Bodoh... sering kali kata itu terucap di dalam hati kecilku.
.
Mencintai seorang pemuda yang tak akan pernah membalas cintaku.
.
Dan menerima ungkapan cinta meski tahu Jika aku hanyalah menjadi pelampiasan baginya.
.
Sering kali dia menyakiti hatiku yang tulus mencintainya dengan kebohongan.
.
Meski sakit dan tersiksa atas perlakuannya padaku.
.
Meski air mataku selalu menetes karenanya.
.
Tapi itu semua tak mengubah perasaanku padanya. Aku tetap ingin berada disampingnya.
.
Karena aku wanita yang bodoh.
.
Ya, seorang wanita bodoh yang sangat amat mencintainya.
.
Meski hatiku hancur berkeping-keping dibuatnya. Aku hanya ingin berada disisinya.
.
Dan tetap bertahan berada di sisinya. Berharap suatu saat nanti dia membalas cintaku meski hanya sedikit.
.
.
.
.
I Hope Always Be With You
Author : Hani Yuya ( Pair SasuSaku )
Remake By :
Genre : hurt, romance, drama, Family
Rate : T+
Pairing : YunJae
Cast:
Kim Jaejoong ( yeoja )
Jung Yunho ( namja )
And The Other
Part : 1/3
Disclaimer : semua member milik Tuhan, Orang tua dan management nya masing-masing
Warning : GS. Ini ff asli buatan sahabatku Hani Yuya dengan Pair SasuSaku hanya aku remake menjadi Pair Yunjae dan sedikit aku ubah di beberapa titik ( ciee bahasanya). Hehehehe, , Typo bertebaran di mana-mana udah pasti, penulisannya sedikit ancur gegara ngebut, DON'T LIKE DON'T READ.
SUMMARY : aku hanya berharap dapat selalu berada disisi mu.
~Happy Reading~
Seoul, 01 november 20xx
Angin berhembus kencang hari ini, mengombang-ambing rambut hitam ku yang mulai memanjang. Ah, dedaunan yang mulai mengering jatuh berguguran. Namun masih ada beberapa yang bewarna merah.
Kudongakkan wajahku melihat sisa daun yang masih menempel di ranting pohon, indah... ! tak kalah indah dengan bunga musim semi. Kuhampiri pohon yang menjulang tinggi itu, lalu perlahan mulai duduk menyender membelakangi pohon. Kuresapi angin yang menerpa kulit wajahku, sejuk,, bagai mantra tidur yang membuat mataku mengantuk. Kumulai memejamkan mata, mengelus perutku yang kini semakin membesar.
Ah, jika melihat daun-daun yang berguguran ini terlintas berbagai kenanganku dengannya beberapa tahun silam. Pemuda bermata musang yang memikat hatiku, mencintainya hampir membuatku gila. Berharap kenangan manis yang terekam di dalam memoriku dengannya, namun nihil. Sepanjang perjalanan kisah cintaku dengannya hanya ada serpihan luka yang menggores hatiku sedikit demi sedikit, hingga menyisakan bekas luka yang cukup besar sana.
Dia menghancurkan hatiku berkeping-keping, membuatku tersenyum miris, dan menyadari bahwa ternyata aku memang tak bisa membuatmu berpaling darinya. Meskipun begitu kenapa hatiku tak bisa lepas darimu, kau memberikan sebuah harapan semu padaku, membuat hatiku melambung tinggi ke awang, tapi kau juga yang memupuskan harapanku sampai aku terjatuh ke dasar jurang terdalam.
Akupun tak mengerti pada diriku sendiri, Kenapa? Kenapa? Kata itu sering terucap dihatiku, kenapa aku masih mengharapkan cintanya hanya untukku. Liquid bening mengalir dari manik mutiara indahku yang tertutup, kugigit kencang bibirku guna menahan rasa sakit di dadaku. Tuhan, hanya satu permohonanku semoga dia segera datang mengunjungiku, dan melihat anak pertamanya yang akan lahir sebentar lagi hadir kedunia.
