Tidak salahkan jika kita mencintai suami sendiri?
Lalu, kenapa dia juga tak bisa sepertiku
Yang hanya mencintai pasangannya
Bukankah ini pernikahan kita?
Ah...mungkin hanya aku yang mempertahankan
Pernikahan ini tidak buatmu...
Terlihat seorang gadis muda berambut merah muda panjang sedang merapikan pakaian serba putihnya. Ya dialah Haruno Sakura seorang dokter muda berbakat di salah satu RS terkemuka milik keluarganya. Keluarga Haruno terkenal dengan RS yang sangat terkenal selain itu peralatan medis yang maju, tak luput juga dengan perusahaan lainnya. Keluarga Haruno memang sangat terkenal dengan keberhasilan disetiap perusahaannya.
"Ibu,kenapa tumben sekali kita kumpul bersama dipagi hari biasanya Ayah dan Ibu sudah pergi daritadi?" tanya Sakura pada ibu tercintanya Tsunade disamping kanan nya.
"Sarapan pagi harus dijadikan kebiasaan Sakura, kau selalu melewatkannya karena bangun siang bukan? Ayahmu akan menjelaskan sesuatu padamu" jawab Tsunade pelan
"Sakura, ada yang ingin Ayah sampaikan padamu. Sebenarnya Kau akan Ayah nikahkan dengan salah satu putra kolega Ayah namanya Naruto, Namikaze Naruto kau pernah mendengar namanya bukan? Dia putra tunggal Minato dan Kusina dari keluarga terpandang Namikaze. Dan ayah tak menerima penolakan darimu Sakura ini sudah keputusan bulat Kami." Jelas Jiraya memandang Sakura tegas
"Ta-tapi ayah bukankah ini terlalu mendadak? Ah aku juga tak bermaksud menolak walaupun juga tak menerima itu dengan senang hati juga tapi bagaimana dengan dia?" tanya Sakura memandang ayahnya tercinta.
"Kurasa Minato sudah menjelaskan padanya"
"oh..begitu"
"Sakura bukanlah anak yang pembangkang bukan sayang? Sudah kukatakan dari semalam bukan putri kita ini sangat manis walau kadang keras kepala"bisik Tsunade pada suaminya
"Itu salah satu sifat ibu yang menurun padaku" sahut Sakura melirik Ibunya
"A-Apa dasar anak nakal kamu"
"Sudah sarapan dulu kita harus berangkat bekerja"
"Aiiishh kenapa dengan keluarga kecilku ini suami tercintaku gila kerja sampai tak ada waktu bersamaku kedua putraku entah dinegri mana sekarang karena gila kerja yang menurun dari suamiku dan terakhir putri cantikku juga selalu pulang malam karena lembur di RS Aaahh.."
"Bukankah kau juga sama, Ibu(Tsunade)" sahut Jiraya dan Sakura bebarengan
"Ah bahkan ayah dan anak kompak mengkritikku"
"Hahaha bukan begitu Tsunade walaupun aku gila kerja bukankah aku selalu menyempatkan waktu menengokmu di RS?" Hibur Jiraya pada istri tercintanya
"Ah kau benar sayang..."
"Aiiishhh kalian sungguh mengganggu"
"Sakura-chan jangan cemburu dong sebentar lagi kau juga sama Naruto-kun"
"Yah kuharap dia pria baik seperti yang Ayah katakan Ibu" 'Yah kuharap dia pria baik'
Kediaman Namikaze
"APAAA? AKU MENOLAK, aku tak mau menikah dengan gadis yang tak aku kenal lagipula aku sudah punya Hinata, Ayah"
"Aku tak menerima penolakanmu Naruto, lagipula ini sudah keputusan bulat"
"Ini hidupku. Kenapa ayah yang menentukan masa depanku? Aku bukan lagi anak belasan tahun ayah aku sudah dewasa aku sudah bisa mencari pendamping sendiri"
"Kau bisa memang bisa mencari pendamping sendiri Naruto tapi kau tak bisa menentukan yang terbaik untuk dirimu sendiri jadi ayah minta ini keputusan terakhir ayah jadi kau jangan mengacaukannya!"
"..."
Setelah keputusan akhir dari masing-masing keluarga Naruto dan Sakura akhirnya melaksanakan pernikahan untuk putra dan putri mereka. Terlihat Tsunade dan Kushina sibuk menemani Sakura di ruang rias pengantinnya.
"Kau terlihat sangat cantik putriku" ucap Tsunade pada putrinya sesaat memasuki ruang rias
"Waaah menantuku sungguh menawan dan cantik sekali Putraku sungguh beruntung memilikimu nak" sahut Kushina didepan Sakura
"Te-Terima kasih Kaa-san"
Sakura(Pov)
Dengan tegang ku gandeng tangan Tou-san yang membawaku kedepan altar menuju suamiku yang telah menunggu didepan altar. Setengah hati kuseret kedua kakiku karena aku merasa akan pingsan saat itu juga jika tou-san tak mengingatkanku untuk bernafas berulang kali. Aku benci situasi seperti ini aku benci menjadi pusat perhatian.
"Hime kuserahkan kau pada suamimu sekarang" bisik tou-san padaku dengan menyerahkanku pada pria pirang disampingku
Aku hanya bisa terdiam menatap dua shappire dingin pria pirang yang ternyata akan menjadi kenapa matanya menatapku dengan dingin? Sungkankah?bukan menurutku itu pandangan benci padaku tetapi kenapa? Aku salah apa padanya ini juga pertama kali aku melihatnya?
"Apakah kau Namikaze Naruto bersedia menjadi suami dari Haruno Sakura dalam keadaan sehat maupun sakit senang maupun duka hingga maut memisahkan kalian?"
"Ya, aku bersedia" jawab pria dingin itu tegas tanpa menatapku
"Dan kau Haruno Sakura bersedia menjadi istri dari Namikaze Naruto dalam keadaan sehat maupun sakit senang maupun duka hingga maut memisahkan kalian?"
"..."
"Aku bersedia"
"Silakan cium mempelaimu"
Astaga bagaimana ini aku sungguh tak siap dan apa-apaan tatapannya itu seperti ingin membunuhku saja. Pelan tapi pasti wajah tampannya mendekat ke wajahku tanpa ragu tangannya yang kekar meraih pinggangku hingga menabrak badannya yang kokoh. Seketika itu juga aku merasakan bibirku membentur benda kenyal? Ah bibirnya ternyata dan hanya beberapa detik kurasakan bibir lembutnya mendarat dibibirku. Dengan secepat kilat dia telah menghentikan ciuman kami.
Kuedarkan pandanganku pada orang tuaku kaa-san ku menangis dipelukan tou-san yang pasti itu bukan tangisan kesedihan , itu pasti.
Kulihat tatapan mata suamiku terlihat begitu dingin menatap kerumunan para undangan yang hadir pada pernikahan kami. Namikaze Naruto suamiku yang sah sekarang. Dari awal pernikahan kami ini sekalipun dia tak pernah menatapku jangankan melihat diriku secara keseluruhan melirik padaku pun tidak pernah ia lakukan.
Apakah ini tanda bahwa sebenarnya dia tidak menerimaku menjadi istrinya. Oh Kami-sama tolonglah aku semoga ini hanya mimpi burukku saja bahwa suamiku tidak mau menerimaku semoga dia adalah pria yang baik dan suami yang bijaksana yah semoga.
TBC
Ini ff yang bertema berat tentang pernikahan dan mungkin ff yg serius yang pernah aku buat semoga ada yang berniat membacanya yosh sampai jumpa chapter depan
