.

.

Kyungsoo menatap kesal ke arah Baekhyun yang tengah terduduk dengan setengah tertidur. Kepala gadis itu tersembunyi di balik kedua lengannya yang ia tumpukan di atas meja.

"Ya! Bangun, Baek. Kau bilang kau ingin pulang," ucap Kyungsoo untuk kesekian kali.

"Hmm," Baekhyun mendongakkan kepalanya seraya menatap Kyungsoo dengan wajah mengantuk. "Kepalaku sakit, Kyung,"

"Salahmu sendiri, kenapa kau minum terlalu banyak?" Kyungsoo menatap kesal ke arah gelas kosong yang berada di sisi lain meja itu.

"Aish, bagaimana aku membawamu pulang," gumamnya kesal. Ia menatap ke sekelililing, berusaha mencari bantuan. Dan kemudian ia tersenyum lebar begitu mendapati sosok yang ia kenal.

"Oppa," panggilnya dengan sedikit berteriak.

Sosok itu menoleh seketika. Ia pun berjalan mendekat saat Kyungsoo melambaikan tangannya.

"Ada apa?" tanyanya dengan suara serak.

Kyungsoo seketika mengenyitkan dahi. "Kau juga mabuk, oppa?"

Sosok itu menggeleng dengan cepat, lalu tersenyum. "Tidak," balasnya dengan suara yang sudah kembali menjadi berat.

Sosok itu tak lain adalah Chanyeol. Ia menatap ke arah Baekhyun yang masih merebahkan kepalanya di atas meja.

"Apa ada masalah?" tanyanya lagi, merujuk ke arah Baekhyun.

Kyungsoo kembali menunjukkan wajah manisnya. "Temanku sedikit mabuk, oppa. Dan aku ingin membawanya pulang ke kamarnya. Tapi pesta belum selesai, jadi aku tak bisa pergi,"

Chanyeol mengangguk kecil mendengar penjelasan Kyungsoo. "Lalu, kau butuh seseorang untuk membawanya ke kamarnya?"

Kepala Kyungsoo mengangguk-angguk dengan cepat.

"Baiklah, aku bisa membawanya. Lagipula aku juga akan kembali ke kamarku," ucap Chanyeol akhirnya.

Mata bulat Kyungsoo berbinar seketika, "Benarkah, oppa?"

"Hmm," Chanyeol tersenyum lembut. Ia lalu berjongkok dengan punggung membelakangi di depan Baekhyun.

"Bantu aku mengangkatnya ke punggungku,"

Kyungsoo, tanpa menunggu lebih lama, segera membantu menaikkan Baekhyun ke punggung Chanyeol. Gadis yang sudah setengah sadar itu seketika memeluk leher Chanyeol dengan erat dan menyamankan kepalanya di bahu Chanyeol.

"Ini kunci kamarnya, oppa," ucap Kyungsoo seraya memberikan sebuah kartu kamar hotel pada Chanyeol. "Terimakasih banyak oppa, maaf merepotkanmu,"

Setelah membalas dengan senyuman kecil, Chanyeol pun segera beranjak keluar dari pesta itu menuju hotel yang mereka tempati.

.

.

Berjalan di tengah malam dengan seorang gadis yang tertidur di punggung tentu bukan hal yang sulit. Meski beberapa kali harus berhenti karena membenarkan posisi Baekhyun di punggungnya, Chanyeol toh tak merasa terganggu karena nyatanya tubuh Baekhyun memang ringan. Sangat ringan malahan.

Perjalanan dari area pesta hingga kamar Baekhyun tak membutuhkan waktu lama, karena area pesta itu memang masih dalam area hotel. Chanyeol sedikit kesulitan saat harus membuka pintu dengan kedua tangan yang menyangga kaki Baekhyun. Dan setelah sedikit pengorbanan, ia pun berhasil masuk.

