戦い [Fight]

.

.

~Terkadang, untuk melakukan sesuatu yang benar..

.. Kita harus merelakan segala keinginan kita..

.. Bahkan..

.. Termasuk impian kita~

~Spider-Man~

.

~Seorang shinobi yang melanggar peraturan memanglah sampah..

.. Tapi orang yang meninggalkan temannya lebih buruk dari sampah..

.. Namun bahkan, shinobi yang mengabaikan perasaan temannya..

.. Lebih buruk dari itu semua~

~Hatake Kakashi~

.

.


"Hentikan semua omong kosong ini.,.!" gadis bersurai merah muda itu, mulai menitikkan air mata. Mengalirkan emosi yang membludak didada "Naruto belum mati...!"

Air mata terus mengalir, membasahi wajah sang gadis... "Dia belum mati... Takkan pernah... Ia akan bangun.. Dan kembali berkumpul bersama kita..!" gadis beriris emerald itu terus mengalirkan chakra kehijauan pada telapak tangannya. "Naruto-kun...!"

"Bangun, dan biarkan aku memanggilmu dengan sebutan itu..!"

"Bangunlah, dan kita akan hidup bersama. Indah selama lamanya!" semua makhluk yang melihat itu hanya bisa menatap dalam tanah yang mereka pijak..

Langit mulai menangis.

Seakan ikut merasakan hilangnya sang matahari yang pembawa perdamaian tersebut.

Namun harapan, tetaplah harapan. Impian biarlah hanya jadi angan. Yang perlahan memudar, hilang bersamaan dengan waktu yang selalu egois.

.


Judul : Tattakae [Fight]

.

Pair : Untuk Friendship.. Yah, everyone lah!

.

Disclaimer : Aish, hamba yang hina dina ini nggak mungkin bisa bikin super duper Masterpiece kaya Anime Naruto dan Shingeki no Kyojin kan?

.

Warning : Coretan ini fully abal, jelek -pake BGT, typo kaya lagi lebaran, jauh dari apa yang namanya EYD. Kata-kata nggak nyambung. Bukan merendah. Tapi, memang sudah rendah.. Dan yah ngegenepin itungan archive X-over ini jadi 72.


.

Gadis itu hanya bisa menggoyangkan tubuh lemah penuh luka pemuda pirang didepannya..

.. Pemuda yang telah mengajarinya apa itu hidup

.. Pemuda yang tetap tabah walau telah ia tolak berbelas, berpuluh, bahkan mungkin berjuta kali..

.. Pemuda yang kini sadari sebagai cintanya..

.. Dan juga, pemuda yang telah mengorbankan nyawanya demi dunia.

"Naruto-kun..!" suaranya mulai hilang menyerak, seolah dikerongkongannya terdapat sebuah lubang hitam. Yang siap menarik, menghapus apapun yang ada didekatnya. Ia sudah tak bisa menangis. Seolah, air mata telah habis untuknya.

Air matanya telah terhanyut, terbawa angin harapan yang kini meninggalkannya.

Kini pria yang sekaligus merangkap sebagai ayah dari raga lemah tersebut mulai mendekati gadis bersurai merah muda itu. Menepuk pelan pundak sang gadis. "Sudahlah, Naruto melakukan ini agar kita tidak bersedih lagi." menghela nafas, menetralisir emosi dihatinya. Pria itu sedih, ya pasti. Bagaimanapun juga, pemuda itu anaknya. Orang tua mana yang tidak menitikkan airmata duka saat anaknya pergi jauh terpisah dengannya? Tidak ada.

Memaksakan senyum bertengger diwajahnya. Ia mulai melanjutkan, "Nah, kalau kau terus begini... Ia akan cemberut dari atas sana..!"

Gadis itu segera berbalik. Menghadap orang yang ia harap menjadi ayahnya juga kelak. "Naruto-kun belum mati..!"

Mata emeraldnya berkilat emosi. "Naruto-kun hanya.."

"Hanya.."

"Hanya.."

Sial, otaknya berhenti bekerja. Lidahnya terasa kelu. Gadis itu kini, hanya bisa memeluk jasad tanpa nyawa didepannya. Mulutnya terus terisak.

