WARNING!

IF YOU DON'T LIKE BOYS LOVE/SHONEN AI/YAOI, PLEASE JUST IGNORE IT.

Author : Nappeun Bam

Fandom : GOT7

Cast : Im Jaebum, Wang Jackson, Junior, Mark, Yongjae, Bambam, Yugyeom

Pairing : Im Jaebum, Wang Jackson

Rated : M

Lenght : 2 shoot

Genre : Romance, Hurt/Comfort, Angst

Disclaimer : All cast belongs to God and themselves.

Apakah ada yang salah dengan kata cinta? Apakah salah bila dua insan saling mencinta? Manakah yang salah? Cintakah yang salah? Atau dirinyakah yang salah karena berani mencinta?

"Mari kita akhiri hyung! Kita.. Kita kembalikan semuanya seperti semula, seperti waktu ketika kau belum mencintaiku hyung."

"Semua keindahan ini. Malam ini. Hanya kita. Biarkan menjadi milik kita."

"Hapus! Ku mohon hapuskan."

Kegelisahan merengkuh hatinya. Merasakan ketakutan-ketakutan yang mulai menguasainya. Pria cantik berhelaikan rambut ungu terus mendesak, meminta penjelasan kepada pria lain yang sedang memeluknya. Merengek penjelasan akan suasana di sekelilingnya, ia benci, benci suasana seperti ini. Suasana di mana tak ada kenyamanan, hanya ada ketegangan dan kekhawatiran mengisi ruang tamu di dorm mereka.

"Mark hyung, apa yang terjadi? Ku mohon jelaskan hyung." Yugyeom, pria berambut ungu kembali meminta penjelasan kepada hyung yang memeluknya. Dengan mata yang mulai berair, menggambarkan akan kegelisahannya.

"Tidak ada apa-apa Yugyeomie. JB hanya butuh istirahat lebih. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Mark tersenyum, menenangkan dongsaengnya yang terlihat akan menangis.

Tidak hanya Yugyeom, ke-empat pria lainnya pun merasakan kekhawatiran yang sama. Merasakan ada yang salah dengan situasi ini. Ruangan yang biasa dipenuhi dengan teriakan dan tawa, kini hanya sunyi. Menyaksikan satu pria lainnya yang sedang sibuk mengenakan mantelnya.

Jaebum, atau biasa mereka memanggilnya JB, pria yang sedang memakai mantelnya dan melilitkan syal hangat pada lehernya. Ia adalah penyebab semua ketegangan ini. Bagaimana tidak, ia yang tiba-tiba keluar dari kamarnya dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan, sambil membawa koper besar yang sepertinya membawa semua pakaiannya.

"Aku akan pulang untuk sementara. Jaga diri kalian selama aku tidak berada di sini." Ujar JB dengan dingin, namun tanpa rasa kebencian.

"Tapi kenapa ti..."

"Aku pergi!" Potong JB, tidak membiarkan member lain mempertanyakan kepergiannya. Tidak sekarang. Ia tidak bisa menjelaskan. Bila ada saatnya ia akan menceritakannya. Hanya biarkan ia menenangkan pikirannya. Hanya untuk saat ini. Mohonnya.

"Jackson hyung, ada apa dengan Jaebum hyung? Kau kan yang paling dekat dengannya. Kau pasti mengetahui sesuatu hyung. Katakan pada kami!" Tanya Youngjae penuh harap, berharap ia akan mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi.

"Iya Hyung, ku mohon jangan menyembunyikan sesuatu kepada kami. Ku mohon." Lanjut Magnae lainnya, Bambam.

"Apa kalian bertengkar? Apa Jaebum hyung sakit?"

"Jaebum hyung tidak dikeluarkan dari grup kan? Jackson hyung, ku mohon katakan sesuatu!"

Pertanyaan demi pertanyaan tertuju padanya tanpa henti. Hey! Kenapa semua bertanya padanya? Ia bahkan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ataukah JB hyung seperti ini karena pernyataannya tempo lalu? Entahlah. Ia pun ingin tahu kenapa Jaebum hyung pergi meninggalkan mereka tanpa alasan. Jadi, dapatkah mereka berhenti bertanya?

"Aku pun tidak tahu." Singkatnya, dan beranjak meninggalkan mereka, sebelum pertanyaan-pertanyaan mereka semakin menjadi aneh dan tidak masuk akal.