*Flashback On *
.
.
Brakkk
"YA...!" Sebuah geprakan meja yang cukup kencang mengganggu tidur siangku. Aku refleks berdiri dari bangkuku, aku bergidik ngeri ketika mendapati seorang wanita dewasa berambut pendek dikuncir satu melotot kearahku. Sedangkan aku hanya tersenyum kaku dan menggaruk punggung kepalaku yang tak gatal.
"Berani sekali kau tidur disaat jam pelajaranku! Anak baru! Hmmm... Kim Jaejoong, pindahan dari Jepang?" Tanyanya mendelik tajam padaku.
"Ne Songsaengim, hehe" Jawabku seraya menampilkan cengiran di wajahku.
"Baiklah, usai sekolah kau harus membersihkan daun-daun kering yang berserakan di belakang halaman sekolah. ARASSO!"
"HEE! Tetapi songsaengim bukankah halaman sekolah itu luas, hampir 1 Hektar yang ditanami pohon?" Protesku.
BRAAKK
Sekali lagi ia menggeprak meja kasar, "TIDAK ADA BANTAHAN!"
"Ne!"
"Nanti aku akan menyuruh ketua keamanan mengawasimu, jangan coba-coba melarikan diri dariku, atau kau akan kuhukum lebih dari ini. Mengerti Kim Jaejoong!" Bentaknya.
"Algesseumnida ( saya mengerti) Lee songsaengnim" Jawabku menurut.
Ia langsung berbalik dan berjalan kembali ke meja guru meneruskan pelajaran yang sempat terhenti.
Aku mendesah pasrah, ketika sadar teman sekelasku menertawakanku. Aku langsung menduduki bangku ku kasar, mengacak-acak helaian hitam legamku pelan.
"Hihihi"
Kudengar teman sebangku ku pun ikut menertawaiku, aku menoleh kearahnya. Kulihat gadis cantik berhelai kuning blonde dikuncir poni tail itu sedang terkekeh geli. Aku memutar mata bosan, lalu mendecih.
"Tidak lucu Bebek!"
Ia langsung berhenti tertawa, lalu mendelik kesal kearahku "Ya! Hei, namaku Junsu! Kim Junsu! Ck, Dasar Pemalas!"
Mwoya? Pemalas Katanya? Aku mendelik tajam kearahnya, mengacungkan jari telunjukku padanya, "Namaku Jaejoong! Camkan itu, Bebek Pabbo" suaraku sedikit meninggi.
Terlihat ia tak mau kalah, ia pun ikut mengacungkan jari telunjuknya kearahku, "Sekali lagi memanggilku Bebek, tak segan-segan kutarik mulutmu, Pemalas !"
"Bebek!"
"Pemalas"
"TUK,TUK" Sebuah penghapus papan tulis mengenai kepalaku sedangkan sebuah spidol melayang ke kepala Junsu. Jangan ditanya darimana asalnya, tentu saja Lee Songsaengnim yang melemparkan semua benda yang tadi berada ditangannya itu kearah kami berdua.
"Appoyo" Ringis kami bersamaan.
"Kim Junsu, Kim Jaejoong... CEPAT KELUAR DARI KELASKU!" Teriaknya kencang memekkakan telinga.
"NE"
Kami mengambil langkah seribu meninggalkan ruang kelas, tak mau mengambil resiko mendapatkan amukan Lee Songsaengnim. Setelah di luar kelas, kami saling berpandangan, mendelik tajam satu sama lain, tapi beberapa menit kemudian Junsu menarik bibirnya keatas menyunggingkan sebuah senyuman lalu terkekeh pelan. Mengulurkan tangan kanannya padaku.
"Baiklah aku akan mengenalkan diri secara sopan, Kim Junsu Imnida"
Aku sempat bingung dengan perubahan sifatnya, tapi kurasa ia sungguh-sungguh. Aku pun menjabat uluran tangannya.
