Tittle : Last Love
Author : Keiko Yummina
Cast : HunHan (Oh Sehun Xi Luhan)
Genre : Romance
Length : Three Shoot
Rated : T
WARNING! YAOI
bagi yang tidak suka YAOI mending gk usah baca!
Hunhan Born 11 Januari
ONE
Luhan pov
Cahaya sang mentari mulai mengitip lewat celah jendela kamarku. Dengan malu-malunya cahaya itu menyebar ke setiap sudut rungan ini. Aku terbangun setelah mendengar alaram yang memang sudah ku setting pukul 6 pagi. Ku dudukkan tubuh ini diatas kasurku yang nyaman untuk mengembalikan nyawaku secara utuh dan sadar. Mataku mengerjap-ngerjap menelusuri setiap sudut kamar ini. Pandangan ku terarah pada sebuah lukisan sepasang mata, dengan sorotan tajam lukisan mata sebelah kiri dan sebelah kanan yang jelas aku tau itu adalah mata ku. Aku tersenyum saat melihatnya.
Membawaku kedalam mimpi ku semalam. Setelah hampir setahun lebih hilang dari pandanganku bersama setengah hatiku yang ia bawa. Semalam aku memimpikan bertemu dengannya lagi. Aku senang. Dan di dalam mimpiku. Kami berada di ujung jalan dengan dua cabang yang entah akan menuju kemana. Akupun memilih jalur kanan dan dia memilih jalur kiri. Sambil berlalu di tak lagi memanggilku nama kesayangannya untuk ku "Luhannie", tapi di memanggilku "Hyung". Di ujung jalan itu dia melambaikan tangan dan berseru, "Hyung, jangan lupa untuk bahagia, ya? Aku akan kembali."
Dalam mimpiku itu aku menganggukkan kepala sebagai tanda aku meng- iya-kan permintaannya. Kami pun berpisah. Aku terharu mengingat mimpiku semalam. Mungkin melupakannya adalah cara yang terbaik. Entah kapan aku bisa benar-benar melupakannya ataupun bertemu lagi dengannya. Bahkan untuk memulai sesuatu yang baru aku pun masih belum mampu. Mungkin aku akan terus menunggu hingga hatiku benar-benar lelah untuk menunggunya kembali. Hingga siap untuk melepaskannya pergi. Meskipun hingga kini aku diam-diam masih menunggunya kembali.
Pagi ini aku melintasi lorong ruang perkuliahan. Saat itulah aku berjalan menuju ke ruang A7. Sedikit kenangan masalalu terlintas begitu saja. Dimana aku bertemu dengan dia untuk pertamakali akibat kecerobohanku.
…
Flashback On
Semua berawal dari ketidak sengajaan.
Pagi itu. Aku berjalan tanpa melihat jalan terburu-buru menuju ke ruang kuliah hari ini. Kulirik sekilas jam yang melingkar di tangan kiriku yang telah menunjukkan pukul 08.45 KST. Itu berati perkuliahan sebentar lagi akan dimulai, sekitar 5 menit lagi.
Dari lorong gedung perkuliahan ini. Aku melihat dosen ku sedang berjalan menuju ke ruang A7 yang merupakan ruang perkuliahan yang aku tuju dan professor Park, salah satu dosen terbaik yang mengajar ilmu seni rupa murni juga berjalan kearah sana.
Aku berlari sekencang-kencangnya. Aku benar-benar tak ingin terlambat, apalagi terkena hukuman dari professor Park untuk tidak memasuki ruang perkuliahan. Saking kencangnya aku berlari dengan melirik jam yang melingkar di tangan kiri ku ini. Aku tak melihat ada seseorang keluar dari ruang A5 dan seketika aku menabraknya.
Buku skect beserta proyek gambaran tugas dari professor Park yang aku pegang di tangan kanan terlempar ke atas hingga semua kertas berterbangan dan mendarat tepat di atas tubuh ku. Akupun jatuh dan mendarat tepat diatas tubuh namja yang aku tabrak tadi. Namja itu terlihat syok begitupun juga diriku hingga aku hanya menutup mataku. Tak lama aku mendengar suara namja itu.
"Maaf. Bisakah kau menyingkir dari atas ku?"
Seketika mataku terbuka dan berhadapan dengan mata namja itu. Entah mengapa mata itu begitu mempesona dimataku. Untuk sekali lagi namja itu mengingatkan pada ku untuk menyingkir dari atas tubuhnya.
