Title : Naui Cheonsa (My Angel)
Disclaimer : HaeTeuk itu milik Tuhan!
Author : Jenny Kim
Warning(s) : Fantasy berlebihan, Typo(s), MPREG, NC!
A/N: Terinspirasi dari cerita Pakdhe Jaka Tarub.
Naui Cheonsa, Chapter 1
Seorang namja manis berambut pirang mencolok duduk termenung di depan sebuah cermin berukiran aneh. Pipinya menggembung dengan tangan menopang dagunya. Di dalam cermin itu terlihat seorang namja yang sedang menangis sambil menatap sebuah bingkai foto. Foto namja pirang mencolok itu.
Seseorang menepuk bahunya dari belakang. "Kau jiwa putih, kan? Kenapa kemari? Nanti dihukum loh kalau ketahuan!" ucap seorang namja manis berpakaian serba putih itu. Dua sayap yang cukup besar dengan bulu yang lebat menempel dengan kuat di punggungnya yang kecil.
Namja yang dipanggil jiwa putih itu pun menoleh. "Kenapa aku tak boleh kemari?" Tanyanya.
Si namja bersayap pun membelai rambut pirang si jiwa putih. "Cermin dunia hanya boleh dilihat oleh malaikat. Jiwa putih tak boleh melihatnya karena mereka memang tak boleh melihat dunia yang sudah mereka tinggalkan," jelasnya. Namja bersayap yang diyakini seorang malaikat itu pun menengok sesuatu yang sejak tadi ditatap oleh namja pirang. "Itu pasti orang yang paling berharga bagimu saat kau hidup. Aku benar, kan? Seharusnya kau tidak perlu mengingatnya lagi, dunia kalian sudah berbeda," sambungnya.
Si namja pirang menunduk dalam. "Tapi dia masih belum bisa merelakanku, jadi aku sulit untuk tak memikirkannya…" Setitik air bening menggenang di ekor matanya.
Sang malaikat mengangkat dagu namja pirang. "Jangan bersedih… Surga adalah tempat bagi orang-orang yang bersuka cita. Jika kau menangis, sama saja kau tidak menghargai surga. Siapa namamu?"
Si namja kurus menatap mata sang malaikat. Ada kehangatan yang terpancar di sepasang bola mata kembarnya. "Hyukjae, Lee Hyukjae. Tapi orang-orang memanggilku Eunhyuk. Kau?" Tanya Eunhyuk balik.
Si malaikat tersenyum hingga lesung pipitnya tercetak dengan begitu kentara. "Aku Park Jungsoo, malaikat penjaga. Tapi orang-orang memanggilku Leeteuk. Mau berteman denganku, Eunhyuk?" tawar Leeteuk. Jari kelingkingnya terulur di depan wajah Eunhyuk.
Eunhyuk mengangguk semangat dan menautkan jari kelingkingnya di kelingking Leeteuk. "Teman!"
Leeteuk mengangguk. "Ya, kita teman sekarang. Jangan menangis lagi ya, Eunhyuk!" Dipeluknya tubuh kurus Eunhyuk.
Eunhyuk balas memeluk Leeteuk dan menaruh dagunya di pundak malaikat itu. Matanya berbinar melihat sayap putih Leeteuk.
PRANGG
Suara benda yang pecah mengagetkan Leeteuk dan Eunhyuk. Keduanya pun melepas pelukan masing-masing dan menoleh ke asal suara. Mata keduanya melebar begitu mengetahui asal suara benda pecah itu adalah dari dalam cermin. Namja di dalam cermin yang tadi dipandangi Eunhyuk kini memecahkan bingkai foto yang dipegangnya dan mengambil salah satu pecahan kaca.
"Hae! Kau mau apa?" panik Eunhyuk. Tangannya yang terkepal memukul-mukul cermin. Berharap tingkahnya itu bisa membuat namja yang dipanggilnya 'Hae' mau mendengarkan ucapannya.
"Eunhyuk… dia akan bunuh diri," jawab Leeteuk. Ia memegang bahu Eunhyuk yang mulai bergetar. Eunhyuk memutar kepalanya ke arah Leeteuk dengan airmata yang telah membasahi pipinya.
"Kumohon selamatkan dia! Kau malaikat penjaga, 'kan? Jaga dia untukku, Leeteuk hyung. Pleaseee… aku tidak mau dia mati.." Eunhyuk menggenggam kedua tangan Leeteuk dan memohon kepada malaikat itu.
Leeteuk menggeleng lemah. "Tugasku menjaga adik sang Raja Langit, Eunhyuk. Bukan manusia. Akupun tak berhak mencampuri urusan manusia," ujar Leeteuk.
Eunhyuk membelalakkan matanya. "Kau seorang malaikat, Leeteuk hyung. Mana boleh kau membiarkan seseorang mati didepanmu? Bukankah kita teman? Kumohon tolongkah temanmu, Leeteuk hyung…" Eunhyuk semakin mengiba.
Leeteuk menghela nafasnya. "Baiklah… tapi berjanjilah untuk tidak pernah datang ke ruangan cermin dunia lagi! Aku tak mau kau mendapat hukuman. Dan rahasiakan ini dari siapapun!" pinta Leeteuk.
Eunhyuk mengangguk mantap. Leeteuk pun mulai masuk ke dalam cermin namun Eunhyuk menggenggam tangannya lagi. "Leeteuk hyung…"
Leeteuk menoleh. "Ya?"
"Terimakasih," ucap Eunhyuk dengan tulus.
Leeteuk kembali tersenyum. "Kita 'kan teman, kau tidak perlu berterimakasih. Sampai jumpa, Eunhyuk!" Tubuh Leeteuk perlahan-lahan menghilang ke dalam cermin dunia.
"Apa-apaan ini?" Sebuah suara mengagetkan Eunhyuk. Sontak namja pirang itu menoleh dan kulitnya memucat seketika. 'Gawat'.
"Hyuk… Aku akan menemuimu, Hyuk. Kau tidak akan sendirian lagi setelah ini!" ucap seorang namja bernama Lee Donghae. Pandangannya tertuju pada sebuah foto yang tertempel di dinding tepat di depannya sedangkan tangan kanannya memegang sebuah pecahan kaca dan mengarahkannya ke pergelangan tangan kirinya.