"Kim Jaejoong"
"Hei, boleh kupanggil Kau Pemalas?"
Aku mengernyit.
"Hayolah, itu panggilan supaya hubungan kita semakin dekat, kau boleh memanggilku Bebek jika kau mau?" Tawarnya.
"Ha-ha-ha... Aniyo, aku tidak Pemalas, tadi aku hanya tertidur. Panggil saja aku joongie. Dan kau akan ku panggil suie, bagaimana? Setuju?"
" Ok! Kol ( Setuju )!"
Untuk pertama kalinya kami berdua tertawa bersama, kami pun tak akan pernah menyangka jika ditakdirkan menjadi sahabat yang akan saling mengisi nantinya. Tertawa bersama saat senang dan menangis bersama saat sedih.
.
.
.
.
Ting... Tong... Ting... Tong
Bel pulang sekolah berbunyi, aku bergegas pergi ke halaman belakang. Lebih baik membersihkannya sekarang agar cepat pulang ke rumah. Sesampainya disana, keringat langsung mengalir deras dari dahi indahku, melihat banyaknya dedaunan yang berserakan di tanah membuat diriku speechless. Aku berbalik ingin rasanya melarikan diri, namun baru saja ingin melangkah, sebuah tangan menarik tas selempangku. Dan sebuah suara barhitone membuatku tersentak kaget.
"Mau kemana kau?!"
Suaranya terdengar dingin ditelingaku, sebuah pertanyaan yang terlontar dari bibirnya seakan tak membiarkanku pergi dari sini. Aku masih tak bergeming dari tempatku.
PUK
Kurasakan ia mulai mendekat menepuk pundakku, mencengkram pundakku. Kurasakan nafasnya dekat dengan telingaku.
" Apa kau berniat melarikan diri? TIDAK SEMUDAH ITU NONA !"
Aku memejamkan mataku ketika ia berteriak dekat dengan telingaku, suara barhitonenya yang terdengar dingin namun sexy. Kubuka mataku perlahan, lalu menoleh kesamping.
DEG
Mataku membulat, jantungku berdetak kencang, hatiku mendesir. Manik mutiaraku menatap intens sepasang mata musang miliknya yang hitam pekat terlihat kelam namun mempesona, wajah tampannya. Oh Tuhan, betapa sempurnanya kau menciptakan pemuda di hadapanku ini. Aku bagai tersihir oleh pesonanya.
Wajahku kini merona merah karena menyadari posisi kami. Wajahnya yang hanya berjarak beberapa centi saja dari wajahku.
PLETAK
"Appoyoo...!" Tiba-tiba ia menjitak kepalaku membuatku meringis kesakitan.
"Itu hukuman untukmu, lain kali jangan kabur dariku. Aku mendapat amanat dari Lee Songsaengnim untuk mengawasimu selama seminggu" Jelasnya, mendesah pelan, lalu berdecak, menyilangkan tangan didadanya, "Tck, kau menambah tugasku"
Ia berbalik dan berjalan menuju salah satu pohon di taman tersebut. Aku masih tak bergeming dari tempatku, ia menoleh memperlihatkan tatapan mautnya padaku.
"KENAPA MASIH DIAM, CEPAT KAU PUNGUTI DAUN YANG BERSERAKAN INI, DASAR PABBO!" Teriaknya kencang.
"Ne"
Menyeramkan, sikapnya kasar padahal ia tampan. Aku langsung melemparkan tas selempangku kesembarang arah, memakai sarung tangan plastik dan mengambil sebuah kantung sampah yang sudah disiapkan.
Satu persatu aku memunguti daun-daun yang sudah berwarna cokelat ini. Sesekali aku melirik pemuda bermata musang yang sedang bersandar pada pohon di belakangnya. Dengan santainya ia membaca buku disana.