Chanyeol merebahkan tubuh Baekhyun perlahan. Tak lupa, ia melepaskan heels yang dipakai gadis itu dan menyelimutinya dengan benar. Setelahnya ia terduduk di salah satu sofa, sekedar beristirahat sejenak setelah menggunakan banyak tenaganya.

Tak berapa lama, mata Chanyeol membulat. Baekhyun yang tertidur tiba-tiba saja menendang selimutnya hingga terjatuh. Ia mendudukkan dirinya di atas tempat tidur dengan setengah sadar.

Baekhyun sedikit terkejut saat mendapati Chanyeol yang tengah menatap aneh ke arahnya.

"Oh, sepupu Kyungsoo," ujarnya seraya tersenyum kecil.

"Oh, annyeonghaseyo," Chanyeol menyapanya dengan kikuk. Baekhyun membalas dengan membungkukkan tubuhnya.

"Apa kau yang membawaku kemari?"

Chanyeol mengangguk, masih dengan wajah kikuknya. Hal itu membuat Baekhyun terkikik geli.

"Terimakasih," Baekhyun tersenyum tulus. "Aku tiba-tiba merasa lapar. Apa kau mau makan sesuatu bersamaku?"

Chanyeol sedikit mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Baekhyun.

"Aku yang traktir,"

.

Dan mereka pun berakhir di sebuah kedai ramen yang malam itu cukup sepi. Tentu saja karena ini sudah tengah malam, dan kebanyakan orang memilih untuk beristirahat di rumah mereka masing-masing.

Baekhyun menikmati ramennya dengan lahap, sedangkan Chanyeol hanya memperhatikan gadis itu dengan seksama. Ia justru sibuk meminum perlahan bir yang juga mereka pesan.

Baekhyun masih mengenakan gaunnya yang dilapisi dengan jas milik Chanyeol.

"Kau tidak makan juga?" Baekhyun menghentikan kegiatannya sejenak dan menatap mangkuk ramen milik Chanyeol.

"Aku sudah kenyang,"

"Kalau begitu, buatku saja," Baekhyun tanpa ragu menarik mangkuk milik Chanyeol dan mengambil isinya.

Chanyeol mengernyitkan dahi. Baru kali ini ia bertemu dengan gadis seperti Baekhyun. Gadis yang tidak canggung dengannya meski mereka baru bertemu.

"Apa kau sedang depresi?" tanya Baekhyun lagi di sela-sela acara makannya.

Chanyeol menatap Baekhyun dengan tatapan bingung.

"Maksudku, kau dan Luhan," Baekhyun berhenti sejenak, memikirkan kata-kata yang tepat. "Apa kalian pernah berhubungan sebelumnya?"

Chanyeol terdiam sejenak. Tampak ragu untuk menjawab pertanyan Baekhyun.

Baekhyun yang melihat raut wajah Chanyeol akhirnya mengalah, "Kalau kau tak mau cerita juga tak masalah,"

"Kami pernah berpacaran sebelumnya," jawab Chanyeol akhirnya.

Baekhyun menghentikan kegiatan makannnya seketika, bersiap mendengar cerita Chanyeol.

"Tapi sekarang sudah tidak," tambah Chanyeol lagi.

"Kenapa?" tanya Baekhyun penasaran. Bukan tanpa alasan memang, karena ia memang berencana mencari tau kelemahan Luhan dari Chanyeol.

Chanyeol mengendikkan bahu, "Masalah sepele,"

"Jika hanya masalah sepele, kenapa harus berakhir?

Bukannya menjawab pertanyaan Baekhyun, Chanyeol justru kembali meminum birnya dan menegaknya hingga habis. Baekhyun terdiam, sadar jika pertanyaannya sudah terlalu jauh.

"Apa kau tak ingin pulang?" tanya Chanyeol mengalihkan pembicaraan.

Baekhyun menggeleng kecil, "Tidak, nanti saja. Jika kau ingin pulang dulu, pulang saja,"

"Aku akan menunggumu," dahi Baekhyun mengenyit mendengar pernyataan Chanyeol.

