Suasana yang hingar bingar membuat Jaejoong mengeryitkan matanya. Dia tidak suka suasana ramai dan menyesakkan seperti ini. Dia merindukan kamarnya, kamar tenang yang damai, tempat dia bisa duduk dan membaca sambil mendengarkan musik sayup-sayup.
Tapi musik yang sangat keras ini hampir melampaui batas toleransinya, ingin rasanya dia pergi dari tempat ini, tapi dia tidak bisa. Namja itu, namja jahat itu, menurut sumber yang dia dengar akan datang ke tempat ini beberapa saat lagi.
Jaejoong mencoba menarik turun rok hitam pendeknya yang mulai terasa tidak nyaman. Seragam waitress ini amat sangat tidak nyaman, dengan belahan dada yang begitu rendah dan rok yang begitu pendek, Jaejoong seperti dipaksa menyamar menjadi orang yang tidak dikenalnya.
Tetapi bukankah itu memang tujuannya? Dia tidak ingin namja itu mengenalnya, meskipun hal itu sepertinya tidak perlu ditakutkannya, mereka hanya pernah bertemu satu kali, pada pertemuan singkat yang tak disengaja, saat namja itu menemui ayahnya di ruang kerjanya. Saat itu penampilan Jaejoong tidak seperti sekarang, rambutnya masih panjang dengan kacamata berbingkai tebal membingkai wajahnya, bajunya tertutup dan sopan, beda sekali dengan sekarang.
salang-ui ba
©Kitahara Saki
Kim Jaejoong, Jung Yunho
©their self
Sleep with the Devil
©Shanty Agatha
Jaejoong mengernyitkan matanya lagi, "Aku benar-benar berpenampilan seperti yeoja murahan." desahnya.
Suara berisik dari arah pintu masuk mengalihkan perhatian Jaejoong, matanya mencari-cari dan itu dia! Namja itu ada disana, dengan kedatangannya yang begitu heboh dikelilingi banyak sekali bodyguard berbadan kekar. Tanpa sadar Jaejoong mendengus, yah karena dia namja jahat yang suka menyakiti orang, dia pasti punya banyak musuh yang ingin membunuhnya.
Dengan penaYeongwongn Jaejoong menjinjitkan kakinya, berusaha melihat dengan jelas sosok namja itu, Jung Yunho. Sosok yang ditakuti dalam dunia bisnis karena tidak segan-segan menggilas siapapun yang menghalangi jalannya. Siapapun yang berani melawan Jung Yunho, akan berakhir dalam tragedi. Seperti ayahnya, seperti seluruh keluarganya. Desah Jaejoong pahit.
Dulu keluarga Jaejoong adalah keluarga berada, ayahnya adalah seorang pengusaha sukses di bidang furniture, kebun mereka ada berhektar-hektar di luar pulau, dan mereka sangat kaya. Bagi Jaejoong keluarga mereka adalah keluarga bahagia, meskipun ibunya adalah wanita lemah yang sakit-sakitan, tapi selain itu dia adalah ibu yang sempurna.
Pikiran Jaejoong menerawang di saat-saat bahagia itu, saat dia, ayahnya dan ibunya berkumpul bersama di meja makan, menyantap Yeongwongpan pagi yang dibuatkan ibunya dengan penuh cinta, Ayahnya akan bercerita tentang pengalaman-pengalaman dalam perjalanan bisnisnya, dan ibunya akan menatap sang ayah dengan tatapan memuja. Semua terasa begitu bahagia, semua terasa begitu sempurna.
Sampai kemudian Jung Yunho datang dalam kehidupan mereka. Jung Yunho tertarik dengan perkembangan pesat bisnis ayah Jaejoong, dan berpikiran untuk menjalin suatu hubungan kerjasama. Pada awalnya ayahnya tidak tertarik, dia sudah cukup puas dengan bisnis yang dijalankannya sendiri. Tapi Yunho tidak menyerah, dengan berbagai cara dia berusaha mendekati ayahnya. Dan entah kenapa ayahnya akhirnya menyerah ke dalam kuasa Jung Yunho, kuasa iblis kegelapan yang ketika mencengkeram tidak akan melepaskannya lagi.
