Fairy Tail Japanese Club

Disclaimer : Fairy Tail bukan punya author, Fairy Tail punya Hiro Mashima

Warning!

AU, based on real life, may contain OOC! (mungkin ke depannya akan semakin OOC)

Chapter 1

Tahun ajaran baru di SMA Fairy Tail sudah berlangsung selama seminggu. Bagi muruid-murid baru, minggu pertama mereka belajar kebanyakan diisi dengan perkenalan dan pembiasaan diri dengan lingkungan sekolah. Pemilihan pengurus kelas pun sudah dilaksanakan.

Hari Senin, di kelas 1-B, setelah istirahat ada sesuatu yang tidak biasa. Sang ketua kelas, Erza Scarlet, masuk dan langsung menyuruh semua siswa duduk.

"Semuanya, harap tenang!" perintahnya. Seisi kelas langsung memusatkan perhatian mereka pada Erza. Gadis itu meletakkan setumpuk kertas yang tampak berat di atas meja guru.

"Kertas apa itu?" Salah satu murid bertanya.

"Ini adalah formulir pendaftaran ekskul. Seperti yang kalian tahu, setiap murid di sekolah ini wajib mengikuti setidaknya satu ekskul. Kalian bebas memilih ekskul apapun yang kalian suka, maksimal tiga. Aku juga akan membagikan daftar ekskul beserta jadwal kegiatannya."

Seisi kelas langsung gaduh. Semua murid begitu antusias memilih ekskul yang akan mereka ikuti. Eh, tidak, tidak semuanya bersemangat, ada beberapa siswa yang terlihat lesu setelah mendengar pengumuman dari Erza.

"Aku harus memilih ekskul apa, ya?"

"Aku akan memilih jurnalistik."

"Kalau aku akan bergabung dengan klub basket."

"Ekskul, ya?"

"Aku tidak ingin mengikuti ekskul apapun."

"Kalau begitu kau tidak akan naik kelas."

Ada juga yang baru menyadari, "Eh, barusan ada pengumuman apa, ya?" Sepertinya dia baru saja kembali dari alam mimpi.

Di antara murid yang bersemangat, ada seorang siswi bernama Lucy Heartfilia. Dia tersenyum lebar ketika membaca daftar ekskul. Matanya dengan cepat menelusuri setiap tulisan yang ada.

"Uwaaaah...ada klub sastra!" Gadis bertubuh mungil di sebelah Lucy berseru senang. Sepertinya ia sudah menemukan ekskul yang diminatinya.

"Apa kamu akan bergabung dengan klub sastra, Levy?" Lucy bertanya. Gadis yang bernama lengkap Levy McGarden mengangguk cepat, "Tentu saja. Bagaimana denganmu?"

Sebelum Lucy sempat menjawab, Erza kembali menyita perhatian seluruh penghuni kelas dengan memberikan tambahan pengumuman, "Tolong serahkan kembali padaku kalau kalian sudah mengisi formulir yang tersedia. Kutunggu paling lambat minggu depan."

Lucy meneliti daftar di tangannya lagi, senyumnya kembali mengembang, "Yosh, sudah kuputuskan! Aku pasti akan bergabung!"

.

.

.

"Jadi kau memilih ekskul apa, Lucy?" tanya Levy saat mereka sedang memasukkan buku-buku pelajaran ke dalam tas, bersiap pulang.

"Aku...ingin bergabung dengan Japanese Club!"

"Eh?! Kau tidak ingin ikut klub sastra?" Levy menatap Lucy tidak percaya.

Lucy mengangguk, "Begitulah."

"Kau benar-benar tertarik dengan bahasa Jepang, ya."

