Disclaimer : Shingeki no Kyoujin milik Hajime Isayama tapi cerita ini sepenuhnya milik author.

Author hanya meminjam karakter untuk cerita ini dan tidak mengambil keuntungan materi apapun dari cerita yang di-publish.

.

Warning : OC, Maybe OOC, Typo (s), Miss-Type, AU, AR, AT dan banyak kesalahan lainnya.

.

.

.

Saat bumi diambang kehancuran

Saat peradaban akan musnah

.

Dooms Day

Sci-Fi, Factual Research, Tragedy, Horror

.

.

Chapter 1 Manusia Berhati Iblis

.

Badai melanda kawasan pesisir benua terbesar di bumi. Kawasan di Semenanjung Pasifik terlihat porak-poranda akibat Tsunami yang menyapu sebagian besar pesisir pantai Benua Asia. Korban jatuh bergelimpangan, mayat-mayat berserakan memenuhi kawasan pemukiman di pesisir pantai. Membuat pemerintah pusat bak cacing kepanasan menghadapi situasi nan pelik seperti ini.

.

.

Gakona, Alaska

Dia menangis, sendiri, di dalam ruang yang gelap nan pekat. Beberapa botol minuman terlihat kosong setelah diteguknya sampai habis. Kadang kala dia tertawa, merintih, berteriak bagai mayat hidup yang nyata.

Dia gila? Tidak. Dia adalah seorang profesor kenamaan yang mendapat gelar tertinggi dalam peradaban dunia teknologi. Tapi sayang hidupnya tak tenang dalam gelimpangan harta yang mampu membantu setengah orang miskin di dunia.

"Profesor ..."

Seorang pemuda berjas putih mendekatinya, berlari setelah membuka pintu kamar yang gelap dan segera memeriksa keadaannya yang hampir saja tidak sadarkan diri.

"Profesor ..."

Tatapannya sendu melihat Sang Profesor yang seperti kehabisan daya hidup. Saat itu dirinya melihat sesosok orang yang dikaguminya seperti tengah dilanda keputusasaan, napasnya terdengar berat dan terengah di antara jari jemarinya yang gemetaran.

"Eren ..."

"Profesor!"

Pemuda itu berteriak kala melihat Sang Profesor tiba-tiba tumbang di hadapannya.

.

.

.

Hari telah berganti, hari yang sama selalu terjadi di ruang bawah tanah yang khusus dibuatkan untuk para ilmuwan yang bertugas.

Dua orang ilmuwan muda terlihat memasuki ruang penelitian, mereka berpakaian serba putih dan mengenakan kacamata pelindung.

Salah satu dari keduanya merupakan seorang gadis cantik berperawakan dewasa ditemani seorang pemuda yang akan beranjak dewasa. Mereka adalah Hanji dan Eren yang tiba di ruang penelitian HAARP milik Amerika.

High Frequency Active Auroral Research Program atau yang disingkat HAARP, merupakan suatu program penelitian gabungan yang dilakukan dan dibiayai oleh Angkatan Udara AS, Angkatan Laut AS, Universitas Alaska dan Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA).

Proyek penelitian HAARP dimulai pada tahun 1993. Dan salah satu stasiun bumi HAARP milik Amerika berada di Alaska.

"Eren, apakah Profesor Smith akan baik-baik saja?" tanya Hanji kepada Eren sebelum memulai pekerjaan. Ia berdiri di depan sebuah mesin miniatur percobaannya berupa tiang-tiang besi yang dialiri arus listrik.

"Aku harap begitu," jawab Eren singkat. Ia tampak mengutak-atik keyboard monitor yang ada di hadapannya.

"Eren, aku pikir Profesor Smith benar-benar depresi saat ini. Terlebih berita yang telah tersebar luas akan buruknya cuaca akhir-akhir ini," lanjut Hanji.

Eren pun terdiam, ia terlihat mengepalkan kedua tangannya sambil memandangi layar monitor yang tengah di hadapannya.

