Another Chance

.

.

Author: MY98 dan (Kim Heeya)

Cast:

Park Jimin as Jimin (24 Tahun)

Kim Taehyung as Taehyung/V (24 Tahun)

Jeon Jungkook as Jungkook (24 Tahun)

Etc.

Rating : T

Genre :Romance, Humor, Hurt/Comfort

Disclaimer: BTS itu milik BigHIt ent, tapi jimin milik saya! ._.

Warning! : Typo bertebaran! Penggunaan bahasa tidak sesuai dengan EYD! Gaje!Cerita pasaran! Aneh! OOC! Yaoi!

.

.

.

Happy reading ^_^

.

.

.

_Another Chance_

.

.

.

Seoul Park, 04.55 pm KST

"Kookie-ah!"

Jungkook membuka matanya dengan malas dan menggerakkan kepalanya yang bertengger dengan manis di pundak pria yang sedang cemberut di sampingnya itu. "Hmm..?" gumamnya pelan, menyahuti rengekan pria imut yang tak lain adalah pacarnya sendiri. "Ya! Cepat angkat kepalamu itu, aku malu!" seru Jimin sambil menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak melihat orang yang berlalu-lalang di taman sore itu.

"Kau hanya paranoid, Sayang.." ujar Jungkook, masih menyamankan kepalanya di pundak Jimin. "Lagipula, kenapa kau harus malu? Kau itu pacarku tau!" Jimin mengerang. "Tapi tetap saja, aku malu!"

Jungkook seketika menarik kepalanya dan duduk tegak di bangku taman itu. Dia lalu menatap Jimin dengan tatapan tak percaya. Namun, detik berikutnya tawa renyah keluar dari mulut Jungkook ketika mendapati Jimin dengan wajahnya yang sudah seperti kepiting rebus. "Aigoo, Jimin-ah! Kau lucu sekali! Kau benar-benar imutt!" seru Jungkook sambil mencubit kedua pipi pacarnya itu.

"Aaa, Jungkook pabboya! Lepaskan pipikuu! Sakiit!"

"Tidak mau! Kau, Park Jimin, kenapa masih malu-malu saat sedang bersamaku? Kita sudah empat tahun menjalin hubungan, Sayangg." Sungut Jungkook, masih tetap mencubit kedua pipi Jimin. "I-itu berarti.. iish, lepaskaan!" Jimin berusaha melepaskan kedua cubitan Jungkook di pipinya. "Tidak! Lanjutkan dulu perkataanmu! Berarti apa, hah?!"

Jimin menggigit bibir bawahnya. Pria imut itu lalu mendesah pelan, membuat Jungkook tersenyum lebar. "Eng.. i-itu berarti.. err cintaku.." Jimin menggantung kalimatnya. "Cintamu kenapa?" tanya Jungkook tak sabaran. Jimin menggerutu tak jelas, namun akhirnya dengan sedikit jengkel ia menyudahi kalimatnya.

"Cintaku padamu masih sama besarnya seperti kita pertama kali bertemu, bodoh! Sekarang lepaskan pipikuu!" pekik Jimin seraya menyentakkan tangan Jungkook dari pipinya. Jungkook terdiam mendengar perkataan Jimin, ia menatap dalam pacarnya itu, yang otomatis membuat Jimin tertunduk. Entah mengapa hati Jungkook terasa hangat. Ah, ternyata mereka berdua sama saja. Cinta yang mereka miliki sama sekali tidak berkurang sejak empat tahun yang lalu.

"Ah, benarkah?!" seru Jungkook akhirnya, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Jimin. Yang ditanya tidak menjawab, Jimin masih menundukkan kepalanya dalam. "Yaa, Jeon Jimin, jawab pertanyaanku!" mendengar perkataan Jungkook, pria imut itu otomatis mengangkat kepalanya dan menatap pacarnya dengan terperangah. "Se-sejak kapan namaku menjadi Jeon Jimin?" protes Jimin tak terima.

Ctak!