Ya, Lucy memang sangat menyukai bahasa Jepang. Semua itu berawal dari kesukaannya terhadap anime dan manga. Bisa dibilang, Lucy adalah seorang otaku(walaupun tidak banyak yang mengetahui hal ini). Ia memiliki koleksi manga dan anime yang cukup banyak di laptop. Ditambah lagi dengan figurin-figurin berbagai tokoh anime yang menghiasi kamarnya. Semua hal itulah yang membuatnya tertarik dan mulai mengenal huruf-huruf hiragana dan katakana sejak kelas 2 SMP. Sebagai sahabat Lucy sejak SMP, Levy mengetahui kegemaran baru sahabatnya itu.

Lucy melanjutkan pendidikannya di SMA Fairy Tail, salah satu sekolah favorit di kota Magnolia. Alasannya adalah, ia ingin bergabung dengan Japanese Club yang-setahunya-hanya ada di sekolah itu. Keinginannya semakin kuat ketika dirinya membaca sebuah artikel di koran yang memuat tentang kegiatan di JC. Lucy sudah membayangkan ia akan mengenakan kimono sama seperti murid-murid SMA Fairy Tail dalam foto.

"Maaf, ya, aku tidak memilih ekskul yang sama denganmu, Levy."

"Tidak apa-apa, kok. Kalau memang itu minatmu, aku tidak akan melarang. Eh, tapi aku dengar dari kakak kelas, katanya Japanese Club akan dibubarkan, lho."

Lucy yang awalnya sudah merasa lega, kembali menegakkan punggung, "Apa? Apa itu benar? Kenapa mau dibubarkan!?"

"Aku juga tidak tahu, Lucy. Kupikir sebaiknya kau bertanya langsung pada guru."

"Benar juga."

.

.

Keesokan harinya, saat jam istirahat tiba, Lucy dan Levy menyerahkan formulir yang sudah diisi kepada Erza. Setelah itu, mereka memakan bekal bersama-sama. Seperti yang biasanya dilakukan.

Tapi kali ini ada yang berbeda. Lucy tampak terburu-buru dan ingin segera menghabiskan roti bakar selai stroberi kesukaannya. Levy bahkan tak punya waktu untuk mengajaknya mengobrol. Setelah makan, Lucy langsung menyimpan kotak bekalnya di laci meja. Saat gadis itu melangkah ke luar kelas, Levy bertanya, "Kau mau kemana?"

"Ke ruang kepala sekolah." Jawaban yang langsung membuat Levy keheranan.

.

.

.

"Pak Makarov!" Lucy berteriak kencang sesampainya di depan ruang kepala sekolah. Gadis berambut pirang itu langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Hal itu membuat sang kepala sekolah, Makarov Dreyar, hampir menyemburkan kopi yang diminumnya.

Untung saja jarak antara ruang kepala sekolah dan ruang guru cukup jauh. Sehingga tidak akan ada guru yang menegur ketidaksopanannya itu. Lucy hanya menerima tatapan heran dan terkejut dari beberapa murid yang berada di sekitar ruangan.

Sebagai putri tunggal keluarga terpandang di Magnolia, sudah pasti Lucy banyak diajari tentang sikap dan tata krama sebagai putri bangsawan. Namun, karena ada hal yang menurut Lucy lebih penting untuk dipikirkan, ia tidak mempedulikan statusnya.

Untungnya juga, Makarov adalah teman lama ayah Lucy. Dia sudah beberapa kali bertemu pria tua itu sebelum dirinya tercatat sebagai siswi di SMA Fairy Tail. Makarov sudah mengetahui sifat Lucy yang terkadang bisa bertindak seenaknya jika menyangkut hal yang ia sukai.

"Pak Makarov!"

"Uhuk...uhuk..." Makarov masih berusaha meredam batuknya ketika Lucy berjalan cepat ke arahnya, "uhuk...Ada apa denganmu? Bikin kaget saja siang-siang begini. Biar kutebak, pasti ada masalah yang ingin kau bicarakan. Benar, tidak?"

"Pak Makarov,sekarang masih pukul 10 lewat 12 menit. Jadi sekarang masih pagi, bukan siang," Lucy meralat perkataan pria tua di depannya, "Dan memang benar, ada sesuatu yang ingin kutanyakan."