Tiba-tiba saja tangannya seperti ditepis oleh seseorang dan pecahan kaca itu terjatuh. Donghae bergerak gugup sambil menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari orang yang menepis tangannya namun hanya ada dia da kamarnya. Tak ada orang lain.
Donghae termasuk orang yang percaya pada hantu. Keringat dingin mengucur di tubuhnya. Ia pun segera naik ke tempat tidur dan tidur dengan posisi menyamping. Donghae menyelimuti tubuhnya dengan selimut sampai ke mulutnya namun masih terlihat jelas tubuhnya yang bergetar. Matanya terpejam dengan erat.
Leeteuk memang tak menampakkan wujudnya. Ia terkikik geli melihat Donghae yang ketakutan. Malaikat penjaga itu melayang di atas Dongahe seperti akan menindihnya. Ia mengecup singkat kening Donghae. "Jangan berbuat bodoh, Hae. Karena mulai sekarang, aku akan menjadi malaikatmu. Menjagamu dan melindungimu sampai kau bisa berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Eunhyuk." Perlahan tubuhnya memudar namun sebenarnya ia masih tetap berada di dekat Donghae, dan seterusnya akan tetap begitu.
Donghae membuka matanya dengan cepat. Sepintas ia seperti melihat seorang namja yang begitu cantik tengah menciumnya. Tangannya terangkat saat merasakan sesuatu yang lembut. "Bulu?"
Sore ini Donghae datang ke makam Eunhyuk lagi. Ia baru saja pulang dari kuliahnya. Namja fishy itu menaruh setangkai bunga lily putih di pusara Eunhyuk. Ia berlutut dan mengecup batu nisan bertuliskan nama Eunhyuk dengan cukup lama.
"Hai, Hyuk. Aku datang lagi. Apa kau merindukanku?" Tanya Donghae.
"…"
"Aku juga merindukanmu. Sudah berapa lama kau disana? Satu tahun ya? Lama juga… Apa kau bahagia disana? Apa kau punya banyak teman disana? Aku tau, temanmu disana pasti sangat banyak sampai kau tidak mau kembali padaku. Iya 'kan, Hyuk? Kau jahat, Hyuk! Kau meninggalkanku.. Kau sudah bosan bersamaku ya?" Tanya Donghae. Matanya mulai memanas. Dia menggeleng keras.
"…"
"Aku hanya bercanda, Hyuk. Kau jangan sedih ya! Aku disini sendiri tidak apa-apa kok. Kau baik-baik ya disana! Hari sudah mulai gelap, aku harus pulang. Sampai jumpa, Hyuk…" Donghae kembali mengecup nisan Eunhyuk dan beranjak meninggalkan pemakaman. Langkahnya terhenti saat melihat sebuah pensil berukiran emas di makam Eunhyuk. Dipungutnya pensil itu. Ia tersenyum kecil saat membaca tulisan yang terukir mengelilingi pensil itu. 'Draw and Realize Your Dreams'. Diapun memasukkan pensil itu ke dalam tas.
Leeteuk menatap punggung Donghae yang semakin menjauh. Ia menghela nafas dan menatap makam Eunhyuk. "Lihatlah, dia sangat mencintaimu, Eunhyuk.." ucapnya. Leeteuk pun mulai melayang mengejar Donghae.
Donghae menyeberang dengan pandangan kosong. Tanpa disadarinya sebuah mobil melaju kencang ke arahnya. Namja itu menoleh ke kanan saat mendengar klakson yang berbunyi tak henti-henti. Kakinya tiba-tiba terasa kaku. Ia teringat kembali pada Eunhyuk yang meninggal karena tertabrak mobil saat menyelamatkan seorang anak kecil.
Donghae memejamkan matanya. "Hyukk…"
Leeteuk dengan cepat menarik pinggang Donghae hingga keduanya jatuh ke pinggir jalan. Sayapnya sedikit terluka karena bergesekan dengan kasarnya permukaan aspal. Donghae mengerang keras. Tangan kirinya lecet tapi untungnya dia tak apa-apa.
Leeteuk berdiri dan mengepakkan sayapnya yang terasa nyeri. Beberapa bulu putih lembutnya rontok. "Ahh… Kenapa tidak hati-hati sih, Hae? Aku jadi ikut sakit nihh..!" gerutu Leeteuk yang tentu saja tak dapat didengar Donghae.
Donghae dengan tergesa-gesa bangun. Begitu heran kenapa ia bisa tertarik ke belakang dan gagal tertabrak mobil. "Siapa yang menarikku? Tidak ada siapa-siapa disini…" heran Donghae. Dilihatnya bulu-bulu putih yang berjatuhan di atasnya. "Bulu lagi?" Tanpa banyak berpikir lagi, namja itu pun berlari ke rumahnya.
Leeteuk mendengus sebal. "Kalau begini, aku tidak bisa terbang ke rumah Donghae. Jalan kaki deh~"
Donghae merenggangkan otot-otonya yang kaku. Bernafas lega setelah menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Dia pun mematikan lampu di meja belajarnya dan beranjak ke tempat tidur. Menepuk bantal beberapa kali lalu merebahkan tubuhnya senyaman mungkin dan memejamkan matanya.
Tak lama kemudian Leeteuk menampakkan wujudnya dan melayang di atas Donghae. Untunglah sayapnya sembuh dengan cepat. Ia menyelimuti Donghae dengan selimut tebal dan menyibak poni yang menutupi kening Donghae. Dikecupnya dengan penuh kasih dahi Donghae. "Tidurlah yang nyenyak dan mimpi indah, Hae~" bisik Leeteuk.
Donghae membuka matanya dan Leeteuk pun secepat kilat kembali menyembunyikan wujudnya. Donghae duduk bersandar di kepala ranjang dengan nafas memburu. "Apa tadi?" tanyanya dalam kesendirian. Dirinya merasa ada orang yang mengecup dahinya dan membisikkan kata-kata lembut padanya. Samar-samar ia melihat seorang namja cantik bersayap putih bak malaikat dalam dongeng.