"Eren ..."

"Hanji, bisakah kau diam?"

"Maksudmu?"

Eren berbalik menghadap ke arah Hanji yang tengah duduk di depan miniatur percobaannya.

"Hanji! Kita di sini mendapat bayaran yang besar untuk program ini, mengapa kau mempertanyakan hal itu?! Cukup nikmati saja uangmu! Karena tidak ada cara lain untuk lepas dari 'mesin pemusnah ini'," tukas Eren.

Hanji pun terdiam, ia kembali memandangi miniatur percobaannya. Ada rasa sesak di dada akibat apa yang timnya lakukan pada umat manusia. Hanya karena uang, semuanya dapat bertekuk lutut tak berdaya.

'Aku hanya takut, Eren. Aku takut jika keluargaku di rumah terkena dampak dari apa yang kita perbuat saat ini.'

.

.

.

Tak terasa, jam makan siang pun telah datang. Para ilmuwan dan tim yang bertugas bergantian mengambil jatah makan siangnya di sebuah kantin khusus yang berada di ruang bawah tanah.

Ruang makan siang itu sangat terang tidak gelap seperti yang dibayangkan. Penerangannya begitu memadai sehingga cahaya di ruangan itu terlihat seperti berada di waktu siang.

"Profesor Smith!"

"Ah, Eren."

Eren saat itu tanpa sengaja melihat sang profesor yang baru saja mengambil jatah makan siangnya di kantin khusus para ilmuwan HAARP.

"Profesor ..."

Ia berjalan cepat mendekati Sang Profesor sambil membawa jatah makan siangnya. Betapa senang hati Eren saat mendapati sosok yang dikaguminya telah membaik dari keadaan semalam.

Mereka memulai makan siang bersama di kantin yang sengaja dibuat di ruang bawah tanah. Mengapa seperti itu? Karena sebesar apapun tegangan listrik akan menjadi netral jika sudah masuk ke dalam tanah sehingga para ilmuwan bekerja lebih aman dibanding jika mereka harus melakukannya di atas permukaan bumi.

"Profesor, bolehkan aku duduk di sini?" tanya Eren kepada seorang laki-laki berperawakkan setengah baya.

"Silakan anakku, silakan," sahut sang Profesor Smith sambil tersenyum.

"Prof, bagaimana tentang frekuensi HAARP, apakah dayanya harus dinaikkan lagi?" Eren mencoba membuka percakapan.

Saat mendengar pertanyaan Eren, Profesor itu nampak melepas kacamatanya sambil mengeluarkan keluhan.

"Ini sudah tinggi, Eren. Sudah banyak korban jiwa akan mesin ini. Jika dinaikkan lagi, maka aku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya?" cetus Sang Profesor.

"Hm, begitu ya ..." Eren tidak enak hati untuk melanjutkannya.

"Sebenarnya, ada hal yang ingin aku utarakan kepadamu, Eren. Tentang sesuatu yang mengusik hidupku beberapa minggu ini. Bisakah kau datang nanti malam ke kamarku saat semua orang sudah terlelap?" tanya Profesor Smith.

"Hu-um, dengan senang hati, Profesor," sahut Eren disertai senyuman lebarnya.

Smith atau Erwin Smith sudah menganggap Eren seperti anak kandungnya sendiri. Smith sudah bekerja bersama tim Eren dua tahun terakhir yang membuat hampir tidak ada jarak di antara keduanya. Semua peneliti, ilmuwan, dan tim yang mendukung program ini terisolasi dari dunia luar tanpa alat komunikasi sama sekali. Hal itulah yang membuat mereka terpaksa mendekatkan diri satu sama lain.

.

.

.

