Title : Affair d'amour

Author : Rainy Hanazawa

Pairing : Taecyeon x Junsu, Changsung x Junho, Nickhun x Wooyoung

Rated : T+

Disclaimer : GOD, their parents, JYP Entertaiment, their self.

Warning : Boys Love, bad conflict, worse dialog.

-Chapter 1-

- 2PM -

In The Morning

Seorang namja baru saja terbangun dari tidurnya. Namja itu mengerjapkan matanya karena merasa terganggu dengan sinar mentari yang masuk dari celah jendela. Seketika tangannya terangkat untuk menyentuh kepalanya yang terasa pening. Ia bangkit dari tempat tidurnya hanya dengan berbalut selimut yang menutupi tubuh polosnya. Ia mengambil pakaiannya yang berserakan begitu saja dilantai, lalu berjalan menuju kamar mandi sambil menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya –khususnya bagian bawahnya-.

Ia menatap pantulan dirinya dicermin. Tubuhnya penuh dengan bercak-bercak merah keunguan. Ia menggosok bercak itu dengan tangannya berusaha untuk membuat bercak itu hilang dari tubuhnya walaupun hasilnya nihil. Ia tahu bercak itu tidak akan hilang hanya dalam satu hari. ia kembali menatap dirinya dicermin. Bayangan kejadiaan tadi malam kembali teringat olehnya. Kejadian saat tubuhnya di jamah oleh pria mesum yang menyewanya semalam. Ini bukan pertama kalinya ia melakukan hal seperti itu tapi entah kenapa ia selalu merasa jijik saat mengingatnya.

" Arghtttt... " namja itu berteriak sambil tangannya diletakan diatas kepalanya. Tubuh namja itu perlahan-lahan merosot hingga ia terduduk dilantai. Namja itu menangis meratapi dirinya yang terlalu hina dan kotor.

Kim Junsu –nama namja itu – adalah seorang namja yang bekerja diclub malam khusus para kaum gay. Awalnya ia bekerja disana hanya sebagai pengantar minuman saja, tapi setelah beberapa bulan ternyata banyak pengunjung club yang menyukai dirinya. Yang awalnya Junsu hanya mengantarkan minuman kini pekerjaannya telah berubah menjadi 'melayani dan menemani ' pengunjung. Junsu sempat protes keras ketika ia disuruh bekerja seperti itu tapi manajer club tempatnya bekerja mengatakan uang yang didapat dari pekerjaan seperti itu lebih besar daripada hanya mengatarkan minuman ke pengunjung. Pertahanan Junsu goyah, bagaimana pun juga ia butuh banyak uang untuk membiayai pengobatan ibunya yang sakit keras.

Junsu sudah selesai membersihkan tubuhnya dan berpakaian. Matanya beralih ketumpukan kertas disamping meja. Lembaran uang tertumpuk rapi disana, uang yang diberikan oleh orang yang ia layani semalam. Junsu berdecih pelan. Seandainya ia tidak butuh uang untuk biaya hidupnya dan pengobatan ibunya ia tidak akan mau melakukan pekerjaan hina seperti ini. Hidup memang kejam..

- 2PM -

Junsu berjalan tertatih-tatih disepanjang koridor kampusnya. Tadinya ia berniat untuk bolos kuliah tapi mengingat hari ini ada ujian maka diurungkan niatnya itu. Junsu memang masih tercatat sebagai mahasiswa tingkat 4, jurusan musik di Universitas Seoul. Beruntung ia mendapat beasiswa dikampusnya sampai ia tamat kuliah jadi ia tidak perlu repot-repot memikirkan tentang biaya kuliahnya.

Junsu menoleh ketika seseorang menepuk pundak belakangnnya.

" Junsuie, kau baik-baik saja ? kenapa cara jalan mu aneh ? " tanya seorang namja yang tadi menepuk pundak Junsu.

Junsu menggeleng cepat, tidak ingin namja disampingnya itu bertanya lebih jauh. " Aku tidak apa-apa Taecyeon. Kaki ku hanya sedikit terkilir tadi pagi." Kata Junsu bohong.

