Liburan musim panas yang begitu panas. Membuat siapa pun menjadi bermalas-malasan. Ada juga yang merasa bosan. Ingin bermain keluar rumah tetapi di luar sangat panas. Beberapa orang pun berdiam diri dirumahnya.

Triiit... Triiit...

Pik.

"Moshi-moshi," ucap seorang gadis berambut cokelat yang mengangkat telepon masuk dari ponselnya. Ia sedang duduk di sofa rumahnya sambil menonton acara favoritnya di TV.

'Matsuri. Ini aku Gaara,' ucap seseorang yang bernama Gaara dari ponsel gadis berambut cokelat itu–yang tadi dipanggil Matsuri.

"Gaara-kun? Ada apa menelpon?" tanya Matsuri yang senang karena kekasihnya menelpon. Tapi, ia agak bingung juga karena ini bukan nomor ponsel Gaara. Suaranya sih suara Gaara.

'Bisakah kau datang kerumahku sekarang? Aku butuh bantuanmu!' pinta Gaara dengan suara yang agak memohon.

Matsuri pun tersenyum senang. "Tentu saja, Gaara-kun! Aku akan bersiap-siap dulu!" ucapnya bersemangat. Beberapa detik kemudian, ia pun mematikan panggilan dari kekasihnya itu. Dan Matsuri pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah Gaara yang tidak jauh dari rumahnya itu.

Ah, kencan pertama di rumah!


.

.

.

Disclaimer:

Naruto by Masashi Kishimoto

Sweet Home Dating by Hwang Energy

.

.

.

Enjoy Reading, minna-san!

.

.

.


Kediaman Sabaku

"Matsuri, ini tehnya," ucap seorang pemuda berambut merah marun yang baru saja datang dari dapur rumahnya. Memberikan segelas teh ocha dingin kepada Matsuri.

"Arigatou, Gaara-kun!" ucap Matsuri sambil mengambil teh ochanya. Mereka berdua pun duduk di sofa empuk berwarna hijau yang berada di ruang tamu kediaman Sabaku. Menonton sebuah video pertandingan baseball sambil sesekali mengobrol.

"Jadi, Gaara-kun ingin aku memperhatikan teknik permainan baseball ini?" tanya Matsuri setelah meminum tehnya.

"Hn," ucap Gaara singkat lalu meminum tehnya. "Kudengar teknik permainan baseball mereka cukup bagus. Aku ingin memajukan skill klub baseball sekolah kita. Jadi, aku memintamu untuk memperhatikan tekniknya," lanjut Gaara datar setelah meminum tehnya.

Matsuri mengangguk. Ya, ini sudah tugasnya sebagai manajer klub baseball di sekolahnya. Meskipun Matsuri tidak ikut bermain, tapi ia cukup mengerti permainan baseball. Matsuri mempunyai mata yang tajam dalam memperhatikan teknik lawan. Itu sebabnya Gaara memanggil kekasihnya itu.

Hei, selain itu mereka juga bisa berduaan, bukan?

Tunggu. Berduaan?

"A–no, Gaara-kun?" panggil Matsuri agak gugup.

"Hn?" sahut Gaara yang pandangannya tak beralih dari televisi di depannya.

"Dari tadi aku tidak melihat Temari-senpai dan Kankurou-senpai. Apa mereka dikamar?" tanya Matsuri yang penasaran karena dari awal datang, ia sama sekali tidak melihat kedua kakak Gaara itu.

"Mereka sedang belanja," ucap Gaara dengan santainya tanpa mengalihkan pandangannya dari televisinya. Ia sangat serius memperhatikan permainan baseball tersebut.

"Kaa-sanmu?"

"Pergi."

"Oh, begitu." Matsuri pun kembali memperhatikan permainan baseball itu sambil meminum tehnya lagi.

Temari dan Kankurou sedang pergi belanja. Sedangkan ayah Gaara sedang bekerja dikantornya –walaupun sedang libur musim panas. Biasanya ada ibu Gaara. Tapi ia sedang pergi juga. Jadi, mereka hanya berdua.

Tunggu. Kalau begitu, saat ini mereka benar-benar berduaan?