Ia peluk lebih erat raga tersebut. Seolah, menyoba merebut sisa nyawa yang telah diambil sang maut. "Ia hanya lelah.." hanya itu yang keluar dari bibir cherry murid sang Gondaime hokage [Bayangan api kelima]


"Akhirnya.. Aku bisa bebas.." Naruto hanya menghela nafas lega. Setelah perjuangan antara hidup mati. Akhirnya ia bisa mewujudkan salah satu impiannya. Perdamaian.

Yah, walaupun.. Mengharuskannya menyegel tubuh sang dewi kelinci dengan segel pengunci terkuat yang pernah ada..

Shiki fujin

"Tapi, apakah Goshujin-sama [Master] sudah yakin?"

"Eh? Apa maksudmu, Kurama?" pemuda itu hanya menatap bingung gadis personifikasi dari Kyuubi no Yoko [Kyuubi si rubah iblis] tersebut. "Maksud Kurama.."

"Bukannya impian Goshujin-sama dari dulu adalah, menjadi Hokage?" Ia melanjutkan, "Lalu, kalau Goshujin-sama selesai disini.. Itu sama saja Goshujin-sama meninggalkan impian untuk, diakui.."

"Lalu, apa yang bisa kulakukan? Kembali keduniaku? Nggak bisa Kurama.. Kita ada dibatas dunia.. Dan, Shinigami-pun mengawasi kita"

"Ayolah.. Bukan ini Goshujin-sama yang Kurama kenal"

"Kurama bisa membuat Goshujin-sama hidup lagi..." setitik sinar terang mulai nampak diwajah pemuda pirang itu. "Tapi..."

"Didunia lain.." hal yang paling dibenci pemuda terkuat didunianya tersebut adalah keadan seperti ini. Dimana, mengharuskan otak kecilnya bekerja. "Maksudmu?"

Menghela nafas, gadis itu agak merutuki nasib. Kenapa ia dipasangkan dengan partner yang.. Ehm blo'on, "Dengan sedikit chakra Kurama dan chakra original yang ada dalam diri Goshujin-sama, merobek dimensi bukan hal yang sulit.."

Melihat sang master masih kebingungan, gadis itu lagi-lagi menghela nafas. "Maksud Kurama.. Dimensi ini memiliki satu kelemahan. Yaitu tak tahan akan chakra yang berorientasi pada api..."

"Dan, karena chakra Kurama api, serta chakra original Goshujin-sama adalah angin. Maka jika disatukan, bisa merobek dimensi ini.., tapi.."

"Apa Kurama?''

"Hanya satu pintu yang bisa dirobek.."

"Pintu dizaman penyerangan para Titan.."


"Samae... [Dingin]" gadis kecil itu mulai menggosokkan kedua telapak tangannya, mencari kehangatan yang tersisa disana.

Sebenarnya ia tidak yakin, masihkah ada hangat untuknya? Setelah ayahnya.. Dibunuh dengan cara yang sangat 'Sopan'. Lalu ibunya.. Yang ikut terbunuh, demi dirinya.

.

"Ya ampun, apa kita bisa menjual dia?" pria botak itu mulai bersuara. "Kita bahkan telah membunuh orang tuanya."

"Hanya untuk menculiknya..."

Pria lainnya, mulai mendekati gadis bersurai raven tersebut. Memegang dagu sang gadis, "Cantik..."

"Bahkan, aku agak terangsang melihatnya...!"

"Bagaimana, kalau kita memakainya dulu...?" gadis itu agak tersentak mendengarnya. Ia tak terlalu bodoh untuk tahu apa maksud kata itu. Keperawanannya harus terenggut disaat sedini ini, disaat dirinya bahkan belum cukup umur untuk merasakan itu. Sungguh menyedihkan, bukan?

Pria berambut cepak itu mulai mendekati gadis bermarga 'Ackerman' tersebut. Menyibakan rambut sang gadis, pria tersebut menatapnya dengan tatapan, Penuh nafsu.

"Ayolah, bermain dengan paman sebentar...!"

Ia ingin melawan, sangat ingin. Tapi, takdir mengekangnya, seolah tali yang memenjarakan burung. Ia hanya pasrah. Lagipula, setelah ini pasti ia akan sering melakukan ini. Hidupnya kelak pasti akan dilalui dengan hal seperti ini. Memuaskan nafsu bejat pengusaha mesum di kota.

Pria tersebut mulai membuka bajunya, menampakan tubuh kering kurus miliknya.

GUBRAK...