Hal ini tidak pernah terjadi sebelumnya, semenjak mereka debut sebagai Got7. Mereka, JB, Mark, Jackson, Junior, Yongjae, Bambam dan Yugyeom, tidak pernah melihat sang leader begitu menakutkan atau bisa dikatakan lebih terlihat begitu mengkhawatirkan. Bila ada masalah, mereka akan selalu berbagi dan saling membantu hingga masalah terselesaikan. Namun mengapa sang leader berlaku demikian? Apakah yang sesungguhnya ia sembunyikan? Jackson terlalu lelah untuk memikirknnya saat ini. Sepertinya ia juga harus beristirahat, menenangkan pikirannya atas kejadian hari ini.

Bbrragghh—

Suara dentuman keras menggema dalam kamarnya. Tercipta dari koper yang ia lempar kesembrang arah.

Hufftt~

Dengan hembusan nafas berat Jaebum merebahkan tubuhnya di kasur yang sudah lama ia tidak gunakan. Setelah satu jam setengah, akhirnya ia sampai di rumahnya. Hari ini terasa begitu melelahkan baginya. Hingga ia memutuskan untuk membasuh tubuhnya sebelum ia mengistirahatkan tubuhnya, melelapkan matanya.

Ia memutar keran showernya, membiarkan air mengalir membasahi rambut hingga ujung kakinya. Menghantarkan kesegaran melalui pori-pori kulitnya. Menyeruakkan aroma lemon menyegarkan menggelitik inderanya. Mengingatkan memori yang seharusnya diabaikan.

"Kalian duluan saja, aku akan menunggu Jackson." Ujar JB kepada member lainnya, yang sepertinya sudah tidak sabar untuk pergi berolahraga malam di taman dekat apartement mereka. Tentu saja, kesempatan seperti ini sangat sulit untuk meraka dapatkan dikarenakan jadwal mereka yang begitu padat.

"Oke, dan cepat menyusul hyung." Jawab Junior. Mereka pun meninggalkan dorm dengan penuh semangat.

"Jackson-aah? Apa kau mati membeku di kamar mandi?" Teriak JB, terdengar kasar namun terpantri tawa di bibirnya.

Sudah lebih dari lima belas menit Jackson tidak juga keluar dari kamarnya. Karena merasa tidak mendapat jawaban, ia pun langsung memasuki kamar Jackson.

"Ya! Hyung! Aku sedang mengganti pakaian. Apakah kau tidak punya tangan untuk mengetuk pintu?" Protes Jackson.

"Apa kau tidak memiliki mulut untuk menjawab panggilanku, jackson-ah?" mendengus, JB membalikkan protes yang dilontarkan Jackson.

"Apa pita suaramu putus, hingga suaramu tidak bisa menembus pintu kamarku hyung?" Celoteh Jackson, sepertinya ia belum ingin mengalah.

"Apa gendang telingamu pecah hingga kau tidak bisa mendengar teriakanku, huh?" Balas JB dengan tawa mengejek.

"Aish.. Ada apa dengan wajahmu itu hyung? Membuatku merinding."

"..."

"Hyung?"

"Hyung?" tanya Jackson terus menerus, ada apa dengan hyungnya? Ada apa dengan tatapan itu?

JB menjadi diam. Senyuman manis terpatri di wajahnya. Menatap objek menawan yang berada di hadapannya. Objek yang menyita perhatiannya belakangan ini. Yang bahkan ia baru menyadari, betapa menawan dan mempesonanya ia bila dipandang. Ia mendekati objek tersebut, menyentuh lembut permukaan yang terpampang.

Chuu~

Kecupan lembut JB daratkan pada objek yang kini terdiam membeku. Semburat merah muda muncul perlahan menghiasi permukaan kulitnya yang putih.

"Kenapa aku baru menyadari, bahwa kau begitu cantik? Katakan padaku, apa yang telah kau lakukan padaku sehingga aku bisa terjebak oleh pesonamu, Jackson-ah?" Ungkap JB pada objek yang tidak lain adalah Jackson.

Jackson, seseorang yang telah menjeratnya ke dalam pesona yang memabukkan. Seseorang yang saat ini sedang termenung dengan mata puppynya yang melebar dan bibir merah mudanya sedikit terbuka karena terkejut, membuatnya terlihat semakin imut dan membuat JB tidak tahan untuk menciumnya kembali.