Donghae menunduk dan lagi-lagi ia menemukan beberapa helai bulu putih di ranjangnya. Ia menungutnya dan membau aromanya. Tak berbau namun terasa begitu lembut dan menentramkan. Donghae memasukkan helaian bulu itu ke sebuah toples kaca, berkumpul dengan bulu-bulu yang ia temukan sebelumnya. Donghae pun menaruhnya di meja kecil di samping tempat tidurnya. Pandangannya teralih pada tas selempangnya yang teronggok di sudut kamar. Donghae berjalan ke sudut kamar dan mengambil tasnya. Dibukanya tas itu dan mengeluarkan sebuah pensil berukiran emas.
Donghae duduk di kursi depan meja belajarnya dan mengambil sebuah buku gambar serta menyalakan lampu. Tak lama kemudian ia telah disibukkan dengan imajinasinya.
Leeteuk berdiri tak jauh di belakang Donghae. Ia mengurut dadanya dengan lega karena Donghae tak (terlalu) melihatnya. Dengan perlahan kakinya melayang dan hanya dalam hitungan detik, dia telah berdiri di belakang Donghae. Donghae mengusap belakang lehernya yang tiba-tiba terasa merinding.
Malaikat yang telah beberapa hari bersama Donghae itu mengintip gambaran Donghae. Matanya membulat seketika saat melihat sketsa dirinya di kertas gambar Donghae. Lama kelamaan gambar itu semakin tampak jelas dan terlihatlah seorang namja cantik bersayap malaikat. Donghae tersenyum puas setelah ia memberikan arsiran terakhir di ujung sayap malaikat gambarannya.
"Kau… Bagaimana bisa melihatku, Hae?" Tanya Leeteuk dengan pandangan syok.
"Nah… Jadi deh gambarnya. Entah kenapa aku merasa namja bersayap ini selalu mengecup dahiku saat aku tidur dan membuatku beberapa kali memimpikannya," guman Donghae.
Leeteuk mengangguk paham namun sedetik kemudian bola matanya melebar setelah mengenali pensil yang Donghae pakai untuk menggambar dirinya. "Itu… Itu pensil Raja Iblis!" Keringat dingin membasahi pelipis Leeteuk.
Pensil emas itu adalah pensil milik Raja Iblis, Choi Siwon. Pensil bertuliskan 'Draw and Realize Your Dreams' dengan tinta emas itu akan mewujudkan semua gambaran pelukisnya. Donghae menggambar sosok Leeteuk, maka Donghae akan dapat melihat sosok Leeteuk yang sesungguhnya.
Leeteuk secepat kilat terbang ke pintu kamar Donghae dan mencoba untuk menembusnya.
Dukk
"Aww!" Leeteuk meringis kesakitan sambil mengusap dahinya. "Aduh… Aku lupa mantera untuk menembus dinding dan pintu. Bagaimana ini?"
Leeteuk mencoba membuka pintu dengan memutar kenopnya tapi pintu itu terkunci. Saking paniknya ia sampai tidak memutar kunci pintu terlebih dahulu.
Donghae menoleh ke pintu saat mendengar seseorang mencoba membuka pintu. Mulutnya menganga lebar saat matanya melihat sepasang kaki yang melayang di depan pintu dengan posisi membelakanginya. Secara perlahan wujud si pemilik kaki mulai tampak. Berawal dari kaki, celana putih panjang, sepasang sayap putih yang cukup besar dan menutupi punggung kecilnya, lalu kepala.
"Siapa kau?"
Leeteuk terlonjak begitu mendengar suara Donghae. 'Ah… aku ketahuan…' batinnya. Diapun berbalik dan menunduk kikuk. "A-akuuu…"
Donghae mencoba berani dan menghampiri Leeteuk. Tangannya terangkat dan menaikkan dagu Leeteuk. Matanya membeliak menatap wajah Leeteuk yang sama persis dengan sosok yang digambarnya.
"K-kau… Tidak mungkin!" Hae mundur dengan tubuh bergetar.
Leeteuk menggenggam tangan Donghae agar namja tampan itu menghentikan langkahnya. "Jangan takut, Hae! Aku tidak akan menjahatimu," ucap Leeteuk.
"Kau tau namaku? Siapa kau?" Tanya Donghae.
"Namaku Leeteuk. Aku malaikatmu, Hae…" jawab Leeteuk.
Donghae tercengang. 'Malaikatku? Aku memiliki seorang malaikat? Ulang! Ma-la-i-kat! That's cool!' batin Donghae. Perlahan dia mulai tak takut lagi pada Leeteuk.
"Untuk apa kau disini?" Tanya Donghae lagi.
"Untuk menjagamu, Lee Donghae."
Siang itu Leeteuk duduk di salah satu batang pohon apel tak jauh dari rumah Donghae. Didepannya terdapat sebuah danau yang luas dengan airnya yang jernih. Dia memetik sebuah apel yang telah memerah lalu menggigitnya. Sekali lagi ia memetik apel dan melemparkannya ke bawah.
"Aww!" Donghae memekik sambil memegangi kepalanya yang terkena lemparan apel dari Leeteuk. Dirinya sedang asik bersandar di bawah pohon apel sambil memancing ikan tapi malah kena apes. Karma sih.. Ikan kok mancing ikan.
Leeteuk tertawa cekikikan di atas pohon. "Maaf, Hae~ Aku hanya ingin menawarimu buah apel. Enak loh.." ucapnya sambil memamerkan apel yang baru saja digigitnya.
Donghae mendongak dan mendengus sebal. Beberapa bulan bersama Leeteuk membuat harinya begitu melelahkan namun juga menyenangkan. Kadang Leeteuk membuatnya lelah dengan tingkahnya yang lebih kekanak-kanakan ketimbang dirinya, namun kadang juga Leeteuk akan bersikap seperti ibu yang begitu perhatian pada anaknya.
"Bukan begitu caranya menawari orang, Leeteuk hyung! Kau harus memanggilnya dulu, baru menyerahkan apelnya jika orang itu mau. Ingat, menyerahkan bukan melemparkan!" ucap Donghae setengah menasehati setengah mengggerutu.