11.50 pm waktu Alaska

Eren dan Smith terlihat duduk di atas lantai yang dilapisi karpet tipis berwarna biru. Mereka bercengkrama sambil meminum secangkir kopi ditemani satu toples biskuit beras. Keduanya tampak menikmati suasana malam yang hening sampai sebuah topik berat terdengar di telinga Eren, membuat pemuda berusia 21 tahun ini nampak terkejut dan sesekali menelan ludanya.

"Kau tahu Eren apa motif dibalik terciptanya program ini?" tanya Sang Profesor yang mengenakan baju tidur berwarna serba putih.

"Sekilas aku mengetahui intinya, Prof. Tapi secara rinci, belum," jawab Eren yang duduk bersila di hadapan Profesor Smith.

"Baiklah, aku akan menjelaskannya secara rinci namun singkat. Kau sudah tahu apa itu HAARP kan? Tapi apa kau tahu bagaimana cara kerja yang sebenarnya?" tanya Profesor Smith.

Eren menggelengkan kepalanya, selama ini ia bersama tim hanya menuruti apa yang diperintahkan para profesor kepadanya.

"HAARP menembakkan gelombang radio frekuensi dari yang sangat rendah hingga yang sangat tinggi ke atas atmosfer. Salah satu efeknya akan mempengaruhi ionosfer dan stratosfer menjadi hangat, menciptakan awan dan merubah iklim dunia.

"Jika diubah dengan frekuensi lainnya, maka gelombang radio frekuensi tersebut dapat terpantul oleh ionosfer dan kembali lagi ke Bumi untuk menciptakan gempa bumi atau bahkan dapat mempengaruhi pikiran manusia. Dan masih ada beberapa kemampuan HAARP lainnya," tukas Smith kepada Eren.

"Apakah ... apakah ini ada hubungannya dengan pembantahan bumi bulat, Profesor?" Eren mengingat teori Flat Earth yang sempat booming beberapa waktu lalu.

Smith tersenyum kecil kemudian meneguk secangkir kopi yang hampir habis.

"Profesor, apa selama ini kita dibodohi?" tanya Eren lagi.

"Eren, sebenarnya persepsi itu tergantung bagaimana kita menanggapinya. Jika kita bertahan dan berani memperjuangkan maka kebenaran akan segera terungkap," lanjut Smith kepada Eren.

"Begitu ya ..." Eren terlihat berfikir.

"Kau tahu, Eren. Salah satu stasiun HAARP terdapat di sini (Gakona, Alaska) yang terdiri dari 360 antena. Masing-masing antena menghasilkan daya pancar minimal sebesar 10.000 watt. Dan jika semua antena ini dinyalakan secara bersama-sama, maka akan menghasilkan 3,6 juta watt hingga milyaran watt.

"Gelombang radio tersebut dipancarkan ke atas, ke lapisan luar atmosfir. Efeknya akan membuat atmosfer lapisan teratas menjadi hangat dan dapat membuat awan," Smith mulai melanjutkan perbincangannya.

"I see, Prof ..."

"Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih jauh lapisan ionosfer dan untuk menyelidiki potensi pengembangan teknologi ionospheric untuk komunikasi radio dan keperluan keamanan negara, misalnya deteksi rudal." Smith terlihat mengambil sebuah kertas lalu menggambarkan sesuatu.

"Selain itu, tujuannya juga agar dapat membuat pesawat terbang musuh jatuh atau satelit tak berfungsi. Namun masih banyak kemampuan lainnya yang tak disangka dan membuat mata mendelik!" Profesor Smith mulai membuat Eren sedikit merasa takut.

"Jadi, ini mengembangkan penemuan Nikola Tesla, Prof?" tanya Eren meminta pernyataan.

Smith pun tersenyum lalu menepuk bahu kiri Eren.

"Yah, seorang ilmuwan yang tidak pernah tercatat oleh sejarah tapi mampu menemukan senjata pemusnah massal, dan sekarang ... berada di tangan yang salah."

"Profesor ..."

Smith lalu bangkit dari duduknya, ia berdiri membelakangi Eren.

