Jar of Heart
By WonAhHwang407
...
Naruto (c) Masashi Kishimoto
.
.
.
Hidup menjadi seorang Haruno Sakura adalah yang terbaik untukku, meski aku tak pernah mendapatkan apa yang aku inginkan tapi Tuhan mengerti, ia selalu memberi apa yang aku butuhkan. Di kota ini—Konoha—aku tinggal seorang diri. Di sebuah apartemen berukuran sedang menjadi tempat tinggalku dan bekerja menjadi penyunting di sebuah perusahaan penerbit. Aku menikmati pekerjaanku, meski karena pekerjaan ini juga aku harus berdiam diri lama di dalam kamarku. Aku bersyukur karena ini juga aku tak perlu menjalani hidup yang menyesakkan hatiku di luar sana. Dan aku juga bersyukur masih bisa melihatnya dari jendela kamarku.
Hari ini aku mendapat tugas untuk menyunting sebuah novel, aku tak tahu penulisnya karena tidak tertulis di sini, mungkin saja karena dia masih pemula jadi masih malu untuk menuliskan namanya. Jar of Heart sebuah judul yang membuatku menyunggingkan senyum. Aku mulai menyunting novel itu. Ceritanya menarik dengan kata-kata yang sepertinya akan mampu menggugah hati pembaca. Tak terlalu banyak kata yang kusunting, sepertinya penilaianku tentang penulisnya yang masih pemula harus kubuang karena setelah menyuntingnya aku dapat merasakan perasaan yang ingin disampaikan penulis ini terasa menyentuh hatiku. Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena jalan ceritanya yang hampir sama dengan jalan hidupku.
Ponsel yang ku letakkan di atas meja kerjaku bergetar. Segera aku meraihnya lalu membuka sebuah pesan yang baru saja masuk. Dari Ino dia memintaku ke kantor hari ini karena ada rapat penting. Kuhembuskan napas panjang sejenak kemudian beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beginilah setiap bulan, aku harus pergi ke kantor penerbit untuk rapat. Apalagi kalau bukan untuk kemajuan perusahaan. Karena tergolong masih perusahaan kecil kami harus kerja lebih untuk menjadi sedikit lebih besar dari saat ini.
Kini aku telah berdiri di halte dekat apartemenku. Setelah menengok arloji putih-ku hanya helaan napas pendek yang ku keluarkan. 10 menit lagi baru bus menuju kantor datang. Sebuah mobil hitam mengkilat melewati halte ini. Karena kaca mobil diturunkan aku dapat dengan mudah melihat siapa di dalam mobil itu. Ia bersama dengan seorang gadis di sana. Tangannya mengusap pelan pipi gadis di sampingnya itu.
Setiap kali aku berdiri di sini, kejadian seperti ini selalu terjadi. Ia selalu melewati tempat ini dengan mobilnya yang selalu berganti dan gadis lain yang selalu berganti pula. Aku tak menemukan lagi ia yang dulu. Seperti 10 tahun yang lalu saat aku masih dengannya.
.
.
.
.
Kami yang masih polos memasuki sekolah menengah atas di daerah pinggir kota. Kami sepasang kekasih, kekasihku itu bernama Uchiha Sasuke. Ia tampan, pintar dan tatapan dari mata onyx-nya begitu menawan begitu juga dengan suara bass-nya. Aku gadis biasa dengan rambut berwarna merah muda mencolok, sering kali orang menganggap warna itu adalah hasil cat rambut. Aku tidak cantik, aku memberi kesimpulan seperti itu karena sangat jarang orang memuji wajahku selain ibuku.
Uchiha Sasuke selalu meraih peringkat pertama di kelas sedangkan aku harus puas dengan peringkat kedua. Perlu kalian tahu, hal itu sudah sering terjadi sejak sekolah dasar. Tak apa. Aku puas menjadi peringkat kedua jika yang pertama adalah dia.
Waktu terus berjalan seiring dengan jarum jam yang terus berputar. Perlahan ia mulai mempunyai banyak penggemar di sekolah. Setiap hari puluhan cokelat dan surat cinta ia terima di dalam lokernya. Aku mulai terlupakan. Ia mulai sibuk dengan para penggemarnya namun meski begitu ia tetaplah seorang yang pintar.
Semester demi semester tetap saja ia selalu peringkat satu. Hubungan kami menggantung. Tak ada pernyataan apapun darinya. Bicara pun tak pernah. Aku terlalu malu untuk menyapa terlebih dulu. Karena sejak awal saat ia mulai menerima cokelat dan surat cinta itu aku pun menerima surat ancaman dari dalam lokerku. Mereka memakiku, mengatakan aku tak pantas dengan Uchiha Sasuke yang sempurna itu. Aku mengakui aku memang gadis yang culun. Selain warna rambutku yang aneh, gaya berpakaianku sampai sekarang pun masih seperti dulu, seperti tak mengikuti jaman yang berkembang. Tapi inilah aku.
Akhir sekolah pun tiba, usai ujian dan pengumuman kelulusan kami semua berpisah. Hal yang paling aku ingat adalah di malam prome night itu. Dengan gaun rajutan ibuku aku datang. Gaun selutut berwarna cokelat muda. Rambutku tertata seperti biasa berbeda dengan teman-teman lain yang terlihat glamour. Aku berdiri di sudut ruangan, tempat acara ini diadakan.