Leeteuk meringis hingga lesung pipitnya terpampang jelas. Sayapnya bergerak-gerak saking senangnya. Sejak Donghae menggambarnya dengan pensil milik Raja Iblis, Donghae selalu bisa melihatnya tapi untungnya tidak untuk orang lain. Manusia lain tetap tidak bisa melihatnya, karena itulah dia tetap bisa menjaga Donghae dimanapun.
"Aku 'kan sudah minta maaf, Hae~" sahut Leeteuk dengan tampang polos kemudian kembali memakan apelnya dengan kaki yang bergerak naik turun.
Donghae lagi-lagi mendengus sebal. Tiba-tiba saja ide jahil berkelebat di otaknya. Ia mengambil sebuah kertas dan pensil emasnya lalu mulai menggambar dengan cepat. Beberapa saat kemudian ia tersenyum puas saat melihat hasil karyanya.
Byurrr
Leeteuk tercebur di danau secara tiba-tiba. Donghae memang menggambar sosoknya tercebur di tengah danau.
"Hmmmpphh.. Haeee! Happhhh… Hae!" Leeteuk mencoba untuk melambaikan tangannya dan meminta tolong pada Donghae. Ia sama sekali tak bisa berenang.
Donghae yang sebelumnya menertawakan Leeteuk kini berubah panik. Dilihatnya Leeteuk yang mulai tenggelam. Dengan sigap ia melepaskan kemeja biru kotak-kotak yang dipakainya dan menceburkan dirinya ke danau lalu menyelam menghampiri Leeteuk.
Leeteuk mulai kehilangan kesadarannya dan perlahan tubuhnya tenggelam sampai ke dasar danau. Samar-samar dilihatnya sebuah cermin yang tertempel di dinding-dinding danau. Cermin yang sama dengan cermin dunia di tempat tinggalnya dulu.
Tangan Leeteuk masih tetap terangkat ke atas seakan menunggu seseorang untuk menariknya ke daratan. Tepat saat matanya hampir terpejam sepenuhnya, Donghae berenang dengan cepat ke arahnya dan menarik tangannya.
Donghae menggendong Leeteuk dengan gaya bridal setelah berhasil menariknya sampai ke tepi danau. Ia menurunkan Leeteuk dan merebahkannya di bawah pohon apel.
"Teukie… bangunlah!" Donghae menepuk-nepuk pipi Leeteuk. Matanya memanas dan airmata mulai jatuh di pipinya yang sebelumnya telah basah oleh air danau. Namja fishy itu merasa sangat bersalah pada Leeteuk. Jika terjadi sesuatu yang buruk pada Leeteuk, ia tak akan bisa memaafkan dirinya sendiri.
"Teukie, please… jangan membuatku takut… Bangun!" pinta Donghae. Tangan kirinya memegang dahi Leeteuk dan menariknya ke belakang sedangkan tangan kanannya menarik dagu Leeteuk ke bawah. Donghae menutup hidung Leeteuk dan meniupkan napas dari mulutnya ke mulut Leeteuk sebanyak dua kali selama dua detik. Matanya memperhatikan dada Leeteuk agar bisa tahu apakah dadanya bergerak atau tidak.
Tangannya beralih pada dada Leeteuk. Ia membuka kemeja putih Leeteuk dan menekan dada Leeteuk sekitar tiga puluh kali agar air yang tertelan oleh Leeteuk dapat keluar. Ia melakukannya dengan berulang-ulang. Menekan dada Leeteuk lalu memberikan napas buatan.
"Uhhuukk.. uhuukk.." Leeteuk terbatuk dan mengeluarkan semua air danau yang tertelan olehnya.
Mata Donghae berbinar senang. "Leeteuk, kau sadar!" teriaknya senang. Ditariknya Leeteuk menjadi setengah duduk dan memeluknya dengan erat.
"Uhuukk.. Nae, Hae…" jawab Leeteuk dengan lemas.
Donghae merenggangkan pelukannya. "Kau membuatku takut," ucap Donghae. Ditatapnya wajah Leeteuk dengan seksama. Poninya yang hitam kecoklatan, matanya yang sayu, hidungnya yang mancung, pipinya yang sedikit merah karena kedinginan dan bibirnya yang kecoklatan layaknya karamel.
Dimatanya, Leeteuk terlihat sangat seksi dengan dadanya yang basah dan kembang kempis. Entah dorongan dari siapa, Donghae mendekatkan wajahnya ke wajah Leeteuk dan menempelkan bibirnya. Ia memejamkan matanya merasakan bibir Leeteuk yang begitu kenyal dan lembut.
Mata Leeteuk melebar. Ia mencoba mendorong Donghae namun namja yang lebih muda darinya itu malah mengeratkan pelukannya. Kedua tangan Leeteuk meremas bahu Donghae. Matanya ikut terpejam saat bibir Donghae menghisap bibir bawahnya.
"Mmmhh.."
Donghae bagai mendengar nyanyian dari surga saat Leeteuk melenguh. Namja fishy itu menghisap dan menjilati bibir Leeteuk yang membuatnya ketagihan. Lidahnya menyeruak masuk kedalam mulut Leeteuk yang tanpa pertahanan. Menggelitik langit-langit mulut sang Malaikat dan melilit lidah namja cantik itu. Masing-masing ibu jarinya menekan-nekan kedua nipple Leeteuk sedangkan sisa jarinya yang lain masih tetap memeluk Leeteuk seerat yang ia bisa.
Leeteuk mendesah tertahan. Tangannya berusaha menjauhkan jari Donghae yang menggoda kedua nipplenya tapi tak berhasil. Semakin lama nipplenya semakin mengeras. Tubuh Leeteuk memanas. Peluh membasahi tubuhnya yang telah basah oleh air danau. Seluruh aliran darah terkumpul di bagian selatan tubuhnya. Pipinya tiba-tiba bersemu merah.
Donghae melepaskan bibir Leeteuk dan beralih ke leher putih mulusnya. Dijilatnya leher Leeteuk dan membasahinya dengan saliva.
"A-aahh.. Hen… Hetikhaan, Haeehh…" pinta Leeteuk terputus-putus. Donghae tak menghiraukan ucapan Leeteuk. Manusia biasa itu malah mengecup lalu menggigit leher Leeteuk sedikit keras dan setelah itu menghisapnya.
