Comes To You

.

.

Kim Taehyung

X

Jeon Jungkook

.

.

Jungkook mengadahkan kepalanya. Sengaja agar rambut hitamnya bergoyang oleh sapuan angin sejuk musim gugur. Kerah kemeja berwarna hijau toscanya ikut bergoyang. Mata seindah langit malam itu terpejam. Larut dengan nyamannya angin yang berhembus sejuk. Membirakan buku paket dengan mayoritas bertuliskan angka dengan nomial banyak itu berganti-ganti karena tiupan angin.

Netranya terbuka perlahan saat gendang telinganya mendengar suara bass dari ruang E202. Lelaki dengan rambut merah dan kaos berwarna hitam dan jaket putih yang membungkusnya juga sebuah headband yang terpasang apik membuat lelaki yang tengah tertawa lebar itu melebihi kata sempurna. Tanpa sadar bibirnya tertarik hingga menyunggingkan sebuah senyuman kala matanya memandang bagaimana Taehyung tertawa begitu riangnya.

Kim Taehyung berdiri dengan tubuh bagian kanannya bersandar pada tembok. Bibirnya sudah tak tertawa lebar, namun wajahnya masih begitu tampak ceria, bersenda gurau bersama sahabatnya. Pandangan Jungkook menurun, menyipit saat melihat sebuah kotak putih tebal mencuat di saku kiri Taehyung. Bibirnya kembali tersenyum lalu mengangguk, sekotak rokok, Jungkook benar-benar tersenyum konyol sendiri. Diusianya yang bahkan 21 tahun lebih, dirinya belum pernah menyesap sebatang rokok. Bahkan dirinya tak akan kuat berada di dekat seseorang yang tengah mengepulkan asap rokoknya. Jungkook menertawai dirinya yang benar-benar menyedihkan-menurutnya.

Matanya mengerjap saat merasakan getaran ponselnya. Pesan dari salah satu anggotanya, tentang rapat donasi yang bekerja sama dengan salah satu organisasi Konseling Remaja yang akan diadakan 20 menit lagi. Dan Jeon Jungkook adalah seorang Presiden BEM Fakultas Ekonomi. Diwajibkan bagi dirinya memimpin sebuah rapat dan mengharamkan sebuah keterlambatan. Dengan menghembuskan nafasnya pelan, matanya kembali menatap Taehyung yang tengah menjambak kasar sahabatnya sambil tertawa, bibirnya terkekeh lalu berusaha merapikan bukunya dan berjalan menuju ruang rapatnya.

.

.

.

Jungkook mengedipkan genit sebelah matanya pada laptop kesayangannya, tepatnya pada tampilan microsoft excel yang menampilkan sebuah angka-angkat yang sempurna-seimbang dan angka-angka yang begitu sexy bagi Jungkook. Helaan kebebesan ia desahkan. Setelah menggerakkan lehernya hingga berbunyi tulang-tulang yang membuat Jungkook lebih rileks dari sebelumnya. Tugas yang akan dikumpulkan tiga hari lagi kini telah rampung dengan apiknya. Sehingga dirinya memiliki waktu lebih untuk mempersiapkan acaranya bersama anggota BEM yang lain. Matanya mengedar, sedikit terkejut saat menemukan lelaki pujaannya tengah tertidur menghadap ke arahnya. Dengan jarak tak terlalu jauh Jungkook dapat dengan leluasa memandangi wajah lelap Kim Taehyung- yang bahkan terlalu tampan saat lelaki itu tertidur. Matanya menyipit menemukan beberapa luka lebam pada sudut bibir, pipi dan sudut mata seniornya itu.

Dengan wajah penuh lebam, wajah Taehyung tetaplah sangat tampan. Tidurnya yang nenyak dengan kedua tangan menjadi bantalnya membuat Jungkook benar-benar memekik terpesona, Taehyung menggemaskan saat tertidur. Maniknya melirik jam yang tertera pada laptopnya, pukul 1 siang. Seharusnya Taehyung memiliki kelas pada saat ini. Katakanlah Jungkook seorang psycho atau semacamnya, oh kalian juga boleh menyebut Jeon Jungkook lelaki yang cerdas - terlepas dari status mahasiswa gemilang yang memiliki peringkat tinggi dalam angkatannya. Atau memang Jungkook yang kelewat berani dan cerdas di luar nalar hingga dirinya dapat membuka akun Mahasiswa milik Kim Taehyung. Dengan user ID NIM mahasiswa dan password tanggal lahir Taehyung, Jungkook dengan mudah mengecek akun Taehyung, dan menghapal di luar kepala jadwal terstruktur Kim Taehyung.