"Hai.. kau Haruno Sakura, bukan?"
Seorang gadis dengan gaun merah marumnya yang begitu mempesona. Rambutnya merah memikat dan bibirnya yang tipis terlihat mengkilap karena mungkin ia menggunakan lipgloss. Aku mengangguk membenarkan pertanyaan.
"Kau dulu kekasih Sasuke, 'kan?"
Gadis itu menatapku dalam. Dengan senyuman tipis di bibirku aku menganggukkan kepalaku.
"Aku juga kekasihnya dua bulan yang lalu."
Sontak aku melihatnya tak percaya. Ia tertawa melihat reaksiku itu.
"Jangan melihatku seperti itu, bukan hanya aku tapi banyak yang lain yang pernah menjadi kekasihnya. Idola sekolah itu seorang playboy"
Ia meminum wine di tangannya. Pandangannya tertuju pada Sasuke yang berdiri di kelilingi gadis-gadis itu.
Uchiha Sasuke, ia sudah berubah banyak.
"Kau tersakiti olehnya?"
Pertanyaan itu keluar begitu saja dariku. Gadis itu tersenyum pahit kemudian memandangku dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Mungkin bukan hanya aku, banyak yang lain dan kau juga tentunya." jawabnya.
Perubahan yang tak pernah aku pikirkan itu terjadi. 3 tahun bersama bukanlah waktu yang pendek dan tak panjang pula namun cukup membuatku tak bisa melupakan masa saat bersama dengannya dulu.
.
.
Bus yang aku tunggu datang. Segera aku memasuki dan duduk di bangku belakang. Pagi ini bus sepi. Hanya beberapa orang di bangku depan dan aku sendiri di belakang. Lewat jendela aku melihat mobil hitam Sasuke berjalan pelan. Pandanganku tak mampu lepas darinya. Hingga bus ini melewatinya dan ia tertinggal di belakang.
Kini aku hanya membawa kepingan hati yang sudah remuk. Melangkah di setiap detik dengan senyuman yang sepertinya harus aku sunggingkan bukan ikhlas aku berikan.
7 tahun sejak kelulusan sekolah aku kuliah di Universitas Konoha, berada jauh darinya yang kudengar melanjutkan kuliah di Harvard University. 3 tahun kemudian aku pindah ke apartemen tempat kusekarang. Tak sengaja saat membuka tirai jendela aku melihatnya di apartemen itu, sedang berolahraga. Saat itu aku merasa waktu yang kupunya berhenti sesaat untuk merasakan bulir-bulir bahagia yang meresap ke dalam pori-pori hatiku. Namun sesaat saja semua terhempaskan saat seorang gadis datang dan memeluknya dari belakang, tanpa pikir panjang aku berbalik, menjauh dari jendela kamarnya.
3 tahun kini tak sekalipun kami bisa bertemu langsung. Kami bertemu namun ia tak menyadarinya, hanya aku yang mematung melihatnya.
Tuan Uchiha Sasuke yang pintar, Tuan Uchiha Sasuke yang tampan, dan Tuan Uchiha Sasuke yang playboy cinta pertamaku yang meninggalkan jejak di hatiku yang kemudian menghancurkannya menjadi kepingan-kepingan yang terpecah belah. Aku berdo'a semoga kelak Tuhan mengijinkan kita bisa bersama meski mustahil karena diriku yang seperti ini.
Bus berhenti, aku turun dan segera melangkah cepat menuju kantor. Ino segera menghampiriku seraya tersenyum. Ia mengajakku langsung menuju ruang rapat. Rapat seperti bulan-bulan yang lalu berlangsung selama dua setengah jam kemudian ditutup. Perutku terasa berbunyi sejak tadi karena aku baru menyadarinya jika aku belum sarapan. Ino mengajakku menuju café di lantai bawah kantor, aku menyetujui dan bersama-sama menuju tempat itu. Sambil makan kami bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing; pengalamanku menyunting dan pengalamannya di kantor. Hingga pembicaraan sampai pada novel yang kusunting sebelum berangkat tadi.
"Oh novel itu, penulisnya memang masih baru. Dia pemimpin sebuah perusahaan besar di Konoha ini, kalau tidak salah namanya Uchiha Sasuke."
Satu sendok makanan yang hendak aku masukkan ke dalam mulutku tertahan. Segera aku memandang Ino, ia tengah asik dengan makanannya sekarang. Cukup lama ia baru menyadari aku tengah memandangnya. Ia balas melihatku dengan pandangan yang seolah berkata , kenapa?
Aku menunduk dan tersenyum. Tak menyangka dan mengira penulis itu adalah seseorang yang tak mengerti perasaan namun menulis sesuatu yang seolah begitu mengerti perasaan.
"Kau mengenalnya?"
Ino mengangkat sebelah alisnya lebih tinggi. Aku tersenyum seraya mengangguk.
Duniaku memang sempit, semua selalu berkaitan dengan ia yang bernama Uchiha Sasuke. Namun belum tentu hidup seorang Uchiha Sasuke berkaitan dengan ia yang bernama Haruno Sakura.
FIN