"Akhh.." Leeteuk mengerang. Tanpa sadar kepalanya malah mendongak dan membuat Donghae semakin mudah menandai lehernya dengan tanda-tanda merah keunguan. Tangan Leeteuk yang meremas bahu Donghae pun melemas kemudian merosot turun. Sekuat tenaga ia berpegangan pada dada bidang Donghae.
Tangan kiri Donghae beralih ke punggung Leeteuk. Mengusapnya dengan lembut guna menghangatkannya dari cuaca yang mulai mendingin. Ia sedikit mendorong Leeteuk agar malaikat penjaga itu dapat bersandar pada pohon apel dibelakangnya.
"Angghh… Chu… Cukupphh, Haeehh~" pinta Leeteuk lagi dan Donghae pun kembali tak menghiraukannya. Tangan kanan Donghae perlahan turun ke paha dalam Leeteuk sementara bibirnya masih enggan meninggalkan leher Leeteuk. Dijilatnya lagi leher Leeteuk yang masih putih lalu menggigitnya kemudian mengecup dan menghisapnya.
Donghae menarik turunkan tangannya di paha kiri Leeteuk. Membuat malaikat bersayap putih di hadapannya itu menggelinjang tak nyaman. Leeteuk reflex melipat dan melebarkan kakinya. Sesuatu di tengah selakangnya terasa panas dan menegang. Kedua tangannya terangkat disamping kepalanya dan menancapkan kuku-kukunya ke kulit pohon apel dibelakangnya.
"Unghh… Ber… Berhentihh, Haeehh~" Mata Leeteuk terpejam erat. Berusaha menahan hasrat yang dirasakannya. Donghae tak boleh 'menyentuh' dirinya. Ia tak akan bisa pulang ke langit jika itu terjadi. Tapi menolak sesuatu yang membuatmu seakan merasakan nikmatnya surga di dunia fana memang teramat sulit.
Tangan kiri Donghae kembali menekan-nekan nipple kiri Leeteuk dan sesekali mencubitnya. Lidahnya yang basah turun ke dada Leeteuk dan menbuatnya terlumuri oleh saliva setelah memenuhi leher Leeteuk dengan kissmark. Donghae menggigit kecil nipple kanan Leeteuk.
Tubuh Leeteuk bergetar karena aksi Donghae. Donghae yang melihatnya pun jadi gemas dan kembali menggigiti puting susu Leeteuk serta menghisapnya dengan rakus.
"Anhh.. Ngh.. Haeeh~" Mata Leeteuk terpejam erat. Lelehan saliva turun di sudut bibirnya akibat kenikmatan yang ia rasakan.
Donghae memasukkan tangannya ke dalam celana Leeteuk. Digosoknya secara perlahan milik Leeteuk yang masih dibalut underwear. Sudut bibirnya terangkat begitu menyadari lubang kejantanan Leeteuk telah basah oleh precum. Ia memompa milik Leeteuk dengan tempo yang semakin cepat.
"Ahh~ auuhh~ annggghh… Ha-Hae… Uhh… Hen… thikannhh, Haehh.. annnhh.. ARRRRGGGHHH~" Leeteuk menjerit kencang saat ada cairan panas yang keluar dari lubang kenjatanannya dan mengotori celananya.
Donghae mengeluarkan tangannya dari celana Leeteuk dan menjilati tangannya yang dipenuhi oleh cairan putih kental yang tadi Leeteuk keluarkan.
Leeteuk mengatur nafasnya yang tak beraturan. "Hae? A..pa ituhh~?" tanyanya sambil memperhatikan sperma yang Donghae jilati.
Donghae mengeluarkan jarinya yang sejak tadi dijilatinya. "Ini tanda jika kau merasa nikmat, Leeteuk hyung!" ucapnya santai.
Pipi Leeteuk memerah. "Sudah cukup. Aku mau pulang!" Leeteuk mencoba menggapai kemejanya yang teronggok di dekat Donghae. Dengan sigap Donghae menahannya lalu menindihnya.
"Ukhh… sayapku," gumam Leeteuk. Posisinya yang tertindih membuat sayapnya harus menekan permukaan tanah yang dipenuhi oleh rumput basah.
"Kau mau pulang, hyung? Kita selesaikan ini dulu!" ucap Donghae menyeringai. Ia menarik paksa celana Leeteuk hingga terlepas berikut dengan underwearnya. Dibelainya rambut Leeteuk yang basah oleh keringat dan air danau. Diciumnya dalam pelipis Leeteuk lalu turun ke bibir kecoklatannya. Menghisap bibir yang telah membengkak itu. Melumatnya dengan kuat tanpa memberi jeda untuk Leeteuk bernapas.
Keringat Leeteuk tak mau berhenti mengalir. Suhu tubuhnya meningkat. Kebutuhan oksigen yang kian menipis membuat kepalanya terasa berat. Sekuat mungkin ia coba untuk mendorong tubuh Donghae. Donghae tak bergeming, semakin dilumatnya bibir Leeteuk yang begitu sayang untuk ditinggalkan. Leeteuk tak kuat lagi, ia benar-benar membutuhkan udara. Dipukulnya dada Donghae berkali-kali.
Donghae melepaskan tautan bibirnya dengan Leeteuk. Dicengkeramnya erat kedua tangan Leeteuk yang memukuli dadanya dan memenjarakannya di kedua sisi kepala malaikat itu.
"Kau membuatku gila, Leeteuk. Kau merenggut kewarasanku. Dan aku akan menghukumku." Donghae kembali menggigiti leher Leeteuk dan menghisapnya. Lidahnya menyusuri seluruh dada dan perut Leeteuk.
"Ahhmmm… mmmpphh… aahh.. hhaagghh… uuhh…" Leeteuk mengerang frustasi. Kepalanya menggeleng lemah saat Donghae memainkan lidahnya di pusarnya dan membuat perutnya terasa bergejolak.
Lidah Donghae turun lagi sampai ke kejantanan Leeteuk yang kembali menegang. Lidahnya menggoda milik Leeteuk tanpa berniat memasukkannya. Membasahi batang kesejatian Leeteuk dengan salivanya hingga terlihat mengkilat.
