.
.
.
有一个地方; There Is a Place
Cast :
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Genre :
Romance, Humor (?)
Rated :
T
(tidak menerima request untuk merubahnya menjadi M-_-)
Summary :
Chanyeol, composer dan gitaris sukses yang merangkap jadi tutor gitar Baekhyun, dongsaeng dari tetangga apartemennya yang bernama Baekhee. Hingga perasaan asing itu muncul, tetap Chanyeol harus pergi ke London. Dan suatu waktu Chanyeol kembali, lalu...? BaekYeol/ChanBaek. Yaoi! Judul sama isi ga nyambung. RnR?
.
.
.
有一个地方; There Is a Place
Chapter 1!
.
.
"Heh, Park Chanyeol! Buka pintunyaaaaa." Teriak Baekhyun di depan monitor layar yang terdapat di samping pintu apartemen milik Chanyeol. Tangan Baekhyun dengan beringas menekan bel yang tersedia berkali-kali, membuat Chanyeol yang sedang meminum jus jambu di dalam rumahnya tersedak-sedak sambil melangkah cepat ke pintu. Berusaha secepat mungkin untuk membuka pintu sebelum Baekhyun semakin beringas dan membuat pintu apartemennya hancur akibat tendangan Baekhyun.
Baru saja Chanyeol menarik gagang pintu untuk membuka pintu, Baekhyun langsung saja menerjang masuk tanpa memikirkan nasib Chanyeol yang oleng dibuatnya, hampir terjungkal. Hal itu membuat Chanyeol bergumam kesal sembari kembali menutup pintunya. Setelah memastikan pintunya sudah terkunci secara otomatis, Chanyeol berbalik dengan wajah sebalnya, dan mendapati Baekhyun sedang duduk dengan santainya begitu saja di sofa ruang tengahnya—sukses membuat mood Chanyeol semakin jatuh hingga titik terendah.
"Dasar bocah kurang ajar, kau pikir begitu caranya memperlakukan orang yang lebih tua darimu?" Geram Chanyeol sambil melangkah menuju Baekhyun dan duduk di sampingnya, menampakkan wajah sengitnya ketika Baekhyun menoleh ke arahnya. Tapi sayangnya Baekhyun nampak tidak peduli dengan kekesalan Chanyeol. Yang nampak hanyalah wajah Baekhyun yang terlihat tenang, namun bola matanya berputar jengah. "Siapa ya yang membuka pintu terlalu lama sampai aku harus berteriak seperti orang gila di depan apartemen TETANGGA?" (—Baekhyun bilang yang diberi capslock itu harus dibaca dengan penuh penekanan.)
Jawaban Baekhyun itu semakin membuat Chanyeol mendengus kesal. Tapi entah mengapa, sekesal-kesalnya Chanyeol kepada Baekhyun yang kurang ajar dan tak ingat umur itu—hey, Chanyeol jelas-jelas lebih tua dua tahun dari Baekhyun!—tetap saja Chanyeol tidak bisa marah kepadanya. Hanya menatap wajah Baekhyun selama lima detik, sudah lebih cukup untuk menyurutkan kemarahannya.
Kalau Baekhyun bilang wajahnya terlalu biasa, maka bagi Chanyeol wajah Baekhyun itu terlalu imut.
Mata Baekhyun bergulir ke arah meja yang tersedia di depan sofa ruang tamu yang ia duduki, dan keningnya mengerut ketika ia tidak mendapati apa yang seharusnya ada di sana. "Mana susu strawberry ku?"
"Susu?" Kini ganti Chanyeol yang mengerutkan keningnya. "Susu ap—oh, ya, sebentar."
Yah, begitu setiap harinya. Seorang Park Chanyeol yang menjadi composer sekaligus gitaris yang kelewat sukses itu merangkap menjadi tutor gitar untuk Baekhyun, dongsaeng pemilik apartemen sebelah yang ia tahu bernama Baekhee, dan baru seminggu bertemu Baekhyun saja Chanyeol sudah mendapati sifat Baekhyun yang tidak sopan-kurang ajar-kekanakan-brutal-menyebalkan. Sukses membuat Chanyeol mengelus dadanya sendiri untuk menyabarkan hatinya yang melolong menyebalkan sembari otaknya yang juga mengutuk-ngutuk Baekhyun.