Sudah lebih dari 15 menit lamanya Jungkook terus menatap raut tidur Kim Taehyung. Bahkan Jungkook tengah mengagumi rambut merah seniornya yang membuat Kim Taehyung jauh lebih lebih sexy dari biasanya. Jungkook akan dengan senang hati jika dirinya harus duduk terdiam selama seharian penuh untuk terus mengamati wajah lelap Taehyung dari jauh.

"Belum bosan menatapnya?" Sebuah bisikan halus mengagetkannya. Dengan pandangan mendelik Jungkook menatap sahabatnya yang terkekeh lalu menarik kursi agar dirinya duduk di samping Jungkook. "Pantas betah berlama-lama dalam perpustakaan. Ku kira hanya mengerjakan tugas." Bambam lalu melirik Taehyung " Ah ternyata dengan tambahan menonton wajah senior yang tidur dengan gratis." Ingin rasanya Jungkook menggeplak bibir tebal Bambam yang benar-benar mengganggunya, namun urung, dirinya masih ingat berada dalam perpustakaan dan alasan yang paling mendasar adalah tak ingin membuat kegaduhan hingga pangeran tidurnya terbangun.

"Diamlah. Kau benar-benar mengganggu." Jungkook mencoba kembali berpura-pura mengerjakan tugasnya, berharap Bambam tidak menggodanya lagi.

"Sudah tidak perlu berakting mengerjakan tugasmu yang sudah rampung. Kau aktor yang payah Kook-ah." BamBam tertawa terbahak, namun sedetik kemudian Jungkook membekap mulut yang hendak menganga lagi itu. Melirik Taehyung yang untungnya masih memejamkan matanya. Dan BamBam benar-benar ingin tertawa melihat wajah Jungkook yang gugup.

"Haha sudahlah." Bambam bernafas lega saat Jungkook melepas bekapannya, namun tidak dengan mata yang tajam penuh benci itu "Aku berniat mengajakmu makan siang. Aku benar-benar lapar." Jeda Bambam mengetukkan jarinya lalu mengangguk "Tak apa jika kau sibuk memandangi wajah tampan Taehyung sunbae dengan cuma-cuma. Percayalah Kook. Ini anugerah untukmu. Oke aku-"

"Tidak! Si-siapa yang memandangi wajahnya. Ka-Kau-" Jungkook gugup bahkan tak dapat menyelesaikan kalimatnya. Dengan tergesa membereskan laptop dan buku-bukunya.

"Aku tak apa pergi sendiri. Em, rahasiamu aman bersamaku." Bambam mengatupkan ibu jari dan jari telunjuknya di depan bibirnya lalu mengangguk penuh mantap.

"Aiish. Jinjja. Ayo pergi." Jungkook berdiri memandang sengit Bambam yang tertawa tertahan , sekilas melirik Taehyung "Bangunlah. Jangan terlalu lama tidur seperti itu, kau akan pegal. Obati lukamu sunbae." Lalu menyeret Bambam dengan brutal.

.

.

Jam setengah 2 Taehyung membuka matanya dengan malas. Merasakan leher dan pungungnya begitu kaku. Ah ya, juga tangannya yang terasa begitu pegal. Bibirnya meringis merasakan sakit pada wajahnya saat dirinya mengangkat kepalanya.

"Kemana?" matanya mengedar. Seingatnya saat ia masuk ke perpustakaan dirinya menemukan Jungkook yang tengah serius berkutat dengan laptopnya. Membuat dirinya memutuskan untuk duduk, lalu memandangi wajah Jungkook yang manis dari jauh hingga kantuk menyergapnya dan tertidur dengan sendirinya.

"Kenapa bau buku semengerikan ini? Padahal tadi berbau wangi." Mengangkat bahunya acuh lalu mengusak rambutnya kasar. Dengan malas Taehyung membawa kakinya menuju kantin. Bangun tidur membuat tenggorokannya sedikit kering.