"EH?!" Matsuri memekik kaget. Wajahnya memerah. Begitu pun dengan Gaara–yang muncul rona merah tipis di pipinya. Sepertinya Gaara mengerti situasi mereka berdua saat ini. Sepasang kekasih yang hanya berduaan di suatu ruangan.

Wah... wah... wah!

"Mungkin mereka akan kembali sebentar lagi," ucap Gaara mencoba tenang sambil meminum teh ochanya.

"I-iya," ucap Matsuri tergagap. Ia menundukan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang memerah itu.

'Berdua saja?' batin Matsuri. Ia mulai memikirkan hal yang tidak-tidak. Ia pun menggelengkan kepalanya pelan. 'Ayolah Matsuri. Kau datang kesini untuk membantu Gaara-kun, kan?' batinnya lagi. Matsuri pun menonton permainan baseball itu. Mencoba mengalihkan pikirannya.

'Tapi–'

"–kalau begitu, mungkin ciuman tidak apa-apa."

Eh?

"Uhuk," Gaara pun terbatuk begitu mendengar gumaman pelan kekasihnya itu. Kini wajah Gaara berwarna merah, bukan hanya pipinya.

Matsuri menunduk malu. Ia menggerutui dirinya yang begitu ceroboh. Bisa-bisanya ia dengan tidak sengaja bergumam hal memalukan seperti itu. Ia benar-benar malu. 'Baka-baka-baka!' batinnya kesal pada dirinya sendiri.

"Matsuri!" seru Gaara yang sudah menenangkan dirinya. Wajahnya sudah tidak merah lagi. Ia menatap kekasihnya itu dengan pandangan kagetnya. Tapi yang ia lihat adalah wajah Matsuri yang memerah dan raut wajah seperti menyesal.

Entah kenapa, Gaara malah terpaku pada Matsuri. Ia terlihat begitu manis dengan wajah merahnya. Muncul rona merah tipis di wajah Gaara lagi. Sangking terpakunya, Gaara tidak mendengarkan atau lebih tepatnya mengabaikan seruan kemenangan dari permainan baseball yang sedang mereka tonton itu.

Gaara pun menyentuh tangan Matsuri. Yang disentuh pun langsung menatap Gaara dengan bingung. Entah apa ini perasaan Matsuri saja atau tidak, wajah Gaara dengan perlahan mulai mendekati wajah Matsuri.

"Matsuri," ucap Gaara lembut. Wajahnya kini semakin dekat dengan wajah Matsuri. Gaara memejamkan matanya.

"Gaa–ra–kun," Matsuri terbata. Wajah Gaara sudah benar-benar dekat. Matsuri bisa merasakan napas hangat Gaara menyentuh wajahnya. Ia pun mulai memejamkan matanya.

Mereka bedua berdebar-debar!

Yap, sedikit lagi!

Dan...

Ting... Tong...

"Kyaaa!" Matsuri sedikit memekik. Mereka berdua langsung memisahkan jarak diantara mereka begitu mendengar suara bel rumah Gaara. Wajah mereka berdua sama-sama merah.

Gaara pun bangun dari duduknya. "Aku lihat dulu," ucapnya mencoba tenang. Gaara pun berjalan menuju pintu rumahnya.

"Siapa?" tanyanya datar.

"Ini aku Naruto! Ada Sasuke dan Kiba juga!"

"Yahoo!"

"Hn. Cepat buka pintunya."

Gaara pun langsung menoleh pada Matsuri. Raut wajah Gaara begitu panik. Walaupun teman-temannya tau kalau Matsuri adalah pacarnya, tetap saja Gaara masih malu-malu. Apalagi kalau sampai temannya tau jika Gaara mengajak Matsuri ke rumahnya dan mereka hanya berdua saja. Ia bisa di goda habis-habisan.

Matsuri yang mengerti tatapan Gaara pun langsung bersembunyi menuju dapur kediaman Sabaku. Gaara merasa tidak enak pada Matsuri. Tapi mau bagaimana lagi? Ia pun terpaksa harus seperti ini.

Sebelum membukakan pintu, Gaara menyembunyikan sepatu Matsuri di laci sepatu yang ada didekatnya. Gaara pun membukakan pintu rumahnya.