"Ahh.. ahhh… ummmhh.. Ha-Haeehh… Ngh~" Leeteuk hampir menangis karena tubuhnya yang benar-benar lemah dan tak bisa melawan Donghae. Siksaan berupa kenikmatan ini membuatnya gila. Di satu sisi hatinya menolak tapi di sisi lain tubuhnya malah menginginkan sentuhan Donghae yang lebih dan lebih.
Precum Leeteuk semakin banyak dan kejantanannya berkedut. Donghae yang mengira Leeteuk suka dengan perlakuannya pun semakin semangat. Ia memasukkan milik Leeteuk ke dalam mulutnya. Memompanya dengan lidahnya yang lihai serta menghisapnya sekuat tenaga agar sesuatu yang Leeteuk tahan segera keluar.
"Arrgghh.. Ahhh… Ngghh… Ha… Haeeehh… Jangan lagiiihh… Angghh.. Uhh.." desah Leeteuk tak tahan. Namja berhati lembut itu menggigit bibirnya menahan desahan.
"Mmmhh.." Donghae memaju mundurkan kepalanya semakin cepat dan memainkan twinsball Leeteuk.
"Mmmhh.. Ugghh.. Nghhh.. Kumohon, Haeehh… hentikhaaannhh.." Airmata menggenang di pelupuk mata Leeteuk dan siap untuk turun kapan saja.
Donghae tetap tak mengabulkan permohonan Leeteuk. Tangannya yang tadi memainkan twinsball Leeteuk kini kembali turun dan membelai kerutan daging di belahan pantat Leeteuk yang seperti lubang cincin. Leeteuk tercekat.
"UWAAAAGGGHH…" Leeteuk menjerit keras. Donghae langsung memasukkan tiga jarinya kedalam lubangnya yang bahkan belum pernah dimasuki oleh apapun dan siapapun. Airmatanya yang sejak tadi menggenang kini tumpah karena Donghae menghentakkan jarinya.
Donghae menatap Leeteuk dengan iba. Seharusnya dia tak terlalu kasar pada kegiatan mereka ini mengingat ini adalah yang pertama kalinya. Ia mengeluarkan batang kejantanan Leeteuk dari dalam mulutnya dan menarik Leeteuk agar sedikit terduduk. Tangan kirinya yang sejak tadi mengunci gerakan Leeteuk kini membantu kedua tangan Leeteuk untuk dikalungkan di lehernya.
Leeteuk memeluk leher Donghae dengan erat. "Hiks… sakit, Hae. Keluarkan… keluarkannn.." pinta Leeteuk lagi. Bulu-bulu sayapnya berjatuhan.
Donghae mendorong tengkuk Leeteuk agar dada namja cantik itu semakin menempel didadanya. Tak mungkin ia mendorong punggung Leeteuk karena punggungnya dipenuhi oleh bulu sayap putih yang lebat meski kini mulai rontok. Sekuat tenaga ia mempertahankan posisinya yang setengah menindih tubuh ringkih Leeteuk. Ditariknya tengkuk Leeteuk agar mendongak menatapnya. Alisnya terangkat melihat airmata Leeteuk.
Donghae menggesek-gesekkan hidungnya di hidung Leeteuk. "Tidak apa-apa~. Nanti tidak akan sakit lagi, hyung. Tahan ya~," ucapnya lembut. Ia kembali menempelkan bibirnya ke bibir Leeteuk. Tangannya yang berada di hole Leeteuk mulai bergerak. Tubuh Leeteuk bergetar karenanya dan dengan sigap Donghae mengeratkan dekapannya serta mencium Leeteuk lebih dalam.
"Mmmhh… Nggghh.. Haammpphhh… Nnnhhh… Mmmpphh…" Leeteuk menarik tengkuk Donghae agar memperdalam ciumannya. Entahlah, ia tak peduli sekarang. Yang ia tahu, ia hanya ingin rasa sakit itu segera hilang.
Donghae membuka kancing dan menurunkan resleting celana jeansnya dengan tangan kirinya lalu menyingkirkannya kemudian menurunkan underwearnya dan melakukan hal yang sama tanpa menghentikan lubrikasi dan ciumannya.
Manusia biasa itu memutar jarinya di dalam hole Leeteuk dan membuat gerakan zig zag. Dibiarkannya Leeteuk menginvasi bibirnya. Entah itu menghisapnya, menggigitnya sampai hampir terluka ataupun menjilatinya. Ia tahu Leeteuk sedang mengalihkan rasa sakitnya. Namja tampan itu mendorong jarinya lebih dalam daripada sebelumnya.
"ANGHH!" Leeteuk melepaskan ciumannya dan mendongak serta membusungkan dadanya. Donghae berhasil menyentuh sesuatu yang membuatnya seakan melayang. Tidak! Ini lebih menyenangkan dibanding melayang. Ia sudah terlalu sering melayang namun yang sekarang baru ia rasakan pertama kali. Bulu-bulu sayapnya semakin banyak yang berjatuhan dan terbawa angin.
Donghae tersenyum. Sekali lagi ia menyentuh tempat yang sama dan sekali lagi pula ia melihat Leeteuk menampakkan akspresi yang sama. Dia pun mengeluarkan jari-jarinya dari dalam hole Leeteuk.
Leeteuk menghembuskan napasnya dengan lega saat jari-jari Donghae keluar dari holenya namun wajahnya memucat seketika saat Donghae malah mengarahkan kejantanannya sendiri ke dalam holenya. "Tidak… jangan, Hae.. Jangannn… AAAARRRGGGHHH.."
Donghae mengecupi pipi Leeteuk. Kejantanannya baru masuk kepalanya saja namun Leeteuk sudah berteriak kesakitan. Lubang malaikat itu teramat sempit, Donghae merasakan lubang Leeteuk begitu sulit untuk dimasuki meski ia telah melakukan lubrikasi cukup lama. Ia menghembuskan napasnya kemudian dengan cepat memasukkan kejantanannya sedalam mungkin.
"UWAAAAAGGGHH… aahh.. aaaaahh… hhaaa.."
Donghae menarik tubuh Leeteuk dan memangkunya. Ia bersandar di batang pohon apel untuk menyamankan posisinya. Dicengkeramnya pinggul Leeteuk hingga beberapa kukunya menancap lalu menaik turunkan tubuh Leeteuk sehingga kejantanannya keluar masuk di dalam hole Leeteuk.