Suara tersebut mengintrupsi kegiatan bejat itu. "Nani? [Apa]" kumpulan kabut mengepul di depan sana. Menutupi objek yang kini mendenjadi pusat perhatian ketiga orang tersebut. "Ittai... [Sakit]"

"Awww... Aku dimana?" seberkas suara menggelitik pendengaran mereka. Asap mulai menipis, menampakkan gumpalan warna perpaduan antara merah dan kuning, oren. "Siapa kau...!"

"Eh, emang kamu siapa?" hanya pertanyaan balik yang didapat, dan itu membuat pria cepak tersebut naik pitam. "Jawab saja siapakah dirimu...!"

Asap mulai menghilang tergerus udara dingin yang seolah menusuk tulang. Bocah pirang itu agak terkejut melihat apa yang ada didepan matanya. Seorang pria cepak tengah bertelanjang dada didepan gadis berambut hitam, kalau cuaca panas itu biasa, mungkin dia gerah. Tapi, dicuaca sedingin ini. Berarti dia sedang 'mencari kehangatan' dengan gadis bermuka pasrah itu.

"Kau...!" Naruto paling tidak suka melihat kejahatan nampak didepan matanya.

Tanpa basa-basi Naruto berlari menuju pria cepak tersebut, membawa genggaman tangan didepan wajahnya.

Bugh...

Sukses, bocah pirang itu telak mengenai selakangan pria tersebut, dan sukses pula membuat pria itu menjerit pilu. "Arkh...!"

"Rasakan, dasar orang mesum...!" bocah itu pernah melihat orang mesum, malah menjadi inspirasinya. Tapi, melihat pria itu.. Ia agak jijik sekarang. Mungkinkah di dunia baru ini semua orang mesum seperti dia? Yang bahkan siap menyetubuhi seorang gadis belia, yang dalam tafsirannya seumuran bocah yang telah ia anggap adik..

Sarutobi konohamaru.

"Kamu nggak apa-apa?" ia kini berbalik menghadap gadis bersurai hitam itu. Tersenyum sesaat saat melihat wajah putih tersebut menampakan keraguan. "Tenang aja.. Aku disini mau menolongmu 'kok!"

"Dibelakangmu..." hanya itu yang keluar, melewati mulut sang gadis. Naruto tak terlalu bodoh untuk tahu apa yang dimaksud kata itu. Ia berbalik...

BUAGH...

Bumm...

"Apa yang kau lakukan bocah...!" asap kembali mengepul, hasil tabrakan antara Naruto dan dinding keras yang menghantamnya. Menyembunyikan sang jinchuriki.

Kage bunshin no jutsu

Suara rendah bernada intimidasi menggelitik indra. Seolah memberikan kesan horror bagi yang mendengar.

Namun, bukan itu yang menjadikan pria itu membulatkan mata. Tapi, berpuluh bocah identik yang tiba-tiba saja muncul entah darimana. "Kubunuh kau...!"

"Kucincang kau..!"

"Lalu kuberikan pada anjing-anjing liar..!"

"Apapun itu, aku takkan memaafkanmu...!"

Bocah bernama lengkap Uzumaki Naruto itu sebenarnya tak tahu... Sama sekali tak tahu, kenapa ia begitu ngotot ingin membela gadis yang bahkan tak ia kenal sama sekali. Mungkin, hati kecilnya tengah bicara. Benar...

Segila apapun ia, ia takkan bisa melihat orang lain tersakiti. Banyak contohnya..

Koyuki dari Yuki no kuni [Negeri salju]

Shion, yang bahkan tanpa sadar melamarnya.

Ataupun bahkan, Amaru yang ia kira lelaki.

Ok, terlalu jauh.. Kembali ke cerita.

"Bocah...!" pria itu menggeram marah, tapi takut disaat yang bersamaan. "Maju kesini...!"

Sementara... Gadis itu hanya bisa terdiam. Bahunya tergetar, tak kuat menahan emosi yang tiba-tiba saja menyeruak, memuncak didadanya. Seseorang lagi harus berjuang demi dirinya.

Uzumaki Naruto Rendan

Naruto mulai berlari, disusul Naruto yang lain. Sementara, pria itu masih siap siaga mengantisipasi serangan yang akan datang.

Namun, usahanya untuk mengantisipasi serangan itu gagal total, saat merasakan seseorang telah berada di belakanngnya. Bocah berambut pirang, yang tiba-tiba saja meneriaki..

U-

Sang libra kini menendang pria itu keudara. Membawanya bersatu dengan burung. Dan Naruto yang lain juga ikut meloncat mengikuti arah si rambut rapih.

