Title : Honey

.

Author : pinkypapers a.k.a Kika a.k.a Lee Tae Min's yeojachingu a.k.a Kim Hee Chul's concubine a.k.a Jung Yun Ho's second wife *killed by Taemints, Petals and Kim Jae Joong* XD

.

Disclaimer : The story idea belongs to Yutaka Tachibana, this story belongs to me, Kyuhyun belongs to Sungmin and Sungmin belongs to Kyuhyun.

.

Main Cast :

Lee Sung Min [Super Junior] as yeoja 23 years old

Cho Kyu Hyun [Super Junior] as namja 17 years old

Kim Hee Chul [Super Junior] as yeoja 17 years old

.

Sub Cast :

Kim Ki Bum [Super Junior] as namja 17 years old

Go Em Pyo [OC] as math teacher at SM High School

Eun Min Je [OC] as teacher

Kang Hoi Yun [OC] as sport teacher

.

Main Pair : KyuMin [Kyu Hyun – Sung Min]

.

Genre : Romance, School life, a bit Humor, Drama, Slice of Life, Angst, Hurt/Comfort

.

Rating : T

.

Warning : Gender Switch; Cover Story; A bit cheesy; Bad Language; Typo;

.

Summary :

Dengan prinsip bahwa yang harus dirawat itu bukan hanya tubuh juga jiwa, seorang guru perawat sekolah, Lee Sungmin, membuka layanan konsultasi di ruang kesehatan. Karena itu, saat Sungmin bertemu dengan Cho Kyuhyun, anak yang dianggap paling bermasalah di sekolah, ia berusaha untuk menyembuhkan luka hatinya, tapi yang terjadi malah…

.

Note : Hanya sebuah remake fanfiction dari Manga Honey by Yutaka Tachibana. Dedicated for all KyuMin shipper ^-^ Cast akan bertambah seiring jalan cerita. Just repost 1-16 chapter.

.

Background Music : SHINee (샤이니) – Ring Ding Dong

.

Happy Reading and of course, please left a comment or thumb/kudos and NO BASHING & COPAST!

.

.

CHAPTER ONE

.

Ruang kesehatan… Itulah tempat perawatan bagi si sakit dan mereka yang terluka. Tempat itu juga menjadi ruang perawatan hati bagi para pasien. Tempat para murid menumpahkan permasalahan mereka, memikirkan jalan penyelesaian, dan menapaki hari esok yang lebih baik.

Heechul terbangun dari tidurnya diruang kesehatan yang dindingnya didominasi dengan warna putih. Merasa terganggu dengan suara berisik murid-murid yang merengek manja minta diobati. Dan semua murid itu namja. Tentu saja mereka hanya pura-pura sakit, untuk mendapatkan perhatian dari seorang Lee Sungmin, guru perawat baru yang berwajah aegyo akut dengan kepolosan tinggi yang notabene adalah sepupunya.

"Gwaenchanha, Chullie?" Tanya Sungmin dengan lembut.

Begitu lembut, rapuh dan polos. Bahkan kepolosannya sudah mendekati tingkat pabbo. Itulah sosok Sungmin dimata Heechul. Kerapuhan Sungminlah yang membuat Heechul menjadi overprotective padanya. Tak membiarkan seorang pun mendekati sepupunya itu. Tapi bukan Sungmin namanya jika ia tidak polos. Dan itu membuatnya jengah. Apa tidak ada sedikitpun rasa curiga mengingat yang datang keruang kesehatan ini hanyalah orang yang itu-itu saja dengan berbagai macam penyakit yang tak jelas? Dan Sungmin masih saja memamerkan senyum lembutnya kepada setiap orang yang datang dan merawatnya dengan setulus hati.

"Ne, ne! Sakit haidku sudah banyak berkurang. Sekarang aku kembali ke kelas ya." gerutu Heechul sambil memalingkan wajahnya kearah pintu. Kotak apa itu? Kotak pertolongan?

"Chullie, kenapa sih? Apa aku salah ya?" Sungmin menangkap ada kekekesalan dibalik suara Heechul.

"Tidak salah Minnie, tapi itu berlebihan." Heechul menunjuk kotak putih kecil yang berbentuk seperti kotak surat didepan ruang kesehatan. Didepannya ada cat merah berbentuk tambah seperti lambang palang merah. "Untuk apa membuka layanan konsultasi?" lanjutnya.

"Itu kotak pertolongan, Chullie. Itu kotak yang berperan penting sebagai jembatan penguhubung antara kasih sayang dengan para domba kecil yang sedang dilanda kesusahan."

"Tapi sekarang cuma kotak biasa yang merusak pemandangan." Heechul menghela napas, lalu melangkah menuju pintu. "Sebaiknya cepat-cepat saja kau kembali berpijak pada kenyataan! Dalam sebulan ini, apa yang kau dapat dalam kotak itu? Hanya surat cinta untukmu, surat kaleng, dan sampah kertas saja kan? Anak SMA zaman sekarang yang kompleks dan 'plain' seperti mereka, nggak akan mungkin melakukan hal bodoh seperti mengungkapkan kelemahan mereka pada orang lain! Guru perawat biasa sepertimu tidak usah buka layanan konsultasi segala, deh. Dasar pabbo!." Katanya kesal.

Sungmin menatap kotaknya dengan penuh sayang. Murid SMA.. Mereka semua hanyalah namja dan yeoja yang tengah menunggu masa puber. Pasti mereka punya permasalahan yang mendalam dan mungkin juga memalukan yang tidak bisa diutarakan pada orang tua maupun sahabat mereka. Anak-anak seperti itulah yang bisa memassukkan memo S.O.S kedalam kotak pertolongan. Cukup tuliskan nama dan kelas saja. Selanjutnya, akulah yang akan melakukan kontak. Sudah tentu, karena ini rahasia yang tidak bisa diceritakan pada siapapun, memasukkannya juga harus diam-diam. Setelah itu, mulailah proses membangun rasa saling percaya. Pasti anak-anak itu akan bergantung padaku. Seharusnya sih begitu..