"Aa, sakit! Yaa!"

"Kau, hebat sekali mengalihkan pembicaraan!" ujar Jungkook setelah menyentil kening Jimin lumayan keras. "Tapi.. well, namamu memang akan berubah menjadi 'Jeon Jimin' secepatnya, sayang.." Jungkook menatap lurus ke manik mata Jimin. Perlahan, bibir pria itu membentuk sebuah garis melengkung, sebuah senyuman. Sedangkan Jimin, terlalu shock untuk menyadari pergerakan kedua tangan Jungkook.

Grep.

Chu ~

Jungkook menabrakkan (?) bibirnya lembut ke bibir merah muda milik Jimin. Jimin yang awalnya shock akan kelakuan Jungkook, perlahan mulai memejamkan matanya dan membalas ciuman pacarnya itu, seakan lupa akan keadaan sekitar taman. Well, lebih tepatnya tak mempedulikan keadaan sekitar. Cukup lama mereka saling menyatukan bibir dalam ciuman lembut yang hanya di dasari cinta hingga akhirnya kebutuhan akan oksigen memaksa mereka untuk memisahkan diri.

"Terima kasih.." bisik Jungkook sambil menempelkan keningnya ke kening pujaan hatinya. Jimin tak menjawab, ia malah menundukkan kepalanya. "Terima kasih telah mencintaiku seperti ini.." ulang Jungkook sekali lagi. Kali ini, Jimin hanya mengangguk pelan. Jungkook lalu bangkit dari duduknya dan mengulurkan tangannya ke arah Jimin.

"Ayo, ku antar kau pulang. Hari sudah beranjak malam."

.

_Another Chance_

.

Incheon Airport 05.45 pm KST

Seorang pria tampan melangkah keluar dari gerbang kedatangan luar negri. Pria itu mengenakan kacamata hitam dan coat bewarna senada yang tampak mendorong sebuah trolli dan menyandang sebuah ransel hitam di punggungnya.

Ia lalu mengedarkan pandangannya di sekitar bandara tersebut. Dan tak lama kemudian ia lalu kembali mendorong trolli nya menuju keluar bandara sedari merenungi penyebab ia kembali ke Korea Selatan ini.

_Flashback_

Tokyo, Jepang.

2 Tahun yang Lalu

"Ya, apa kau bodoh, hah?! Dia itu juga seorang laki-laki!"

Mr. Kim menatap anaknya tak percaya. Sedangkan anak satu-satunya itu kembali menatapnya dengan tatapan dingin, seperti biasanya. "Jodohkan aku dengannya ayah, nikahkan kami. Dan aku berjanji akan merubah sifatku ini." Sahut pria muda itu, meyakinkan Mr. Kim.

Mr. Kim hanya bisa mendesah pelan, "Baiklah, ayah akan menjodohkanmu. Tapi, sebelumnya kau sudah harus merubah sifatmu sebelum bertemu dengannya."

"Baiklah. Terima kasih ayah, aku berjanji akan merubah sifatku."

_End of Flashback_

Setibanya di luar bandara, pria itu langsung menemukan utusan ayah nya yang di suruh untuk menjemputnya. Utusan ayah nya itu lalu menuntunnya menuju sebuah limousin. Karena sudah saking letihnya, pria itu langsung menghempaskan punggungnya ke kursi limousin tersebut.

"Aku harap keputusanku untuk mengejar cintaku seperti ini tidak salah."

.

_Another Chance_

.

Park's Mansion, 06.10 pm KST

"Terima kasih, Jungkookie~" Jimin memamerkan deretan gigi putihnya. Jungkook hanya tersenyum dan mengangguk menanggapi perkataan pacarnya. "Iya, sama-sama. Itu sudah tugasku." Senyuman di bibir Jimin tampak semakin melebar. Perlahan Jimin melepas seat-bealt nya, ia lalu kembali memutar tubuhnya dan menatap Jungkook. "Ngg, kalau begitu aku turun dulu. Pai paii ~~"

Cklek.