Yunho menghancurkan keluarganya secara harfiah, entah kenapa kepemilikan ayahnya atas bisnis itu dimentahkan begitu saja, semuanya diambil oleh Yunho dan dikendalikan di bawah tangannya. Ayahnya tidak punya hak apa-apa lagi selain jatah bulanan untuknya dan keluarganya.
Keluarga Jaejoong jatuh miskin seketika. Rumah mewah mereka disita paksa, mereka harus pindah ke rumah mungil sederhana, berusaha memenuhi kebutuhan sendiri, tanpa pelayan-pelayan yang biasanya selalu siap sedia melayani kebutuhan mereka.
Jaejoong kuat menanggung itu semua. Tetapi ibunya tidak. Ibunya dari kecil terbiasa bergelimang kekayaan, seperti putri raja. Sampai menikah dengan ayahpun, ayahnya terbiasa memperlakukannya seperti ratu dengan banyak pelayan yang mengelilinginga. Ibunya sudah hancur ketika dipaksa memasak sendiri dengan tangannya yang rapuh dan tidak terampil itu, karena tidak pernah memasak seumur hidupnya. Dan makin hancur ketika mereka makin miskin, makin menderita. Akhirnya penderitaan itu tak tertanggungkan lagi bagi ibunya, dia mulai sakit-sakitan, semakin kurus, semakin sering menangis di malam-malam sepi. Lalu suatu pagi, ibunya meninggal begitu saja.
Jaejoong masih ingat ketika dia berdiri di samping ayahnya yang membeku, menatap wajah ibunya yang kurus dan pucat, ekspresinya seperti tertidur, dan merasa sedih, karena menyadari kenyataan bahwa ibunya mungkin lebih bahagia sekarang setelah meninggal dunia.
Sepeninggal ibunya, Ayahnya hancur. Hancur total. Dia mulai mabuk-mabukan, kadang berteriak-teriak dan menangis sendirian di malam-malam sepi, lalu pada suatu hari, ayahnya mengendarai mobil mereka, satu-satunya harta mereka yang masih tersisa, dan menabrakkan diri pada tembok pembatas jalan hingga mobil itu terguling beberapa kali, dan ayahnya tewas seketika di tempat. Polisi mengatakan bahwa kandungan alkohol di darah ayahnya sangat tinggi, hingga dapat dikatakan, ayahnya lah yang membunuh dirinya sendiri.
Jaejoong sebatang kara. Dan rasa dendam yang terpendam dalam hatinya makin menyeruak setelah kematian kedua orangtuanya. Semua ini berakar dari Jung Yunho. Sejak namja itu muncul di keluarganya, semuanya hancur dan musnah. Jaejoong harus membalas dendam, dengan cara apapun, untuk membalaskan kesedihan ibunya, dan kematian sia-sia ayahnya.
Sejak itu, dia menyelidiki semua hal tentang Jung Yunho, dimana dia tinggal, bagaimana jadwalnya, apa kesukaannya. Semua informasi itu dikumpulkannya baik-baik dan disusunnya. Ketika Jaejoong mendapat informasi, bahwa Yunho sering menghabiskan waktunya dengan kekasih-kekasihnya di klub kelas atas ini, klub Mirotix. Tanpa pikir panjang, Jaejoong meninggalkan pekerjaannya sebagai guru di taman kanak-kanak, pindah dari tempat tinggalnya dan melamar sebagai waitress di sini.
Semua butuh pengorbanan, Jaejoong menyadari bahwa pembalasan dendam butuh pengorbanan besar, Seperti ketika dia harus berdandan sebagai wanita murahan dengan rok mini dan baju seksi, kadang malam demi malam harus menahan diri dari siksaan kegaduhan dan hingar bingar musik, ataupun harus menahan hati karena banyaknya namja-namja genit yang selalu berpikir bahwa dia wanita murahan yang bisa dibeli. Semua butuh pengorbanan, mahal harganya. Tapi Jaejoong merasa itu akan sebanding dengan kepuasan yang akan dia dapatkan nanti, kepuasan untuk membunuh namja itu dalam siksaan menyakitkan, seperti yang dilakukan namja itu pada ayah dan ibunya.