.

.

.

Bukankah perpustakaan adalah tempat untuk membaca buku? Tapi ini tidak berlaku bagi dua orang yeoja yang sedang sibuk bergosip ditengah-tengah rak buku. Mereka juga tak sadar, pembicaraan mereka didengar oleh Kyuhyun yang sedang menyendiri di sudut perpustakaan.

"Hey, Go seonsaengnim masih libur, ya?"

"Kelihatannya sih begitu."

"Apa memang penyebabnya karena kejadian dengan Kyuhyun itu?"

"Itu sih, sudah pasti"

"Aku sama sekali nggak ngerti apa yang ada didalam pikirannya."

"Aku lumayan suka, lho. Namja tipe penyendiri seperti dia. Tapi sifatnya jelek."

"Lihat saja buktinya. Semua guru disekolah kita ini… Mereka semua berusaha supaya nggak berurusan dengannya."

.

.

.

Sungmin sedang menatap keluar jendela sambil menyiram tanaman tehnya yang ia tanam disebuah pot kecil. Inilah kebiasaannya ketika sedang sendiri. Jam pelajaran tengah dimulai, itu juga berarti ruang kesehatan yang tadinya dipenuhi murid-murid pun mendadak kosong. Pikirannya melayang ketika mata foxy-nya menangkap sesosok namja berkulit putih pucat sedang berjalan sambil membawa buku kearah halaman belakang.

'Wah wah. Jangan jangan dia mau bolos.' Sungmin keluar dari ruangannya, lalu melangkah menyusuri koridor. Rak-rak pipih yang memamerkan puluhan piala dan penghargaan, membentang dengan rupawan di sepanjang dinding, tapi ia terlalu sibuk mengikuti namja berambut cokelat karamel itu sehingga tidak memperhatikannya.

Tanpa Sungmin sadari, ketika ia sudah cukup jauh dari ruangannya. Ada seseorang yang memasukkan memo kedalam kotak pertolongannya…

Namja berkulit putih pucat itu duduk bersandar dibawah pohon, sesekali rambut cokelat karamelnya tertiup angin lembut. Ia memakai kacamata dan mulai membaca buku yang dibawanya tadi. Sedangkan Sungmin? Oh ia sedang sembunyi dibalik semak terdekat sambil memata-matai namja itu.

SUNGMIN POV

Dia… Dia baca buku? Apa maksudnya ini? Dia tidak mungkin bolos pelajaran hanya karena ingin baca buku saja, kan… Kalau begitu, kenapa? Apa karena dia benci sama gurunya? Atau tidak bisa mengkuti pelajaran…? Atau malah jangan-jangan… dibully? Pokoknya apapun masalahnya, giliran aku yang harus tampil kedepan! Anak ini… Mungkin masalahnya tidak bisa diselesaikan dengan hanya memasukkan memo ke dalam kotak pertolongan. Tapi kenapa kotakku itu jadi engga berguna sih? Apa karena penamaannya salah?

"Ka… Kamu!" Aku bangkit dari tempat persembunyianku yang sangat tidak elit─semak-semak.

Namja itu membetulkan letak kacamatanya dan menatapku. Ia memandang wajahku lekat-lekat. Tatapannya seperti… evil.

"Maaf ya, aku sudah mengagetkanmu. Aku datang karena khawatir melihatmu yang pergi ke halaman belakang… Padahal sekarang jam pelajaran masih berlangsung." Aku mengatakannya dengan sedikit takut-takut. Bagaimana tidak? Pandangan matanya sangat mengintimidasiku.

Namja itu masih diam tanpa ekspresi. Ia menatapku dari atas sampai bawah.

"Siapa?"

"Aku guru perawat di ruang kesehatan SM High School, Lee Sungmin!" bentakku. Kan aku pakai mantel putih! Kenapa dia bisa nggak tahu?

Seringaian mulai tergambar diwajah tampan err… datarnya.

"Maafkan kelancanganku. Jadi anda Sungmin seonsaengnim itu ya."

"Sekarang kan sedang jam pelajaran. Tapi, kenapa kau malah ada disini? Walau misalnya sedang pelajaran bebas, nggak seharusnya kau meninggalkan ruang kelasmu. Kalau memang sedang ada masalah.." Kenapa dia malah menatapku seperti itu? "W─waeyo?"

"Seonsaengnim, matamu indah ya."

Hah?

"Dikelasku banyak sekali pemuja Sungmin seonsaengnim yang masih mudah, cantik dan baik hati. Seonsaengnim hebat sekali, karena masih mau-maunya membuka layanan konsultasi yang bahkan nggak termasuk dalam daftar gajimu."

Wajahku memucat. Anak ini ngomongin apa sih? "T─tunggu sebentar. Sekarang kita bukan sedang ngomongin soal itu─"

"Terus? Setelah memperoleh kepopuleran di antara para murid sampai seperti sekarang ini..Memangnya apanya yang menyenangkan? Aku sudah tahu anda menguntitku. Aku tidak peduli, karena sepertinya anda tidak berniat menghentikan atau menanyaiku. Tidak kusangka, ternyata anda seorang guru."

A..Apa? Barusan apa yang…

"Akhirnya aku bisa mengerti alasan anda menguntitku. Diam dan menguntit murid yang bolos.. Anda hanya ingin menanyakan alasan dan memberikan segudang ceramah. Semua itu memang jalan pemikiran khas seorang guru perawat yang masih hijau."