"Yaa, Park Jimin!"

"Aish, ada apa lagi siih?!" Jimin menatap jengkel Jungkook yang tiba-tiba menarik pergelangan tangannya ketika ia sudah akan keluar dari mobil pria itu. "Ada yang kau lupakan, sayang.." ujar Jungkook sedari tersenyum menggoda. "Goodbye kiss ku mana, hm?" Jimin mengerucutkan bibirnya, "Aish kau ini! Ya sudah, pejamkan matamu!"

Jungkook tersenyum penuh kemenangan mendengar perkataan Jimin. Jungkook lalu menutup matanya perlahan. Jimin menatap wajah tenang pacarnya, ia sudah merasakan wajahnya memanas. Jimin perlahan mencondongkan tubuhnya dan..

Cup.

"Sudah yaa, sayang. Aku pergi dulu, pai paii!"

Jungkook membuka matanya. "Yaa, Park Jimin! Kenapa kau hanya menciumku di pipi sajaa?!" Jimin yang sudah di depan pintu rumahnya menoleh sesaat dan menjulurkan lidahnya. "Kau tidak memintaku untuk mencium di bibirmu kan? Ya aku cium saja pipimu. Sudah ya sayang, pai pai~ Saranghae~~" dan sosok itupun menghilang di balik pintu rumah mewah tersebut.

"Hah, Park Jimin.." Jungkook menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi AUDI TT miliknya itu. Drrt, drrt.. kening Jungkook mengkerut ketika merasakan getaran di saku celananya. Jungkook lalu mengeluarkan handphonenya dan langsung mengangkat telphone itu.

"Ya, Hallo?" sahut pria tampan itu pada orang di sebrang sana. "Ah, Baiklah, aku akan menjemputnya besok. Terima kasih, paman." Jungkook pun memutuskan sambungan telpon tersebut dan lalu tersenyum lebar.

.

_Another Chance_

.

"Aish, lagi-lagi anak itu pergi kencan terlalu lama! Aishh, jinjja!" Namjoon memekik kesal. Pria itu lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur empuk tersebut. "Ahjumma, aku tak yakin dia akan menerimanya dengan lapang dada.. Hahh, apa yang akan terjadi nanti. Apa dia akan gila?"

Namjoon menatap langit-langit kamar tersebut. "Aku tak akan sudi menjenguknya nanti di rumah sakit jiwa walaupun aku akan sangat merasa bersalah." ujar pria itu bermonolog. "Hah, tapi anak itu manaa?!"

Drrt.. drrt..

Mendengar getaran handphone nya, Namjoon langsung bangkit dari posisinya dan merogoh sakunya. "Ya, Hallo?" sahutnya. "Ahh Ahjumma! Ada apa?" Namjoon diam sesaat, mendengarkan perkataan orang di sebrang sana. "APA?!" seru pria itu, kaget. "Ehe, maaf Ahjumma. Tapi.. apa kau yakin..?" tanya Namjoon ragu. "Aa, baiklah, Ahjumma. Ne, pai-pai.."

Bruk!

"Aish, sial! Memberi tahunya besok saja aku masih tak yakin, apalagi sekarang!" pria bermata indah itu lalu mengacak rambutnya. "Aagrhh! Jimin, maaf. Aku hanya tak ingin jadi keponakan yang durharka." ratap Namjoon entah pada siapa.

Krieet..

Namjoon kembali bangkit dari posisi tidurannya dan menatap pintu kamar yang perlahan mulai terbuka. Pria itu lalu menghela nafas sesaat dan..

"Yaa, Park Jimin! Ke mana saja kau, hah?!"

.

_Another Chance_

.

Jimin menyusuri rumah mewahnya sedari bersiul-siul riang, masih bahagia karena dia berhasil mengerjai pacarnya. Sesampainya di depan kamarnya, pria imut itu langsung memutar kenop pintu kamarnya.

"Yaa, Park Jiminl! Ke mana saja kau, hah?!"