Dia sudah mengoleskan racun yang tidak akan terdeteksi, di dasar gelas yang sudah disiapkan khusus untuk Jung Yunho malam ini. Jung Yunho tidak mau menggunakan gelas yang sama dengan orang lain. Gelasnya ekslusif, khusus hanya dipakai dirinya, dan tadi siang ketika berpura-pura membersihkan bar, Jaejoong menyelinap ke tempat penyimpanan khusus itu dan mengoleskan racun yang tidak terdeteksi ke gelas tersebut. Seteguk saja minuman dari gelas yg sudah diolesi racun itu ditelan oleh Jung Yunho, maka seluruh dendamnya akan terbalaskan.
Kitahara Saki
Yunho merasa muram malam ini. Entah kenapa. Dia sedang ingin menghajar seseorang, atau kalau perlu, membunuh seseorang. Malam ini dia datang ke klub bukan untuk bersenang-senang, tetapi untuk mencari masalah. Dengan dikelilingi para bodyguardnya yang selalu siap menjaganya, meskipun sebenarnya tidak perlu, karena Yunho menguasai taekwondo dan hokaido. Tetapi ketika kau punya uang banyak, maka lebih baik jika kau membiarkan orang lain melakukan segala sesuatunya untukmu.
Pemilik klub sendiri yang menyambutnya. Tentu saja, mengingat betapa besar hutangnya kepada Yunho. Dengan tergopoh-gopoh namja berbadan tambun itu menggiringnya ke kursi VIP terbaik,
"Anda bisa memilih siapapun untuk menemani anda." gumam si pemilik Klub dengan nada menjilat.
Yunho menatap ke sekeliling dengan tak berminat, menatap semua yeoja disana yang hampir- hampir seperti semut mengelilinginya, dengan tatapan berharap untuk dipilih. Terlalu murahan. gumamnya dalam hati, semua manusia di dunia ini murahan dan penjilat.
Yunho memutuskan tidak memilih siapapun, ketika tatapan matanya terpaku pada yeoja itu. Yeoja yang tampak salah tempat di klub malam mewah ini. Mengenakan baju luar biasa sexy tetapi tampak tidak nyaman di dalamnya. Tanpa sadar seulas senyum jahat muncul di bibirnya,
"Aku mau dia." gumamnya sambil menunjuk yeoja itu.
Kitahara Saki
"Aku mau dia."
Kalimat itu diucapkan dengan nada malas yang tenang, tetapi gaungnya terdengar ke seluruh ruangan. Entah kenapa suasana hiruk pikuk itu menjadi hening. Dan Jaejoong merasakan semua tatapan tertuju padanya. Pada dia yang sedang bersandar di meja bar, sibuk dengan pikirannya sendiri.
Dengan gugup Jaejoong menegakkan tubuhnya, berusaha membalas tatapan mata semua orang, lalu matanya terpaku pada mata itu, mata cokelat pucat sehingga nyaris bening, menyebabkan pupil matanya tampak begitu hitam dan tajam.
"Cepat kesana. Dia menginginkanmu." sang bartender yang berdiri di belakangnya berbisik kepadanya, seolah takut kalau Jaejoong tidak cepat-cepat menuruti keinginan Yunho, akan berakibat fatal.
Jaejoong mengernyit pada Yunho, mencoba menantang mata laki-laki itu, yang masih menatapnya dengan begitu tajam tanpa ekspresi.
"Emm.." Jaejoong berdehem karena suaranya begitu serak, "Apakah anda ingin dibawakan minuman?"
Yunho hanya menatapnya beberapa saat yang menegangkan, lalu menganggukkan kepalanya.
"Bawakan satu, minumanku yang biasa."
Secepat kilat sang bartender meracik minuman kesukaan Yunho, minuman yang biasa. Tangan Jaejoong gemetar ketika menerima nampan minuman itu.
"Sedikit lagi Jae….." gumamnya mencoba menyemangati dirinya sendiri. "Sedikit lagi semua dendammu akan terbalaskan… sedikit lagi…."
Jaejoong mengucapkan kata-kata itu bagaikan doa, dengan langkah gemetar dia mendekati Yunho yang duduk bagaikan sang raja, menunggunya.
Diletakkannya gelas itu di meja depan Yunho, "Semoga kau lekas meminumnya dan lekas mati." doa Jaejoong dalam hati.
Tetapi sepertinya Tuhan masih menginginkan Yunho hidup, karena namja itu terlihat tidak tertarik untuk menyentuh minumannya.