JB menciumnya kembali, melumatnya dalam dan lembut. Ini begitu memabukkan. Beberapa wanita ia telah kencani, namun perasaan ini begitu berbeda. Ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya, ia tidak dapat menggambarkan apa yang ia rasakan saat ini. Seperti ada yang menariknya, bagai candu yang membuatnya ingin menyentuhnya lebih dan lebih.

Enghh~

Terdengar lenguhan dari lawan mainnya. Jackson tidak melawan, ia menikmatinya. Ia tak sanggup menolaknya. Pria yang selama ini begitu ia inginkan, kini menciumnya bahkan melumat bibirnya dan memeluk dirinya begitu erat. Ia menyukai sensasi ini. Mereka menyukainya. Saling melumat, menghantarkan hasrat mereka yang selama ini terpendam. Hingga salah satu dari mereka melepas pautan mereka.

"Kau ingin membunuhku, HAH?! Setidaknya biarkan aku sejenak menghirup udara!" Protes Jackson, yang merasa seperti pasokan udaranya menipis akibat ulah hyungnya.

"Jika kau kehabisan udara, aku akan dengan senang hati memberikan nafas buatan untukmu Jackson-ah." Goda JB.

"Dumbass!" Hardik Jackson, namun semburat merah tak hilang dari wajahnya. Membuatnya terlihat menggemaskan di mata JB.

"Sepetinya aku mendapatkan hal baru yang menyenangkan." (Smirk) Gumam JB, sambil memandangi Jackson yang sedang memakai kaos dan jaketnya dengan ekspresi malu yang menggemaskan. Namun ia memilih meninggalkan Jackson, membiarkan Jackson mengenakan pakaiannya.

"Jika dalam hitungan kelima kau belum selesai. Aku akan meninggalkanmu sendirian di dorm, Jackson!" Teriak JB, sambil meninggalkan dorm.

"YA! Hyung kau belum berhitung. Kenapa kau sudah meninggalkan aku? HYUUNG.. tunggu aku!" Teriak Jackson, ia segera menyusulnya. Ia sangat takut sendirian. Ia benci akan kesendirian.

"KKkkkk..." Tawa bahagia lolos dari bibir JB, begitu menyenangkan mengerjai dongsaeng hyperaktifnya. Tawanya tak henti, bahkan sampai sang korban membalasnya dengan pukulan berkali-kali.

Mereka pun pergi bersama menuju taman, di mana member lainnya telah menunggu mereka. Meski perjalanan mereka dipenuhi dengan cacian dan makian di antara mereka, namun tangan mereka selalu terpaut dan senyum kebahagiaan terpancar di wajah mereka.

Hufft~

Sepertinya hari ini ia begitu banyak menghela nafas. Semoga keberuntungannya tidak hilang hanya karena menghela nafas, seperti yang biasa dikatakan orang-orang. Namun, ia berharap semoga segala masalahnya dapat berkurang dari setiap helaan nafas yang ia hembuskan.

JB merebahkan tubuhnya yang terasa begitu berat di atas kasur empuknya. Mengabaikan panggilan ibunya untuk makan malam. Ia begitu lelah, rasa lelahnya mengalahkan lapar pada perutnya. Hanya ingin memulihkan tenaganya, biarkan ia terlelap lebih awal.

"Jackson." Gumamnya dalam tidur.

Ia gelisah dalam tidurnya. Dilema terus memenuhi hatinya. Ia pergi untuk mencari ketenangan, namun kenapa hatinya justru semakin gelisah? Begitu sulit ia untuk mengabaikannya, dia yang selalu memenuhi pikiran JB. Ia paksakan untuk terlelap. Menghantarkan ia pada bunga tidur, dalam rindu yang menggebu. Membayangkan terkasih yang kini tak dapat terengkuh.

Klek~

Suara knop pintu terbuka, menampakkan wajah tenang pria tampan. Memasuki kamarnya, menghampiri pria yang sedang terbaring di kasurnya, kasur mereka berdua. Ya, Jackson dan Mark, pria berdarah Hongkong dan Taiwan ini berbagi kamar bersama sejak menjadi Traineer.

"Apa yang terjadi?" Tanya Mark tanpa basa-basi, ia memang dikenal dengan kepribadian tenang dan tidak banyak bicara. Ia sedikit tahu mengenai masalah ini, masalah ini adalah tak jauh mengenai partner sekamarnya dengan sang leader. Sekian tahun bersama, tentu ia mengetahui segala hal mengenai teman sekamarnya, terutama jackson yang selalu bercerita apa pun kepadanya sebelum mereka terlelap tidur.