Ditambah dengan, astaga, menyiapkan satu kotak susu strawberry setiap pukul lima sore untuk Baekhyun ketika Baekhyun ke apartemennya? What the fuckin hell is going on. Sudah menyebalkan, tidak modal, menguras dompet orang saja, dasar. Dan kini bahkan list belanjaan mingguannya bertambah dengan satu dus susu kotak rasa strawberry.
Sialan.
Terdengar teriakan Baekhyun ketika Chanyeol baru saja membuka pintu kulkas. "Cepatlah, Park! Dasar lelet!"
"Apa kau bilang?" Geram Chanyeol, menutup kasar pintu kulkas miliknya setelah menyambar sekotak susu strawberry, dan berjalan kembali menuju ruang tengah dengan kaki yang dihentak-hentakkan. "Bocah sialan, kau kira kakiku ada berapa, hah? Sudah memerintah sana-sini, tidak modal pula."
"Ck, dasar." Respon Baekhyun, langsung mengambil susu kotak yang baru saja diletakkan oleh Chanyeol di hadapannya. Ia mencabut sedotan yang tertempel apik di kotak susunya, menancapkan sedotannya pada lubang yang disediakan, kemudian meminumnya dengan pose seperti anak kecil—kedua tangannya yang memegang kotak susu dan kepala yang menunduk sembari menyeruput susu juga matanya yang melirik ke atas, menatap wajah Chanyeol. Sebuah gumaman semacam gomawo terucap dari bibir Baekhyun dengan asal-asalan dan tidak jelas, namun Chanyeol masih dapat menangkap apa yang dikatakan Baekhyun dan mengangguk malas.
Sembari Baekhyun meminum susu strawberry-nya, Chanyeol kembali bangkit dari duduknya dan melangkah ke kamarnya. Tak lama kemudian, Chanyeol keluar kamar dengan sebuah tas gitar di tangannya, dan Chanyeol duduk lagi di samping Baekhyun yang sudah menyelesaikan acara mari-kita-meminum-susu-strawberry-yang-dibeli-Chanyeol-untuknya. "Kemarin kita sudah berlatih instrumen Lonely, sekarang coba kau mainkan lagu itu lagi. Kalau kau bisa, maka aku akan mengajarimu instrumen lagu yang kau inginkan."
Baekhyun mengangguk patuh dan mengambil gitar yang diserahkan Chanyeol, lalu memangkunya dan meletakkan jari di tangan kirinya pada senar gitar, sedangkan tangan kanannya bersiap menggenjreng. Dalam hitungan ketiga yang Baekhyun hitung di dalam hati, Baekhyun mulai memainkan instrumental Lonely. Meskipun kemarin sudah cukup lancar dengan bantuan Chanyeol, namun kini tanpa bantuan Chanyeol, Baekhyun bahkan sudah melakukan kesalahan di detik ke-dua puluh empat. Kepala Baekhyun mendongak, menanti reaksi Chanyeol, tetapi tatapan Chanyeol yang dihujamkan kepadanya seolah menyuruh Baekhyun melanjutkan permainannya. Jadi Baekhyun kembali memfokuskan dirinya lagi.
Hingga ke detik lima puluh tujuh, Baekhyun lagi-lagi melakukan kesalahan. Chanyeol menatap Baekhyun sebal, tapi tetap membungkam mulutnya tanpa melancarkan protes, sehingga Baekhyun memilih kembali melanjutkan permainan gitarnya. Dan lagi-lagi, di detik ke satu menit lebih empat puluh lima, Baekhyun melakukan kesalahan dan yang kali ini membuat Chanyeol membuka mulut. "Sudah, hentikan. Kau melakukan banyak kesalahan."