"Andai saja keluargaku tidak terancam, aku tidak ingin melanjutkan hal ini, Eren." Smith berusaha menutupi kesedihannya.

"Profesor ..."

"Empat tahun lamanya aku hanya dapat mendengar suara mereka, dan itupun hanya setahun sekali untuk memastikan jika mereka baik-baik saja ..." Smith mulai mengeluarkan keluh kesahnya.

Eren pun berdiri mendekati Smith.

"Prof, bersabarlah ..."

"Semoga saja mereka tidak membunuhku setelah program ini selesai dan mengizinkanku untuk bertemu dengan keluargaku." Smith mulai menitikkan air mata.

Entah mengapa malam yang hening itu berubah menjadi sendu dan pilu saat Smith mulai menceritakan tentang keluarganya.

"Profesor ..."

Sebagai pemuda yang mengagumi kejeniusan Smith di bidang teknologi kelistrikan, tentunya membuat Eren ikut merasakan betapa dalam kerinduan Smith terhadap keluarganya di rumah. Tapi sayang, pekerjaan memaksa diri untuk meninggalkan momen-momen kebersamaan bersama keluarga tercinta.

Erwin Smith adalah seorang ilmuwan Peraih Penghargaan Nobel untuk teknologi di bidang kelistrikan selama tiga dekade lamanya.

.

.

.

Lusa kemudian, di ruang kendali bawah tanah. Terlihat beberapa orang yang tengah bersiap di posisinya masing-masing untuk segera memulai pekerjaannya. Mereka terdiri dari satu orang koordinator tim dan sepuluh orang awak tim.

"Ok semuanya bersiap di posisi masing-masing!" Hanji meminta kepada seluruh tim yang terlibat untuk bersiap-siap menyalakan mesin pengubah cuaca.

Mereka akan segera melaksanakan perintah dari The Manager.

"Siap!" seru para awak tim.

"Dimulai hitungan mundur, kita nyalakan bersama-sama," ucap Hanji kepada sepuluh personil timnya.

"3 ... 2 ... 1!"

Mesin itu dinyalakan, aliran listrik segera mengalir ke atas tiang-tiang antena HAARP, menembak ke lapisan atmosfer dalam hitungan cepat dan akhirnya 'mesin pemusnah massal' itupun mulai bekerja.

Semenjak penemuan frekuensi rendah dan kemudian digunakan juga untuk frekuensi tinggi dengan "menembak" atmosfer, maka HAARP otomatis dapat digunakan juga untuk kepentingan lainnya.

Dengan teknologi mutakhir sebagai senjata masa depan, HAARP dapat pula digunakan sebagai mengubah keadaan atmosfer, membuat efek iklim dan cuaca suatu wilayah menjadi : kekekeringan, hujan, banjir, bersalju, angin kencang, tornado bahkan badai dan topan. Membuat efek suatu wilayah menjadi diguncang gempa bumi dan efek gempa bisa membuat Tsunami.

HAARP juga dapat mempengaruhi pemikiran dan perilaku manusia di suatu daerah, wilayah, bangsa ataupun negara. Mereka akan menjadi brutal, kasar, pembunuh dan psycopat alias gila. Dan mungkin masih banyak lagi kemampuan lainnya, termasuk untuk membuat pesawat jatuh atau satelit tak berfungsi.

.

.

.

Beberapa jam setelah pekerjaan itu selesai, terlihat di sebuah ruangan gelap tiga orang manusia menyilangkan kakinya ke atas meja, mereka berpakaian sangat formal, rapi dan berdasi, sambil meneguk beberapa gelas anggur kualitas dunia.

"Lihat! Asia Timur sudah mulai terkena angin tornado," ucap orang pertama.

"Hahahahaha, sebentar lagi mereka akan merangkak mengemis bala bantuan kepada kita," sahut orang kedua.