"uhhh.. ahhh… aarrgghh… ngghhh… Hen –Hentikan, Haeehh..Angghh… Hikss… Keluarkannn…Arrrgghh.. aaaahh.." Leeteuk bergerak gelisah. Tak hanya lubangnya yang terasa perih namun juga punggungnya. Punggungnya itu terasa panas dan seakan terbakar saat bulu-bulu sayapnya berjatuhan akibat hentakan Donghae. Semakin lama bulu sayapnya akan habis jika kegiatan ini terus berlangsung.
Donghae menikmati setiap gerakan Leeteuk. Matanya memandang dada Leeteuk yang naik turun seakan menggodanya. Kepalanya maju dan menangkap nipple kiri Leeteuk. Meraup dan mengulumnya dengan nikmat. Donghae mengangkat tubuh Leeteuk sedikit lebih tinggi kemudian menghujamkan miliknya dengan keras. Leeteuk mengerang hebat.
"AHH! AAAAHH… AAARRGGHH…" desahan keras keluar dari bibir Leeteuk saat Donghae berhasil menyentuh titik terdalamnya. Matanya terasa berkunang-kunang dan perutnya melilit. Setelah beberapa kali hentakan, namja cantik itu pun mencapai klimaksnya lagi.
Donghae mempercepat gerakan in-outnya begitu tubuh Leeteuk mengejang dan mengeluarkan sarinya. Batang kejantanannya semakin terhimpit oleh dinding-dinding hole Leeteuk yang mengencang. Disodoknya dengan kasar hole Leeteuk hingga menyentuh prostatnya. Yang tanpa diketahuinya, Leeteuk lebih banyak merasakan sakit ketimbang nikmat.
"AHH.. ahh-ah-ah-ah… ungghh.. mmmhh.. ngghhh… hiiyyaahhh.. Cu-Cukuupphh.. uh ah-ah-ah..aaaahh."
Donghae menggigit nipple Leeteuk sedikit keras saat merasakan kejantanannya berkedut di dalam hole Leeteuk. "Hmmhh.. Sebentar lagi, hyung… hh.."
Leeteuk tak bisa menghentikan airmatanya sekarang. Seakan cairan kristal itu tak pernah habis. "Hentikan, Haeehh.. Hikss… Jangan keluarkan didalamku, anngghh.. pleaseee… Aaaaahhh… Aku mohon, Haeee… AAAAKKKHHH…" Terlambat. Leeteuk menjerit saat begitu banyak cairan panas memenuhi lubangnya tepat saat Donghae menumbuk prostatnya. Tapi bukan hanya itu yang membuatnya menjerit, melainkan sayapnya yang benar-benar habis tak bersisa. Donghae berhasil mengotori jiwa sucinya. Dan itu berarti… dia adalah manusia, sekarang.
"Hhhh…" Donghae mendesah lega setelah mengeluarkan sarinya di dalam tubuh Leeteuk. Ia mengeluarkan kejantanannya secara lembut dari lubang Leeteuk namun matanya membulat sempurna saat melihat punggung Leeteuk. Sayap Leeteuk benar-benar hilang. Berganti dengan bulu-bulu lembut yang beterbangan bersama angin sampai ke langit.
Dengan ragu ia menatap wajah Leeteuk yang mengernyit kesakitan bersama dengan tangis pilu. Sebelah tangan Leeteuk masih setia melingkar di leher Donghae namun tangan kanannya memukuli dada Donghae dengan lemah.
"Teukie, sayapmu…"
Leeteuk memukuli dada Donghae dengan percuma. "Sudah kukatakan untuk berhenti… Hikss… Tapi kau mengacuhkanku, Hae.. Bahkan aku sampai memohon padamu berkali-kali tapi kau tetap tak peduli… Hukss.. Kau menodai jiwa suciku… Kau tak tau bagaimana sakitnya saat sayapmu, sumber kekuatanmu, terasa perih dan seakan terbakar saat kau disetubuhi… KAU JAHAT, HAE!"
"Kau membuatku tidak bisa pulang ke duniaku… Huks.. Huks.. Seharusnya aku bisa pulang saat kau bisa berdiri sendiri tanpa bayang-bayang Eunhyuk. Tapi kau menahanku, Hae. Kau membuatku selamanya terkurung di dunia fana ini. Kau jahat, Hae.. Kau jahat padaku…" Leeteuk terus meracau tak jelas. Tak peduli pada Donghae, apakah dia mendengarkannya atau tidak. Ia tak henti-hentinya memaki Donghae hingga akhirnya kelelahan dan tertidur di dada namja yang baru saja merenggut tubuhnya itu.
Donghae mematung dengan wajah hampa. Ia mengusap punggung Leeteuk dengan lembut agar –mantan– malaikat itu dapat tidur dengan nyaman. Airmatanya perlahan meluncur turun dan membasahi pucuk kepala Leeteuk. "Jadi, kau tak pernah mencintaiku, Leeteuk? Jika saja aku tak membuat sayapmu musnah, kau akan meninggalkanku setelah aku bisa hidup tanpa Hyukjae? Tingkahmu yang begitu menjaga dan menyayangiku membuatku salah mengartikan perasaanmu, Leeteuk. Jangan salahkan aku jika aku mencintaimu. Tapi jangan salahkan aku juga karena tak ingin kau pergi dari sisiku. Aku sangat mencintaimu, Leeteuk. Bahkan lebih dari Eunhyuk dulu.."
Tanpa disadari oleh Donghae dan Leeteuk. Masih ada orang yang bersedih atas semua kejadian ini. Kangin, malaikat penjaga pendamping Raja Langit itu menangkap beberapa helai bulu sayap yang begitu dikenalnya. Ia menggenggamnya dengan erat dan mencium aromanya. Malaikat itu tersenyum pedih.
"Aku gagal melindungimu, hyung. Maafkan aku karena tak bisa menolongmu, karena kau telah memilih jalanmu sendiri. Jalan yang salah.."
