Jaemin sedang membuat sarapan di dapur. Ia melihat Mark yang keluar kamar dengan sempoyongan. Wajah Mark juga pucat. Jaemin menghentikan pekerjaannya sebentar dan kembali memperhatikan Mark. Perhalan ia menghendikkan bahunya.
'Apa Mark hyung sakit? Ah, mungkin dia hanya membalas dendam kebohonganku waktu itu. Biarkan saja. Toh, dia hanya pura-pura,' batin Jaemin.
Jaemin kembali melanjutkkan aktivitasnya yang tertunda. Tak lama kemudian ia mendengar suara orang muntah dari dalam kamar mandi. Namun ia tetap melanjutkan pekerjaannya.
'Oh, aktingmu sangat bagus hyung. Aku saja tidak pernah berpura-pura muntah,' batin Jaemin lagi.
Selama memasak, ia masih mendengar suara itu. Sedikit risih mendengarnya. Jaemin pun menghampiri Mark.
"Yak hyung! Hentikan akt―MARK HYUNGGGGGG!"
Jaemin menggoyangkan tubuh Mark kasar. Ia menggen―lebih tepatnya menyeret tubuh Mark yang lebih besar darinya ke kamar. Jaemin mengira jika Mark hanya bercanda. Ternyata tidak, Mark sakit beneran.
Jaemin segera mengambil handuk dan air hangat. Ia meletakkan handuk yang setengah basah pada dahi Mark yang sangat panas. Mark juga menggigil kedinginan, padahal alat pendingin dalam kamarnya sudah dimatikan.
"Hyung~ Kau kenapa~"
Jaemin menyeka peluh yang mengalir di dahi Mark. Ia sungguh khawatir melihat Mark. Jaemin terus menggenggam tangan Mark dan meletakkan kepalanya pada tautan tangan mereka. Sesekali terdengar isakan kecil dari bibir lebarnya hingga membuatnya tertidur.
. . .
Siang hari, Mark tersadar dari pingsannya. Ia merasakan tangannya digenggam erat oleh seseorang. Jaemin―kekasihnya― yang menggenggam tangannya dan tertidur dengan menghadap Mark beralaskan tangan kirinya.
"Hyung~ kau sudah sadar?"
Mark menganggukkan kepalanya pelan dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Ekor matanya melihat Jaemin yang melangkah keluar dari kamar. Sesaat kemudian, Jaemin kembali dengan membawa nampan yang berisi makanan, segelas susu, dan beberapa butir obat.
"Ta-da! Makanlah dulu hyung."
Melihat Jaemin akan menyuapinya, Mark menghalau tangan Jaemin.
"Diamlah, aku akan menyuapimu hyung. Buka mulutmu hyung."
Mark mengunyah makanan yang Jaemin suapi. Mark tak butuh waktu lama untuk menghabiskan bubur yang dibawa Jaemin. Dalam sekejap, makanan itu sudah menghilang.
"Ternyata enak juga masakanmu," goda Mark.
"Hmm, sebenarnya ini masakan Taeyong hyung. Aku yang memintanya untuk membuatkan bubur untukmu. Hehehehe," kata Jaemin sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ah, iya. Kau minum obat dulu hyung."
"Hmm, pantas saja aku merasa pernah merasakan masakan ini."
Mark dan Jaemin tertawa terbahak-bahak.
"Hyung, jangan sakit lagi ya?" ungkap Jaemin menatap mata Mark.
"Hmm. Eh, kau habis menangis? Matamu sembab."
"Ne, aku sangat menghawatirkanmu hyung. Aku kira kau hanya bercanda. Aku kita kau ingin balas dendam karena kebohonganku dulu. Aku kita―hiks," Jaemin kembali terisak.
"Hei, kenapa kau menangis?"
"Hmm, aku hanya khawatir melihatmu sakit hyung."
Mark menarik Jaemin kedalam pelukannya. Pelukan yang sangat erat.
"Jangan sakit lagi ya hyung. Jaga kesehatanmu," kata Jaemin menatap mata Mark.
"Hmm, neodo."
Mark mencium kening Jaemin dan kembali berpelukan.
. . .
FIN
. . .
A/N: Annyeong MarkMin sipper….
Ini itu sekuel dari Sakit-Sakitan ya…
Jika kalian pertama kali baca ff yang ini, aku sangat menyarankan untuk membaca Sakit ― Sakit-Sakitan ― Sakit Beneran?
Sekian dan terima kasih:)
Review!