Dia melepaskan kacamatanya, mata onyx-nya makin terlihat jelas. Tatapannya meremehkan. Aku tak bisa bicara apa-apa. Aku benar-benar tak menyangka dia akan berbicara seperti ini pada seorang seonsaengnim sepertiku.

"Aah.. Namaku Cho Kyuhyun dari kelas XI-I. Kalau mau lapor silahkan saja laporkan pada wali kelasku, Eun seonsaengnim. Nah aku permisi dulu."

Namja yang mengaku bernama Cho Kyuhyun itu pergi, meninggalkan aku yang berdiri mematung dihalaman belakang. Aku shock! Kenapa aku bisa tidak tau ada anak seperti itu disekolah ini?

"Mwo? Kyuhyun dari kelasku? Apa yang sudah ia lakukan padamu?" Eun Min Je terlihat sangat kaget mendengar nama Kyuhyun. Memangnya namja itu sebegitu berbahayanya?

"Ani.. Aniya.. Tepatnya bukan begitu sih. Waktu jam pelajaran ketiga tadi, sepertinya kondisinya tidak begitu baik. Makanya aku.. Karena kupikir itu adalah hal yang tidak biasa. Makanya aku merasa harus.." Gimana nih. Kok aku malah bohong sih. Apa tindakanku memang sudah berlebihan?

Min Je menghela napas panjang. "Ternyata dia juga bisa sakit seperti orang biasa ya. Kaget aku."

"Mwo?" Jadi Kyuhyun itu memang bukan namja biasa. Lalu dia itu apa?

Min Je menunjuk meja kosong didepan mejanya, "Go Em Pyo seonsaengnim yang duduk disitu selalu tidak masuk kan."

Kenapa tiba-tiba nyambung ke Em Pyo -ssi? "Ah.. Ne.. Katanya karena operasi Hernia."

"Itu berita resminya. Sebenarnya, beliau tidak masuk karena tukak lambung. Tapi kalau diberitakan apa adanya, tidak aan baik akibatnya buat citra sekolah. Makanya dalam laporan resminya, disebutkan bahwa beliau tidak masuk karena operasi Hernia, penyakitnya sejak dulu. Penyebab sakitnya Em Pyo-ssi itu Kyuhyun."

"Mwo? Bagaimana bisa?"

"Ne. Em Pyo-ssi adalah guru matematika. Sepertinya, ditengah pelajarannya, Kyuhyun membaca buku lain selain buku matematika. Tentu saja, Em Pyo-ssi menegurnya."

.

"Kenapa kau belajar pelajaran lain di tengah pelajaran matematika? Apa pelajaranku sangat membosankan buatmu?" Tanya Go seonsaengnim kepada Kyuhyun. Wajahnya memerah menahan marah. Ia merasa tidak dihargai.

"Memang membosankan." Jawaban Kyuhyun sukses membuat guru didepannya itu makin gusar.

Go seonsaengnim diam. Ia coba menahan marahnya karena dia tahu siapa Cho Kyuhyun dan bagaimana ia berpengaruh besar disekolah ini.

Kyuhyun membuka suaranya lagi, "Karena sudah tidak ada lagi yang bisa kupelajari, makanya aku membaca ulang pelajaran Bahasa Inggris yang tidak begitu kupahami. Apa itu tidak boleh?"

"Percaya diri sekali kau. Sekarang kita baru mulai semester pertama, tapi kau bilang sudah tidak ada lagi yang bisa kau pelajari?" Kesabarannya sudah makin menipis.

Kyuhyun tetap memasang wajah datarnya dan menatap seonsaengnim didepannya.

"Bagaimana kalau begini… Uji kemampuanku dengan soal-soal dari buku matematika X sampai XIB. Terserah anda mau memberi berapa soal. Tapi kalau aku bisa mengerjakan semuanya dengan benar.. berarti anda harus mengakui pelajaran anda tidak ada gunanya buatku. Karena itu dalam jam pelajaran anda, anda harus membiarkan aku melakukan apa yang kumau".

.

"Terus dia berhasil dapat nilai 100?" tanyaku takjub.

"Ne."

Kupikir dia anak yang punya tabiat sedikit aneh saja, tapi ternyata sebenarnya jauh melebihi apa yang kubayangkan. "Tapi, kenapa bisa sampai jadi tukak lambung segala?"

Min Je melipat kedua tangannya, "Soal yang dikeluarkan Em Pyo -ssi tidak hanya dari buku matematika X sampai XIB saja. Sepertinya, Em Pyo-ssi juga memasukkan soal dari buku matematika kelas XII yang bahkan belum pernah diberikan pada murid kelas XI. Harga diri Em Pyo-ssi sebagai guru matematika hancur, bahkan selama beberapa waktu, dia menolak untuk datang ke sekolah. Para guru lain yang tahu kejadian itu langsung berhati-hati setiap menghadapi Kyuhyun, sampai-sampai dia diperlakukan seperti penyakit menular saja."

Aku membayangkan wajah Kyuhyun yang datar. Guru yang menolak datang kesekolah, bahkan sampai-sampai kena tukak lambung. Masih ditambah lagi dengan guru-guru lain yang jadi takut padanya. Padahal dia cuma seorang murid..

"Mungkin sifatnya yang sulit diatur itu sudah turunan ya. Ayahnyanya sudah menjadi anggota dewan perwakilan tingkat prefektur dari partai yang berkuasa. Bahkan kakeknya pernah mencapai jabatan ketua partai tingkat prefektur. Mereka keluarga yang terkenal. Kenapa thoroughbred seperti dia bisa nyelip masuk ke sekolah begini sih." Lanjut Min Je.