" Taecyeon, Bisakah kau berhenti memanggilku 'Junsuie'?. Panggil aku dengan Junsu-hyung, bagaimanapun juga umurku lebih tua dari mu. " lanjut Junsu dengan nada yang sedikit kesal.

Namja yang diketahui bernama Taecyeon itu tertawa kecil dan kemudian berjalan beriringan dengan Junsu, " Tidak mau, umur mu hanya lebih tua sebelas bulan dariku jadi untuk apa aku memanggil mu dengan sebutan 'hyung'. Lagi pula aku lebih menyukai memanggil mu 'Junsuie' . " jelas teman satu kelas Junsu itu.

Junsu mendengus sebal. Percuma saja berdebat dengan Taecyeon, ia dipastikan tidak akan menang. Junsu pun mengalah, ia diam saja tidak menjawab perkataan Taecyeon.

Mereka berjalan beriringan menuju kelas mereka dilantai tiga. Sesekali Taecyeon menatap Junsu yang kesulitan berjalan, Tidak tega melihat Junsu yang menderitta seperti itu akhirnya Taecyeon memutuskan untuk menggendong Junsu. Tanpa persetujuan terlebih dahulu Taecyeon segera membopong tubuh Junsu secara bridal style.

" Yack ! apa yang kau lakukan ? cepat turunkan aku !" Junsu meronta kesana kemari. Kakinya menendang kesegala arah.

Tapi percuma saja, tenaga Taecyeon lebih besar dari tenaga Junsu. " Diamlah sebentar Junsuie. Jika kau terus meronta seperti itu nanti bisa jatuh. "

" Kau membuat ku malu !. cepat turunkan aku ! aku bisa jalan sendiri. " perintah Junsu

Taecyeon memicingkan sebelah alisnya , " Dan membiarkan mu jalan terpincang-pincang begitu ? Aish. . aku tidak mau. Asal kau tahu ya, cara jalan mu itu membuat ku prihatin. Jadi lebih baik sekarang kau diam saja. Aku akan menggendong mu sampai ke kelas "

" Tapi... "

Taecyeon segera mendelik tajam, " Aku tidak menerima protes Junsuie. " potongnya cepat.

Junsu menghela nafasnya pasrah. Biarlah Taecyeon menggendongnya toh ini juga menguntungkan untuknya. Karena jujur saja, berjalan membuat tubuh bagian bawahnya semakin terasa sakit. Junsu mengeratkan pegangannya pada kaos yang dipakai Taecyeon. Ia bisa melihat wajah Taecyeon dengan jelas. Sinar matanya yang tajam, rahang yang kokoh, bibirnya yang seksi, dan peluh yang mengalir dari keningnya membuat Taecyeon terlihat begitu tampan dan manly. Junsu menelan ludahnya paksa. Detak jantungnya pun bekerja lebih cepat dari biasanya dan perutnya pun terasa dihinggapi oleh ribuan kupu-kupu, begitu menggelitik. Wajah Junsu pun merona merah. Aihh.. ia benci perasaan seperti ini. Perasaan yang hanya akan muncul saat ia bersama Taecyeon. Junsu hanya berharap ia tidak terjerat dengan pesona namja berbadan besar itu. Yaa.. semoga saja..

- 2PM -

In The Afternoon

Junsu duduk bersandar disebuah pohon mapple dibelakang kampusnya. Ia menikmati angin musim semi yang berhembus pelan. Udara yang begitu menyegarkan membuatnya lupa akan masalah-masalah yang sedang dihadapinya. ia memejamkan matanya sambil sesekali menghirup udara musim semi. Junsu hampir saja tertidur jika ia tidak ingat ia harus kerumah sakit untuk menjenguk ibunya. Junsu segera bangkit dari posisinya. Ia menepuk-nepuk celana bagian belakangnya, bermaksud untuk membersihkan sisa-sisa tanah yang menempel.

Pandangannya tertuju pada sosok Taecyeon yang tengah tertidur dibawah pohon mapple yang lain. Junsu berjalan mendekatkan dirinya pada namja yang tertidur itu. Ia melangkahkan kakinya sepelan mungkin agar tidak menimbulkan suara yang membuat Taecyeon terbangun. Ia sampai didepan tubuh Taecyeon dan mensejajarkan tinggi badannya dengan Taecyeon yang masih tertidur lelap. Junsu menatap wajah tampan dihadapannya, terlihat sangat nyaman dan tenang.