"Bisakah kau menyingkir dari tubuh ku?"
"Ow.. ne. Maaf aku tidak sengaja."
Aku langsung beranjak dari atas tubuh namja itu setelah kedua kalinya ia memperingatkanku dan segera meminta maaf.
"Maafkan aku, maaf. Aku benar-benar tidak sengaja."
Usai menyingkir dari atas tubuh namja. Namja itu ikut bangun dari tempatnya tadi. Sedangkan aku segera memunguti tugas-tugas yang berceceran di lantai di bantu oleh namja itu. Setelah lembaran ku terkumpul aku segera beranjak dari tempat itu mengingat pasti professor Park sudah memasuki ruangan perkuliahan.
"Sekali lagi aku minta maaf. Dan maaf aku harus pergi. Aku sedang terburu-buru. Terima kasih atas bantuannya."
Beruntungnya diriku saat itu, karena aku tidak sampai diusir keluar oleh professor Park hari itu karena datang terlambat.
…
Usai jam perkuliahan professor Park selesai. Seperti biasah aku akan menunggu jam perkuliahan setelah itu di sebuah perpustakaan yang berada di kampus ku. Aku menggiring diriku sendiri menuju ruang perpustakaan.
Perpustakaan adalah tempat favorit ku. Karena disana aku bisa membuat beberapa gambar. Suasana tenang membuat diriku nyaman ketika aku membuat beberapa goresan gambar di buku skect ku. Saat aku berniat mengeluarkan buku itu. Kurogoh seluruh tas ku dan mengeluarkan seluruh isinya ke atas meja. Namun nihil, buku itu tidak bisa kutemukan. Buku skect dengan sampul berwarna babyblue itu berisi beberapa lukisan potrett diriku, teman-teman, dan beberapa orang yang tanpa sengaja aku gambar.
Dengan segera aku menyudahi kegiatan ku di perpustakaan dan segera beranjak menuju ke tempat aku menabarak seorang tadi pagi. Aku mencari di sekitar tempat ku jatuh. Bahkan beberapa orang yang ku tanya tak tahu menahu mengenai keberadaan buku skect dengan sampul berwana babyblue.
Aku pun mengela nafas dalam-dalam karena aku tak bisa menemukan buku itu. Semoga seseorang menemukan buku itu dan mengembalikannya padaku. Aku pun melanjutkan langkahku menuju ke tempat perkuliahan selanjutnya.
…
Setelah beberapa minggu tak ada kabar berita mengenai buku skect ku. Bahkan aku meminta Baekhyun dan Xiumin untuk membatuku mencari keberadaan buku itu. Tapi buku itu bak hilang ditelan bumi. Dan tak dapat ditemukan. Akhirnya dengan terpaksa aku harus mengganti dengan buku yang baru, tetapi tetap dengan buku skect berwana babyblue meskipun bentuk sampulnya tak lagi sama.
…
Sore itu saat kedua sahabatku pulang dan tidak bisa menemaniku untuk mengerjakan tugas dari professor Park karena kebetulan meraka ada acara keluarga. Membuatku berakhir di perpustakaan sendirian. Tapi tak apa karena aku suka dengan tempat ini. Suasana yang sepi dan tenang membuatku selalu merasa betah untuk berlama-lama disini.
Aku duduk di sudut ruangan perpustakaan dengan sebuah buku di atas meja yang menghadap keluar jendela. Dari jendela itu terlihat cahaya mentari yang seperti enggan untuk kembali pada peraduannya. Gambaran matahari tebenam yang sangat indah dengan awan yang bergardasi warna kuning, orange, merah, hingga ke jingga dan kemudian menggelap-mengelap hingga langit berubah menjadi gelap menandakan hari sudah malam.
Aku memfokuskan diriku pada tugas lagi, usai melihat pemandangan terbenamnya sang mentari dari balik jendela tepat berada di sudut ruangan perpustakaan ini. Sampai aku tak menyadari seseorang datang menghampiri diriku.
"Maaf. Mangganggu. Bukankah kau namja yang menabrakku di lorong fakultas seni beberapa waktu lalu?"
Seketika aku menengok kearah namja itu dengan gugup ang menyerang seluruh bagian tubuhku.
"Ah, ne. Ternyata kau. Maaf saat itu aku sedang terburu-buru datang ke ruang perkuliahan dan saat aku berlari sambil mengecek jam di tangan ku. Aku tidak melihat mu keluar dari ruangan itu. Maaf sampai menabrakmu."