Aku harus bertindak. Anak ini adalah anak dombaku yang tersesat!

SUNGMIN POV END

.

.

.

AUTHOR POV

Sudah satu jam Sungmin mengelilingi sekolah, mengecek ke kelas Kyuhyun, ke cafetaria, ke halaman belakang, tapi namja yang dicarinya tidak juga ditemukan. Akhirnya ia melangkah ke perpustakaan. Tempat yang menjadi harapan terakhirnya.

Sungmin membuka pintu perpustakaan. Sepi. Ia mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan sambil mencoba menenangkan nafasnya yang sudah memburu. Ia lelah. Dan akhirnya ia menangkap sesosok namja sedang diam menatapnya. Cho Kyuhyun.

"Ketemu juga.."

Kyuhyun tersenyum mengejek. "Terus? Benar-benar orang yang keras kepala. setelah diberitahu sampai seperti itu, anda masih sempat-sempatnya mencariku lagi? Guru perawat yang selalu seenaknya meninggalkan tempat tugasnya memang harus dapat perhatian khusus ya."

"Aku tidak mau dikata-katai seperti itu oleh anak yang pakai cara kotor untuk bisa bolos pelajaran sepertimu!"

"Jadi anda langsung menyelidikiku? Oh begitu.. Kalau mau perang, lebih baik kita tahu semua serba-serbi musuh ya."

"Aku tidak mau perang! Aku hanya.. Aku hanya ingin tahu tentangmu. Waktu aku menerima pekerjaan ini, aku sudah bersumpah pada diriku sendiri. Mungkin tindakanku hanya kau anggap sebagai gangguan. Mungkin memang tidak mungkin aku menjangkau semua anak di sekolah ini. Tapi minimal, aku ingin membantu menyelesaikan masalah mereka yang berhubungan denganku." Jelas Sungmin panjang lebar. Ia harap ia bisa menaklukan hati Kyuhyun dengan kelembutan hati dan dedikasinya sebagai seorang guru perawat.

Kyuhyun diam. Matanya menunjukkan bahwa ia sama sekali tak tertarik dengan ucapan Sungmin barusan.

"Pemikiran yang hebat. Jadi menurut anda, aku punya masalah, begitu?"

"Firasatku bilang begitu!" Sungmin mengepalkan tangan didadanya. Ia sangat bersemangat hingga berapi-api (?)

"Annyeong." jawab Kyuhyun tanpa ekspresi. Ia melangkah kaki ke arah pintu perpustakaan. Wajah Sungmin memerah. Ia merasa malu. Sudah berapi-api seperti tadi, malah tidak ditanggapi?

"A..Apaan sih? Jangan menghina ya! Firasatku itu selalu mengena tahu!" Wibawanya sebagai seorang guru benar-benar tak ada artinya didepan Kyuhyun.

Kyuhyun menoleh kebelakang, "Sedikit banyak, orang hidup itu pasti punya satu atau dua masalah. Lalu karena itu anda mau menyuruhku tertawa karena mukaku yang tidak berekspresi ini? Malah itu yang akan membuatku sangat terganggu. Begitulah. Hanya gara-gara harga diri aneh seorang guru perawat yang masih hijau dan yang ingin mengoperasi padahal aku tidak sakit apa-apa, malah itu yang akan membuatku tidak bahagia."

Ia memutar otaknya cepat, mencari cara menahan Kyuhyun agar tidak pergi, ia benar-benar masih butuh berbicara dengan Kyuhyun.

"Apa kau tidak berfikir betapa beruntungnya dirimu saat ini? Disini ada guru perawat yang masih muda dan baik hati yang mau repot-repot mengkhawatirkan keadaanmu." Sungmin tersenyum menggoda. Dengan harapan Kyuhyun tidak jadi pergi dari sini. Harapannya terkabul. Langkah Kyuhyun terhenti dan berbalik menghadapnya.

Diwajah Kyuhyun yang sedari datar, mulai tergambar evil smirk andalannya. Dia tersenyum mematikan. Membuat Sungmin sangat menyesal berani menggodanya. Ia benar-benar mengundang serigala kekandang kelinci.

"Iya ya. Mungkin bisa dibilang keadaanku sekarang ini adalah suatu keberuntungan. Seorang guru perawat cantik bermata indah di ruang perpustakaan yang sepi di tengah-tengah jam pelajaran.. hanya berduaan dengan seorang murid prianya." Kyuhyun melangkah perlahan mendekati Sungmin. "Mendekati murid tanpa sedikitpun pertahanan seperti apa yang anda lakukan ini sangat berbahaya lho! Ne, seonsaeng?" Sungmin yang merasa jengah ditatap seperti itu, perlahan melangkahkan kakinya untuk mundur menjauhi Kyuhyun.

"Kali ini kau memakai kenyataan bahwa kau ini namja sebagai senjatamu ya. Padahal kau tidak punya sedikitpun niat!" ancam Sungmin. Ia benar benar takut sekarang. Trauma masa lalunya membuat ia tak pernah suka disentuh oleh namja manapun.

"Walau pura-pura tegar, tapi suara anda sudah gemetaran begitu."

Sungmin terpojok. Ia tidak bisa mundur lagi. "Jangan mempermainkan orang dewasa.."

Didepannya Kyuhyun semakin mendekat dengan seringaian evilnya. Kyuhyun yang melihat Sungmin sudah gemetaran, mencekal tangan Sungmin kesampingnya. Bisikan seduktif Kyuhyun ditelinganya benar-benar memacu adrenalinnya, "Sepertinya anda tidak terbiasa dengan namja, ya… seonsaengnim?"

"Lepaskan..." Sungmin tak bisa lagi menahan air matanya. Ia benar benar takut.