Sembari menunggu pesanan buble tea nya, Taehyung menyenderkan badannya pada meja pemesanan. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai seirama dengan nyanyian yang ia nyanyikan dalam hati. Hingga ketukannya terhenti saat melihat lelaki manis pujaannya tengah memakan dan sesekali tertawa.

"Dia benar-benar cantik." Bibirnya mau tidak mau ikut tersenyum setelah mengucapkan kalimat monolognya. Jungkook yang tersenyum dan mengerutkan hidung benar-benar terlihat indah. Seorang adik tingkatnya yang terkenal manis, ramah dan penuh wibawa itu, bagi Taehyung adalah adik tingkat yang cantik, menggemaskan dan terlalu sempurna. Jungkook langsung merebut hatinya saat Jungkook bahkan berada di tahun pertama perkuliahannya.

.

Saat itu Taehyung tengah bersandar pada tiang koridor, menunggu Jimin. Sebuah dentuman sedikit keras mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya pada seseorang lelaki yang wajahnya benar-benar terlihat seperti bocah itu telah menabrak sebuah kursi tunggu didepan ruang administrasi. Wajahnya masih mengantuk hingga matanya masih seperempat terpejam. Wajah mengantuknya benar-benar menggemaskan, bahkan Taehyung tak yakin lelaki itu sadar bahwa dirinya telah menabrak kursi.

Taehyung tersenyum melirik arlojinya. Jam 7 pagi, jika bukan karena Jimin yang memaksanya, Taehyung masih tertidur, tangan panjang itu memasukkan ponsel ke dalam saku celananya, menyilangkan tangannya di depan dada dan terus mengamati lelaki menggemaskan yang masih berdiri dengan terpejam itu.

Alis Taehyung terangkat saat lelaki itu berjalan dengan lirih lalu mendudukan diri di kursi panjang yang ia tabrak. Taehyung benar-benar terkekeh saat lelaki itu memukul kursi dengan mata terpejamnya dan menggumamkan kata "sial" dan bibir yang mengerucut itu. Astaga bahkan Taehyung ingin mengerjang lelaki asing itu saat ini juga.

Mata tajamnya membola saat kini lelaki manis itu justu menjatuhkan badannya, meringkuk tertidur. Sekuat tenaga Taehyung menahan pekikan gemasnya, hingga menggigit jarinya berusaha agar tidak menimbulkan suara yang mengusik lelaki manis itu. Matanya mengedar, koridor benar-benar sepi. Anehnya Taehyung berharap bahwa hanya dirinya yang menyaksikan aksi menggemaskan lelaki yang kini tertidur pulas tak tau tempat itu.

Sudah lima menit berlalu, hingga kaki panjangnya melangkah mendekat. Tersenyum memandang bagaimana cara tertidur yang begitu lucu itu. Tanpa pikir Taehyung melepas jaketnya, lalu menyelimuti lelaki yang menjadikan telapak tangan sebagai bantal itu lalu berjalan menjauh dengan senyum tercerah yang pernah nampak dalam wajahnya.

.

"Ini Taehyung-ssi minumannya." Taehyung tersadar dari lamunannya lalu mengambil cupnya. Badannya kembali menoleh ke arah Jungkook yang tengahmengelap bibirnya "Kelinci mungilku kini menjadi kelinci cerdas, bahkan terlampau cerdik terlampau sempurna hingga rasanya, macan sepertiku tak akan dapat menggapaimu." Lalu berjalan menjauh dan melanjutkan tidur siangnya.

.

.

.

"Begini kau sebut dewasa hah?" Taehyung meringis "Kau sebut ini mandiri?!" Taehyung terus meringis hingga mengangkat tangannya "Bocah sialan!" Kali ini Namjoon yang meringis dan Taehyung menjerit kesakitan saat Seokjin menekan keras lebam luka Taehyung yang tengah ia obati.

"Ekhm. Sudahlah sayang jangan terl-"

"Apa!" Namjoon menelan kembali ucapannya, menunduk takut pada isterinya. Mata dan suara Seokjin benar-benar membuat sang kepala keluarga ciut.

"Hy-Hyung." Sial, tenggelamkan saja Taehyung.