"Kyaa, apa yang kau lakukan di sini, Ahjussii?!"

Pletak!

"Ya, kau, panggil aku Hyung! Kita hanya beda satu tahun, bodoh!"

Jimin merengut menatap pria yang lebih tinggi darinya itu. "Issh! Ya sudah, apa mau mu, hah?! Kenapa kau tiba-tiba ada di kamarku? Ah tidak, tepatnya kenapa kau ada di Korea, Kim Namjoon?!" Pria yang dipanggil Namjoon itu hanya menatap sengit Jimin, "Tidak. Sebagai keponakan yang baik dan tidak durhaka, aku hanya menyampaikan pesan dari Park Ahjumma.."

"Apa itu?"

"Kau yakin ingin tau?"

Jimin mengangguk. "Ne, jangan buat aku penasaran seperti ini, Kim Namjoon!" Lagi-lagi Namjoon mendelik kesal, "Aish bocah ini.. apa susahnya memanggilku Hyung, hah?!"

"Sudah ceritakan saja!"

Namjoon menghembuskan nafasnya berat. Pria itu perlahan mengangkat tangannya dan mengurut pelipisnya. "Aku tidak akan tanggung jawab kalau nanti kau pingsan, ya?" Jimin hanya mengangguk tak sabaran. "Kau.." Jimin menaikkan sebelah alisnya. "Aku kenapa..?"

"Kau.. dijodohkan..."

"Ap-apa?!"

"..tidak dengan Jeon Jungkook, tapi dengan pria lain."

"APA KAU BILANG?!"

.

_Another Chance_

.

Park's Mansion 08.00 am

"Park Jimin! Cepat turun, atau aku yang akan menyeretmu ke bawah!

"Aish, jinjja!" Jimin menatap layar IPhonenya dengan mata berkaca-kaca. "Jungkookie, tolong akuu! Bawa aku kabur!" Suara gelak tawa renyah terdengar dari IPhone bewarna putih tersebut. Jimin yang mendengar gelak tawa itu mempoutkan bibinya. "Ya, kau ini kekasihku atau siapa, hah?!" Pria imut itu memekik tak terima. Mendengar teriakan pacarnya, tawa Jungkook otomatis terhenti. Ia menatap mata Jimin melalui handphone nya.

"Dengar sayang, sebaiknya kau turuti saja apa mau ibu dan ayah mu. Mereka pasti ingin yang terbaik untukmu." nasehat Jungkook, bijak. Jimin semakin mempoutkan bibirnya, "Tapi aku tidak mau dijodohkan kalau tidak denganmu!"

Jungkook mendesah, "Nanti kau utarakan lagi ketidak setujuan mu ini pada Park Ahjussi. Aku yakin beliau pasti akan mendengarnya. Ok?" Jimin menatap risih manik mata Jungkook.

"Tapi.."

"PARK JIMIN!"

"Yaaa, Kim Namjoon!" Jimin memekik kaget sekaligus kesakitan. "Lepaskan! Sakiitt!" Namjoon sama sekali tak mengacuhkan pekikan sepupunya itu, dia tetap menjewer daun telinga Jimin yang sudah mulai memerah. "Cepat. Turun. Ke. Bawah. Sekarang. Juga!" ujarnya dengan penekanan di setiap kata.

"Aish, baiklah baiklah! Sekarang, mana handphone ku?!" bentak Jimin, tak terima. Namjoon memasukkan handphone milik pria imut itu ke dalam saku celananya. "Yaa, apa yang kau lakukan, Namjoon?!" mendengar bentakan Jimin, Namjoon masih tetap tenang. "Aku akan memegang handphone mu ini sampai acara ini berakhir."

Jimin membulatkan matanya, "Yaa! Mau mu ini apa sih?! Semalam kau datang dan membawa kabar buruk itu padaku, sekarang kau malah menggangguku! A-"

"Turun. Sekarang!"