Kyuhyun yang menyadari Sungmin menangis ketakutan akibat perbuatannya, dengan cepat melepaskan tangan Sungmin yang dicekalnya. "Mianhae.. Aku sudah keterlaluan."

"TAPI, TIDAK BIASA SAMA NAMJA, BEGITU! MAAF SAJA YA! JANGAN MEMBODOH-BODOHI ORANG!"

PLAAAK…!

Sungmin mengayunkan tangannya sekuat tenaga dan telak mengenai wajah tampan Kyuhyun.

.

.

.

Ketidakhadiran guru dikelas membuat suasana kelas tersebut kacau. Para murid sibuk mengerjakan urusannya masing-masing. Heechul sedang dikelilingi namja namja yang merupakan teman sekelasnya. Tentu saja mereka ingin mencari info tentang Sungmin seonsaengnim yang jadi trending topic sejak kehadirannya di sekolah itu. Bukannya mereka tidak tertarik dengan Heechul yang cantik, tapi mereka masih sayang nyawa. Heechul sangat galak kepada siapapun orang yang menganggapnya sebagai yeoja. Tapi dia bisa berubah menjadi teman yang sangat baik jika hanya menganggapnya sebagai teman.

"Hah? Minnie dan hubungannya dengan cowok?" Heechul menggulung gulung rambut panjangnya dengan jari.

"Iya, karena kau sepupunya, ku pikir pasti kau tahu." Sahut namja berambut cepak.

"Ahahaha! Gimana bisa engga tahu kalau cuma soal itu. Luar dan dalam Minnie itu sama seperti apa yang terlihat, seorang yeoja yang lugu dan polos. Begitu digoda, dia pasti langsung mengambil jarak. Sudah begitu dia selalu berpegang pada prinsipnya yang ketinggalan zaman… Tapi dia populer sekali. Mungkin puncaknya waktu dia masih di SMA, setiap pagi, ada namja dari sekolah lain yang berkeliaran didepan rumahnya." Heechul menceritakannya sambil menyilangkan kakinya diatas meja.

"Hebat…" Namja cepak itu kagum mendengar cerita Heechul. Heechul terdiam. Dia jadi mengingat masa lalu. Matanya seakan melihat kejadian itu terulang lagi. Tapi ia berusaha menutupi dan melanjutkan ceritanya.

"Tapi waktu itu… Banyak kejadian, sih… Ah… Misalnya karena ada ujian kelulusan, maka saat itu bukan waktunya untuk memikirkan anak cowok…"

Namja cepak itu tidak memerhatikan perubahan ekspresi dan nada suara Heechul. Perhatiannya terfokus pada ceritanya, sehingga ia mulai bertanya lagi.

"Lalu, bagaimana waktu Minnie jadi mahasiswa? Minimal, dia pasti sudah pernah pacaran dengan seseorang kan?"

Ia memasang seringaian khasnya dan bercerita lagi.

"Sepertinya begitu. Sepertinya dia pernah berpacaran dengan seseorang. Tapi cowok itu… Baru 5 hari mulai pacaran, namja itu menghilang nggak tentu rimbanya…"

SIING…

.

.

.

"Maaf ya" Sungmin memandang wajah stoic yang kini berada dipangkuannya. Ia sama sekali tak bermaksud melukainya.

"Nggak, aku yang salah. Tindakanku sudah keterlaluan. Tapi…" Perlahan Kyuhyun membuka matanya. "Aku nggak terima kalau jadinya seperti ini!" Kyuhyun berusaha bangkit dari posisinya sekarang. Sungguh memalukan bagi dirinya saat ini.

"Jangan bergerak dulu!"

Darah kembali menetes dari hidung Kyuhyun.

"Tuh, kan! Mimisanmu nggak mau berhenti, tuh! Turuti apa kataku dan berbaringlah yang tenang!"

Sungmin menekan dengan lembut pangkal hidung Kyuhyun. Mencoba menghentikan pendarahan dari hidungnya. Kyuhyun kembali berbaring di sofa dengan posisi kepalanya dipangkuan Sungmin. Kyuhyun akhirnya pasrah. Percuma menurutnya melawan. Yeoja ini malah makin berisik.

"Kalau cuma mimisan, disumpal dengan tisu juga nantinya akan berhenti sendiri." Kyuhyun berkata datar.

"Nggak bisa!" Sungmin menyeka darah yang menetes tadi. "Kalau begitu, nanti lukanya tambah melebar dan darahnya engga bakalan mau berhenti. Waktu mimisan, harus dipastikan dulu dari sebelah mana darah keluar. Kemudian, bagian tempat keluarnya darah harus ditinggikan. Setelah itu, tekan pangkal hidung. Kalau cuma pendarahan ringan, tekanan segini saja akan cukup untuk menghentikannya."

Kyuhyun terdiam mendengar penjelasan Sungmin. Ia merasakan kasih sayang dari yeoja ini. Kasih sayang yang tak pernah lagi didapatnya sejak kecil.

"Tangan anda.. dingin." Ucap Kyuhyun dengan canggung.

Mendengar itu Sungmin tersenyum lembut. "Jinjja? Tidurlah jika kau mau tidur. Apalagi sepertinya kau capek sekali. Biar cuma untuk belajar atau pengisi waktu luang, engga ada orang yang membaca "How to Raise a Puppy" dengan wajah yang menakutkan."

Kyuhyun memalingkan wajahnya ke wajah Sungmin. Ia sedikit terkejut mendengar penuturan Sungmin.

"Biarpun kelihatannya anda sering bengong, ternyata anda cukup perhatian pada detil ya."

Sungmin tertawa kecil. Usahanya berhasil mengajak namja ini mengobrol.