"Aku bukan tipe lelaki yang tega membiarkan seorang gadis pulang seorang diri tengah malam begini,"

Baekhyun tertawa kecil mendengar itu.

.

Baekhyun dan Chanyeol sudah kembali ke hotel. Mereka tengah berada di dalam lift saat Chanyeol tiba-tiba teringat sesuatu.

"Sial," umpatan Chanyeol itu membuat Baekhyun seketika menoleh ke arahnya.

"Ada apa?"

"Aku tinggal sekamar dengan temanku, dan kunci kamar kami dibawa olehnya," jelas Chanyeol yang saat ini sedang sibuk mengotak atik handphonenya.

"Dan sialnya, handphoneku juga mati,"

"Tinggal saja di kamarku," jawab Baekhyun santai. "Kau bisa mengisi baterai handphonemu di kamarku juga,"

"Apa tak masalah?" Baekhyun mengangguk kecil. "Hitung-hitung sebagai hutang budiku karena kau sudah menggendongku pulang,"

.

Baekhyun tak memikirkan apapun saat menyarankan Chanyeol untuk tinggal di kamarnya, karena ia sendiri juga terlalu sering menghabiskan waktunya bersama teman laki-lakinya.

Menjadi mahasiswi jurusan mesin membuatnya terbiasa bergaul dengan laki-laki. Hal itu membuatnya menjadi gadis yang supel dan pemberani. Teman lelakinya sesama jurusan teknik mesin tak menganggapnya sebagai seorang gadis. Saling berbagi cerita dan rahasia, bahkan membuka aib masing-masing. Ia bahkan seringkali mengikuti acara yang mana mengharuskannya tidur bersama-sama dengan teman-teman lelakinya.

Namun ia tak pernah menyangka jika ternyata tidur di ruangan yang sama dengan Chanyeol rasanya berbeda dibandingkan saat ia bersama teman lelakinya yang lain. Meski Chanyeol telah menolak tidur di ranjang yang sama dan memilih tidur di sofa, tetap saja ada suasana yang ganjil yang ia rasakan.

Tubuhnya tiba-tiba terasa memanas saat lelaki itu tiba-tiba saja membuka kemejanya, menyisakan sebuah kaos putih polos ketat yang menempel di tubuhnya. Perut sixpact serta lengan kekarnya tercetak jelas. Ini bukan pengalaman pertama Baekhyun melihat tubuh lelaki, tapi tubuh Chanyeol cukup membuatnya berkeringat dingin.

Baekhyun saat ini sudah mengganti gaun yang sebelumnya ia pakai dengan sebuah kaos dan hotpants. Ia terduduk di atas tempat tidurnya seraya menatap Chanyeol yang tengah menata bantal sofa untuk ditidurinya

"Aku tak suka tidur dengan selimut. Kau mau selimut?" tawar Baekhyun.

"Tidak, untukmu saja," balas Chanyeol tanpa menatap ke arahnya. Lelaki itu sedang sibuk memainkan handphonenya yang sudah kembali menyala.

"Apa temanmu sudah membalas?" tanya Baekhyun lagi.

Chanyeol menggeleng, "Kurasa ia sudah tidur,"

Baekhyun mengangguk-angguk kecil, lalu mulai merebahkan dirinya.

"Aku tidur dulu,"

Tanpa menunggu jawaban Chanyeol, gadis itu sudah berbaring dengan nyaman tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.

Chanyeol melirik sekilas, sedikit tergoda dengan paha Baekhyun yang terekpos mulus di hadapannya.

"Tidak bisakah kau tidur dengan benar?"

Baekhyun menoleh dan menatap Chanyeol dengan bingung. "Apa?"

"Pahamu itu. Kau sengaja menggodaku atau apa?" ucap Chanyeol sedikit kesal.

Baekhyun terkikik geli, "Kau merasa tergoda?"