"Em, sudahlah tidak apa-apa. Aku baik-baik saja dan tidak terjadi apapun pada diriku kan."
"Ne. Syukurlah."
"Ah, aku hampir lupa. Ini, aku menemukannya tergeletak di depan pintu. Aku mengejarmu waktu itu. Tapi aku tidak bisa menemukanmu. Beberapa hari aku datang ketempat itu berharap bisa bertemu dengan mu dan mengembalikan buku itu. Tapi aku tidak pernah berhasil menemukanmu. Untuk itu, kebetulan sekali aku melihatmu berada di sini. Dan aku yakin buku itu sangat penting untuk mu."
"Blue (panggilan untuk buku ku), terimakasih sudah menemukan buku ini. Buku skect ini sangat berarti untuk ku."
"Sama-sama. Kalau begitu simpanlah baik-baik buku itu. Jangan sampai hilang lagi."
"Hehe.. Iya. Em maaf boleh tau namamu?"
"Ow iya aku lupa. Kenalkan aku Oh Sehun. Namamu siapa?"
"Xi Luhan."
…
Setelah petemun di perpustkaan waktu itu. Entah mengapa aku lebih sering bertemu dengannya. Apalagi saat mendekati kegiatan pagelaran seni yang akan digelar di kampus ku sebagai peringatan hari jadi kampus yang ke-64 tahun. Intensitas bertemu kami lebih banyak dilakukan. Karena aku adalah mahasiswa fakultas seni jurusan seni rupa. Sehingga untuk membuat dekorasi untuk panggung, pameran maupun beberapa karya-karya yang di tampilkan. Juga Sehun bersama bandnya berlatih di atas panggung.
Flashback Off
Aku menghela nafas dalam-dalam mengingat kejadian itu.
Siang nanti usai jam perkuliahan berakhir. Aku berencana membeli beberapa peralatan melukis. Karena sepertinya cat dan beberapa kuas ku telah habis dan rusak untuk beberapa nomor kuas 3, 5, 7 dan 12.
Aku segera beranjak dari ruang perkuliahan menuju ke toko peralatan kesenian yang terletak tak jauh dari kampusku. Begitu aku memasuki tempat itu. Mata ku di suguhi pemandangan sebuah gitar acoustic berwarna hitam lengkap dengan beberapa peralatan musik lainnya yang entah apa namanya aku pun tak tau.
Melihat gitar acoustic hitam itu membawaku teringat pada kejadian dulu. Dengan gitar yang hampir sejenis dengan yang pernah dimainkannya untuk ku.
Flashback On
Siang itu seperti biasanyanya kami makan siang bersama, dengan aku membawa bekal untuk kami berdua yang merupakan hasil masakanku. Meskipun aku tak pandai sekali memasak, tapi aku masih bisa memasak untuk diriku sendiri. Tentunya dengan membuat menu-menu yang mudah untuk dibuat dan bergizi.
Seperti biasah kami makan di taman kampus di bawah pohon yang lumayan rindang sehingga bisa menutupi diri kami dari terik matahari siang itu.
"Nah.. Sehunna, ayo kita makan." Sambil membuka kotak bekal yang aku bawa.
"Hari ini kau membawakan bekal apa, hyung?"
"Hanya ada telur gulung, nugget sapi, tumis buncis dan brokoli hijau dan juga sup kimci. Untuk penutupnya aku hanya membawa apel dan pisang. Maaf aku hanya bisa membuatkanmu ini." Aku hanya menunduk karena merasa tidak pandai memasak.
"Ini lebih dari cukup, hyung. Lihatlah.. Bahkan kau membuat telur gulung ini dengan cantik. Aku jadi lapar. Bolehkan aku makan sekarang?"
Seketika aku langsung mendongakkan kepalaku dan menatapnya dengan binar senang dimataku.
"Hem.. Tentu Sehun. Selamat makan."
Akhirnya makan siang kami berjalan dengan lancar. Tapi hari itu tidak berakhir hanya makan siang saja. Entah mengapa Sehun malah memainkan gitarnya sambil menyanyikan lagu Bruno Mars "Just The Way You Are" dengan versinya sendiri dan merubah di beberapa liriknya.