"Masih ada 2 buku lagi yang kau bawa waktu itu. Yang satu 'A Piloshophy of Foredom' dari James Dean dan.. 'Politic of World'. Kau suka baca ya? Biarpun bacaanmu sepertinya sulit sekali."

Aku ingin pengetahuan yang tidak akan kalah oleh kekuatan sebesar apapun. Kata-kata itulah yang menghidupkan Cho Kyuhyun sejak 3 tahun yang lalu. Didalam pikiran dan hati Kyuhyun, senyum tulus namja itu menghantuinya akan perasaan bersalah dan kata-kata terakhirnya yang ia ingat, 'Tidak usah kau pikirkan. Suatu saat nanti, ayo kita ketemu lagi'. Kyuhyun sangat membenci dirinya saat itu. Ia tidak bisa melindungi sahabatnya. Ia bahkan tidak punya muka lagi untuk bertemu.

"Aku ingin pengetahuan. Aku perlu pengetahuan yang bisa kugunakan dalam pertempuranku. Aku perlu pengetahuan untuk bisa menghancurkan mereka."

Jawaban Kyuhyun membuat Sungmin terkejut. Nada suara Kyuhyun cukup membuatnya mengerti bahwa luka yang dirasakannya bukan hanya luka biasa. Pandangan mata Kyuhyun menyiratkan kebencian mendalam terhadap seseorang. Namja ini kesepian.

Sungmin mengelus lembut rambut cokelat caramel yang tengah ada dipangkuannya itu.

"Se.. Seonsaengnim? A.. Apa yang anda… Apa yang anda pikirkan… Jangan perlakukan aku seperti anak-anak!"

Kyuhyun segera bangkit dari posisinya. Aneh. Ia merasakan semburat merah mulai menjalari wajah stoicnya. Sentuhan yeoja ini…

Sungmin hanya bisa menatap Kyuhyun bengong lalu ia tersenyum lembut. "Memangnya kenapa? Nggak ada hubungannya sama anak-anak atau orang dewasa. Anak yang terluka pasti membutuhkan pelukan, dan anak yang sudah berusaha harus mendapatkan belaian lembut dikepalanya. Setiap anak yang datang ke ruang kesehatan ini boleh bermanja-manja. Sebab memang itulah pekerjaanku."

Kyuhyun tercekat. Senyuman yeoja ini benar-benar menentramkan hatinya.

"Dengan begitu, masalah percintaan pun bisa langsung terselesaikan secepat kilat! Tapi, engga ada seorang pun yang datang untuk berkonsultasi. Kaulah yang pertama." Lanjut Sungmin sambil tersenyum lebar.

Kyuhyun sweatdrop.

"Pekerjaan yang menyenangkan bukan?"

Sungmin tidak menyadari senyumannya, kelembutannya, ketulusannya berhasil meruntuhkan sedikit gunung es seorang Cho Kyuhyun. Dan tentu Sungmin tidak menyadari bahwa Kyuhyun tak pernah sedikitpun memandangnya sebagai seorang seonsaengnim. Kyuhyun memandangnya layaknya ia memandang seorang yeoja, dan ia mulai merasakan getaran lain dihatinya.

Sejenak setelah Kyuhyun pergi, Sungmin mengecek kotak pertolongannya. Sudah 3 hari ia melupakan keberadaan kotak itu. Dan ia menemukan 3 kertas. Pertanda selama 3 hari ini ada yang mengirimi kertas itu setiap hari. Isinya sama.

Seonsaengnim, tolong aku.

K

.

.

.

Kyuhyun duduk dijendela apartemennya. Memandang datar pada pemandangan yang mampu ditangkap matanya. Tangan kirinya menggenggam telepon wireless yang ada dikamarnya.

Kyuhyun? Ini eomma. Setiap eomma telepon, selalu saja kau tidak ada ditempat ya. Sekali-sekali pulanglah kerumah walau hanya sekedar mampir. Appamu sangat mengkhawatirkanmu.

Kukira kau pasti sudah mengerti, tapi cobalah mengerti kedudukan appamu dan kakekmu.

Sebagai putra tunggal keluarga Cho, kuharap kau akan berhati-hati dalam tindakanmu agar jangan sampai mempermalukan nama keluarga kita.

Nah, eomma akan menelponmu lain kali. Belajarlah yang baik.

Voice mail dari ibunya membuat ia membandingkan kasih sayang yang diberikan ibunya dan Sungmin. Berbeda. Ia tak sedikitpun merasakan kehangatan yang sama saat ia dirawat Sungmin. Telepon itu hanya berisi tuntutan. Tuntutan agar ia tak mencemari nama baik keluarganya seperti 2 tahun yang lalu.

Dan saat ia mulai mengingat kejadian-kejadian yang melukai hatinya, ia kembali mengingat bagaimana Sungmin mengelus lembut rambutnya. Seakan-akan meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Getaran aneh itu mulai terasa lagi direlung hatinya yang beku.

.

.

.

Dibalik salah satu kamar bernuansa eropa yang kental, terdengar sayup-sayup suara seorang namja berkulit putih lengkap dengan killer smilenya.

"Ne. Sudah 3 hari berturut-turut aku memasukkan memo kesana."

Perlahan namja itu diam, pertanda ia sedang mendengarkan lawan bicaranya melalui handphonenya.

"Itu karena.. Sepertinya akhir-akhir ini dia sangat akrab dengan guru perawat itu. Syukurlah kita nggak tergesa-gesa. Kalau begini, rencana bisa berjalan lebih lancar."

Ia diam lagi. Kali ini agak sedikit lebih lama dari yang tadi.

"Baiklah. Ne. Kalau begitu, lebih baik rencananya diubah sedikit dan segera.. Lalu, anu.. Begini, seandainya rencana ini berhasil, maka soal yang itu. Saya mohon bantuan anda. Sampai nanti."