Namjoon menatap Jimin dengan datar. Hingga akhirnya pria imut itu mendesah. "Baiklah, tapi kau harus berjanji akan memberi handphone itu padaku nanti!" dan Jimin pun turun mendahului Namjoon. Namjoon menghela nafas panjang, pria itu lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan IPhone milik Jimin dan menatap layar IPhone tersebut.

"Kau, Jeon Jungkook, aku hanya memperingatkanmu. Jangan ganggu Jimin lagi, atau kau akan sakit hati sendiri nantinya."

Pip.

Dan sambungan video call itu pun terputus. Namjoon menaikkan tangan kanannya dan mengurut pelipisnya perlahan. "Ah, ini belum seberapa. Masih banyak halangan lagi.. hahh.." pria tampan itu pun segera merapikan jasnya sebelum menyusul Jimin.

.

_Another Chance_

.

Jimin POV

"Kim Taehyung imnida!"

Jadi ini pria itu? Kim Taehyung?

Hmm, tampan sih.. tapi tetap saja, Jungkookie-ku tak ada tandingannya! Dia tetap pria tertampan di dunia ini.

"Nah, mungkin untuk perkenalan lebih jauh, aku akan meninggalkan kalian berdua dulu." Namjoon Hyung bangkit dari duduknya. "Baiklah, saya permisi dulu, Jimin-ah, Taehyung-ssi." Kutatap punggung pria itu dengan pandangan sengit. Huh, dia menyebalkan sekali!

Kim Namjoon, lihat saja kau! Suatu waktu nanti aku pasti akan membalasmu! Lihat saja, aku berjanji!

"Jadi, Jimin-ssi, apa aku bisa mengenalmu lebih jauh?"

Hah?
Mengenalku lebih jauh?

Cih, seenaknya saja dia berbicara!

Jimin POV END

.

_Anoother Chance_

.

"Tidak, kau tak bisa, Taehyung-ssi." Jimin menatap dingin ke arah Taehyung. Tiba-tiba Taehyung tergelak. "Kau boleh memanggilku V, Jimin-ssi." Jimin mendelik, kesal karena pria di hadapannya ini sama sekali tidak mengindahkan perkataannya.

"Dengar, V-ssi atau Taehyung-ssi atau apapun itu namamu, aku sudah mempunyai pacar dan aku tak akan pernah sudi untuk menikah denganmu. Tidak sama sekali." ujar Jimin dingin dan datar.

"Benarkah?"

Entah kenapa, Jimin merasa ada sengatan ketika mendengar perkataan Taehyung barusan. Jimin lalu menatap Taehyung yang sudah mengeluarkan seringaiannya itu. "Kau tahu, Jimin-ah?" Taehyung perlahan bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Jimin.

"Ya, ya! Apa yang kau lakukan?! Jangan dekat-dekat!"

Seringaian di wajah Taehyung semakin lebar kala mendapati wajah panik Jimin di hadapannya. Ia semakin mendekatkan diri dan mencondongkan tubuhnya ke arah tubuh Jimin yang sudah berada di antara dirinya dan sebuah sofa besar. Entah kenapa, sistem saraf Jimin tidak sejalan dengan otak dan hatinya.

Taehyung mendekatkan bibirnya ke telinga Jimin. "Aku hanya memperingatkanmu untuk berhati-hati dengan kalimat itu, karena kuyakinkan bahwa nantinya kau lah yang akan jatuh padaku, Kim Jimin." Taehyung lalu mengecup daun telinga Jimin dan menarik tubuhnya menjauh.

Jimin terperangah mendengar ancaman itu. Ia terlalu shock untuk bergerak. "Kau mengerti, Kim Jimin?" Jimin baru merespon kala Taehyung kembali bersuara. Jimin langsung bangkit dari posisinya dan..

Plak!

"Dasar pria mesum! Kurang ajar!" bentak Jimin kesal. "Apa yang kau lakukan, hah?! Asal mencium telinga orang saja! Aish Tuhan, apa salahkuu?!" gerutu Jimin. Dia lalu memutar tubuhnya dan berlalu meninggalkan Taehyung seorang diri. "Ya, Kim Jimin, kau mau ke mana?!"