Junsu mendekatkan wajahnya dengan wajah Taecyeon. Mencoba menyimpan semua detail yang dilihatnya kedalam memorinya. Tangannya bergerak mengusap pipi dingin Taecyeon terus turun hingga berhenti diatas bibir kering Taecyeon. Untuk sesaat, Junsu merasa angin dingin menerpa tubuhnya. Jantungnya terus memompa darahnya begitu cepat seakan darahnya menjadi memanas ketika hembusan nafas Taecyeon terasa ditangannya.

" Seandainya kau tahu siapa aku sebenarnya, apakah kau masih mau bersama ku, menjadi teman ku ? " Junsu memandang miris Taecyeon. " Aku kotor, hina, dan menjijikan. Apakah aku masih pantas menjadi teman mu ? apakah aku masih layak jika aku mengatakan.. " Junsu menarik nafasnya, ia mengadahkan kepalanya ke langit. " Aku mencintai mu.. " lanjutnya.

Junsu tersenyum getir sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan Taecyeon yang masih tertidur. Biarlah langit yang menjadi saksi atas ucapannya barusan. Ucapan yang mengatakan bahwa ia mencintai namja bernama Taecyeon.

- 2PM -

Bau obat-obatan tercium jelas begitu Junsu menginjakkan kakinya disebuah rumah sakit dipusat kota Seoul. Junsu melangkahkan kakinya menelusuri koridor rumah sakit. Hingga kakinya berhenti tepat disebuah ruangan bertuliskan ICU (Intensive Care Unit). Junsu masuk kedalam ruangan tersebut tentunya setelah ia memakai sebuah pakaian khusus rumah sakit. Junsu duduk disamping sebuah ranjang rumah sakit. Di ranjang tersebut terbaring seorang perempuan tua dengan berbagai alat penyokong hidup ditubuhnya. Junsu mengenggam jemari-jemari kurus milik perempuan itu.

" umma.. cepatlah sembuh. Junsu, merindukan umma " ucap Junsu. Bibirnya sedikit bergetar menahan tangis.

Sudah hampir satu bulan ibu Junsu terbaring koma dirumah sakit. Junsu tidak tega melihat ibunya yang terlihat begitu menderita. Ingin rasanya ia menggantikan semua penderitaan yang dialami ibunya dengan dirinya. Nyonya Kim – ibu Junsu – divonis mengidap kanker sel darah stadium III tepat dua bulan yang lalu dan tepat satu bulan yang lalu dokter memvonis bahwa sel-sel kanker itu sudah menyebar ke jaringan syaraf. Alhasil kini Nyonya Kim harus terbaring koma.

" umma, Junsu akan cari uang yang banyak agar umma bisa sembuh. Junsu akan bekerja keras. Tapi, umma harus janji umma juga harus berjuang melawan penyakit umma"

Tidak ada jawaban. Hanya suara dari mesin pendektesi detak jantung yang terdengar. Junsu menghapus sisa-sisa air matanya. Berusaha untuk setegar mungkin. Junsu kembali bercerita tentang berbagai macam hal dengan ummanya. Mulai dari kejadiaan yang dialami dikampus tadi pagi, hingga pengakuan cintanya pada Taecyeon yang sedang tertidur.

" umma, aku takut. Aku takut jika suatu hari nanti Taecyeon tahu tentang diriku yang sebenarnya. Aku takut, ia akan membenci ku umma "

Junsu menghentikan ceritanya ketika ia lihat seseorang berjas putih menghampirinya.

" Dokter Park.. Dokter mau memeriksa kondisi umma ya ?" tanya Junsu

Dokter bernama Park itu mengangguk. " Bisa kau tunggu diluar sebentar, Junsu. Saya akan memeriksa kondisi ibu mu "

Junsu membiarkan dokter Park untuk memeriksa kondisi ibunya. Ia berharap, ia akan mendengar kabar baik dari dokter Park setelah ini.