"Lama sekali," ucap pemuda berambut raven berwarna hitam dengan datar. Wajahnya datar tetapi tetap menawan dengan mata onyxnya, Uchiha Sasuke.

"Yahoo! Maaf menggangu Gaara!" ucap pemuda berambut cokelat jabrik dengan tattoo taring berwarna merah di kedua pipinya, Inuzuka Kiba.

"Yosh. Ayo cepat masuk! Di luar panas sekali," ucap pemuda berambut kuning jabrik yang ada di antara temannya. Matanya berwarna biru dan terdapat tiga coretan seperti kumis kucing di kedua pipinya, Uzumaki Naruto.

Gaara dengan malas mempersilahkan mereka masuk. Setelah melepaskan sepatu masing-masing, langsung saja ketiga pemuda itu masuk dan duduk di sofa hijau Gaara dengan... er... brutal. Ah iya! Pengecualian untuk pemuda berambut raven itu.

"Rumahmu sejuk sekali," ucap Naruto yang menyenderkan badannya pada sofa empuk itu. Gaara pun hanya menghela napas dan menghampiri teman-temannya itu. Ia duduk di pinggir.

"Ada apa kalian kemari?" tanya Gaara malas. Ya, malas. Mereka telah mengganggu dirinya dan Matsuri.

"Hanya berkunjung," jawab Naruto singkat.

"Kami bosan. Liburan kali ini tidak ada yang spesial. Kami pun membuat daftar kunjungan selama liburan. Kemarin kami kerumah Neji, dan hari ini adalah kunjungan ke rumahmu," jelas Kiba panjang.

Gaara pun menatap Sasuke. Menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia tidak percaya kalau Sasuke bersedia ikut dalam kegiatan konyol yang dibuat oleh Naruto dan Kiba.

"Aku dipaksa," ucap Sasuke yang mengerti atas tatapan Gaara. Ia ingin meluruskan kebenaran yang terjadi. Gaara pun mengangguk percaya. Tidak mungkin seorang Uchiha dengan sukarela mau ikut hal konyol seperti ini. Pasti ada ancaman tertentu.

"Ah, aku haus sekali!" seru Kiba memberikan kode ringan kepada Gaara.

"Sudah datang jauh-jauh tidak disuguhi minuman?" ucap Naruto yang memberikan kode keras pada Gaara.

Gaara pun menggerutu dalam hatinya. 'Siapa yang suruh kau datang?' batinnya kesal.

"Gaara, kau sendirian saja?" tanya Naruto mengedarkan pandangannya.

"Hn." Gaara mengangguk dengan agak panik.

"Kenapa ada dua gelas?" tanya Sasuke sambil menunjuk dua buah gelas berisikan teh ocha yang ada di atas mejanya.

Dan Gaara pun tambah panik.

"Itu–"

"Hei Gaara! Aku benar-benar haus nih!" seru Naruto mengagetkan Gaara.

"Hn." Gaara pun segera mengangkat gelasnya dan gelas Matsuri menuju dapur tanpa menjawab pertanyaan Sasuke. Ia selamat. Untung saja tidak ketahuan.

Sesampainya di dapur, Gaara melihat Matsuri yang kini sedang mengaduk teh ocha buatannya. Matsuri membantu Gaara membuatkan tiga gelas minuman untuk tamu kekasihnya itu.

"Ah, Gaara-kun!" ucap Matsuri pelan. Ia tersenyum dan menyodorkan nampan berisikan tiga gelas minuman pada Gaara.

"Arigatou, Matsuri," Gaara tersenyum lembut pada Matsuri. Kekasihnya itu mengangguk pelan. Gaara pun kembali ke ruang tamu.

Matsuri pun duduk di kursi makan. Ia merasa mulai mengantuk. Matsuri pun tertidur. Sedangkan Gaara sedang melayani teman-temannya yang sedang bertamu itu.

Kencan mereka terganggu, eh?

\= Sweet Home Dating =/

"–ri, Matsuri," Gaara membangun Matsuri yang kini sedang tertidur dengan pulas. Menggoncang pelan badan mungil Matsuri.