Sesuai permintaan Chanyeol yang kini sudah merangkap menjadi tutor gitarnya, Baekhyun menghentikan permainannya dan mendongak, menatap Chanyeol yang menatapnya jengah. "Kemarin kita sudah berlatih lima jam dan kau sudah cukup lancar, tapi kenapa sekarang banyak kesalahan, hm? Kau benar-benar pemula ya, dasar bodoh."
"Hehehe, maaf, maaf..." Baekhyun cengengesan sambil menggumamkan maaf, membuat Chanyeol menghembuskan nafasnya. "Coba ulangi lagi."
Dengan anggukan patuh, Baekhyun kembali mengulangi permainan gitarnya, memainkan instrumental Lonely. Kini kesalahan Baekhyun ada di detik tiga puluh enam, dan Chanyeol langsung menyuruh Baekhyun menghentikan permainannya. Tanpa protes, Chanyeol menggeser duduknya hingga berdempetan dengan Baekhyun, membuat tubuh Baekhyun menegang sesaat. Tangan kiri Chanyeol menyentuh tangan kiri Baekhyun yang bertugas untuk menekan chord, membenarkan posisi jari Baekhyun, sedangkan tangan kanannya merambat dari balik punggung Baekhyun dan muncul dari sebelah kanan tubuh Baekhyun. Setelah menyingkirkan tangan kanan Baekhyun, ia memposisikan tangannya, dan kemudian ia menggenjrengkan senar gitarnya.
Tatapan Chanyeol beralih kepada Baekhyun sembari menurunkan tangan kirinya yang tadi menekan tangan kiri Baekhyun. Dengan tatapan yang menyuruh Baekhyun untuk menekan chord-nya, Baekhyun kemudian menurut. Menekan senar gitar membuat chord-chord yang membentuk lagu Lonely, sedangkan tangan kanan Chanyeol menggenjreng.
Tidak tahu Chanyeol menyadarinya atau tidak, pipi Baekhyun merasa panas ketika menyadari bagaimana posisi mereka saat ini. Terlalu intim; terlalu mesra. Hingga jantung Baekhyun yang berlompat tali di dalam tubuhnya itu tak bisa menyembunyikan degupnya, Baekhyun tidak pernah sadar sejak kapan tubuhnya bereaksi berlebihan hanya dengan skinship bersama Chanyeol.
Baekhyun tidak pernah sadar, sejak kapan suatu perasaan tak bernama itu mulai muncul di dalam hatinya.
.
.
.
Tiga jam berlalu, dan Baekhyun memilih menghentikan pembelajarannya terhadap gitar untuk hari ini. Meskipun Chanyeol tetap meminta Baekhyun untuk berlatih lagi, tapi Baekhyun benar-benar sudah bosan untuk belajar lagi. "Aku lelah, Yeol... Sampai di sini dulu sajaaa."
Rengekan Baekhyun yang entah bagaimana terdengar menyebalkan bagi Chanyeol membuat Chanyeol memutuskan untuk tidak berdebat lebih jauh dan membiarkan Baekhyun saja. Lagipula jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, sepertinya sudah lama mereka belajar gitar tadi.
Tatapan Baekhyun jatuh pada pintu balkon yang berkaca transparan, memberikan pemandangan langit malam yang terlihat indah. Tanpa sadar, Baekhyun bangkit dari duduknya dan melangkah ke pintu balkon yang membatasi ruang tengah dengan balkon. Tangan Baekhyun terulur untuk menarik gagang pintu, membuka pintu balkon. Begitu pintu terbuka, hembusan angin malam menerpa tubuh Baekhyun. Baekhyun yang memang mengenakan kaos tipis dengan celana selutut itu bergidik kedinginan, tetapi Baekhyun tidak berniat menutup kembali pintu balkonnya. Alih-alih menikmati hembusan anginnya.