"Bagaimanapun aku masih seorang pria,"

Baekhyun semakin terkikik geli. "Dasar nafsuan,"

Dan setelah itu, Baekhyun justru semakin sengaja menyilangkan kakinya, berpose sok eksotis di atas tempat tidur.

"Sial," tubuh Chanyeol menegang, tak kuasa menahan hawa nafsu lelakinya. Baekhyun tertawa semakin keras, seolah semakin senang menggoda lelaki itu.

Namun tawa Baekhyun tak berlangsung lama, karena Chanyeol tiba-tiba beranjak berdiri dan menubruk tubuhnya dengan cepat. Baekhyun yang terkejut hanya terdiam dan terpaku.

"Kenapa? Merasa takut denganku?" kali ini Chanyeol-lah yang menggodanya. Lelaki itu menindih tubuh Baekhyun dengan kedua tangan menumpu di sebelah kepala Baekhyun.

"Siapa bilang," balas Baekhyun dengan senyum mengejeknya kembali. Namun dalam hatinya ia menggerutu karena jantungnya berdetak sangat cepat.

"Kau keras kepala juga,"

"Memang,"

Melihat Baekhyun yang masih memasang wajah mengejeknya membuat Chanyeol semakin tertantang menggoda gadis itu. Ia pun mulai menghisap leher jenjang Baekhyun, membuat gadis itu seketika mendesah keras.

"Ahh, Chanyeol-ssi,"

Chanyeol mulai tak bisa mengontrol dirinya. Efek wine serta bir yang ia minum sebelumnya mulai terasa. Tubuhnya menegang dan memanas, apalagi setelah mendengar desahan lemah Baekhyun.

"Mari kita lihat apa yang kau punya, sayang," sebelah tangan Chanyeol bergerak memasuki bagian dalam kaos Baekhyun. Ia pun meraba sepasang gundukan di dada Baekhyun, meremasnya dengan kuat membuat desahan Baekhyun semakin terdengar.

"Milikmu besar juga,"

"Sialan kau, Park Chanyeol," gumam Baekhyun di sela-sela desahannya.

Chanyeol tertawa mendengar reaksi Baekhyun. Tangannya mulai turun ke bawah, meraba perut langsing Baekhyun dan terus turun hingga tangannya mulai menyentuh hotpants milik Baekhyun.

"Ck, ini mengganggu,"

Namun belum sempat Chanyeol membukanya, Baekhyun sudah lebih dulu menahan tangannya.

"Tunggu. Kita lihat dulu apa yang kau punya," tantang Baekhyun.

Chanyeol menyeringai lebar, lalu tanpa menunggu lagi ia segera membuka celana bahan yang dikenakannya, menunjukkan miliknya yang sudah tegang di balik celana dalam miliknya.

"Wah," tanpa sadar Baekhyun berujar takjub. Chanyeol tersenyum bangga.

"Boleh kulihat milikmu?" Baekhyun mengangguk kecil. Ia mendesah pasrah saat Chanyeol sudah berhasil melepas hotpantsnya dan celana dalamnya.

"You f*ck a virgin girl?"

Baekhyun tertawa kecil, lalu ia mulai beranjak menggunakan celana dalamnya lagi. Chanyeol yang melihat itu buru-buru menahannya.

"Kenapa?" tanya Baekhyun polos. Chanyeok tertawa gemas melihat wajahnya.

"Kau pikir aku memintamu membukanya hanya untuk melihatnya?" pertanyaan Chanyeol itu membuat wajah Baekhyun menegang.

"Kau tak mau bertanggung jawab karena membuatku tegang?" ucap Chanyeol lagi dengan seringaian di wajahnya.

"Tidak, Park. Aku tak bisa melakukannya, aku tak mau melakukannya," Baekhyun menggeleng frustasi. Keringat dingin memenuhi pelipisnya.

Tapi Chanyeol tak peduli, ia justru kini mulai melepas celana dalamnya.

"Aku hanya ingin menggodamu, sungguh," ucap Baekhyun lagi.