Matsuri pun terbangun. "Ah, Gaa–ra–kun, hoam," ucapnya lalu menguap lebar.

Gaara tertawa kecil. "Kau itu perempuan. Jangan menguap lebar begitu," ucap Gaara sambil mengacak-acak rambut cokelat Matsuri.

Matsuri pun menunduk malu sambil merapikan rambutnya. Wajahnya menjadi merah lagi. Gaara yang melihatnya pun tersenyum lembut. 'Matsuri memang sangat manis,' pikir Gaara.

"Gomen, ne? Kau jadi menunggu lama karena teman-temanku. Kau juga sampai ketiduran," ucap Gaara yang merasa bersalah.

Matsuri menggeleng sambil tersenyum lembut. "Daijoubu, Gaara-kun!" katanya riang.

Memang sudah satu jam lebih teman-teman Gaara datang dan mengobrol. Gaara sudah berusaha mengusir teman-temannya dengan cara halus. Tapi apa daya? Mereka sangat keras kepala, apalagi si Uzumaki. Pengecualian untuk si Uchiha.

Dan sekarang mereka sudah aman. Mereka bisa melanjutkan aktivitas tertunda tadi dengan tenang.

Eh?

Dan benar saja. Gaara pun mulai mendekatkan wajahnya lagi pada Matsuri. Melanjutkan apa yang tadi belum terjadi. Dengan malu-malu, Matsuri pun memejamkan matanya. Menunggu wajah Gaara yang menghampirinya.

Yap. Tinggal beberapa milimeter lagi!

Dan...

Ting... Tong...

Ada tamu lagi.

"Huh. Siapa lagi?!" ucap Gaara yang mulai kesal. Aktivitasnya terganggu lagi.

Matsuri hanya terkekeh kecil. "Sudahlah, Gaara-kun. Coba lihat dulu tamumu!" ucap Matsuri sedikit mendorong Gaara.

Gaara pun dengan malas menghampiri pintu rumahnya lagi. Entah kenapa, Matsuri malah mengikutinya. Dengan berat hati, Gaara menanyakan hal yang sama pada ketiga temannya tadi.

"Siapa?"

"Ini aku Sasori. Gaara, ya? Cepat buka pintunya. Panas sekali!"

Dan lagi-lagi Gaara menatap Matsuri dengan panik. Begitu pun juga dengan Matsuri. Kali ini lebih bahaya daripada teman-teman Gaara. Akasuna no Sasori adalah kakak kelas mereka yang terkenal dengan 'mulut ember'-nya. Kalau sampai Sasori tau jika mereka hanya berdua saja, akan menjadi masalah besar. Sasori sangat tidak bisa menjaga rahasia. Ia akan menceritakannya pada semua orang, termasuk nenek Chiyo yang tak lain adalah neneknya sendiri.

"Hei?! Kenapa kau diam saja? Aku buka paksa ya!" dan sepasang kekasih itu semakin panik. Tanpa berpikir panjang, Matsuri pun langsung bersembunyi di belakang sofa hijau. Berharap supaya Sasori tidak menyadari kehadirannya.

Clek.

Dan pintu pun terbuka.

"Ah, panas sekali!" ucap Sasori yang masuk kedalam rumah Gaara. Ia membawa bungkusan berwarna merah.

"Apa itu?" tanya Gaara sambil menatap bungkusan merah yang Sasori bawa.

"Oh, ini?" tanya Sasori sambil mengangkat bungkusan merah yang ia bawa. "Ini boneka kayu Kankurou yang sudah aku kombinasikan dengan boneka kayuku. Aku ingin menunjukkannya pada Kankurou," ucap Sasori lalu melepaskan sepatunya dan masuk ke ruang tamu Gaara begitu saja.

Gaara memutar kedua bola mata hijaunya dengan malas dan mengikuti Sasori. Yang membuatnya panik adalah, Sasori duduk di sofanya –tempat Matsuri bersembunyi di belakang sofa.

"Kalau kau ingin mencari Kankurou-nii, ia sedang keluar dengan Temari-nee. Jadi, pulanglah!" ucap Gaara tanpa basa-basi langsung mengusir Sasori.

"Kau jahat sekali!" ucap Sasori dengan manja lalu cemberut. Gaara jijik melihatnya.