Chanyeol menatap Baekhyun heran, tapi kemudian Chanyeol ikut beranjak untuk mendekati Baekhyun yang kini sudah berdiri dibalik pagar pembatas balkon. Sampai di sisi kanan tubuh Baekhyun, Baekhyun menoleh ke arah Chanyeol, kemudian mengalihkan tatapannya menuju bintang malam yang sejak tadi sudah menyita perhatiannya. "Aku jarang sekali melihat langit malam di balkon seperti ini. Biasanya pada jam-jam ini aku mengerjakan tugasku atau sekedar menonton televisi. Ternyata langit malam bisa terlihat seindah ini."
Sebuah senyuman tipis hadir di wajah Baekhyun, sukses membuat jantung Chanyeol berdebar-debar. Bahkan Chanyeol tidak sadar jika ia sudah membawa tangan kirinya untuk melingkar di pinggang Baekhyun, merangkul pinggang Baekhyun. Tubuh Baekhyun tersentak, tapi Chanyeol tidak berniat melepas rangkulan tangannya pada pinggang Baekhyun. Chanyeol ikut tersenyum. "Ya, langit malam memang indah, selalu indah."
"Aku justru hampir setiap malam menyempatkan diriku untuk sekedar menuju balkon untuk melihat langit di malam hari." Lanjut Chanyeol. "Bintang dan bulan yang bersinar terang dengan warna kelam langit di setiap sisinya... Membuatku mengingat seseorang yang sama indahnya dengan sinar bulan."
"Wu!" Baekhyun menjerit kecil, tersenyum menggoda ke arah Chanyeol. Mengabaikan detak jantungnya yang berdebar dengan sesuatu yang terasa menggelitik perutnya. "Kau bisa seromantis ini?
"Ck, diamlah Baek." Gumam Chanyeol jengkel. "Kau menghancurkan pikiran indahku tentang orang itu."
"Ya, ya," Ujar Baekhyun sambil memutar bola matanya. Diam-diam matanya itu meredup, dengan tangan kanan yang tadi mulai terangkat untuk balas merangkul pinggang Chanyeol itu kini terhenti di udara, dan tangannya menurun. Mengurungkan niatnya, alih-alih penasaran dengan orang yang dibicarakan Chanyeol. "Memang siapa orang itu?"
Rengutan Chanyeol tadi berubah lagi menjadi sebuah senyuman. "Seseorang... Yang tidak perlu kau tahu."
.
"My pulse, your smile...
Give me support unknowingly—"
吴亦凡,有一个地方
.
Baekhyun melangkah masuk ke kamarnya dengan kaki yang terhentak-hentak kesal. Baiklah, jadi bagaimana Chanyeol masih se-me-nge-sal-kan ini, ck. Padahal sudah sekitar sebulan mereka bertemu dan berkenalan, tapi Chanyeol tetaplah Chanyeol yang menyebalkan. Bahkan semakin lama semakin lebih menyebalkan dari pertama-tamanya.
Jika kalian penasaran akan apa yang terjadi pada Baekhyun, semuanya sudah terjawab. Wajah Baekhyun memerah—entah itu efek malu atau kesal—ketika membayangkan apa yang terjadi di balkon apartemen Chanyeol tadi. Masih membayangkan, Baekhyun menjatuhkan tubuhnya di ranjangnya yang berukuran king size itu.
"Ish, kenapa aku jadi penasaran dan sebal seperti ini sih..." Decak Baekhyun malas, alih-alih membuka matanya yang tadi sempat terpejam sesaat. Dia pikir memejamkan mata sejenak bisa menenangkan isi otaknya, tapi yang terjadi ia justru terbayang-bayang atas apa yang terjadi di balkon apartemen Chanyeol tadi. Ketika Chanyeol yang merahasiakan seseorang—dan sepertinya itu orang yang disukai Chanyeol, lalu untuk rengkuhan Chanyeol di pinggang Baekhyun.