Dan ketika Baekhyun ingin kembali menolak, Chanyeol sudah menyumpal bibirnya dengan bibir miliknya. Lidahnya menyusup paksa ke dalam mulut gadis itu. Cukup lama hingga keduanya terhenti karena kehabisan nafas.

"Aku berjanji memperlakukanmu dengan lembut," lirih Chanyeol seraya mengusap lembut poni Baekhyun.

Baekhyun menghela nafas pasrah sebelum akhirnya Chanyeol benar-benar memasukkan miliknya ke dalam lubang Baekhyun.

Baekhyun berteriak kesakitan. Meski Chanyeol menepati janjinya untuk bermain lembut, tetap saja Baekhyun merasa kesakitan. Tentu saja karena ini merupakan kali pertamanya.

Pinggul Chanyeol bergerak naik turun dengan ritme teratur, dan setiap masuk, Chanyeol selalu mengecup lembut bibir Baekhyun, membuat gadis itu mau tak mau tersenyum di sela-sela desahannya.

"Aku merasa saat ini kau lebih cantik daripada saat di pesta tadi," bisik Chanyeol di sela-sela kegiatan mereka.

"Aku tidak tau kau setampan ini," balas Baekhyun dengan berbisik pula. Desahannya kembali terdengar saat Chanyeol menyentaknya dengan keras.

"Aku merasa sesuatu akan keluar,"

"Keluarkanlah," desah Chanyeol. "Aku juga akan mengeluarkan milikku,"

Setelah orgasme pertama itu, mereka belum merasa puas. Mereka kembali melakukannya, kali ini dengan Baekhyun yang berada di atas tubuh Chanyeol.

"Jangan katakan ini pada Kyungsoo," ucap Baekhyun tiba-tiba.

Chanyeol mengernyitkan dahi, "Kenapa?"

"Aku punya harga diri yang tinggi," Chanyeol semakin mengernyit bingung. Baekhyun tertawa melihatnya dan mengecup bibir lelaki itu.

Orgasme kedua, ketiga dan keempat terjadi, hingga akhirnya mereka kelelahan dan tidur dalam posisi memeluk satu sama lain.

.

Pagi itu, mereka terbangun bersamaan karena sebuah panggilan dari Kyungsoo. Baekhyun buru-buru mengenakan kembali celananya dan mengambil handphonenya yang berada di atas nakas.

Chanyeol tak sedikit berbeda. Setelah mengenakan kembali celananya, ia mengambil handphone miliknya dan mengeceknya.

"Aku sudah di kamar, Kyung," terdengar suara Baekhyun yang menjawab teleponnya di balkon kamar.

Chanyeol diam-diam memperhatikannya.

"Iya, aku diantar oleh sepupumu," ia menoleh sekilas ke arah Chanyeol, membuat kedua mata mereka bertemu dan akhirnya saling mengalihkan pandangan dengan canggung.

"Baiklah. Iya, aku akan kesana,"

Setelah mematikan teleponnya, Baekhyun kembali beranjak masuk ke kamarnya. Suasanan canggung kembali terasa saat mereka duduk berhadapan.

"Malam tadi, aku," ucap Chanyeol berusaha menjelaskan. Namun Baekhyun buru-buru memutusnya.

"Tidak, aku juga salah," jawabnya dengan cepat. "Itu hanya kesalahan jadi kupikir lebih baik kita jangan mengingatnya lagi,"

Chanyeol mengangguk setuju, namun tetap dengan wajah bersalah. "Tetap saja aku meminta maaf,"

Baekhyun menggigit bawah bibirnya, memikirkan sesuatu. "Kau ingat janjimu semalam kan?"

Chanyeol menatapnya bingung, "Yang mana?"

"Jangan katakan pada Kyungsoo," ucap Baekhyun. "Dan siapapun,"

"Tentu,"

Dan pertemuan singkat mereka pun berakhir dengan perjanjian itu.

.

TBC or NOT?

Jangan salahkan gue jika ini kurang hot, wkwkwk :p