Sehun bernyanyi sambil menatap begitu dalam langsung ke arah ku. Karena hal itu, membuat hampir seluruh wajahku berubah menjadi kepiting rebus. Aku benar-benar malu. Apalagi saat beberapa mahasiswa lainnya yang berada di sekitar kami, ikut berkumpul dan menikmati permainan musik dan nyanyian Sehun.
Usai menyanyikan lagu tersebut, banyak dari mahasisawa yang menyaksikan acara tadi langsung bertepuk tangan, tanda bahwa mereka menyukai lagu yang dinyanyikan Sehun tadi. Kemudian kerumunan itu pun menghindar, sehingga suasana kembali menjadi seperti semula.
"Kau bernyanyi dan bermain gitar dengan sangat baik, Sehun-ah."
"Benarkah? Aku rasa kau terlau memuji, Luhan hyung."
"Tidak Sehun, inilah kenyataannya kalau suaramu bagus."
"Haaahh, baiklah. Tapi terimakasih ya."
"Sama-sama Sehun-ah."
Flashback Off
Akupun menghampiri letak gitar itu di pajang. Memandangi bentuk gitar itu seakan gitar itu memilik aura yang mengudang diriku untuk menyentuhnya. Hingga seorang pelayan toko itu menghampiri ku.
"Ada yang bisa saya bantu, nak?"
"Em.." Jawabku dengan nada bingung.
"Mungkin anda ingin mencoba memainkannya untuk mendengarkan suara gitar ini?"
Ketika pelayan itu akan meraih gitar itu untuk memperlihatkan padaku. Seketika aku berkata padanya kembali.
"Maaf tuan. Tapi saya pun tidak bisa memainkannya."
"Baiklah kalau begitu aku yang akan memainkannya untuk mu, nak. Agar kau tau suaranya seperti apa. Dengarkan baik-baik."
Penjaga toko memainkan gitar itu dengan baik dan mengalunkan lagu "Little Child" dengan merdunya. Aku pun terhanyut dalam alunan lagu yang ia mainkan. Tebuk tangan riuh oleh pengunjung yang sempat melihat pejaga toko yang memainkan gitar tadi di akhir lagu itu. Begitu juga tepuk tangan dariku.
"Bagaimana, nak? Apa tadi sudah mendengarkan suara merdu yang di hasilkan oleh gitar ini? Dan bagaimana pendapat mu?"
"Suara gitar yang di hasil kan begitu merdu, dengan alunan lagu yang anda mainkan. Membawa saya ikut terhanyut ke dalam setiap bait lagu yang anda nyanyikan."
"Jadi, apa kau tertarik untuk membelinya?"
"Maaf tuan, seperti yang saya katakan tadi. Kalau saya tidak bisa memainkannya. Mungkin lain kali ketika saya memiliki uang yang cukup saya akan membelinya."
"Oh tentu, nak. Jika kau ingin membeli gitar ketika kau sudah mengumpulkan cukup uang. Kau bisa datang kesini. Akan aku tunjukkan gitar yang bagus dan cocok untuk mu."
"Tentu, tuan. Terimakasih banyak."
"Sama-sama, nak"
Kemudian aku pamit pada penjaga tokok itu untuk kebagian lain yaitu peralatan melukis. Segera aku mencari peralatan melukis yang aku butuhkan dan membayarnya kekasir. Lalu bergegas pulang. Namun saat akan pulang. Hujan turun begitu derasnya saat aku menuju ke halte bis. Sebelum aku bisa mencapai halte bis, hujan benar-benar deras.
Aku berlari dan berhenti di sebuah kedai bubble tea. Sambil menunggu hujan reda, akupun memesan sebuah bubble tea rasa taro dan satu lagi bubble tea rasa coklat. Aku memilih duduk di sudut kedai itu, yang memiliki jendela besar langsung mengarah ke jalan raya. Sebuah tanaman hijau entah apa itu namanya di letakkan di sudut dekat tempatku duduk. Dari sini aku bisa melihat keluar jendela dimana jalanan disana di guyur hujan deras. Tak lama pesanan buble tea ku datang.
Ku letakkan buble tea rasa tao di depan ku dan bubble tea coklat dihadapan bubble tea rasa taro tadi. Seakan-akan aku minum di temani oleh dirinya. Karena dia begitu menggemari bubble tea rasa coklat. Yap.. Oh Sehun begitu menyukai bubble tea rasa coklat.