Lagipula kalau Chanyeol suka orang lain, kenapa dia harus merangkul pinggangnya? Dasar bodoh—eh, tapi kan bisa jadi itu rangkulan sesama teman, atau sahabat (Baekhyun tidak tahu apakah dengan bertengkar setiap hari itu mereka bisa disebut sahabat atau tidak), atau mungkin juga dari hyung ke dongsaeng. Ya, ya, mungkin saja.
Tapi kan itu membuatnya berharap lebih...
Heh—memangnya ia suka Chanyeol?
Hell yeah, tapi sepertinya iya. Pfft.
Merasa sebal, Baekhyun menendang-nendang kesal selimut yang berada di dekat kakinya, membuatnya berantakan bahkan hingga ke bed covernya. Kemudian ia menjerit kesal, membuat noona-nya, Byun Baekhee, menendang keras pintu Baekhyun yang terkunci rapat itu sambil berteriak protes atas suara falseto Baekhyun yang hampir membuat gendang telinganya pecah—katanya. Sayangnya Baekhyun tidak peduli.
Dan sayangnya dari sayangnya lagi, Baekhyun tidak tahu jika seseorang di sebrang apartemen kakaknya sedang memandang foto Baekhyun yang terfigura indah dan terpajang manis di dinding balkon apartemen orang itu.
.
.
.
Keesokan harinya yang merupakan hari Sabtu, di pukul empat sore ini, Baekhyun sedang bersantai di kedai bubble tea ketika seseorang menghubungi ponselnya. Sambil menyeruput minuman bubble dengan rasa coklat itu, Baekhyun mengangkat ponselnya dengan ogah-ogahan tanpa melihat ID name yang meneleponnya—terlalu malas, atau sebenarnya Baekhyun hampir tidak peduli. Dan yang menyapa indra pendengaran Baekhyun adalah suara baritone yang seperti om-om pedo, tapi sejak kapan Baekhyun berteman dengan orang pedo—
"—Baek—"
Oh ya, ini suara Chanyeol.
Yang dia pikir orang pedo, dasar gila.
"Ya, Yeol?"
"...kapan kau memanggilku dengan sebutan hyung..."
Di tempat duduknya, Baekhyun memutar bola matanya jengah. Baekhyun berpikir, ia hanya memanggil namja yang lebih tua darinya dengan sebutan hyung jika orang yang dimaksud tidak lebih kekanakan dari dirinya. "Ck, sudahlah. Langsung pada intinya saja, aku sibuk."
"Sibuk jalan-jalan, maksudmu?" Baekhyun yakin orang di sebrang sana itu sedang memajukan bibir bawahnya. "Ini kan memang jadwalku jalan-jalan. Lagipula hari sabtu dan minggu kita sudah sepakat untuk tidak belajar git—"
"Memangnya aku hanya meneleponmu untuk urusan belajar gitar saja?" Terdengar suara Chanyeol yang mencibir kesal. "Berbaliklah, arah jam lima. Jika kau tidak berbalik, kau akan menyesal seumur hidupmu."
"Cih, menyesal?" Gumam Baekhyun, mencebikkan bibirnya. Tapi meski begitu, Baekhyun tetap menurut untuk berbalik, persis arah jarum jam lima, dan mata Baekhyun sedikit melebar ketika mendapati Chanyeol sedang berada di salah satu meja. Dengan tangan yang memegang ponsel di telinga dan mata yang menatap tepat ke arah Baekhyun. Mereka berdua sama-sama terdiam sejenak, sebelum akhirnya Baekhyun kembali membuka mulutnya. "Tapi sepertinya, aku lebih memilih tidak berbalik sama sekali jika hanya untuk melihat wajah idiotmu terpampang di sana."
Padahal Baekhyun tidak sadar sendiri jika dirinya sedang berusaha menetralkan jantungnya yang sedang berlompat-lompat di dalam tubuhnya. Dan dari sebrang sana, Chanyeol nampak mengerutkan dahinya kesal. "Pfft, wajahmu lebih idiot dariku. Hampiri aku!"