Satu jam berlalu, daun-daun kering sudah terkumpul 1 kantung plastik sampah penuh, keringat mengalir dari pelipisku. Kulirik sekali lagi pemuda itu, seperempat siku mulai bermunculan di wajahku, ia tertidur pulas dibawah pohon yang rindang. Buku yang ia baca tadi menutupi wajahnya, dengan sebelah tangan dibuat bantalan olehnya.
Dengan langkah besar aku berjalan menghampirinya. Berjongkok di sampingnya, dengan perlahan kuambil buku yang menutupi wajah tampannya.
Deg
Semburat merah tipis menghiasi wajahku, lagi-lagi jantungku berdetak kencang. Wajahnya terlihat imut dan damai ketika tidur. Hembusan angin di musim gugur, menerbangkan daun bunga momiji yang mengering jatuh berhamburan di tanah. Kurasakan hembusan angin yang menerpa wajahku dan juga wajahnya, rasa lelahku hilang entah kemana, digantikan senyuman tipis yang merekah diwajahku.
Sebuah pertanyaan melintas di benakku, "Apakah ini cinta? Cinta pada pandangan pertama?" Gumamku pelan.
Tak mungkin... aku mencoba mengelak menggelengkan kepala. Aku tak mungkin jatuh cinta pada pemuda dingin sepertinya. Karena, akan berat bagiku mencairkan es yang ada dihatinya.
Kulihat jam di tangan kananku Pukul 4.30... aku akan membangunkannya jam 5 nanti. Aku kembali berdiri dan melanjutkan tugasku, tanpa menengok kebelakang.
Huuff
Aku mengelap keringat yang deras mengalir di pelipisku. Melihat jam tanganku sekali lagi. Tak terasa sudah jam 5. 'Sudah waktunya membangunkannya.'
Aku menoleh berencana ingin membangunkannya. mataku membulat tidak percaya, seperempat siku kembali muncul didahiku bahkan lebih banyak. Pemuda itu sudah tak ada disana lagi, dan pergi meninggalkanku sendiri. Aku menggeram dan mengucapkan sumpah serapahku.
"KURANG AJAR KAU BERUANG KUTUB!"
Kuhentakkan kakiku kencang ketika melangkah, kini aku harus membawa 2 buah kantong sampah sendirian ke pembakaran sampah. Ck, awas kau... eh? Aku baru menyadari kalau kami belum berkenalan. Aku menghela nafas panjang, lalu mulai melangkah pulang.
'Besok akan kutanyakan siapa namanya'
Itulah awal pertemuan ku dengannya
Awal dari semua penderitaanku beru saja dimulai
.
.
.
.
"Oppa Aku berangkat , Ne!" Aku mengambil sepotong roti di atas meja makan, lalu berlari keluar rumah. Tak mempedulikan ia yang berteriak memanggilku berulang kali.
"Joongie, tunggu! Kita satu sekolah kenapa tidak bareng saja, hei. Ck,, dasar keras kepala"
Kim Hyun Joong, dia kakakku. Pemuda berwajah baby face. Kami berdua hanya berselisih 1 tahun, ia menjadi kakak kelasku di Toho High School. Semenjak orangtua kami meninggal 2 tahun lalu, ia pergi merantau ke Seoul seorang diri, dan meninggalkanku di Jepang dengan paman dan bibiku ku.
Aku tahu ia tak ingin menyusahkan mereka lebih dari ini, membiayai sekolahku sudah menjadi beban untuknya. Karena itu ia pergi dan hidup mandiri di Seoul, yang merupakan ibu kota dari negara dimana appa kami di lahirkan, dia bersekolah sambil bekerja paruh waktu untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Sekarang setelah semua uang yang ia kumpulkan terasa cukup, ia mengambil alih atas diriku, karena tinggal 1 semester lagi ia lulus sekolah.
Karena itu aku pindah ke sini di tengah semester mengikuti jejaknya, ia kakak yang sangat menyayangi adiknya. Aku sangat menyayanginya, karena itu aku tak bisa terus menerus merepotkannya, sudah kuputuskan aku juga harus mencari kerja paruh waktu.