"Molla." Jawab Jackson dengan nada lelah. Bukan ia tidak tahu, hanya saja ia tidak yakin. Apakah pernyataannya waktu itu bisa membuat JB jadi seperti itu. Apakah yang ia katakan salah? Ia tidak tahu.

"Sepertinya, JB hyung seperti itu karena pernyataan ku waktu itu hyung." Lanjut Jackson yang disambut dengan anggukan dan pelukkan menenangkan dari seorang sahabat. Mark mulai mengerti akan situasi yang sedang terjadi. Ia membiarkan Jackson bersandar pada bahunya, meluapkan kegundahan hatinya. Yah, memang inilah yang mereka butuhkan. Saling menjauh dan menenangkan diri mungkin adalah salah satu hal yang lebih baik mereka lakukan untuk saat ini.

"Aku tidak bisa tidur hyung. Aku merasa gelisah, dan tak tahu mengapa."

"Apakah yang kulakukan benar, hyung? Aku benarkan hyung?" Jackson terus berceloteh, mencurahkan segala kegelisahannya.

"Aku mencintainya. Ini yang terbaik untuknya." Tutupnya, ia pun menutup matanya. Membiarkan kantuk menguasainya. Melelapkannya pada malam yang sunyi dengan rasa gundah yang tetap menyelubungi. Bergumam menyebut nama seseorang yang menyebut namanya pula dalam tidurnya.

"Jaebum hyung."

Jaebum terus memandangi Jackson yang sedang memunggunginya. Menatapnya dengan penuh tanda tanya. Ada apa gerangan Jackson memanggilnya. Tidak ada yang salah bila Jackson memanggilnya, bukankah ia telah lama bersama dengan pria berdarah Hongkong tersebut. Bahkan mereka telah menjadi sepasang kekasih.

Bila biasanya Jackson akan memanggilnya dengan penuh semangat. 'Jaebum hyung Jaebum hyung' ia akan memanggilnya dengan nada yang begitu menggemaskan. Namun saat ini ada yang berbeda. Panggilannya begitu hampa, bahkan tatapannya menggambarkan akan kegelisahan.

"Hentikan hyung. Kita hentikan saja semua ini!" Ujar Jackson tanpa membalikkan badannya.

"Mwo?" Respon JB, ia tidak salah mendengarkan kan? Ini begitu tiba-tiba.

"Aku tahu kau mengerti perkataanku hyung. Sudahi saja, kita akhiri saja hubungan bodoh ini hyung." Terang Jackson.

"Kau bercandakan? Apa yang kau rencanakan untukku my puppy, huh?" Sangkalnya, ini candaankan. Hey! Bukankah hubungan mereka baik-baik saja. Lalu mengapa Jackson ingin mengakhiri hubungan mereka. Ia merasa, pasti ini adalah trik Jackson untuk menjebaknya. Ia sudah berulang kali dibuat panik dan gelisah oleh kelakuan kekasih hyperaktifnya itu. Ia takkan terjebak lagi untuk kali ini. Pikirnya terus membatin, berharap ini hanyalah bualan belaka.

"Ini bukan lelucon hyung. Aku seruis." Sanggah Jackson.

"Tapi mengapa? Ada apa denganmu hah?" JB mendesak, memutar tubuh yang membelakanginya. Meminta penjelasan akan pernyataannya.

"Semua ini salah. Kita akhiri saja. Ini demi kebaikanmu hyung." Jawab Jackson dengan ragu.

"Kebaikan? Kebaikan apa maksudmu Jackson?! Katakan padaku, bukankah kita baik-baik saja?"

"Tidak hyung, tidak ada yang baik dengan hubungan kita. Tidak untukmu. Semua ini dapat menghancurkan karirmu." Terangnya, sungguh ia tidak akan membiarkan JB kehilangan semua impiannya, meskipun harus mengorbankan dirinya. Melepaskan orang yang begitu ia cintai.

"Dengar Jackson! Karirku tidak ada kaitannya dengan hubungan kita. Tidak akan terjadi apa-apa. Percayalah padaku, aku mencintaimu." JB mengecup kening Jackson, berharap kekasihnya akan mengerti dan menghilangkan kegelisahan yang dirasakan kekasihnya.