Namja tersebut mematikan handphonenya dengan cepat dan menekan tombol on pada speaker kecilnya. Pada saat yang bersamaan, pintu kamarnya terbuka. Menampakkan seorang yeoja tengah membawa nampan berisi teh dan cookies.

"Bummie? Tadi kudengar ada suara. Kau sedang menelepon seseorang?"

"Aniya, eomma. Aku sedang mendengarkan kaset percakapan bahasa Inggris."

Eomma Kibum tersenyum dan meletakkan nampannya dinakas. "Kau belajar keras ya. Meski begitu, sejak masuk SMA, kau nggak pernah dapat ranking teratas lagi."

Kibum tersenyum pahit, "Aku masih perlu belajar lebih keras. Pokoknya, aku akan segera mendapatkan ranking teratas lagi. Karena akulah yang sekarang harus jadi penerus rumah sakit kita, aku nggak punya waktu luang untuk santai-santai."

Eomma Kibum mengelus lembut rambut anaknya yang sehitam arang, "Ne. Lee Shin sudah seenaknya sendiri memutuskan untuk melanjutkan kesekolah seni. Kalau begitu, kau akan dapat ranking pertama lagi di ujian berikutnya kan. Appa terus meraih peringkat teratas dan akhirnya jadi dokter. Hasil akhir memang penting, tapi proses juga sangat menentukan."

Kibum tetap mempertahankan senyumnya tapi batinnya berkata lain. Yeoja cerewet. Cih. Apa bisa masuk jajaran elit sebegitu membanggakannya sih!

"Ne. Aku tahu, eomma."

.

.

.

Dibalik meja kerjanya yang berada di sudut ruang guru, Sungmin menatap tiga lembar kertas yang didapatnya kemarin itu. Sebenarnya, siapa "K" ini.. Semuanya ada 3 lembar.. Karena sudah 3 hari aku tidak pernah melongok isi "kotak pertolongan", berarti sudah 3 hari berturut-turut dia memasukkan memo ini.. Apa ini cuma keisengan seseorang?

Sungmin merebahkan kepalanya kemejanya dengan frustasi. "Kalau memang beneran, kedengarannya serius sekali. Tapi kalau cuma iseng, kenapa rasanya ada yang tidak pas. Duh, nggak ngerti deh." Ucap Sungmin bermonolog.

"Su.. Sungmin seonsaengnim? Ada apa?" tanya seorang namja yang bertubuh tinggi besar.

"Kang Hoi Yun seonsaengnim?" Sungmin tersenyum lembut seperti biasanya. "Aniya. Tidak ada apa-apa. Aku belum berterima kasih atas bantuan anda yang sudah membuatkan 'kotak pertolongan' itu. Lain kali akan kubawakan sesuatu."

Wajah Hoi Yun memerah. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum malu, "Waduh, tidak usah terlalu dibesar-besarkan Sungmin-ssi. Membuat kotak seperti itu saja sudah biasa buatku."

"Benar juga ya. Asalkan ada waktu luang 5 menit saja, siapapun pasti bisa membuat kotak yang sama."

Sungmin dan Hoi Yun menoleh ke sumber suara. Hoi Yun menatapnya berang. Dasar pengganggu!

"Min Je seonsaengnim." Gumam Sungmin pelan.

Min Je tersenyum lebar padanya, mengabaikan tatapan Hoi Yun yang mematikan. "Annyeong, Sungmin-ssi!"

"Annyeong! Aku juga belum berterima kasih atas bantuan anda yang sudah mengecatkan kotak itu."

Hoi Yun mendelik tajam pada Min Je. "Kalau tidak salah, hobi istri anda yang cantik itu adalah menyetensil ya?" Semua guru-guru disini juga tahu betapa 'cantik'nya istrimu itu Eun Min Je! Kami sudah puas menertawakan 'cantiknya' pengantin wanitamu saat menghadiri upacara pernikahanmu.

"Kecantikannya kalah jauh dengan kekasih anda yang sangat mempesona." Balas Min Je tak kalah tajam.

Sungmin sweatdrop. Mereka berkelahi persis seperti anak-anak yang memperebutkan sebuah mainan bagus.

"Nanti aku akan membuatkan cookie untuk kalian berdua. Kalian berdua suka yang manis-maniskan?" tanya Sungmin lembut.

"Nne. Asalkan Sungmin seonsaengnim yang buat, apa saja pasti kumakan."

"A─aku juga. Biarpun sudah kadaluwarsa juga pasti akan kumakan."

Guru-guru lain yang melihat tingkah mereka sweatdrop. Mereka sama saja dengan murid-murid namja yang selalu menggoda Sungmin dimanapun kapanpun.

"Apa tidak ada yang bisa berbuat sesuatu terhadap mereka berdua itu. Ribut sekali." Gerutu salah seorang guru namja yang berkacamata.

Tiba-tiba semua guru diruangan itu dikejutkan dengan kehadiran seorang namja berambut cokelat karamel yang masuk dengan wajah stoicnya sambil memegang sebuah amplop cokelat besar.

"Jarang-jarang murid yang satu ini masuk kemari."

"Mwo? Cho Kyuhyun datang kesini? Mau apa dia?"

Kyuhyun mengabaikan tatapan aneh dari para guru dan langsung menarik tangan Sungmin dengan sikap posesif. "Seonsaeng, ada yang mau kubicarakan."

"Kyu─Kyuhyun?" tanya Sungmin kaget.

"Ya! Kyuhyun! Lepaskan tangan kotormu itu dari Sungmin seonsaengnim!" bentak Hoi Yun tidak terima.