Junsu berada di ruangan milik dokter Park. Ruangan yang dipenuhi dengan berbagai macam alat kedokteran.

" Ada apa dokter meminta ku kemari ?" tanya Junsu

" Ini mengenai ibu mu Junsu. Kondisi ibu mu semakin hari semakin memburuk. Ibu mu harus secepatnya melakukan operasi sum-sum tulang belakang jika tidak mungkin kondisi ibumu tidak akan terselamatkan lagi. Operasi itu menghabiskan dana sekitar 1 juta wonn " Jelas dokter Park.

Seperti terkena sambaran petir. Junsu hanya terpaku mendengar penuturan dokter Park. Untuk membiayai hidup serta perawatan ibunya saja ia harus bekerja mempertaruhkan harga dirinya dan sekarang ia butuh uang yang banyak untuk biaya operasi ibunya darimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu.

Junsu menarik nafasnya, " aku akan berusaha mencari uang untuk biaya operasi umma. Terima kasih dokter." ucap Junsu sebelum akhirnya ia pamit undur diri.

- 2PM -

At Noon

Hingar bingar suasana musik di club malam seolah memecah keheningan malam. Aroma wine, vodka dan minuman-minuman lainnya bercampur menjadi satu menjadikan sebuah aroma yang memabukkan. Banyak pasangan yang berdansa dilantai dansa mengikuti alunan musik bahkan banyak juga pasangan yang memilih untuk bercumbu di tempat mereka duduk. Tak jarang dari mereka yang berkunjung meminta servis dari para 'host club' di club ini.

Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi untuk namja bersurai madu itu. Inilah pekerjaannya.. pekerjaan hina dimata masyarakat.

" Junsu-hyung.. kau tidak melayani para tamu ?" tanya seorang namja imut pada Junsu.

" Nanti aku menyusul Wooyoungie. " jawab Junsu sambil mengacak-acak rambut namja imut bernama Wooyoung itu.

Wooyoung mengerucutkan bibirnya kesal, " Jangan perlakukan aku seperti anak kecil hyung. Aku ini sudah besar. "

Junsu tertawa, " Aku tidak memperlakukan mu seperti anak kecil kok. Kau saja yang merasa diperlakukan seperti itu. "

Wooyoung mendengus, " terserah hyung sajalah." Ucapnya seraya mengambil segelas wine dan menegguknya cepat.

Jang Wooyoung atau yang biasa dikenal dengan nama Wooyoung adalah seorang namja yang juga bekerja sebagai 'host club' di club malam tempat Junsu bekerja. Berbeda dengan Junsu, Wooyoung melakukan pekerjaan ini tidak dengan terpaksa malahan ia seperti sangat menikmati pekerjaannya ini. Wooyoung memang terlahir tanpa ayah dan ibu maksudnya Wooyoung sejak lahir tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang orang tua. Sejak lahir ia tinggal disebuah panti asuhan, begitu ia menginjak usia dewasa ia memutuskan untuk keluar dari panti dan mencoba hidup mandiri. Ternyata hidup mandiri tidak semudah yang ia pikirkan. Ia tidak tahu bagaimana caranya mendapatkan uang hingga pada akhirnya ia bertemu dengan Park Jii Young, pemilik club malam tempatnya sekarang bekerja. Sejak saat itu Wooyoung mulai merasa kehidupannya membaik. Ia tidak peduli dengan tatapan orang sekitar. Ia hanya ingin mencari jati dirinya yang sebenarnya.

Wooyoung terkenal memiliki wajah yang imut , bibir merahnya yang penuh dan merekah, serta kulitnya yang putih dan halus seperti bayi. Sehingga banyak pria-pria pengunjung club tempatnya bekerja tidak bisa menolak pesona dari seorang Jang Wooyoung.

Wooyoung memperhatikan Junsu dengan seksama. Wooyoung tahu pasti Junsu sedang memikirkan sesuatu, terlihat jelas dari sinar mata Junsu. Wooyoung paham, pasti Junsu tengah memikirkan kondisi ibunya yang sedang sakit.

" Hyung, bagaimana kondisi ibu hyung ?" tanya Wooyoung tiba-tiba.