Mendengar teriakan itu, Jimin otomatis kembali memutar tubuhnya, "Bukan urusanmu dan jangan panggil aku dengan nama itu lagi! Namaku PARK JIMIN, Tuan brengsek!" dan kali ini Jimin benar-benar berlalu dari pandangan Taehyung.

"Sebegitu bencinya kah kau padaku, Jimin-ah?"

.

_Another Chance_

.

Jeon's Mansion 10.00 am

Tok Tok Tok!

"Aish, siapa sih yang menggangguku pagi-pagi begini?! Iya, tunggu sebentar!"

Jungkook menggerutu tidak jelas sedari berjalan menuju pintu apartemennya. Tanpa melihat-lihat siapa yang datang, pria itu langsung memutar kenop pintu apartemennya dan membuka pintu itu. "Ya..?"

"Jungkookie!"

Jimin langsung menerubuk tubuh pacarnya itu dan memeluknya erat. "Ji-Jimin? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, masih shock. "Aku benci pria mesum itu! Aku benci Kim Taehyung! Hueee, Jungkookie. Aku benci diaaa!"

Kening Jungkook semakin berkerut mendengar rengekan pacarnya itu. Ia yakin sesuatu yang tak beres telah terjadi. "Kim Taehyung? Kim Taehyung siapa?" tanyanya, berusaha untuk tenang.

"Orang yang dijodohkan denganku itu! Aku sangat membencinya! Huee!"

Jungkook yang sadar akan posisi mereka yang masih berada di depan pintu apartemennya, segera melepas pelukan Jimin. "Ceritakan semuanya di dalam, tidak di sini." Jimin hanya mengangguk pasrah. Ia pun membiarkan tangan Jungkook membimbingnya menuju ruang tamu di apartemen tersebut.

"Jadi, apa yang dilakukannya padamu, sayang?" tanya Jungkook dengan lembut setelah mereka duduk di atas sofa di ruang tamu tersebut. "Dia.. di-dia hiks.. mengecup telingaku.. huee.." Jimin membekap sebuah bantal sedari meluapkan kekesalannya. "Bahkan kau sendiri belum pernah mengecup telingaku, Jungkookie! Aku benci diaa!"

Jungkook terdiam mendengarkan perkataan Jimin. Pria itu perlahan bangkit dari duduknya dan menuju kamarnya, membuat Jimin yang masih terisak di ruang tamu itu kebingungan. "Jungkookie? Kau mau kemana?" ujar Jimin dengan suara paraunya. Tak ada jawaban. "Jungkook.. kau kemana?" Jimin kembali mencoba memanggil Jungkook.

"Yaa, Jeon Jungkook! Jangan ber-"

"Love oh baby my boy. You're my everything, your beauty blinds me. My bride, my present from the heavens above. Are you happy? There's tears flowing from your eyes. Until the day your black hair turns grey. I promise to love you forever."

Jungkook berjalan keluar dari kamarnya sambil membawa sebuah bucket mawar merah dan melantunkan sebuah lagu. Pria itu sudah terlihat rapi dan tampan. Jimin sedikit terkejut menatap Jungkook yang perlahan mendekatinya.

Jungkook berlutut di hadapan Jimin yang masih duduk di atas sofa. Pria itu lalu menyerahkan bucket bunga mawar tersebut pada Jimin.

"All I have to give you is my love. That's all I've got to offer."

Jimin tak bisa berkata apa-apa, namun tangannya perlahan meraih bucket bunga mawar merah tersebut.

"I know I lack many things but not my love. I'll look out and take care of you. Will you promise me just one thing?. No matter what happens. We'll always love each other... That's all."

Kini Jungkook sudah memegang sebuah kotak kecil berbeludru merah, membuat Jimin otomatis menahan nafas beserta air mata harunya.