"Dasar tukang suruh-suruh." Gumam Baekhyun, dengan malas menyambar gelas bubble tea-nya yang masih terisi separuh, kemudian beranjak mendekati meja Chanyeol. Ketika Baekhyun sudah sampai dan duduk di hadapan Chanyeol, mereka sama-sama menurunkan ponsel dan mematikan sambungan telepon, bersamaan dengan Chanyeol yang bergumam sebal. "Memang kau pikir kau tidak tukang suruh-suruh? Menyuruh yang lebih tua, pula. Dasar tidak sopan."
"Biar saja," Elak Baekhyun, menatap Chanyeol dengan raut wajah mengejek. "Kau juga tidak keberatan untuk menurutinya."
"Tapi ngomong-ngomong, ada apa? Dan bagaimana bisa kau di sini? Jangan-jangan—kau mengikutiku ya?! Kau stalker?!" Lanjut Baekhyun, menjerit-jerit seperti anak kecil—dan untung saja jeritannya tidak terlalu keras sehingga tidak ada pengunjung lain yang mendengar—sambil menunjuk-nunjuk wajah Chanyeol dengan telunjuknya. Chanyeol mendengus, menampik telunjuk Baekhyun yang persis tepat di depan wajahnya. "Kau pikir aku kurang kerjaan?"
"Lalu kenapa kau bisa di sini?" Tanya Baekhyun lagi, kemudian meminum bubble tea-nya. Sedang Chanyeol, ikut meminum bubble tea-nya juga yang sama-sama berasa coklat (sungguh Chanyeol tidak tahu bahwa bubble tea yang dipesannya sama seperti Baekhyun), kemudian tersenyum manis. "Aku merindukanmu."
BYUR
"Uhukk uhukk!" Dengan tidak elitnya, minuman bubble tea yang hendak ditelan Baekhyun itu menyembur begitu saja dan sukses membuatnya tersedak. Chanyeol dan semua perkataannya... shit. "Ap—apa-apaan!"
"Ck, kau menjijikkan, Baek." Gumam Chanyeol jijik sambil buru-buru mengelap bagian wajahnya yang terkena semburan Baekhyun. Ewh. Baekhyun hanya berkomat-kamit tidak jelas sambil menarik tissue yang tersedia dan mengelap bibirnya sendiri. Merasa sudah bersih, Baekhyun mulai berbicara. "Aish, salahkan ucapanmu yang mengerikan itu!"
"Aku kan hanya bercanda," Elak Chanyeol sambil memutar bola matanya malas. "Lagipula reaksimu berlebihan sekali. Kau pikir aku benar-benar merindukanmu? Cih, mimpi saja kau. Lagipula untuk apa merindukanmu? Dan, atau jangan-jangan kau berharap untuk kurindukan?"
Mata Baekhyun melotot, dan kemudian ia mendengus. "Heh? Untuk apa aku berharap seperti itu, tidak ada gunanya saja." (—dan sepertinya aku telah melakukan hal yang tidak ada gunanya itu.)
"Sudahlah," Potong Baekhyun cepat sebelum Chanyeol sempat membuka mulut. "Katakan apa maumu sekarang."
Ucapan Baekhyun langsung membuat Chanyeol mengingat apa yang seharusnya ia katakan. Chanyeol berdeham sejenak sambil memposisikan tubuhnya untuk benar-benar menghadap dan fokus pada namja di hadapannya itu. Wajahnya berubah serius, dan Baekhyun mengangkat sebelah alisnya heran. Kemudian Chanyeol memulai topik yang sesungguhnya. "Aku akan pergi besok."
"Hah...?" Baekhyun menganga, dan wajahnya benar-benar nampak bodoh saat ini. "Lalu apa hubungannya denganku, bodoh. Mau pergi ke Antartika-pun aku juga tidak peduli." (—seharusnya kau sadar aku berbohong sekarang.)
"Ck, jahat." Rajuk Chanyeol dengan bibir yang maju, membuat Baekhyun tergelak. "Ahaha—arra, arra... Memang kau mau kemana?"