Alasanku tak mau berangkat bersama dengannya setiap pagi karena aku sedang mencari lowongan kerja part time tanpa sepengetahuannya, karena jika ketahuan olehnya, ia akan memarahiku.
Aku berhenti disalah satu toko dessert, mataku berbinar ketika melihat lowongan kerja disana. Aku langsung masuk ke dalam untuk memastikannya. 'Coffee Cojje' itulah nama toko yang kumasuki.
Ting... Ting...
Ketika pintu terbuka suara dentingan bell berbunyi, Aku disambut ramah oleh seorang pemuda dengan seragam sekolah yang sama denganku.
"Annyeonghaseyo, ada yang bisa kami bantu"
"Ah,, Itu,,, diluar aku melihat ada lowongan kerja. Bisakah aku bekerja disini?"
Pemuda itu mengernyit memperhatikanku dari atas kebawah, "Kau masih sekolah?Di toko kami tak menerima seorang siswa, dilihat dari seragammu kita satu sekolah?"
"Tapi aku butuh pekerjaan, kumohon!" Aku menangkupkan kedua tanganku memohon iba padanya.
"Tidak bi... "
"Terimalah, Oppa"
Suara lembut mengalun pelan bak bidadari menginterupsi kegiatan kami. Aku pun menoleh ke sumber suara. Seorang gadis cantik berhelai hitam panjang tersenyum lembut kearahku. Aku mengernyit, wajahnya tak asing bagiku. Aku mulai mengingat-ingat siapa dia.
"Apa kau tak mengingatku, jaejoong~ssi ?" Tanyanya yang melihat aku kebingungan.
Aku menggeleng membuatnya terkekeh pelan.
"Aku Go Ahra, teman sekelasmu. Wajar jika kau tak ingat, kita belum bertegur sapa dikelas bukan?" Ia mengulurkan sebelah tangannya. " Baiklah kalau begitu perkenalkan, nama ku Go Ahra Imnida, kau bisa memanggil ku Ahra "
Aku menjabat tangannya, "Ah Ne,, Kim Jaejoong kau bisa memanggilku Joongie, Err... Ahra~ssi." Jawabku.
"Semoga kita menjadi teman baik, ne."
"Ne, jadi aku boleh kerja disini?" Aku bertanya memastikan. Ahra hanya mengangguk sambil tersenyum lalu aku menoleh ke arah pemuda berhelai panjang dengan wajah yang hampir menyerupai Ahra.
Ia mendesah pelan, "Baiklah, mulai besok kau bekerja disini, Namaku Go Soo ,panggil aku Soo. "
Bibirku tertarik keatas, menyunggingkan sebuah senyuman, aku langsung menghambur memeluk Ahra, " Kamsahamnida, Ahra~ssi. Kau gadis yang sangat baik."
Pertama kali bertemu dengannya, menganggap baik gadis manis penuh pesona bak putri raja yang berdiri dihadapanku ini. Tanpa ku tau suatu saat nanti, dialah yang akan menoreh luka dihatiku, seorang gadis yang dicintai oleh pemuda pujaanku, sampai ia rela mengabaikanku berulang kali.
.
.
.
Ting... Ting...
Suara bel pintu berbunyi bertanda seorang membuka pintu toko.
"Annyeong, Ahra~ah kau sudah siap. Eoh? Nuguya ?"
Kudengar suara baritone seorang pemuda dibalik punggungku. Namun tak berapa lama kemudian.
"KAU?"
DEG
Jantungku kembali berdetak ketika mendengar suara barhitone tegas terdengar sexy dibalik punggungku. Aku menoleh, benar saja dia pemuda bermata musang ketua keamanan disekolahku. Pemuda yang meninggalkanku kemarin.
" Apakah kalian sudah saling kenal eoh?"
