Black Pearl
(Kidnapped Jongin)
By Reddish
Kai, Sehun dan semua member EXO bukan milik saya tentu saja. Tapi saya begitu mengagumi Kim Jongin, ntahlah kenapa alasannya. Padahal biasanya saya lebih memilih orang-orang yang bukan visual yang ceria.
Selamat membaca ^^
.
.
.
"Jongin?"
Wanita muda di hadapannya mengangguk antusias.
"Siapa dia?"
"Kau tak tahu?" tanya wanita itu dengan wajah tak percaya.
Dia tak menjawab hanya memberi tatapan tajam, padahal hampir seluruh wajahnya tertutup hanya menyisakan sepasang matanya saja, tapi wanita di hadapannya langsung merinding mendapat tatapan tajam itu.
"Mianhae..." wanita itu menundukkan kepalanya. "Dia adalah Kim Jongin, salah satu member boyband paling populer saat ini. Dia sangat luar biasa, dan aku sungguhan jatuh cinta padanya. Aku bersedia membayarmu semahal apa pun asal aku bisa bersamanya."
Dia memutar-mutar foto di tangannya, menerka-nerka apa menariknya pria berkulit tan di foto itu sampai membuat gadis cantik dan dari kalangan baik-baik ini berani bertemu dan membayarnya mahal? Tak banyak orang yang berani bertemu dengannya, kecuali mereka orang-orang di dunia hitam. Bahkan ia sendiri tak tahu kenapa gadis ini bisa menemukannya. Aktor layar hitam yang cukup terkenal. Tentu saja pekerjaannya tak jauh-jauh dari dunia hitam, seperti ya culik menculik. Dan ia cukup berbangga karena ia tak pernah gagal. Tapi ini pertama kalinya korbannya harus seorang public figure.
"Aku sungguh-sungguh akan membayarmu mahal..." wanita itu sepertinya menangkap keraguannya.
"Baiklah..." ya dia tentu saja takkan menolak kalau itu demi uang.
"Aku akan memberimu data-datanya. Setelah menculiknya, kau bersembunyi dulu, buat jejaknya hilang, setelah itu aku akan menemuimu dan dia akan mendapat identitas baru."
"Tunggu dulu, aku memang tak terkalahkan dalam menculik atau membunuh sekali pun, tapi mencuci otak aku..."
Wanita itu tersenyum, "Tentu saja kau tak bertugas untuk itu, soal cuci otak itu serahkan padaku. Kau hanya perlu menculik dan mengamankannya beberapa saat. Selanjutnya itu urusanku."
Kembali dia menatap dalam wanita itu, sedikit tak percaya ada orang dengan pikiran sejahat itu. Tapi kembali itu bukan urusannya kan? Yang ia butuhkan hanya uang, selainnya ia tak peduli. Tak boleh peduli lebih tepatnya. Lagipula ia bukannya jahat juga kan?
"Jadi?" wanita itu bertanya keputusannya.
Dia berdiri dan mengulurkan tangannya. "Deal.."
Wanita itu terlihat sumringah dan balas menjabat erat tangannya.
.
.
.
"ingat Kim Jongin jangan lama!"
Pemuda berwajah unik itu tersenyum sedikit dan membungkuk pada manajernya.
Setelah sang manajer berlalu, ia cepat-cepat masuk ke dalam toilet. Bernapas lega. Ia sungguh lelah, sangat lelah. Ia butuh istirahat yang sangat banyak, tapi jadwal padat itu menghalanginya. Manajernya bilang itu sudah resiko, dan ia tak bisa mengeluh karena ini impiannya kan? Hmmm impian? Jongin menghela napas berat.
Ia hanya cinta menari, dan para penari di layar Televisi itu membiusnya, ia ingin menjadi bagian mereka tanpa tahu ternyata selelah ini. Bukan hanya fisiknya, juga hatinya. Ia jarang bertemu keluarga, teman-teman apa lagi. Belum lagi fans yang tak pernah memberinya ruang gerak yang lapang. Ke mana pun pergi ia bagai dikuntit.
Jongin berjalan pelan dan membuka salah satu bilik, ia tersentak dan langsung menutupnya kembali.
"Mianhae... saya kira tak ada orang..."