"Tapi hyung, bagaimana bila yang lain tahu? Seluruh fansmu? Orang tuamu? Bahkan agensi pasti takkan menerima ini hyung. Sebaikknya kita hentikan semua ini sebelum terlambat hyung." Jackson mencoba melepaskan pelukannya. Ia benar-benar takut, takut akan resiko hubungan mereka.

"Hei! Tidakkah kau mencintaiku?" JB kembali memeluk Jackson, berusaha untuk tetap tenang.

"Tentu saja aku mencintaimu hyung. Seharusnya kau abaikan saja apa yang gadis itu katakan. Seharusnya kau tidak terpengaruh oleh kata-katanya untuk menyukaiku hyung." Jawabnya dengan lesu.

"Bukankah justru itu lebih baik, sehingga kita bisa saling bersama seperti sekarang?"

"Tapi sekang sudah tidak menjadi baik hyung. Hubungan kita bisa menghancurkan karirmu hyung!"

"AKU KATAKAN INI TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN KARIRKU JACKSON!" JB mencengkram kedua bahu Jackson, amarahnya meluap. Ia tidak menyukai pembicaraan ini. Tidak ada yang salah dengan hubungan mereka. Apakah salah bila mereka saling mencintai? Hubungan sesama jenis sudah bukanlah hal yang tabu di negara mereka. Lalu mengapa Jackson bersikeras untuk mengakhiri hunbungan mereka?

"PD-nim akan memisahkan kita dari grup bila kita masih menjalin hubungan ini." Terang Jackson, mengatakan kejujuran yang sejak tadi ia sembunyikan.

Bagaikan terkena tamparan tiba-tiba. Tidak hanya sakit pada kulit, namun juga sakit pada jantungmu karena kejutan yang tiba-tiba. 'Memisahkan mereka dari grup?' bukankah ini keterlaluan mendapatkan hukuman seperti itu? Mereka bukanlah anak remaja lagi yang harus dilarang memiliki kekasih seperti awal debut mereka dahulu.

JB merenggangkan cengramannya pada bahu Jackson. Kakinya terasa lemas, dadanya terasa sesak. Harus dipisahkan dari orang yang ia cintai dan juga grupnya adalah hal yang tak pernah ia bayangkan. Ia tidak pernah ingin membayangkannya. Ia tidak akan pernah sanggup membayangkannya. Mereka adalah orang-orang yang ia cintai, ia takkan pernah sanggup untuk meninggalkan mereka.

"Park JY-nim tidak mengatakan apa-apa padaku. Kau pasti bercandakan? Kau berbohong?" Tanyanya meyakinkan, berharap bahwa ini hanyalah bualan.

"Aku mendengar semua, PD-nim mengatakannya pada manajer hyung. Aku mendengarnya semua hyung." Jawab Jackson dengan tubuh bergetar. Genangan air di pelupuk matanya pun mengalir membasahi pipinya, meluapkan sesaknya yang sejak tadi ia tahan.

Ia pun tidak ingin berpisah dengan yang lain, terutama seseorang yang telah merebut perhatiannya sejak pertama kali mereka bertemu. Ia ingin terus dapat mencintai JB dan mendapatkan cinta JB untuknya. Namun ia tidak ingin menghancurkan semua impian JB. Ia harus rela melepaskan JB, mengembalikan semua cinta yang ia dapat dari JB. semua demi orang yang ia cintai.

"Mari kita akhiri hyung! Kita.. Kita kembalikan semuanya seperti semula, seperti waktu ketika kau belum mencintaiku hyung." Pintanya dengan nada gemetar dan air mata yang terus mengalir.

JB hanya diam mematung mendengar pernyataan tersebut. Tubuhnya terasa mati, ia tak mampu menggerakkan tubuhnya. Kata-kata pun tak sanggup lolos dari bibirnya. Ini begitu menyakitkan baginya. Hatinya begitu perih, bagai luka yang tertabur garam.

Chup~

Jackson mengecup bibir JB, mengecup bibir yang selama ini selalu memberikan ia kehangatan. Mengecupnya lembut, menghantarkan rasa cintanya yang begitu dalam namun penuh penyesalan.

"Aku sangat mencintaimu hyung." Bisiknya pada JB dengan sendu. Kemudian ia beranjak pergi meninggalkan JB yang hanya bisa mematung mencerna semua kenyataan yang ia terima. Berharap ada seseorang yang dapat membangunkannya dari mimpi buruk ini.

To be continue...