"Jadi kau hanya sendiri? Menyedihkan," ucap Sasori lalu mengambil remote televisi dan menyalakannya.

Gaara menatap Sasori dengan tatapan kesal. Sudah mengganggunya dengan Matsuri, masuk dengan sembarangan, menghinanya, dan sekarang menonton televisi dirumahnya? Benar-benar menyebalkan.

"Pulanglah," ucap Gaara datar.

Sasori melirik Gaara sebentar dan pandangannya kembali pada televisi. "Aku ingin menemanimu. Kau kan sendirian. Rumahmu sepi, loh. Hati-hati ada begal!" ucap Sasori tertawa garing.

"Kubilang pulanglah!"

"Tunggu, Gaara! Tidak bisakah kau mengerti aku?" ucap Sasori yang kini mulai berlebihan.

"Aku sama sepertimu. Kita sama-sama berambut merah dan tampan. Bahkan nasib kita sama! Aku juga sendiri dirumah. Nenek Chiyo pergi entah kemana. Rumahku sepi. Aku takut di begal. Huhuhu," Oke. Sasori mulai out of character.

"Kumohon sebentar saja. Dengarkan curahan hatiku!" pinta Sasori yang memberikan puppy-eyes pada Gaara sambil menepuk sofa disampingnya. Mengisyaratkan agar Gaara duduk di sampingnya.

Diam-diam, Gaara melihat Matsuri yang ada dibelakang sofa. Matsuri mengedipkan mata kirinya pada Gaara, menandakan untuk meladeni Sasori. Gaara merasa bersalah dengan Matsuri. Dengan sangat terpaksa, Gaara pun meladeni permintaan kakak kelasnya itu.

Sasori pun mulai bercerita panjang lebar pada Gaara. Menceritakan apa pun yang bisa ia ceritakan. Mulai dari misi tersembunyinya dengan Deidara saat menguntit kencan Pein dan Konan, sifat pelit yang dimiliki Kakuzu, ajaran Dewa Jashinnya Hidan, kekonyolan Tobi dan Zetsu, pesona Itachi yang membuatnya iri, dan Kisame yang marah padanya saat Sasori tidak sengaja membunuh ikan kesayangannya. Jangan lupakan juga tentang boneka dan begal!

Dalam waktu 20 menit, Gaara harus sabar mendengarkan apa yang diceritakan Sasori. Dibelakang sofa, Matsuri pun senyum-senyum sendiri mendengarkan cerita Sasori yang lucu itu. Setelah itu, Sasori pun pulang dan menitipkan bungkusan merah pada Gaara.

Akhirnya, mereka bisa berdua lagi.

"Ah, pegalnya!" ucap Matsuri yang muncul dari belakang sofa sambil merenggangkan otot-ototnya.

"Gomenasai. Lagi-lagi aku harus membuatmu menunggu lama," ucap Gaara yang merasa bersalah lagi.

"Daijoubu, Gaara-kun. Aku mengerti, kok!" ucap Matsuri menghampiri Gaara. Ia menepuk pelan bahu Gaara dan tesenyum manis padanya.

Gaara sudah tidak bisa menahannya lagi. Ia pun memegang bahu Matsuri dengan kedua tangannya. Mata mereka saling bertatapan. Gaara pun menghampiri wajah Matsuri. Gerakannya lebih cepat. Mereka berdua menutup mata.

Dan...

Ting... Tong...

Untuk ketiga kalinya, mereka gagal.

Matsuri tertawa canggung melihat Gaara yang wajahnya kini sudah merah padam. Gaara marah!

Clek. Pintu terbuka dan memunculkan Kankurou serta Temari. Mereka sudah pulang rupanya. Berarti aktivitas Gaara dan Matsuri benar-benar berakhir.

"Tadaima!" ucap Kankurou dengan semangat. Dibelakangnya ada Temari yang sedang membawa barang belanjaan.

"Kankurou! Aku tau kau menang, tapi tega sekali kau membiarkanku membawa ini semua?!" ucap Temari yang emosi pada adiknya itu.