Junsu menghela nafasnya cepat, " Dokter bilang keadaan umma semakin memburuk. umma harus secepatnya melakukan operasi sedangkan aku tidak tahu harus mendapatkan uang darimana untuk biaya operasi yang sangat mahal. "

Wooyoung menepuk pundak Junsu pelan. Memberikan semangat untuk namja yang lebih tua beberapa tahun darinya itu, " hyung, mungkin hyung bisa memakai uang tabungan ku. siapa tahu uang itu cukup untuk biaya operasi. " saran Wooyoung.

" Aku tidak mau Wooyoungie. Lebih baik uang tabungan mu disimpan baik-baik. Siapa tahu kau membutuhkannya suatu saat nanti. " tolak Junsu halus. Ia tidak mau merepotkan namja yang sudah dianggapnya sebagai adik itu.

" Baiklah hyung. Tapi jika suatu saat nanti hyung perlu bantuan. Aku siap membantu Junsu-hyung " ucap Wooyoung sambil memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Junsu tersenyum pelan, " Terima kasih Wooyoungie. "

Wooyoung membalas ucapan Junsu dengan seuntai senyuman. " Hyung, Junho kemana? Dari tadi aku belum melihatnya. "

Junsu mengangkat kedua bahu nya, " Aku tidak tahu. Kurasa Junho belum datang. "

" Tidak biasanya Junho terlambat. Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk dengannya. " ucap Wooyoung.

- 2PM -

Seorang namja berambut merah berjalan gontai dikeheningan malam. Wajahnya lembam dan sudut bibirnya mengeluarkan darah. Sesekali ia meringis menahan sakit yang dirasanya. Ia hanya menggunakan sehelai kaos hitam tipis dan juga celana jeans panjang. Ia tidak peduli dengan dinginnya angin malam yang menerpa tubuhnya. Ia hanya berharap angin malam bisa membawanya pergi dari dunia ini.

Namja itu memegang kepalanya yang terasa pusing. Ingatan-ingatan tentang kejadian beberapa saat yang lalu masih terekam jelas di memori kepalanya.

' Cepat berikan uangnya ! aku tahu kau pasti menyimpan uang itu kan ! Cepat berikan uang itu atau aku tidak segan-segan membunuh mu '

' Tidak.. uang ini untuk biaya hidup sehari-hari. aku tidak akan memberikan uang ini pada appa. appa lebih baik cari uang sendiri saja jika uang ini hanya dipakai untuk berjudi '

' Dasar anak kurang ajar, berani sekali kau berkata seperti itu pada appa mu. Kau dan umma mu yang sudah mati itu ternyata sama saja kurang ajarnya '

' Jangan menyebut umma seperti itu. Kau tidak berhak berkata seperti itu tentang umma. '

Sebuah tamparan dan pukulan keras, Ia rasakan setelah percakapan tersebut. Ia bahkan tidak ingat sudah berapa banyak barang-barang dirumah yang hancur karena dilempar. Ia mengusap pelan luka disudut bibirnya, kemudian ia tertawa getir.

" Umma.. bisakah kau bawa aku pergi bersama mu " ucapnya sambil menatap langit malam.

Namja itu terus berjalan hingga ia tiba disebuah bangunan yang cukup ia kenal dengan baik. Langkahnya semakin lama semakin berat , Ia tidak bisa merasakan apapun lagi. Pandangannya mulai mengabur dan sesaat kemudian ia mendengar seseorang meneriaki namanya.

" JUNHO.. "

Dan setelah itu semuanya berubah menjadi gelap...

-To Be Continue-

Author Note : Saya mengucapkan banyak terima kasih buat orang-orang yang udah ngereviem fic saya yang berjudul ' When Junsu get sick ' dan ' Hanarete itemo ( even if we are apart )'. Saya akan berjuang untuk membuat fic-fic yang lebih baik dari kemarin. Walau saya nggak yakin fic ini akan lebih bagus atau tidak. Well.. mungkin di chapter ini saya belum terlalu banyak masukin konfliknya karena saya mau buat fic ini mengalir seperti air. Jadi bagaimana menurut readers semua ?. Review kalian sungguh saya harapkan . :D