Pintu bilik itu terbuka lagi seseorang keluar dari dalam. Untuk beberapa saat jongin hanya bisa terpana. Ia mengira bahwa orang itu pasti salah masuk toilet. Dia wanita kah? Tapi begitu suaranya terdengar jongin langsung tahu bahwa dia hanya lah namja berparah manis.
"Tak apa.. salahku tak mengunci biliknya.." dia tersenyum, manis sekali. Dan Jongin bersyukur sekali, namja ini sepertinya tak mengenalinya sebagai member boyband terkenal, karena ekspresinya tak berubag sama sekali.
Pemuda itu kemudian melangkah menuju wastafel, sementara Jongin masih menimbang-nimbang untuk segera kembali ke ruangannya atau melanjutkan rencananya untuk sedikit menenangkan diri di salah satu bilik toilet.
"Maaf..."
Jongin menoleh, si pemuda itu sedang tersenyum malu dan menggaruk belakang kepalanya. Benar-benar manis, jongin yakin dia akan jatuh cinta seandainya saja pemuda ini seorang wanita.
"Nde?"
"Apa kau bisa meminjamkanku ponselmu sebentar, sepertinya aku lupa lagi menyimpan ponselku, aku harus menghubungi seseorang..."
Jongin langsung mengangguk dan mengangsurkan ponselnya. Pemuda itu tersenyum dan membungkuk. Jongin memperhatikan pemuda itu. Lihat, bahkan bentuk tubuhnya pun begitu indah. Cara dia bergerak juga.
"Hah? Kau tak bisa menjemputku? Ayolah hyung, aku lupa lagi menyimpang dompetku bahkan ponselku. ... Aku tak mau. Itu memalukan..."
Tersenyum lagi. Itu terus yang dilakukan Jongin. Pemuda ini begitu menarik. Ekspresi yang dikeluarkanny itu, cute. Tak lama pemuda itu mengembalikan lagi ponselnya dengan raut wajah sedih.
"Wae?"
"Ah ani.. aku hanya tak bisa pulang karena kehilangan dompetku. Haah padahal rumahku jauh dari sini..."
Jongin segera merogoh sakunya, kalau tidak salah dia tadi menyimpan beberapa lembar uang. Setelah menemukan ia mengangsurkannya pada pemuda manis itu.
"Hee?" pemuda itu mengerutkan keningnya.
"Untukmu..."
"Ah tidak bisa begitu emmm begini saja aku meminjamnya ya.. nanti aku akan menggantinya..."
Jongin ingin menolak, tapi kalau begini artinya ia bisa bertemu pemuda ini lagi. Pemuda yang sepertinya bisa ia jadikan teman karena tak memandangnya berbeda. Rasanya Jongin begitu nyaman di dekatnya.
"Baiklah..."
"Wuahhh gomawo. Ah ne.. Sehun imnida... emmm pinjam lagi ponselmu..."
Dengan wajah tak mengerti Jongin memberikan lagi ponselnya. Pemuda yang bernama Sehun itu mengetik sesuatu kemudian mengembalikan lagi ponselnya.
"Nanti aku meneleponmu ya... Aku duluan..." Setelah membungkuk beberapa kali, Sehun berlari keluar meninggalkan Jongin yang termenung. Dia lalu menatap ponselnya. Ah rupanya Sehun meninggalkan nomornya di sana. Jongin tersenyum, hari ini rasanya tak terlalu buruk.
Dengan semangat ia membuka pintu kamar mandi, siap kembali menghadapi kegiatan tanpa akhirnya.
.
.
.
TBC
Chapter depan :
Jongin terbangun di tempat yang remang. Ia berusaha bangkit, tapi tangannya tak bisa digerakkan. Ah bahkan kakinya juga. Ia terikat? Dimana ini? Bau ruangan ini pengap. Tunggu dulu, Sehun di mana? Jongin melihat berkeliling berusaha menajamkan penglihatannya. Dan itu seseorang sedang duduk menghadapnya tak terlalu jauh.
"Sehunna... gwaenchana?"
Cuap cuap :
Bagaimana?
Mungkin idenya sedikit pasaran. Tapi saya tetap ingin membuatnya. Yang mau lanjut silakan berikan suaranya di kotak review.
Gomawo.. anyeong XD