"Kan sudah kesepakatan, kalau yang kalah akan membawa semua belanjaan. Hahaha!" Kankurou pun tertawa penuh kemenangan. Temari hanya mendengus kesal. Entah permainan apa yang mereka buat.

Langkah Kankurou dan Temari pun berhenti begitu melihat Gaara dan Matsuri. Gaara yang terlihat kesal dan Matsuri yang mencoba menenangkan Gaara. 'Ada apa dengan mereka?' batin Kankurou dan Temari bersamaan.

"Hai, Kankurou-senpai, Temari-senpai," sapa Matsuri agak canggung pada kedua kakak kekasihnya itu.

"Hai, Ma–tsuri," sapa Kankurou yang aneh melihat Gaara.

"Gaara, kau kenapa?" tanya Temari to the point. Temari menatap Gaara dan Matsuri bergantian.

"A-Ano, i-itu," Matsuri pun bingung mau jawab apa.

"Kalian bertengkar?" tanya Kankurou dengan khawatir.

Gaara sudah tidak bisa membendung amarahnya lagi. "Urusai!" dan Gaara pun langsung menarik tangan Matsuri menuju kamarnya yang ada di lantai dua itu.

Temari dan Kankurou hanya bisa saling bertatapan dengan bingung.

'Aku jadi penasaran!'

\= Sweet Home Dating =/

Clek.

Gaara menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Ia benar-benar kesal hari ini. Semua orang mengganggunya. Dan ia merasa bersalah pada Matsuri.

Sedangkan Matsuri, ia sedang memandangin kamar kekasihnya itu. Kamar yang luas dan rapih. Meja belajar Gaara sangat rapih. Bukunya berjejer rapih di rak bukunya. Gitar kayu dan gitar listrik milik Gaara juga terpajang rapih di sudut ruangan. Yang merusak pemandangan adalah tempat tidur Gaara yang agak berantakan. Wajar saja, Gaara kan laki-laki. Matsuri tertawa kecil.

"Matsuri,"

Matsuri yang tadinya membelakangi Gaara pun berbalik badan menghadap Gaara yang berada satu meter di depannya. Gaara masih berdiri di depan pintu.

"Aku minta maaf. Aku benar-benar minta maaf," ucap Gaara menyesal. Ia menundukkan kepalanya.

"Kenapa Gaara-kun minta maaf?" tanya Matsuri yang tidak mengerti.

"Aku minta maaf. Gara-gara aku, kau harus menunggu lama. Kau terganggu oleh tamu-tamuku. Meskipun aku juga terganggu, tetap saja ini salahku," jawab Gaara mengangkat kepalanya dan menatap Matsuri.

"Seharusnya aku bisa mengusir mereka. Aku sangat payah. Padahal ini adalah pertama kalinya kau datang kerumahku. Aku ingin membuat momen yang indah untukmu. Aku merusak waktu kita. Aku bukan kekasih yang baik," ucap Gaara lagi. Ia kembali menunduk.

Matsuri terpesona melihat Gaara. Ia tidak menyangka kalau Gaara begitu memikirkan perasaannya. Yah, walaupun sebenarnya Matsuri tidak terlalu ambil pusing. Tapi Gaara benar-benar merasa bersalah. Memang bukan salahnya juga sih, tapi ia mau mengakui kesalahannya dan tidak menyalahkan orang lain.

Benar-benar kekasih yang baik!

Matsuri tersenyum lembut. "Tidak, kok! Menurutku, Gaara-kun adalah kekasih yang baik!" ucap Matsuri lembut sambil memandang Gaara dengan malu-malu.

Mendengar pernyataan Matsuri, Gaara pun mengangkat kepalanya.

Matsuri pun berlari menuju Gaara.

Memeluk Gaara dengan lembut.

Dan,

Cup.

"Aku menyayangimu, Gaara-kun!" ucap Matsuri tulus sambil tersenyum manis pada Gaara yang kini membelalakkan matanya.

Gaara pun membalas senyuman Matsuri. "Aku juga menyayangimu, Matsuri."

Dan Gaara pun mencium bibir mungil Matsuri dengan lembut.


.

.

.

The End

.

.

.