Flashback On
Karena acara peringatan ulang tahun fakultas kami tinggal dua minggu lagi. Kami jadi terbiasa menikmati waktu senggang dengan hanya mengobrol selain makan siang. Seperti hari ini. Aku dan Sehun pergi ke kedai bubble tea dekat halte bis usai pulang kuliah. Sehun memesankan bubble tea kesukaan ku yatu bubble tea rasa tar, dan ia memesan bubble tea rasa coklat yang memang favorit nya, juga beberapa makanan ringan seperti kentang goreng saus keju. Kami memilih duduk di sudut kedai bubble tea yang bertepatan dengan sebuah jendela besar yang langsung mengarah ke jalan raya. Kami pun berbincang lama.
"Bagaimana persiapan anak seni rupa? Apakah dekorasi dan karya untuk pameran sudah selesai?"
"Em.. hampir seratus persen persiapan. Untuk masalah karya yang akan di pamerkan memang sudah kami persiapkan jauh-jauh hari untuk kami kumpulkan. Tapi untuk persiapan dekorasi sepertinya butuh sedikit perbaikan di area pamerannya. Karena belum semua karya dari anak rupa terkumpul. Sehingga kami belum bisa memutuskan berapa karya yang bisa dipamerkan. Lalu bagaimana persiapan dari jurusan musik sendiri?"
"Oh.. begitu ya. Jadi masih belum bisa di tentukan akan memarmerkan berapa karya. Dari jurusan musik ada kami telah menyiapkan beberapa penampilan dengan kolaborasi jurusaan seni tari dan teater untuk pembukanya. Dan beberapa band yang juga ikut mengisi dalam acara itu."
"Lalu, apa band mu ikut mengisi acara tersebut?"
"Tentu saja, kami sudah berlatih dengan giat untuk penampilan di acara ulang tahun fakultas seni kali ini."
Aku pun tersenyum mendengar penuturan Sehun mengenai band nya yang berlatih dengan giat dalam acara itu.
"Cantik.." (Sehun bergumam)
"Apa yang kau katakana?"
"Tidak ada."
Setelah mendapatkan jawaban darinya aku pun melanjutkan acara makan kentang goreng keju dan kemudian menyeruput bubble tea yang ada di genggaman tangan kiri ku.
"Em .. Luhan hyung. Bolehkah aku bertanya?"
"Tentu saja. Bertanyalah."
"Bagaimanakah tipe ideal mu? Maaf mungkin aku-.." Aku sedikit tersedak mendengar pertanyaan Sehun.
"Tidak apa-apa. Untuk saat ini aku masih belum memikirkan seperti apa tipe ideal untuk ku. Karena aku masih belum siap untuk menerima seseorang kembali untuk mendapatkan hatiku, untuk sekarang ini." Aku mengatakkannya sambil menundukkan kepalaku.
"Oh.. Maaf hyung, karena lancang bertanya seperti itu."
"Hem.. tenang saja Sehun-ah. Aku tidak akan marah karena pertanyaan mu."
Aku berusaha menyakinkannya bahwa diriku tidak marah karena pertanyaannya. Aku benar- benar tidak bisa menerima siapapun untuk sekarang ini. Karena luka hati ku itu masing menganga, bahkan merasa seakan ditaburi oleh garam. Atau istilah lain hatiku benar-benar hancur. Tapi aku berusaha berdiri lagi dan beranjak dari hal itu.
Untuk menghilangkan kecanggungan kami. Aku pun berusaha membahas hal-hal lain. Dan itu berhasil mengembalikan suasana seperti awal.
"Hyung. Sabaiknya kita pulang karena hari menjelang sore."
"Hem, nne Sehun-ah. Baiklah kalau begitu kita pulang."
Kami berjalan beriringan menuju ke halte bis. Tak lama bis datang kami pun memutuskan untuk berpisah karena Sehun dan aku memiliki rute bis yang berbeda. Dengan bis ku yang berangkat terlebih dahulu. Aku menaiki bi situ, dan dri jendela bi situ aku melambaikan tangan padannya. Dia membalas lambaian tanganku.
Flashback Off
Tak terasa bubble tea rasa taro yang dari tadi ku minum sudah habis. Bahkan bubble tea coklat yang ada dihadapanku sudah mulai mencair. Karena hujan juga sudah redah. Akupun segera beranjak dari kedai bubble tea itu dan berjalan menuju halte bis untuk pulang dengan menenteng sebuah bubble tea yang hampir cair seluruhnya.
...
TBC
mian typo bertebaran