-ZU-

Salah satu diantara mereka, dengan loncatan tertinggi mulai menendang dari atas. Mencoba membawa pria itu kembali ke tanah.

-MA-

Namun, usahanya gagal. Saat Naruto lainnya juga ikut menendang dari bawah.

-KI-

Lainnya juga ikut menendang dari belakang. Menghempaskan tubuh gemuk itu kedepan.

NARUTO

Naruto lainnya, muncul dari belakang. Menendang maju si gembul lemak itu. Namun...

Tubuh Naruto tiba-tiba saja jatuh berlutut. Nafas sang jinchuriki itu tak teratur. "Cikuso! [Sialan]... Kenapa chakraku menurun drastis?"

'Itu pengaruh pemindahan dimensi...!'

'Ditambah, setengah chakra Kaguya yang belum bisa diadaptasi tubuh Goshujin-sama...'

'Makanya, jangan gunakan Kage bunshin lagi!'

"Ck.. Aku mengerti..! Tapi, aku harus menyelesaikan ini Kurama!"

RENDAN

Mengabaikan rasa sakit didada. Bocah itu segera membuat tiga bunshin dengan susunan seperti ular. Saling memegang kaki satu sama lain.

Keempat Naruto identik itu segera menangkap kaki pria itu. Untuk menghempaskannya menuju tanah.

Hitungan selanjutnya, bocah itu berbalik. Berjalan menuju gadis yang barusan ditolongnya. "Kamu nggak apa-apa?"

Gadis itu masih syok..

Seorang bocah, tiba-tiba jatuh dari atap. Lalu, menghajar orang yang lebih tua darinya. Dan, parahnya ia bisa menggandakan diri. Sepuluh, lagi. Tak ada yang bisa ia lakukan, selain bergerak mundur. Menghindari kulit berwarna tan tersebut.

Melihat pemilik surai raven menunjukkan ekspresi tak bersahabat, Naruto segera meraih pundak mungil tersebut. "Tenang aja... Aku nggak mau ngapa-ngapain kamu 'kok!", pundak itu tergerak...

Naik turun tak beraturan.

Gerakan itu beriringan. Sejajar, dengan degupan nafas dari sang pemilik. Oh, Tuhan.. Apa lagi cobaan-Mu? Setelah hampir lenyap keperawanannya. Kini, malah muncul bocah pirang ini. "Udah ku bilang. Santai aja.. Aku nggak mau nyakitin kamu. Aku cuma mau nolongin kamu..."

Naruto agak bingung, saat melihat gadis itu makin menundukan wajahnya. Namun, untuk sesaat kemudian ia menengadahkan kepalanya. "Katakan saja, apa yang kamu ingin dariku? Harta, aku udah nggak punya apa-apa.."

"Orang tuaku telah mati. Atau kau ingin, {Kepuasan dariku}?" entah, kata terakhir itu.. Nadanya tiba-tiba saja menjadi suram.

Tersenyum sesaat, sebelum mensejajarkan dirinya dengan gadis itu. Ia tak menyangka, bocah ini sudah tak punya orang tua. Mungkin, orang tadi yang membunuhnya.. "Aku sama seperti kamu kok! Aku juga nggak punya orang tua!"

"Jadi, kita sama-sama.. Okeh!" menepuk bahu gadis itu, mencoba melunakkan tubuh pemilik iris hitam itu.

"Tidak, kamu dan aku berbeda...!" walaupun tubuhnya mulai melemas. Namun, hatinya tetap keras. "Berbeda gimana?"

"Kita sama-sama nggak punya orang tua. Lalu apanya yang berbeda?"

"Kamu kuat.. Sedangkan aku...?!"

"Huh, kamu masih mending.. Kamu masih bisa ngerasain gimana rasanya bersama orang tua...''

Pemuda itu tersenyum miris, sebelum melanjutkan ucapannya, "Aku dari kecil, bahkan lahir.. Nggak ada orang yang mengajakku bermain. Orang tuaku meninggal demi desa..."

"Penduduk desa menganggapku monster.. Padahal, aku sendiri nggak tahu kenapa aku dipanggil begitu.."

"Para orang tua nggak ada yang memerbolehkan anaknya bermain dengan aku. Seolah, aku seonggok sampah yang tak dianggap.."