OMAKE:

Kankurou dan Temari sedang duduk di sofa hijau yang empuk itu. Menonton acara televisi sambil sesekali memakan cemilan yang mereka beli. Mereka juga tertawa dengan keras karena acara yang mereka tonton sangat lucu.

"Oh ya. Temari-nee, Kaa-san kemana ya?" tanya Kankurou dengan mulut yang penuh dengan cemilan.

"Telan dulu makananmu!" tegur Temari yang paling tidak suka melihat orang berbicara dengan makanan yang penuh di mulutnya.

"Bukannya Kaa-san pergi?" Temari malah balik bertanya.

"Sepertinya," ucap Kankurou yang sudah menelan makannya itu. Lalu, ia mengambil gelas berisikan teh ocha dinginnya dan meminumnya.

"Berarti saat kita pergi, Gaara sendiri?" tanya Temari lagi dengan santai.

"Benar. Dan saat kita datang, ada Matsuri," ucap Kankurou yang juga santai sambil membuka cemilan lagi.

"Eh?"

Kankurou dan Temari langsung berpandangan. Mereka baru menyadari sesuatu. Tatapan mereka penuh dengan kecurigaan.

"Berarti dari tadi mereka hanya berdua!" ucap Temari heboh.

"Dan sekarang mereka ada di kamar Gaara karena kita sudah pulang!" balas Kankurou tak kalah heboh.

Wah... wah... wah...

Kedua orang itu saling bertatapan. Mereka tertawa dengan penuh arti. Entah apa yang mereka pikirkan. Sepertinya sesuatu yang tidak-tidak.

.

.

.

Really The End

.

.

.


Author's Note:

Aloha minna-saaaaaaan!

Ah, sudah lama sekali ga buat fanfiksi. Sepertinya lebih dari setahun. Habisnya aku gabisa log in bahkan membuka situs FFn, sih. Dan senangnya sekarang bisa log in. Aku benar-benar kangeeeen. Ada yang kangen aku ga? Sini aku peluk-hangat! #plak

Datang-datang, aku malah buat cerita macam ini. Malunyaaaaaa. Ehehehe. Gimana dengan ceritanya? Aku dapet inspirasi ini dari omake di komik buatan Kuze Mizuki. Tapi serius deh, ceritanya beda banget kok!

Sasori disini OoC banget ya? Maaf untuk para penggemar Sasori. Habisnya Sasori terlihat lebih lucu kalau manja dan berlebihan seperti itu, hehehe! Ohya, kalian juga harus lebih hati-hati ya! Jangan suka pulang malam. Bahaya!

Karena gabisa buka situs FFn, jadi aku gabisa lihat review atau pun PM dari yang mereview atau pun yang mengirim PM. Setelah aku cek, banyak yang menanyakan kelanjutan The Girls vs The Boys, After School, dan Spring of a Fourteen Years Old.

Aku jelaskan satu-satu ya!

Spring of a Fourteen Years Old

Chapter 3 sudah dalam tahap akhir. Secepatnya akan aku publish. Rencananya aku mau ubah judul karena sebenarnya fanfiksi ini adalah hadiah buat temanku yang umurnya bukan 14 tahun lagi. Tapi jalan cerita tetep sama kok!

After School

Tenang aja. Aku ga bakal discontinued cerita ini kok. Masa aku discontinued untuk kedua kalinya? Aku sudah merancang alurnya sampai tamat. Secepatnya aku akan mengetik ceritanya. Bersabarlah!

The Girls vs The Boys

Ano. Gimana ya? Untuk cerita ini, aku sendiri pun masih bingung. Aku sudah mengetik setengah chapter selanjutnya, tiba-tiba aja ada yang bilang kalau songfic gaboleh di FFn. Aku jadi bingung karena di fanfiksi ini banyak lagu-lagu yang aku tuliskan. Aku juga ga lupa kasih tau penyanyinya kok! (kayaknya sih #plak) Jadi aku masih pending fanfiksi ini.

Itu saja penjelasan dariku. Terima kasih atas dukungan kalian selama ini. Aku jadi terharu, hehe. Terima kasih juga sudah mau membaca fanfiksi come-back ini. Aku harap aku bisa terus berkarya. Tetap dukung aku ya, minna-san!

Thank You For Read and Let's Review!