"Entah mengapa aku merasa sangat senang melihat mayat-mayat bergelimpangan akibat cuaca ekstrem yang sengaja kita buat ini, hahahahaha ..."

Tiga orang manusia berhati iblis itu terlihat tertawa saat menonton sebuah berita yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun televisi dunia.

"Kita hanya orang-orang minoritas yang mampu mengendalikan dunia. Bukankah mereka itu bodoh, Saudaraku?" tanya orang pertama kepada dua orang temannya.

"Mereka sebenarnya tidak bodoh, hanya saja mudah terprovokasi dan dipecah-belah. Secara jumlah kita kalah telak, tapi secara otak ... mereka sama saja dengan tong kosong." Senyuman kemenangan terlihat di wajah orang kedua.

"Ya, ya, ya. Terus pecah belah mereka, maka kita akan semakin kaya."

"Hahahahahaha ..."

Mereka terus tertawa, tidak perduli akan penderitaan orang lain, mereka hanya mempunyai satu tujuan yang sudah sejak lama nenek moyang mereka tanamkan.

"New World Order"

.

.

.

China, pukul 9.30 am.

"Aaaaaaa! Tolong!"

Teriakan histeris terdengar di pesisir pantai timur China. Gempa berkekuatan 9,6 skala richter mengguncang bumi. Banyak ibu berlarian sambil mengendong bayinya menuju puncak bukit saat gelombang ombak setinggi 15 meter menggulung mendekat ke arah mereka.

"Ibu ... ibu ..."

Banyak anak-anak yang kehilangan ibunya, mereka terlihat terdiam sambil menangis tanpa peduli ombak yang menggulung cepat mendekati mereka.

"Cepat! Cepat!"

"Lari! Lari ke atas bukit!"

Teriakan-teriakan terdengar di seluruh kawasan pesisir pantai timur China saat gempa itu terjadi. Yang mana gempa itu menyebabkan gelombang Tsunami di antara cuaca yang mendung, seakan sang surya enggan menjadi saksi atas tragedi maut yang akan segera menimpah penduduk pesisir pantai.

"Anakku!"

Sang ibu hanya dapat pasrah saat terpisah dengan anaknya, seberapa kuat dia berteriak tidak akan terdengar kala sang ombak sudah semakin mendekat.

Dan ombak maut itupun datang...

"Ibu ...!"

"Lari sebisamu! Cepat!"

Teriakan itu hampir tak terdengar kala ombak dengan ganasnya menerjang pesisir pantai.

"Tolong! Tolong!"

"Aaaaaaaa!"

BRUUSSSSSSHHHHHH

Mereka yang tidak sempat menyelamatkan diri akhirnya tersapu ombak, sebagian masih berusaha berenang dan sebagian lainnya tenggelam. Jasad-jasad itupun akhirnya terbawa arus sang ombak yang lapar akan nyawa manusia.

.

.

.

TBC

.

.

.

Keterangan :

- Atmosfer adalah lapisan gas yang melingkupi sebuah planet, termasuk bumi, dari permukaan planet tersebut sampai jauh di luar angkasa. Di Bumi, atmosfer terdapat dari ketinggian 0 km di atas permukaan tanah, sampai dengan sekitar 560 km dari atas permukaan Bumi.

- Frekuensi adalah ukuran jumlah putaran ulang per peristiwa dalam satuan detik dengan satuan Hz.

- Ionosfer adalah bagian atmosfer yang terionisasi oleh radiasi matahari. Lapisan ini berperan penting bagi keelektrikan atmosfer dan membentuk batas dalam lapisan magnetosfer. Fungsi utamanya, di antara fungsi-fungsi yang dimilikinya, adalah mempengaruhi rambatan radio ke tempat-tempat yang jauh di muka bumi.

- Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer bumi, terletak di atas troposfer dan di bawah mesosfer. Ketebalannya sekitar 15-55 km. Di lapisan ini terdapat lapisan ozon yang terbentuk pada ketinggian 20 km.