Title : The Mystery

Author : Dendrobium Flowers

Genre : Horror, Mystery, Friendship

Rating : T

Length : Chaptered

Cast :

Jeon Jungkook (BTS)

Park Jimin (BTS)

Min Yoongi (BTS)

Kim Taehyung (BTS)

Kim Seokjin (BTS

Kim Namjoon (BTS)

Jung Hoseok (BTS)

Other Cast : Find by yourself


"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Setelah melihatku membawa benda ini, kau pikir apa yang akan aku lakukan, hm?"

"Kumohon, lepaskan benda itu."

"…"

"A-apa salahku? Kenapa kau lakukan ini?"

"Kau masih bertanya apa salahmu?"

"Bisakah kita bicara baik-baik?"

"Dasar gadis bodoh!"

Srashh!

"Akh!"

.

.

.

.

.

Seorang lelaki nampak kebingungan dengan sekitarnya. Banyak orang berlalu lalang membuatnya hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Ia tidak tahu kemana harus pergi, sungguh. Sempat ia bertanya pada salah satu orang lewat, tapi sayangnya ia hanya di acuhkan.

"Menyebalkan," cibirnya. "Dimana ruang Kepala Sekolah?"

Ruang Kepala Sekolah? Yup, sudah sangat jelas jika lelaki itu adalah anak baru yang tidak tahu bahkan dimana ia berdiri sekarang. Sekolah yang sungguh sangat luas, apakah masuk akal jika ia bilang saat ini ia sedang tersesat? Sungguh konyol.

"Aish, sampai kapan aku berputar hanya untuk mencari ruang Kepala Sekolah, huh?" lelaki itu mendengus. Ia kembali berjalan dengan arah pandang yang kemana-mana. Ia harus cepat menemukan ruangan itu, atau ia akan mendapat masalah di hari pertamanya sekolah.

Bruukkk!

"Aw!"

Lelaki itu mengadu sesaat setelah bokongnya sukses mencium lantai. Ia mengeluh kesakitan dan dengan segera mencoba untuk berdiri. Cukup, ia tidak ingin menjadi tontonan mereka-meraka yang kebetulan melihatnya jatuh.

"Ugh, maaf. Apakah itu sakit?" Lelaki itu menoleh ketika mendengar suara di depannya dengan nada bersalah. Lelaki itu tersenyum kecil lalu menggeleng.

"Tidak apa-apa,"

'Tentu saja sakit,'

"Maafkan aku. Sungguh, aku tidak sengaja menabrakmu," lelaki itu kembali tersenyum dan melirik name tag yang dikenakan orang yang menabraknya itu.

Park Jimin.

"Aku tidak apa-apa," ujar lelaki itu. "Eumm… bisakah aku minta tolong?" lanjutnya dengan nada yang sedikit ragu.

Jimin memiringkan kepalanya sedikit, dan jujur saja ia terlihat sangat imut. "Minta tolong apa?"

"Antarkan aku ke ruang Kepala Sekolah. Aku tidak tahu dimana ruangannya," kata lelaki itu.

"O-oh? Kau murid baru?" tanya Jimin. Lelaki itu mengangguk dengan cepat.

"Ba–"

"Oy, Jimin-ah!" ucapan Jimin –orang yang menabrak lelaki tersebut terputus ketika mendengar namanya di panggil dan menoleh saat itu juga. Ia tersenyum masam saat melihat siapa yang memanggilnya.

"Mana buku milikku?"

"Eh, hehehe. Aku lupa membawanya, Namjoon-ah." Jimin mengucapkan kalimat itu dengan cengengesan yang terdengar canggung.

"Bukannya aku sudah mengatakan jika hari ini kau harus bawa?!" ugh, sungguh. Rasanya lelaki-yang-ditabrak-itu ingin sekali pergi dari sana ketika melihat tanda-tanda akan adanya 'peperangan'. Tapi mengingat ia sedang meminta bantuan Jimin, niatnya tersebut ia urungkan.

"Aku akan membawanya besok. Sungguh, aku akan membawanya besok." Jimin mengatakan kalimat yang sama dua kali, menunjukkan bahwa ia serius dengan perkataannya.

"Seingatku juga kau bilang begitu kemarin." Sindir Namjoon. Membuat Jimin hanya menunjukkan cengiran anehnya.

"Siapa?" tanya Namjoon pada Jimin saat ia melihat ada orang lain di antara mereka.

"Ah, aku lupa," gumam Jimin. "Dia murid baru disini. Namanya…" Jimin berhenti berbicara ketika menyinggung soal nama orang yang ada di depannya, apakah tadi dia belum bertanya?

Lelaki itu tersenyum dan membungkuk kecil. "Perkenalkan, namaku Jungkook."

"Jeon Jungkook."

.

.

.

.

.

"Jadi ada lagi murid yang pindah karena melihatnya?" seseorang dengan name tag Jung Hoseok membuka suara. Saat ini ia sedang berkumpul bersama dengan sahabat-sahabatnya di kantin untuk memberi asupan makanan pada perut mereka masing-masing.

Kim Taehyung, Min Yoongi, Kim Namjoon, Park Jimin, dan Kim Seokjin. Begitulah nama-nama yang tertulis pada name tag mereka –sahabat-sahabat Hoseok.