Gadis itu perlahan menoleh, melihat ekspresi menerawang bocah pirang disampingnya . "Tapi, teman menyelamatkanku, mereka mengulurkan tangannya untuk membantuku keluar dari neraka yang disebut kesepian."

"Makanya, aku akan melindungi mereka dan bersumpah menjadi seorang..."

"HOKAGE"

Entah apa, tapi alam seolah menanggapi ucapan bocah cerewet itu. Angin mulai menerpa, membelai wajah keduanya. Mengibarkan surai berkelainan milik mereka.

Dapat gadis itu lihat, dimata biru laut itu.. Nampak sebuah kekuatan, kepercayaan. Tanpa disadari, tubuhnya seolah termagneti oleh kepercayaan itu. Tubuhnya kembali mendapat sebuah kekuatan. "Jadi, kita adalah teman.. Oke?"

"Namaku Uzumaki Naruto. Kau?"

"Mikasa ackerman.." Naruto menautkan kedua alisnya. Bukan harusnya, nama itu diakhir. Tapi.. Ah terserah.

Entah terlalu asyik mengobrol. Tanpa disadari, pria yang kemaluannya ditinju Naruto tadi kini sudah berdiri dihadapan mereka, sambil memegang pisau yang entah darimana datangnya. "Dasar bocah nakal..! Beraninya kau menyentuh [Adikku]!"

"Naruto...!" terlambat. Pisau itu sudah menancap ditangan sang libra, menembus dan menempel ketat didinding. Tak ada yang bisa ia lakukan, kecuali membulatkan matanya. Menahan nyeri yang mengumpul ditelapak tangannya. "ARKHHHHHGGG"

"Rasakan itu bocah...!" pria itu tertawa ditengah jeritan pilu bocah blondie itu. Seolah, kebahagiaan telah ada padanya.

Suara ketukan pintu terdengar. Mengintrupsi tawa sang pria. "Ada apa lagi sialan!"

Dengan langkah emosi, ia buka pintu. Dan nampaklah siluet bocah dengan rambut coklat lempes terguyur air. "Ada apa bocah, apa yang kau lakukan disini?!"

"Umm.. Ano.. Maaf, aku hanya tersesat. Lalu menemukan gubuk anda.." manik coklat itu berkilat.

"Lalu..."

JLEB

"... Lalu, Trimakasih paman.."

"Sampah seperti anda tak pantas, merasakan apa yang orang sebut dunia..!"

"Matilah kau bajingan!"

"Kau...!"

Dengan sisa tenaga, pria menarik bocah itu. Mencoba membenturkannya dengan dinding. Namun, tenaganya terlalu lemah untuk melakukan itu. Hasilnya malah, bocah itu balik menariknya. Menjatuhkan tubuhnya.

Duduk diperut pria itu, bocah beriris emerald itu mulai menancapkan pisau yang ia bawa. Mencoba, menghantarkan nyawa orang yang lebih tua darinya itu. "Matilah kau sialan..!"

Ia mulai menancapkan pisau itu tepat didada pria itu, tepat di jantung. Ia kembali mengangkat benda tajam itu...

"Jangan pernah bangun lagi..!"

Lagi, pisau menancap di dada lelaki dengan berambut cepak tersebut.

"Bahkan, jangan pernah buka matamu lagi..!"

Nafasnya memburu, pisau ditangannya ia kembali angkat. Mencoba mengakhiri nyawa itu.

"Bajingan sepertimu tak pantas hidup...!"

"Mati aja anjing !"

.


.

Mencabut pisaunya, bocah itu segera menghampiri kedua orang disampingnya. "Kalian tak apa?"

Diam, hanya itu yang berperan sebagai jawab. Gadis itu masih syok dengan apa yang barusan ia lihat. Pembunuhan, pisau, darah.. Otaknya terus memutar kejadian itu. Bagai kaset rusak yang telah lama usang.

Sementara si pirang, ia masih menahan nyeri ditangannya.

Mencabut pisau dari tangan Naruto. Bocah itu menghela nafas. "Namaku Eren..!"

"Kau pasti Mikasa..!"

"Dan kau, siapa?"

"Naruto"

.

"Tiga..! Mereka ada tiga...!" tiba-tiba saja Mikasa membuka suara. "Maksudmu..?"

BRAKK

"Apa ini?" pintu terdobrak, menampakkan siluet berambut acak-acakkan yang berekspresi ganas.

"Kalian!" meraih leher Eren. Pria itu membawanya keatas udara. Menyekiknya erat.