Melihat reaksi Baekhyun yang nampak peduli membuat semangat Chanyeol menjadi naik begitu saja. "Aku akan ke London, di England, Eropa. Aku ingin melanjutkan karirku di sana untuk beberapa waktu, tapi yang jelas aku akan kembali nantinya. Mungkin juga aku hanya akan mencari beberapa referensi di sana."
"Oh..." Kepala Baekhyun mengangguk refleks. "Lalu? Hanya itu saja?"
"Tidak, bodoh." Dengus Chanyeol. Matanya menatap Baekhyun dengan senyuman lebar yang kemudian tersungging di wajah tampan (tapi idiot) miliknya. "Sebagai hari terakhirku di Seoul, ayo jalan-jalan! Anggap saja kenang-kenangan dariku—ya Tuhan aku memberikan kenang-kenangan bodoh untuk anak kurang ajar seperti dia, astaga, astaga."
Baekhyun mencibir mendengar Chanyeol yang sebelumnya mengajaknya dengan senyuman lebar tapi berakhir dengan merutuki dirinya sendiri karena sudah mengajak Baekhyun. Dasar gila. "Kalau tidak ikhlas, ya sudah sana pulang saja kau. Aku pergi—yah!"
Tubuh Baekhyun kembali terhempas di kursi ketika tangan Chanyeol menahannya yang hendak bangkit dari kursi. "Aish, dasar sensitive. Ya sudah, ayo pergi."
Tangan Chanyeol kembali merambat menuju jemari lentik milik Baekhyun, dan menggenggamnya. Baekhyun nampak menatap kosong ke arah genggaman tangan itu, tapi kemudian Baekhyun memilih mengabaikan perasaan aneh yang sebenarnya selalu terjadi ketika ia melakukan skinship dengan Chanyeol. Dan Baekhyun juga membiarkan dirinya ditarik oleh Chanyeol keluar dari kedai bubble tea tersebut.
.
.
.
"Kau yakin mengajakku kemari?" Tanya Baekhyun sembari menatap kawasan Lotte World yang sangat luas dengan berbagai macam wahana permainan itu. Sekilas Baekhyun melirik dan mendapati Chanyeol yang mengangguk pelan ke arahnya. "Ya, tentu saja aku yakin. Ayo bermain!"
.
.
.
TBC
.
.
.
ASTAGA, BALIK LAGI SAMA FANFIC BARU? WTH WTH WTH.
Ehm, mungkin chapter ini banyak typo soalnya saya males edit HAHAHA. *digampar*
Saya ngerasa amat sangat bersalah karena ngepending satu fanfic twoshoot saya; Number Of Relationship, dan fanfic chaptered yang udah saya tentuin ga akan panjang-panjang banget itu; The Blue Box.
Saya terpaksa ngepending dua fanfic itu, padahal yang Number Of Relationship itu tinggal ngepost Chanyeol's Side, dan yang The Blue Box itu aja baru chap 1 (atau malah bisa disebut prolog). Saya tahu saya banyak hutang, tapi saya janji bakal ngeupdate dua fanfic itu setelah nyelesaiin fanfic ini.
Gegara saya ngebet banget sih pengen nulis ide baru yang nongol di otak bobrok saya... jadinya dua fanfic sebelumnya jadi korban. Tapi gaakan discontinue, tenang ajaa.
Dan buat fanfic ini, fanfic ini udah selesai di file laptop saya. Jadi pasti saya bakal update fanfic ini sampe end, baru saya nanti langsung kerja rodi buat nyelesaiin dua fanfic sebelumnya.
Buat Crush? What, saya bakal update besok yaa hehe. Bareng The Struggle juga, tapi saya ga janji.
Gitu ajaaa. Jadi buat yang berminat sama fanfic ini, review juseyooo. Kalo yang review kurang dari sepuluh, nanti saya hapus fanfic ini.
Saya mohon kerja samanya ya xD
SOOO, WANNA REVIEW?
.
.
.
xoxo,
baekfrappe.