"Will you marry me? ..." Jungkook menghentikan nyanyiannya. Manik matanya menatap tajam manik mata Jimin. Pria manis itu lalu berbisik pelan, "I do.." Jungkook tersenyum lebar, ia lalu meraih pergelangan tangan kiri Jimin dan melekatkan sebuah cincin di jari manisnya.

"Terima kasih telah menerima lamaranku, Jimin-ah.. aku tahu aku terlambat, tapi, aku tak akan pernah rela kau dimiliki oleh orang lain. Hanya aku yang boleh memilikimu. Sekarang dan untuk selamanya. Kau mengerti?" ujar Jungkook sedari membelai pipi lembut Jimin penuh sayang.

Kali ini tangisan Jimin benar-benar tak bisa di pendam. Pria imut itu mengangguk seraya menahan isaknya. "Menangislah, menangis. Asal tangis yang keluar itu adalah tangis bahagiamu, menangislah sekencang-kencangnya." Ujar Jungkook yang berhasil meruntuhkan pertahanan Jimin.

Jungkook menarik tubuh Jimin dan membekapnya dengan penuh rasa sayang. Mereka terdiam beberapa saat hingga Jungkook memecah keheningan ketika ia rasa Jimin sudah cukup tenang. "Kau tahu, sayang? Awalnya aku takut untuk melamarmu, karena aku fikir setelah bertemu dengan Kim Taehyung itu kau akan berpaling padanya."

Jimin bergerak untuk menyamankan dirinya, "Kau kenal dengan pria mesum itu?" tanya Jimin, sedikit tidak tertarik untuk membahas tentang pria itu. Jungkook mengangguk pelan, "Well, bisa dibilang begitu."

"Sudahlah, kumohon, jangan bahas pria itu lagi, sayang. Lebih baik kita bahas masalah kita sendiri.." Jimin tersenyum menggoda pada Jungkook. "Aduhh, sejak kapan kau jadi nakal begini?" Jungkook menyatukan kening mereka dan tertawa bersama. "Tentu saja sejak aku menjadi calon seorang 'Jeon'!" seru Jimin.

Hening sesaat. "Kau tahu, Kookie-ah?" Jungkook hanya bergumam menanggapi perkataan Jimin, "Aku mencintaimu, Jeon Jungkook! Aku sangat mencintaimu!" Jimin melingkarkan lengannya ke tubuh Jungkook. "Aku juga mencintaimu, Jimin.." Jungkook meraih kedua pipi Jimin dan perlahan menempelkan bibirnya pelan ke bibir pacarnya.

Drrt drrt..

"Aish siapa sih yang mengganggu?!" gerutu Jungkook kesal. Jimin hanya tertawa, "Lebih baik kau angkat dulu telpon itu, Kookie." Jimin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ya, ya. Baiklah!" ujar Jungkook masih sedikit kesal.

"Kim Namjoon." Bisik Jungkook pelan.

"Ya, Hallo?" Jungkook melirik Jimin yang juga menatapnya. "Ya dia bersamaku. Ada apa?" tanya Jungkook sekali lagi. "Ini," Jimin menatap Jungkook bingung ketika pacarnya itu memberikan handphone nya pada Jimin. "Dari Namjoon." Ujar Jungkook.

Dengan sedikit kesal, Jimin menerima handphone itu. Pria itu lalu mendekatkan handphone tersebut ke telinganya. "Ya, ada apa?" jawabnya sedikit takut-takut. "Ya, Park Jiminl! Ke mana saja kau?! Cepat pulang!"

"Ta-"

"Tidak ada tapi-tapian, cepat pulang atau Park Ahjussi dan Park Ahjumma akan membunuhmu!"

"Tidak! Baiklah, baiklah, aku akan pulang!"

.

_Another Chance_

.

TBC

AN : Hehehehe.. xD ini requestan dari 'Girly Jimin'~ Smoga suka yeth~? Untuk yg sudah request sabar yaaa, diusahain secepatnya siap dan di post ^_^ yg mau request, silahkan. tapi harus uke!jimin, Ini dilanjut atau end?
Last one, Review Juseyooo~