"Begitulah." Sahut Seokjin seadanya. Memangnya apa yang harus ia jawab, jika kenyataannya memang seperti apa yang diucapkan Hoseok. "Untung saja dia tidak dibunuh." Lanjutnya dengan suara pelan.

"Semakin lama, sekolah ini menjadi semakin angker saja." Ujar Taehyung, lalu kembali melanjutkan makannya yang tertunda untuk mengucapkan kalimat itu. Sementara Jimin mengangguk menyetujui apa yang dikatakan Taehyung barusan.

"Untung saja aku tidak punya yang namanya indra keenam." Gumam Jimin. Sungguh, apa yang akan terjadi jika orang yang sedikit-takut-tentang-hal-yang-berbau-horror seperti dirinya memiliki kemampuan seperti itu? Bisa melihat mereka-mereka yang menatapmu dengan tatapan tajam yang menusuk dan–

–Cukup!

Jimin tidak bisa dan tidak ingin membayangkannya.

"Jujur saja, sebenarnya aku masih ragu jika ada yang namanya hantu di sekolah ini." Ujar Namjoon. Taehyung yang sedang makan langsung tersedak mendengar ucapan Namjoon.

"Uhuk!"

Yoongi menyodorkan minumannya pada Taehyung saat melihat lelaki itu gelisah karena tersedak dan juga minumannya yang sudah habis.

"Terima kasih, hyung." Yoongi mengangguk singkat sebagai balasan pada Taehyung.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu disaat banyak –ekhem, beberapa murid disini bisa melihat hantu itu?" timpal Hoseok segera.

"Numpang eksis?" Namjoon mengangkat kedua bahunya. "Yah mungkin seperti itu."

"Dan bermain dengan nyawa? Oh ayolah, orang gila mana yang ingin eksis dengan menggunakan nyawa orang lain?" ujar Jimin dan diangguki oleh Taehyung.

"Iya, sih." Gumam Namjoon pelan. Detik berikutnya ia menghembuskan nafas pelan, pertanda ia juga tidak tahu menahu apa maksud semua ini.

Pertanyaan di benak mereka semua sama.

Apakah ucapan Namjoon benar? Tapi jika mengingat apa yang dikatakan Jimin, itu masuk akal.

Atau…

Semua ini memang dilakukan oleh yang namanya hantu –atau apalah itu? Tapi kenapa dia melakukannya? Apa maksudnya?

Apa tujuannya?

.

.

.

.

.

Jungkook menghela nafas panjang. Ini jam istirahat, dan saat ini ia melihat teman sekelasnya sedang sibuk sana-sini, mereka terlihat asik berbicara dengan yang lain.

Sementara dirinya diam mematung di tempat duduknya.

'Derita murid baru.' Batin Jungkook. Tidak ada satupun dari mereka yang mencoba berbicara, atau setidaknya berkenalan dengannya. Ia kembali menghela nafas.

Jungkook menoleh pada teman disampingnya yang terlihat sibuk mencatat, lalu dengan takut-takut mencoba berbicara padanya. "H–hey, apa aku boleh bertanya?"

Lelaki itu menoleh padanya, ia tersenyum canggung. "Ah, sebelumnya maafkan aku. Aku terlalu terfokus pada pelajaran dan tidak mengajakmu berkenalan." Lelaki itu mengulurkan tangannya pada Jungkook, dan Jungkook menerimanya.

"Namaku Mingyu. Kim Mingyu."

"Jungkook. Jeon Jungkook." Balas Jungkook. Lalu uluran tangan mereka terlepas, dan Mingyu kembali bersuara.

"Oh iya, tadi kau mau bertanya apa?"

.

.

.

.

.

.

Dan disinilah Jungkook berdiri sekarang. Berdiri mematung dengan nampan berisi makanan miliknya yang sejak tadi berada ditangannya. Ia berada di kantin, dan benar saja disana tidak ada lagi bangku kosong. Jungkook bergumam pelan. "Lalu aku harus makan dimana?"

"Jungkook-ah!" suara seseorang mengagetkan Jungkook. Ia segera berbalik dan menemukan Jimin dengan senyum lebar berdiri tepat di sampingnya.

"O–oh? Jimin sunbae?" Jungkook tersenyum kecil melihat senior tingkat dua-nya itu.

"Kau belum mendapat tempat duduk, kan?" Jungkook mengangguk. "Ayo, di tempatku masih ada bangku kosong." Lanjut Jimin.

Jungkook mengerjap beberapa kali. "Apa tidak apa-apa, sunbae?" tanya Jungkook ragu. Jimin mengangguk cepat pertanda itu bukan sebuah masalah.

"Dan omong-omong, bukankah aku sudah mengatakan padamu agar memanggilku 'hyung' saja? Tidak perlu terlalu formal begitu."

.

.

.

.

.

To Be Continued


A/n:

Di FF ini mereka semua jadi murid SMA ya. Author buat Seokjin dan Yoongi kelas 3, Namjoon, Hoseok, Jimin dan Taehyung kelas 2, sedangkan Jungkook kelas 1.

Next chapter will update soon…