Matanya justru tertuju pada Jaejoong dan memandangnya tajam.
"Hanja." Yunho menjentikkan jarinya. Melirik tempat di sebelahnya.
Sekujur tubuh Jaejoong mengejang menerima perintah yang begitu arogan, tanpa sadar matanya memancarkan kebencian, siapa namja ini berani-beraninya memerintahnya seperti ini?
Ketika Jaejoong termenung, seorang waitress lain dengan gugup mendorongnya supaya duduk, menuruti permintaan Yunho, sehingga dengan terpaksa Jaejoong duduk di sebelah Yunho.
"Siapa namamu?" Yunho menatap tajam ke arah Jaejoong, sama sekali tidak melirik gelas minuman di mejanya.
Jaejoong sudah siap dengan pertanyaan ini, nama samarannya, "Yeongwong." Jawabnya kaku.
Yunho mengernyit menatapnya dengan seksama, lalu jemari panjang itu tiba-tiba terulur dan menarik dagu Jaejoong mendekat, supaya dia bisa mengamati wajah Jaejoong dengan cermat,
"Aku tidak pernah melihat wajahmu sebelumnya di sini."
"Eh...dia...dia pegawai baru kami tuan Jung, maafkan ketidak sopanannya, saya belum pernah mengajarinya bagaimana membawakan minuman untuk tamu sepenting anda," sang pemilik klub menyela dengan gugup, wajahnya tampak cemas melihat Jaejoong melayani tamu pentingnya dengan setengah hati.
Dengan pandangan memarahi dia memperingatkan Jaejoong, "Ayo Yeongwong perkenalkan dirimu kepada tuan Jung, tuan Jung telah memilihmu untuk menjadi pelayan minumannya, itu merupakan suatu kehormatan untukmu, harusnya kau berterima kasih."
Perintah itu membuat Jaejoong menegakkan dagunya dengan angkuh.
"Saya sudah memperkenalkan diri saya, dan saya sudah membawakan minuman untuk tuan Jung yang terhormat, karena itu saya akan pergi." jawab Jaejoong ketus, sambil beranjak dari tempat duduknya, toh misinya sudah tercapai, gelas minuman beracun itu sudah ada di meja Yunho, dan sebentar lagi Yunho akan mati karena sesak napas.
Tetapi sebelum Jaejoong sempat berdiri, Yunho meraih jemarinya dan menariknya kencang, supaya terduduk lagi, kali ini di pangkuan Yunho.
"Apa… apaaan…." Suaranya terhenti ketika bibir yang keras dan dingin itu tiba-tiba melumat bibirnya, Jaejoong memberontak ketika menyadari bahwa Yunho sedang memagut bibirnya dengan ciuman yang basah dan panas.
Ciuman itu sungguh tak sopan karena bibir dingin Yunho tanpa permisi langsung memagut bibirnya, melumatnya tanpa ditahan-tahan, lidahnya langsung meyeruak masuk merasakan keseluruhan diri Jaejoong, menghisapnya, menikmatinya dan menggilasnya tanpa ampun.
Sekujur tubuh Jaejoong terasa terbakar, panas karena amarah dan demam kerena gairah. Namja ini sudah jelas-jelas sangat ahli ketika mencumbu yeoja, sehingga Jaejoong yang belum berpengalamanpun terbawa oleh gairahnya, mengalahkan kebenciannya. Tetapi pikiran bahwa namja ini telah memanfaatkan begitu banyak wanita demi memuaskan rasa arogan dan kekuasaannya mebuat Jaejoong merasa muak, dan tiba-tiba muncul kekuatan dari dalam dirinya untuk mendorong laki-laki itu menjauh, dan menamparnya sekuat tenaga.
Plakk!
Suasana di klub itu menjadi sangat hening. Luar biasa hening. Bahkan musik yang hiruk pikuk itupun terhenti karena semua orang berhenti melakukan aktivitasnya dan menatap ke arah Jaejoong, yang berdiri dengan terengah-engah berhadapan dengan Yunho yang membatu duduk di sofa VIP nya.