"Pagi menjelang siang. Ya ampun, kau ini baru masuk sekolah seminggu tapi sudah terkena masalah? Yang benar saja."

"Bukan begitu. Aku ingin bertanya, apa benar JC akan dibubarkan?"

"JC? Apa itu?" Makarov malah balik bertanya.

"Eh? Kau tidak tahu JC?" Sekarang Lucy meragukan apakah Makarov benar-benar seorang kepala sekolah dan berapa lama Makarov menjabat. Masa, sih, ia tidak tahu berapa banyak dan apa saja ekskul di sekolahnya? Baiklah, lupakan saja.

"JC itu singkatan dari Japanese Club. Aku ingin tahu kenapa JC akan dibubarkan." Lucy mengulang pertanyaannya.

"Oh, klub bahasa Jepang itu, ya. Ehem...sebenarnya bukan dibubarkan, tapi JC tidak memiliki guru pembina. Karena guru yang sempat mengajar disini masih seorang mahasiswi dan mengundurkan diri empat bulan yang lalu karena sibuk dengan perkuliahannya. Dan saat ini, belum ada penggantinya."

"Anggotanya? Bagaimana dengan anggota JC? Apa tidak ada yang bisa mengurusnya?"

"Kalau tidak salah, saat ini JC memiliki 5 orang anggota yang terdiri dari 3 murid kelas 3 dan 2 murid kelas 2. Sekarang, setiap murid kelas 3 sudah terbebas dari kewajibannya aktif dalam kegiatan ekskul supaya mereka bisa fokus untuk belajar menghadapi ujian. Sedangkan murid kelas 2 itu jelas-jelas kurang serius di JC. Terbukti, mereka berdua sudah menjadi pengurus dalam kegiatan lain. Bagi mereka...JC hanya ekskul sampingan. Kupikir mereka akan kesulitan membagi waktu jika harus mengurus dua ekskul sekaligus." jelas Makarov panjang lebar.

"Sayang sekali JC harus begini. Padahal dulu saat pertama kali dibentuk oleh kakak-kakak kelasmu lima tahun yang lalu, JC sangat aktif. Anggotanya banyak, sering mengikuti berbagai kegiatan di luar sekolah dan memenangkan berbagai lomba bahasa atau budaya Jepang dan ditakuti sekolah lain. Aku serius, murid dari sekolah lain akan berkata, 'SMA Fairy Tail pasti akan mendapat juara lagi' setiap kali ada lomba. Dan mereka memang benar."

Lucy tidak mengerti kenapa penjelasan yang sudah dia dapatkan malah berubah menjadi sesi nostalgia Makarov, mengenang masa-masa kejayaan Japanese Club. Tapi Lucy tidak keberatan. Setidaknya ia jadi sedikit mengetahui perjalanan Japanese Club sampai sekarang ini.

"Seandainya kalian masih punya guru pembina...Nah, kamu sudah mengerti, kan? Bagaimana mungkin sebuah klub bisa berjalan tanpa ada-"

BRAAAK!

Lucy meletakkan telapak tangannya di meja kepala sekolah keras-keras. Alhasil, tangannya memerah.

"Serahkan saja padaku!" Mata Lucy terlihat berapi-api, sangat jelas kalau ia sangat bersemangat. Makarov langsung sadar, ini artinya Lucy benar-benar serius.

"A-apa maksudmu?"

"Aku...akan membuat JC kembali seperti semula! Ramai dan aktif, seperti dulu!"

"APAAAAAA?!"

.

.

.

.

To be continue

A/N : Semuanya, I Love Erza kembali lagi setelah 3 bulan menghilang dari Fanfiction. Ini fic kedua author setelah Gadis Air. Dan sesuai warning di atas, fic ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi author. Walaupun nggak semua yang terjadi di fic ini sama persis dengan yang author alami.

Yah, 52% real 48% imajinasi.

Hope you like it and happy reading!^^

Review?