"Diam!" Taehyung memilih di keroyok hingga pingsan daripada terkena semburan omelan ganas kakak iparnya "Astaga. Aku tak bisa berfikir jika Papa dan Mama tahu kelakuan nakalmu. Astaga. Aku tak tahu apa yang harus aku bicarakan jika mereka menanyaiku di surga nanti." Seokjin memijat pelipisnya dramatis. Taehyung melirik takut Namjoon yang hanya menatapnya iba tanpa melakukan apapun. Seokjin, lelaki cantik dengan penuh sikap lembut yang telah ia kenal selama setengah umur hidupnya. Lelaki manis yang sudah dianggap menjadi bagian keluarga Kim bahkan sebelum lelaki itu memiliki hubungan serius dengan Namjoon. Lelaki yang resmi menjadi istri sah Namjoon satu tahun lalu, yang sukses menjadi kaka dan Ibu bagi Taehyung yang benar-benar membuat Taehyung begitu nyaman berada di dekat Seokjin. Lelaki yang begitu Namjoon dan Taehyung hormati, yang mereka junjung tinggi, lelaki yang mengisi kekosongan mereka akan hangatnya kasih sayang keluarga semenjak orang tua mereka kecelakaan 3 tahun silam.

"Ma-maafkan aku Hy-hyung." Lirih Taehyung takut.

"Maaf. Maaf? Lalu kau akan mengulanginya lagi nanti hah? Kau bilang ingin dewasa. Tapi kelakuanmu seperti ini terus hah! Aissh! Lalu dimana Jimin hah? Bocah itu pasti sama babak belurnya sepertimu. Kalian benar-benar harus kuberi lebam tambahan pada kedua mata kalian. Dasar bocah nakal." Taehyung meringkuk saat dengan ganas Seokjin memukulnya. Hanya meringkuk dan memanggil nama Namjoon Hyung, selamatkan aku. Namjoon berusaha menyelamatkan satu-satunya adiknya, naas, dirinya ikut terkena amukan ganas isterinya.

"Ei Ei ada apa?" Taehyung tersenyum lebar saat Seokjin terdiam untuk melihat seseorang yang datang. Kesempatan emas itu Taehyung gunakan untuk menyelamatkan diri, bersembunyi di balik punggung sepupunya.

"Yak Taehyung kembali kau!" Hoseok memandang bingung Namjoon yang berjongkok mengenaskan dibawah Seokjin.

"Seokjin Hyung. Ada apa dengan bocah ini?"

"Tanya saja dia." Seokjin membuang muka, memilih melototi suaminya yang kini memberikan cengiran maaf konyolnya.

"Tae," Hoseok berbalik, memicing saat melihat luka lebam Taehyung. Meski Hoseok adalah Hyung yang baik, tidak seganas Seokjin Hyung dan Yoongi Hyung, tapi Taehyung berani bersumpah, introgasi dari Hoseok sungguh menegangkan. Dengan susah payah Taehyung menelan ludahnya, mengumpat dalam hati meneriakkan nama sahabatnya SIalan kau Park Jimin, meninggalkanku di kandang kawanan serigala.

.

.

.

Taehyung memandang datar Jimin yang masih mengunyah kue mangga pemberian entah dari siapa-fans Taehyung- yang jelas Taehyung dan Jimin tak mengenalnya. Beruntung karena Jimin lapar dan kuenya enak, makan tidak seperti biasanya mereka akan sengaja membuang pemberian fans di kampus, kali ini bahkan Jimin sudah memakan setengahnya.

"Menjijikkan." Melihat Jimin yang menjilat jari-jarinya membuat Taehyung memutar bola matanya jijik.

"Lebih menjijikkan berandal yang berani menumpahkan kopi pada lembar jawaban tugas dengan dalih tak sengaja namun justru tak berani menyatakan cinta ah bahkan tak berani menyapa." Jimin mengangkat alisnya menantang.

"Menjijikkan kau yang masih mengejar Yoongi Hyung padahal dia sudah menolakmu berulang kali. Sudahlah Jim sadar diri." Taehyung tak mau kalah.

"Setidaknya aku bukan pecundang oke. Aku berani berusaha. Bahkan sekalipun Yoongi Hyung menolakku. Dan kau, kau bahkan belum berani mencoba sama sekali." Jimin menaik turunkan alisnya merasa menang. Dan telak. Taehyung kalah. Dirinya hanya mencibir sebal lalu menegak kembali colanya.