"Hn, aku ditugaskan Lee songsaengnim untuk mengawasinya membersihkan halaman sekolah, selama seminggu."
"Kau pergi sebelum selesai mengawasiku, Beruang kutub!" Selaku.
" Beruang kutub! Kau memanggilku beruang kutub eoh? Sopanlah sedikit dengan kakak kelasmu, Pabbo!" Cercanya.
"Hahahaha... Beruang kutub? Haha"
Seorang pemuda dengan potongan rambut panjang berponi tertawa terbahak-bahak. Tawanya berhenti ketika pemuda berkulit Tan tersebut menghadiahi tatapan mautnya. Kemudian ia juga menatap tajam kearahku.
"Apa ! jangan salahkan aku jika memanggilmu beruang kutub, aku memanggilmu beruang kutub karena bentuk tubuh mu mirip dengan beruang, lagian kau bukannya mengawasiku malah asik tibur di bawah pohon. Jangan salahkan aku jika aku memanggil mu beruang kutub, lagi pula kau juga tak memberitau siapa nama..."
"Jung Yunho..." Ucapnya memotong semua omelanku. Aaahhh... jadi namanya Yunho...
"Aku Kim..." Belum sempat ku beritau namaku Ahra memotongnya.
"Kim Jaejoong, dia sekelas denganku Yunho~ah."
Ada hubungan apa diantara mereka? Kenapa mereka terlihat begitu dekat?. Entah mengapa hatiku sedikit sakit.
"Baiklah, ayo kita berangkat sekolah, bagaimana jika kau juga ikut bersama kami Jaejoong~ssi?. Namaku Lee Seunggi." Ujar pria berlesung pipi indah yang tadi sempat menertawakan pertengkaran kami. kemudia menggandeng tangan Ahra dan berniat meninggalkan meninggalkan kami bertiga ( Soo, Yunho, Dan aku ).
Tak lama kemudian Soo mencoba melepas paksa gandengan tangan adik tercintanya Ahra kemudia berdiri ditengah-tengah mereka. Membuatku terkekeh geli.
Namun, senyumanku langsung pudar ketika aku melihat wajah sendu Yunho yang masih diam tak bergeming sampingku. Tangannya mengepal erat, ada rasa kecewa disana. Kulihat arah pandang manik Onyxnya.
Ah... aku tau dia memperhatikan punggung Ahra yang semakin lama semakin pergi menjauh, aku tau betul apa arti tatapannya itu. Aku menggigit bibir bawahku,meremas bajuku tepat didadaku. Saat itu aku tau bahwa dia menyukainya. Hatiku sakit, apakah aku benar-benar jatuh hati padanya. Bagaimana ini?
.
.
.
Jam olahraga, Aku duduk termangu di pinggir lapangan, berulang kali menghela nafas. Membuat Junsu mengernyit heran menatapku. Tak berapa lama kemudian teriakan murid wanita menyadarkan lamunanku.
"Kyaaaaa, lihat para Idola sekolah kita... aahhhhh... Yunho Oppa!"
"Soo Oppa, Hyunjoong Oppa!"
" Seunggi Oppa! "
"Kyaaa, Changmin Oppa , Yoochun Oppa!"
Para Idola pria itu berlari mengelilingi lapangan yang kami pakai. Kulihat arah pandang Yunho kearah kami,ah... bukan. Tapi lebih tepatnya dia tengah menatap Ahra yang berada disebelahku. Matakuku bertemu pandang dengan manik jade milik pemuda bertubuh tinggi bak tiang yang berada tepat di belakang Yunho.
"Kau sedang melihat siapa, Joongie~ah? Aku tahu senior-senior kita itu tampan-tampan. Hehehe "
"Termasuk kakakku ya?"
"Eh? Mwo?"
Jari telunjukku mengarah pada pemuda bersurai coklat kastanye berwajah baby face.
"Hyunjoong Sunbae, dia kakakku "
"Mwoya? Jinjaaa?...!"