Sedetik kemudian, sebuah tangan kasar mencengkeram lengan Jaejoong, begitu menyakitkan hingga membuat Jaejoong menjerit,
"Kurang ajar kau! berani-beraninya memukul Tuan Jung." teriak sebuah suara berat dan kasar, Jaejoong menoleh dan mendapati dirinya ditelikung oleh namja berbadan besar yang sepertinya salah satu bodyguard Yunho.
Lengan namja itu yang besar dan kuat menahannya sampai tangannya terasa kaku dan sakit. Tapi Jaejoong tidak menyerah, dia meronta sekuat tenaga, mencakar, menggigit lengan yang tetap terasa sekeras batu itu. Napasnya terengah-engah dan wajahnya merah padam menahan amarah dan rasa malu karena sebagai yeoja kekuatannya begitu tak berdaya menahan dominasi kekuatan laki-laki.
"Lepaskan dia." suara dingin Yunho terdengar di keheningan.
Orang-orang masih diam menunggu, memusatkan perhatian kepada apa yang akan dilakukan namja yang terkenal luar biasa kejam itu pada yeoja yang berani menamparnya.
Seketika itu juga, bodyguard Yunho yang berbadan kekar melepaskan Jaejoong, membuatnya hampir terjatuh karena kelelahan meronta-ronta.
Mereka berdiri berhadap-hadapan di bawah tatapan mata banyak orang yang menanti. Yunho yang masih berdiri dengan wajah dingin tak berekspresi sambil mengusap pipinya, bekas tamparan Jaejoong.
"Berapa hargamu?" suara Yunho terdengar tenang dan dingin,
Mata Jaejoong membelalak, "Harga? Apa yang dibicarakan namja ini?" Matanya melirik ke gelas minuman Yunho yang sudah diracuninya di meja. "Semua berantakan," serunya menahan kekesalan pada dirinya sendiri.
Semua gara-gara dia tidak bisa menahan kebenciannya. Seharusnya ketika Yunho melecehkannya dia bisa menahan diri dan berpura-pura menjadi yeoja gampangan, seharusnya dia mau berkorban menahan perasaannya. Setidaknya ketika dia menurut, Yunho mungkin akan merasa senang dan lengah, lalu meminum minumannya itu dan mati. Tetapi sekarang semua sudah terlambat, Yunho tampak tidak tertarik lagi pada minumannya dan tertarik sepenuhnya kepada Jaejoong. Lagipula Jaejoong tidak bisa berpura-pura menyukai Yunho, kebenciannya terlalu dalam pada namja itu.
Ahra, primadona di bar ini mendekati Yunho dengan tatapan merayu, dialah yang biasanya dipilih Yunho untuk menemani namja itu minum ketika Yunho berkunjung, dan sekarang hatinya dipenuhi kecemburuan karena Yunho tampak begitu tertarik kepada anak baru itu. Padahal kalau dilihat dari kecantikannya, anak baru itu jauh lebih jelek daripada dirinya,
"Sudahlah Yun," Ahra menyentuhkan tangannya di kerah baju Yunho, "Yeoja jelek itu tidak akan bisa memuaskanmu, lebih baik biarkan aku yang menemani,,,,, aduhhh!"
Ahra mengaduh karena Yunho merenggut tangannya yang meraba kerah baju Yunho. Jemari Yunho mencengkeramnya dengan kekuatan tak ditahan-tahan lagi, menyakitinya hingga terasa menusuk ke tulang,
"Minggir." gumam Yunho dengan tatapan membunuh pada Ahra, lalu menghempaskan tangan Ahra dengan kasar sehingga tubuh Ahra terdorong menjauh. Sambil meringis menahan sakit dan ketakitan. Ahra lekas-lekas menjauh.
"Nah," Yunho memusatkan mata dinginnya kembali ke Jaejoong, "Katakan berapa hargamu, dan aku akan membayarnya."
Kitahara Saki
"Aku harus memiliki yeoja ini." Yunho memutuskan dalam hati. "Aku harus memilikinya segera."
Tuhan tahu dia sudah berusaha menyelamatkan yeoja ini. Tetapi entah kenapa yeoja satu ini memiliki tekad yang kuat untuk mencelakainya, hingga lupa bahwa dia sudah menantang namja paling berbahaya.