Naruto sebenarnya ingin membantu. Namun, chakranya seolah menyerang diri sendiri. Ditambah tangannya yang masih terluka.

"Apa kau yang melakukan ini?"

"Jawab..!"

"Tattakae [Berjuanglah] ...!" hanya itu yang keluar dari bibir bocah itu.

"Tattakae.." lagi..

"Tattakae, Mikasa!"

"Jika kau menang, kita selamat..!"

"Jika kau kalah, kita akan mati..!"

"What on your mind? Fuck!"

DEGGG

Mikasa menatap Naruto, dapat ia lihat si pirang itu masih menahan sakit ditubuhnya. Dengan tangan gemetar ia ambil pisau itu. Pisau yang telah berlumur darah.

"Tattakae Mikasa..!" Naruto mulai angkat suara, meskipun hanya lirihan.

Jantungnya berdegup kencang, memompa darah bercampur adrenalin yang tercipta. Mengalirkannya ke seluruh tubuhnya. Nafasnya memburu, seolah tengah beradu balap dengan sang waktu.

"Kono sekai [Dunia ini].. Kejam!"

Tiba-tiba saja, tubuhnya berhenti bergetar. Seolah mendapat kekuatan baru, saat melihat bocah berambut coklat itu terkulai lemah, tak tahan oleh cekikkan sang pria. Tanpa disadari, matanya menajam. Tangannya menggenggam erat pisau itu...

Krakk

Lantai yang ia pijak remuk. Tak kuat menahan luapan emosi Mikasa. "Tattakae..!"

Tattakae

.

JLEBB

...

...


...

Tiga orang di luar rumah itu hanya menyeringai, menampakkan senyum iblisnya. "Nampaknya, kita tak usah mengotori tangan kita.. Hanya untuk menghabisi cecunguk sialan itu.."

"Yah, anak kecil itu membantu kita..!" lainnya mulai bicara.

"Setidaknya, kita akan mudah mengambil gadis [Oriental] itu. Hanya anak kecil yang kita lawan..." ketiga orang berbaju jas itu itu mulai memasuki gubuk sederhana itu.

-To be continue [Bersambung]

Ok, ini fict minjem dari temen saya. Awalnya dia mau publish, tapi karena waktu membunuhnya.. Jadi, saya ambil terus diadaptasi.

Ini fict crossover pertama saya. Jelek harap dimaklumi. Saya mencoba membuat Naruto naturally, tak terlalu Goodlike!, atau apalah.

Mungkin, banyak yang mengira saya tak tanggung jawab. Meninggalkan fict secara tak adil. Tapi, ini Ffn, bung.

Untuk kekuatan Naruto. Disini ia tak dibuat Overpower! Dari awal. Liat kan? Terkena pisau aja njerit.

Bukan letoy atau apa. Tapi, chakranya belum stabil. Bayangin aja, menyegel setengah chakra Kaguya. Yang, besarnya minta ampun. Apalagi, dengan Bijuu [Hewan berekor] yang masih ada dalam dirinya. Walau dirinya Uzumaki.. Tapi?

Kenapa, saat dia membuat Bunshin, ia sakit karena.. Kage bunshin adalah tekhnik pembuat bayangan dengan chakra. Jadi, konsentrasi tinggi amat diperlukan. Apa lagi, membagi kekuatan.

Terus, mungkin ada yang mengira 'Ngapa nggak pake Rasengan aja?' oh, ayolah.. Disini Naruto kembali kecil. Rasanya gimana, memadatkan chakra ditelapak tangannya? Pengen bunuh diri, Mas?

Terus, kenapa Naruto bingung pas Mikasa nyebutin namanya karena, di negeri sakura.. Nama itu diakhir, yang duluan nama klan. Misal, Uzumaki naruto, Uchiha sasuke.

Ada yang nanya lagi, mungkin. Apa maksud Goshujin-sama, itu artinya bisa Husband atau Master.. Tergantung penggunaan aja.

Ex : Okaerinaminasai Goshujin-sama, itu biasanya bisa digunakan istri untuk menyambut suami, [Selamat datang, Suamiku]

Fandom ini emang sepi yah? Ayo ramain!

.

.

Maru Out, Over, and Die!

.

Type your review here!

VVVVVVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVV

VVVVVVV

VVVV

VVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVVVVVV

VVVVVVVVVVV

VVVVVV

VVVV

VV

V