Teriakan Junsu membuat semua teman sekelas memperhatikan kami berdua, sampai-sampai semua menatap kami termasuk senior-senior yang mereka idolakan. Aku menepuk jidatku pelan. 'Seharusnya aku tak memberitahunya' batinku. Sekilas pandangan aku dan yunho tanpa sengaja bertemu.
" Apa kau menyukai Yunho Sunbae? Lebih baik jangan?"
" Eh? Apa maksudmu?" Aku menoleh menatap heran ke arah junsu. 'bagaimana dia bisa tahu?' pikirku
"Yunho Sunbae itu sulit untuk didekati. Dan lagi sudah ada gadis yang disukai olehnya, kau belum tentu bisa menggantikan posisi gadis itu, Joongie" Ujarnya.
Mataku membulat, "Darimana kau tahu jika aku menyukai Yunho Sunbae?"
"Hehe... Entahlah, insting seorang wanita mungkin" Ia terkekeh pelan.
"Aku tahu Suie, Jika saja aku bisa, aku juga tak ingin menyukainya" Jawabku lirih sambil menerawang jauh kedepan.
.
.
.
Tap... Tap... Tap...
"Suie, bisakah kau berjalan pelan sedikit jalannya, kau hampir membuatku tersandung, Pabbo!"
Begitu jam istirahat tiba, Junsu menarik tanganku menuju kantin. Kami melangkah dengan sedikit berlari membelah keramaian di lorong sekolah. Berulang kali kami tak sengaja menabrak siswa siswi yang sedang berjalan, tak sedikit aku mendengar mereka berteriak marah kearah kami yang tak meminta maaf.
Aku menghela nafas panjang, ia terus menarik tanganku hingga berulang kali membuatku hampir terjatuh.
"Kita harus cepat, Joongie... kalau tidak kita tak kebagian tempat duduk. Ingat kau harus memanggil kakakmu dan teman-temannya bergabung, kemudian kenalkan aku dengan Yoochun Sunbae. Ok"
"Baiklah, tapi lepas dulu tanganku"
Junsu melepaskan pegangannya dari tangan kananku, tak lama kemudian sebuah suara yang kukenal memanggil namaku.
"Jaejoongie"
Ku tolehkan kepalaku mencari asal suara dan mendapati Hyunjoong Oppa beserta teman-temannya berjalan mendekatiku. Manik mutiaraku langsung mengerling mencari sosok nya diantara mereka.
Senyumku langsung merekah ketika melihatnya yang berjalan paling belakang, rasanya ingin sekali aku menyapanya, namun niat itu musnah sudah ketika melihat seseorang yang berjalan disampingnya. Ya,seorang gadis bersurai panjang yang indah, siapa lagi jika bukan Ahra.
.
.
.
Aku dan Junsu duduk satu meja bersama mereka. Junsu duduk disampingku yang berhadapan langsung dengan Yoocun Sunbae sang pujaan hatinya. Sedangkan aku duduk berdampingan dengan kakakku dan berhadapan dengan Pemuda bertubuh paling tinggi.
Sesekali kulirik Yunho yang duduk paling ujung sebelah kiri dari sudut mataku, tatapannya datar dan hanya mengaduk-aduk minumannya.
"Siapa yang kau perhatikan?"
"Eh?"
Aku tersentak kaget ketika pemuda di depanku menghadiahiku sebuah pertanyaan. Ia menatapku datar. Lalu mengulurkan tangannya kearahku.
"Shim Changmin Imnida, Salam kenal"
Aku terdiam sebentar, kemudian menyambut tangannya,"Ah, Kim Jaejoong, Salam kenal . Changmin Sunbaenim"
Shim changmin pemuda bertubuh tinggi bermata tajam yang nantinya akan selalu meminjamkan dadanya untuk tempatku menangis dan selalu setia mendengar keluh kesahku. Pemuda baik hati yang sering kali terluka karena ku.
.
.
.
.
TBC