Leeteuk terbangun dari tidurnya. Ia mengucek matanya dan menggelinjang. Kini dia telah berada di kamar Donghae dan sedang tiduran di ranjang Donghae. Namja tampan itu pasti yang memindahkannya. Leeteuk mendudukkan dirinya dan seketika itu pula rasa sakit di bagian bawah tubuhnya mulai terasa. Ia menghela napas berat.
"Semua sudah terjadi… Tidak perlu disesali," ucapnya menguatkan diri. Ia menengok ke samping dan menatap tubuhnya yang acak-acakan di depan cermin. Kemeja biru Donghae membalut tubuh bagian atasnya serta sedikit menutupi pahanya yang tak mengenakan apapun. Mantan malaikat itu pun berjalan dengan langkah tertatih ke depan cermin. Mengambil sisir yang tergantung di sana dan menyisir rambutnya.
Donghae masuk ke dalam kamar dengan segelas coklat panas di tangannya. Leeteuk pun berbalik saat melihat Donghae dari cermin. "Mh.. Hae.." guman Leeteuk.
Donghae hanya diam. Namja itu menaruh coklat panasnya di meja belajar dan berbalik menuju pintu. "Diluar hujan badai, kuharap coklat panas bisa menghangatkanmu, annyeong." Donghae berucap datar kemudian keluar dari kamar dan menutup pintu.
Leeteuk mengernyit heran. "Kau… Kenapa menghindariku, Hae? Bukankah seharusnya aku yang begitu?" guman Leeteuk lagi dengan sedih.
Leeteuk berjalan ke meja belajar Donghae dan mengambil mug bergambar ikan Nemo yang tadi Donghae letakkan. Tangan kanannya menyelip diantara gagang mug dan tangan kirinya menangkup mug. Jemarinya terlihat begitu kecil karena kemeja lengan panjang yang ia kenakan terlalu kebesaran. Namja cantik itu mulai menyesap coklat panasnya dalam diam. Pipi dan hidungnya sedikit memerah karena udara dingin.
Suara petir yang menggelegar mengagetkan Leeteuk. Tanpa sengaja ia menjatuhkan mug yang dibawanya hingga membentur lantai. Tubuhnya bergetar karena syok. Suara petir yang menggema membuatnya takut.
Tanpa disadari Leeteuk, Donghae sejak tadi masih berada di balik pintu kamar. Namja yang lebih muda dari Leeteuk itu pun segera membuka pintu dan masuk. Leeteuk mendongak dan melihat Donghae masuk.
"Haeee…" Leeteuk merengek dan berjalan cepat menghampiri Donghae lalu memeluknya. Membenamkan wajahnya di dada bidang namja itu. Tangannya berusaha memeluk punggung Donghae lebih dekat.
Perlahan Donghae menurunkan tangan Leeteuk dan menjauhkannya. "Hanya petir, kau tidak perlu sehisteris itu," ucapnya datar. Ia berjalan melewati Leeteuk dan membersihkan lantai yang kotor karena coklat panas.
Leeteuk tertohok. Ditatapnya Donghae dengan sendu. Airmatanya yang sempat mengering kini kembali merangkak turun. Donghae kembali berjalan melewatinya setelah selesai membersihkan lantai. Ekspresinya tetap terlihat datar walau dengan jelas ia melihat Leeteuk menangis.
"Sudah malam, cepat tidur. Jumuseyo," ujar Donghae sebelum keluar dari kamar.
Leeteuk terduduk lemas di lantai. "Hikss.. Masalah apalagi sekarang?"
Leeteuk termenung di ranjangnya –ranjang Donghae–. Bepikir keras, jika dia tidur di ranjang Donghae, lalu Donghae dimana?
Memang rumah yang hanya ditempati oleh Donghae ini memiliki dua kamar. Tapi 'kan kamar yang satunya telah disulap oleh Donghae menjadi gudang tempat penyimpanan seluruh kenangannya bersama Eunhyuk. Ya, kamar Donghae sekarang benar-benar bersih dari segala macam yang berbau tentang Eunhyuk.
Leeteuk menghela napas. Hujan masih belum reda. Sepertinya hujan memang akan turun semalaman. Namja cantik itu telah mengatasi ketakutannya dengan menyumpal telinganya dengan gumpalan kapas kecil. Sedikit membantu, lah.
Leeteuk mengambil selimut yang ia pakai serta mengambil satu bantal bulu. Dengan perlahan ia berjalan mengendap-endap ke ruang tengah. Benar dugaannya, Donghae tidur disana. Di sofa panjang berwarna hijau tosca yang cukup empuk.
Leeteuk berjinjit agar tak membangunkan Donghae tapi naasnya ia malah tersandung karpet dan terjatuh di atas tubuh Donghae.
Donghae membuka matanya dan mendapati Leeteuk berada diatasnya. Ia menyernyit bingung, apalagi wajah Leeteuk terlihat merah padam walau cahaya ruang tengah hanya remang-remang. "Ada apa?"
"Ma-Maaf. Aku hanya ingin memberikan selimut dan bantal untukmu," jawab Leeteuk dengan canggung. Dengan segera ia bangun dan menyodorkan selimut dan bantal.
Donghae menggeleng dan mendudukkan dirinya. "Kusuruh kau untuk tidur, 'kan?" Donghae berdiri dan menarik tangan Leeteuk yang masih membawa bantal serta selimut dan membawanya lagi ke kamar. Ia menidurkan Leeteuk lalu mengambil selimut dan bantal di pelukan Leeteuk kemudian memakaikannya.
"Tapi, Hae_"
"Malam~" potongnya dan beranjak pergi namun Leeteuk menahan tangannya.
Leeteuk mengeluarkan kapas yang menyumbat telinganya dan menatap Donghae dengan sedih. "Kau mau kemana, Hae? Ini 'kan kamarmu. Biar aku saja yang tidur diluar," ucap Leeteuk.
Donghae menghentakkan tangan Leeteuk sedikit keras hingga genggaman Leeteuk terlepas. "Tidurlah," suruh Donghae kemudian meninggalkan kamarnya.
Leeteuk menunduk dalam. "Hae, kenapa dingin begitu?"
TBC
By Yesung's Concubine
Jenny Kim a.k.a Jenniver Agustine/JJ
Jenny Kim