Jimin mengernyit lalu menatap Taehyung panik "Oke diam saja Tae. Diam saja disini." Taehyung mendelik dengan sikap Jimin yang mendadak terlihat gusar.

"Ap-"

"Diam. Jangan panik oke." Taehyung menggeram, mengumpat bodoh , lihat saja, yang panik disini adalah Jimin sial "Tenang, malaikat akan mencabut nyawamu sebentar lagi." Jimin tersenyum lebar.

"Taehyung sunbae." Tubuh Taehyung menegang saat mendengar suara merdu yang memanggil namanya. Dengan gerakan slow motion Taehyung menolehkan wajahnya, mendongak, benar malaikat akan mencabut nyawanya saat ini juga. Taehyung bisa mati konyol karena terlalu kaget dan tengang dan terlalu terpesona. Di depannya-tepatnya di atasnya, wajah cantik seputih awan , sebening air pegunungan, mata seindah permata hitam, pipi sepink bunga sakura, bibir semerah buah cherry, dan langit biru bersih menjadi background sempurna dari lukisan wajah nyata Jeon Jungkook. Sial, sial, sial, bagaimana bisa Jungkook seindah ini?

Pfftt. Jimin menahan gelak tawanya. Sungguh, ekspresi menganga Taehyung benar-benar menggelikkan. Bahkan dirinya ingin melempari wajah itu dengan kaleng colanya, astaga, lucu sekali.

"Taehyung sunbae?" Ulang Jungkook karena tak ada jawaban dari Taehyung, matanya memandang Jimin yang kini tengah menahan sesuatu terlihat dari wajahnya.

"Y-a?" byarrr… suara getar Taehyung benar benar membuat Jimin tak lagi menahan tawanya. Tawa terkeras yang pernah Jimin tawakan. Ini sungguh lucu sialan.

Taehyung menunduk memejamkan matanya. Dadanya bergetar marah akan dirinya yang terlihat menggelikkan di depan Jungkook. Sialan. Ini percakapan pertama mereka. Kenapa Taehyung yang gugup?

"Maaf Taehyung sunbae. Perkenalkan namaku Jeon Jungkook, ketua Presiden Mahasiswa, ma-maksudku Presiden BEM fakultas, karena fakultas kami mengadakan acara besar, bisakah kami meminta sponsor dari Kim Hit untuk-" Jungkook berucap dengan satu tarikan nafas.

Bukannya Taehyung keterlaluan sungguh, mendengarkan gelak tawa keras dan menjijikkan dari Jimin membuatnya muak. Mengingat bagaimana suara getarnya seakan membuatnya ingin menguburkan diri. Matanya melirik Jimin yang tertawa memegang perutnya, mengabaikan ucapan panjang lebar Jungkook, yang jika kalian tahu, bahkan keringat mengucur deras di pelipis lelaki masih berdiri menunduk itu.

Jimin berusaha menghentikkan tawanya, melirik Taehyung dan menggodanya. Menggumamkan kata Pe-Nge-Cut. Yang sukses menyulut emosi dari Kim Taehyung. Taehyung tak ingin kalah, tak ingin di sebut pecundang.

Hingga akhirnya dirinya mendongak dan berdiri, tangan besarnya membawa dagu Jungkook mendekat, dan bibir mereka saling bersentuhan. Suasana hening. Jimin terdiam langsung dari gelak tawanya, mengerjapkan beberapa kali matanya sambil menganga tak percaya.

Jungkook membolakan matanya. Otaknya blank. Bahkan tak berpikir untuk menghindar atau menghentikan ciuman Taehyung yang kini berusaha melumat lembut bibirnya.

Dan Taehyung memejamkan matanya, berusaha membuang debaran konyol jantungnya, meruntuhkan segala urat malunya. Terfokus pada bibir lembut Jungkook yang membawanya seolah melayang, membuatnya lebih ingin melumat bibir semerah cherry itu.

.

/

/

Tbc/

.

Astaga hahah. Aku bener bener deg degan anjir pas bayangin Jungkook ndatengin Tae terus manggil namanya. Senyum senyum ngebayangin kalo Tae tiba-tiba nyium Jungkook haha.