Mata Yunho melirik gelas yang diletakkan Jaejoong di mejanya, dia tahu kalau dia diracuni. Jaejoong terlalu tidak berpengalaman dalam usaha pertamanya membunuh orang. Tangannya gemetaran dan matanya gugup, berkali-kali melirik ke gelas minuman itu. Dan juga nama palsu yang menggelikan itu. Jaejoong bahkan tidak menyadari bahwa penyamarannya sudah terbongkar dari awal.
Sebenarnya tadi Yunho memutuskan untuk menertawakan Jaejoong diam-diam, dengan pura-pura akan meminum minuman beracun itu. Tapi bibir semerah ceri itu, dan penampilan Jaejoong yang luar biasa seksi memunculkan sisi iblis dalam dirinya, sisi Iblis yang kehausan.
Mungkin sudah waktunya yeoja yang satu ini menerima pelajaran atas kenekatannya,
Kitahara Saki
Jaejoong tertegun marah mendengar pelecehan Yunho atas dirinya. "Berapa harganya? Hah! Dia pikir dia raja yang bisa membeli apa saja yang dia mau?"
Namja iblis ini harus diajari, bahwa meskipun banyak yeoja yang bertekuk lutut di kakinya dan memohon-mohon untuk dimilikinya, ada yeoja yang tidak sudi disentuh olehnya.
Dengan marah Jaejoong mendongakkan dagunya menantang Yunho,
"Saya lebih memilih mati daripada menjual diri kepada anda." gumamnya kasar
Suara di seluruh klub itu langsung dipenuhi dengungan gelisah menanti rekasi Yunho.
Tidak disangka-sangka Yunho tersenyum. Lalu melirik ke arah bodyguardnya,
"Tidak ada sesuatupun yang bisa menolak kalau aku ingin memilikinya." gumamnya datar dan memberikan isyarat tangannya kepada para bodyguardnya.
Semuanya berlangsung cepat, Jaejoong tidak sempat lari ataupun panik, karena tiba-tiba bodyguard Yunho yang berbadan paling besar, merenggutnya kasar, mengangkatnya kasar lalu membantingnya di pundaknya seperti sekarung beras
Sekejap dipenuhi rasa pusing karena posisi kepalanya dibalik mendadak, Jaejoong tersadar bahwa dia sudah diangkat keluar dari klub itu. Sekuat tenaga Jaejoong mencoba memberontak, Tangannya memukul-mukul punggung bodyguard itu dan kakinya menendang-nendang keras sambil berteriak-teriak menahan marah dan frustasi.
Tetapi tubuh bodyguard itu sekeras batu, tidak bereaksi atas pemberontakan Jaejoong.
Percuma meminta tolong, karena Jaejoong yakin tidak akan ada yang berani menolongnya, semua pengunjung klub yang pengecut itu hanya menatap kejadian di depan mereka dengan muka bodohnya. Sang pemilik Klub masih memandang takjub Yunho yang melenggang dengan santai meninggalkan ruangan dengan Jaejoong yang meronta-ronta dan menjerit-jerit dalam gendongan bodyguardnya.
Kitahara Saki
Sesampainya di tempat parkir Jaejoong diturunkan, sedetik setelah dia diturunkan, Jaejoong berlari sekuat tenaga berusaha menjauh, tetapi baru beberapa langkah, tangan sekeras batu itu menangkapnya lagi.
Jaejoong meronta tapi tak bisa berontak, frustasi, dia menggigit sekuat tenaga tangan yang mendekapnya itu. Sang bodyguard mengaduh sambil mengumpat-umpat, sedangkan Yunho hanya menatap kegaduhan di depannya sambil terkekeh geli.
Jaejoong mencoba berontak, menggigit dan menendang sampai kelelahan, dia menatap Yunho terengah-engah dengan pandangan penuh kebencian, masih dalam cengkeraman kuat tangan bodyguard Yunho.
Yunho membalas tatapannya dengan senyum manis yang jahat,
"Kalau kau berjanji mau bersikap baik, mungkin aku akan menawarimu tempat yang nyaman, di sebelahku di dalam mobil."
"Mati saja kau!" sembur Jaejoong penuh kemarahan.
Yunho terkekeh lagi,
"Oke, kau yang minta." dengan isyarat anggukan kepala Yunho memerintahkan para bodyguardnya,
"Masukkan dia ke bagasi."
.
.
.
.
.
To Be Continued