Kyuhyun masih tetap fokus pada yeoja si pemilik tangan yang kini digenggamnya. "Ada hal yang ingin kurundingkan."

"Sungmin seonsaengnim! Anda jangan terpedaya oleh tipu muslihatnya!" kali ini bentakan berasal dari Min Je.

Sungmin speechless. Ia benar-benar tidak menyangka Kyuhyun akan datang keruang guru hanya demi menemui dirinya. Si "K" pengirim memo itu.. Jangan-jangan dia..

.

Sepeninggal Sungmin─yang ditarik Kyuhyun keluar, Hoi Yun pun mulai melampiaskan amarahnya pada meja kerjanya. "Si Kyuhyun itu.. jangan dia pikir, asalkan dia bisa dapat peringkat teratas dalam ujian, dia sudah bisa berbuat seenaknya sendiri. Perilaku seperti itu nggak bisa dibiarkan. Pikirkan saja bagaimana pengaruhnya pada murid-murid yang lain! Kita harus lebih keras lagi padanya!"

Min Je menghela napas dan melipat kedua tangannya. "Bagaimana kalau anda coba katakan itu pada guru kepala? Dibelakangnya ada ketua partai tingkat prefektur, Cho Kangin. Bisa-bisa malahan kita yang bakal terpojok. Kalau terus begini, cepat atau lambat, seperti anggota keluarga itu yang lainnya, Cho Kyuhyun akan mengikuti jejak ayahnya. Tidak ada untungnya kita memancing masalah dengan keluarga itu. Sebenarnya dia sudah pernah menimbulkan masalah waktu di SMP dulu. Tapi masalah itu langsung dibekukan. Kabarnya, itu karena sejumlah uang yang diberikan pada guru kepala SMP-nya. Pada akhirnya, dihadapan kekuasaan seperti itu, kita-kita yang cuma pegawai biasa begini tidak akan bisa berbuat apa-apa."

"Tapi.." Hoi Yun menoleh kearah pintu ruang guru. Tampak beberapa murid yeoja mengelilingi Em Pyo yang baru saja mulai masuk hari ini. Mereka mulai bertanya yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Em Pyo.

"Seonsaeng! Bagaimana kondisi anda sekarang? Sudah sehat?"

Hoi Yun menghela napasnya sambil menatap Em Pyo dari kejauhan.

"Ada apa?" tanya Min Je.

"Katanya, mulai hari ini Em Pyo-ssi kembali masuk ke sekolah."

"Bisa dibilang, orang itu juga termasuk korban keluarga Cho ya."

"Padahal tidak seharusnya Em Pyo -ssi bisa kalah dari anak seperti Kyuhyun." Gerutu Hoi Yun.

Min Je menopangkan dagu dimejanya. "Sama saja. Dia tetap tidak berdaya didepan kekuasaan sebesar yang dimiliki keluarga Cho. Lebih baik kita tidak usah berurusan dengan orang-orang seperti itu. Kalau orang kecil seperti kita ikut-ikutan melawan, bisa-bisa malah kita sendiri yang habis."

.

.

.

Kyuhyun menarik Sungmin ke halaman belakang─dimana mereka pertama kali bertemu. Kyuhyun mengawasi sekitarnya. Setelah yakin tidak ada orang lain selain dirinya dan Sungmin, ia berbalik menatap yeoja bermata kelinci yang sedang bingung itu. "Kurasa disekitar sini cukup aman."

Jangan-jangan 'K' itu Kyuhyun!, batin Sungmin. "Anu.. Kyuhyun! Aku pasti nggak akan membocorkan apapun yang kau ingin rundingkan denganku! Jangan khawatir, ungkapkan saja semuanya."

"Apa maksud anda? Daripada ngomongin soal itu, coba anda lihat ini."

Sungmin melongo. Soal itu? Jadi siapa yang mengirimkannya kalau bukan Kyuhyun. Ternyata berbeda dengan apa yang dibayangkannya.

Kyuhyun menyerahkan amlop cokelat yang dari tadi dipegangnya. "Tadi pagi, aku menemukan ini dalam laci meja kelasku."

Sungmin tercekat saat melihat apa yang diberikan Kyuhyun. Foto dirinya bersama Kyuhyun? Saat Kyuhyun berbaring dipangkuannya. Saat Kyuhyun mencoba 'menjahilinya' diperpustakaan.

"Seonsaeng, apa anda merasakan perubahan yang terjadi disekitarmu?"

.

.

.

"Gomawo sudah mengantarku pulang. Sampai-sampai kau juga ikut menemaniku belanja." Sungmin berdiri didepan pintu rumahnya seraya sedikit membungkuk sopan. "Tapi kau nggak usah repot-repot la─"

Kyuhyun menyerahkan kantong belanjaan Sungmin yang dibawanya. "Nih! Selama belum diketahui asal muasal foto itu, aku akan terus mengantarkan anda. Foto-foto itu bukan diambil secara kebetulan. Berarti itu adalah hasil perbuatan seseorang yang mengincar entah anda atau aku. Seonsaeng nggak pernah berbuat sesuatu yang bisa menimbulkan kebencian orang kan?"

Sungmin mengangguk cepat lalu menatap Kyuhyun yang lebih tinggi dari dirinya itu. "Bagaimana denganmu? Kau nggak apa-apa?"

Kyuhyun mengalihkan pandangannya. Bisa gila jika terjebak dalam mata foxy milik Sungmin. "Aku pasti bisa melakukan sesuatu. Rasanya aku memang punya musuh." Entah kenapa, mungkin ada saja yang ingin menjatuhkan appa. Terus dalam situasi seperti ini.. Bukannya tidak mungkin ini adalah perbuatan seseorang yang mengincar yeoja ini. 'Waktu SMA dulu, Minnie sering dikuntit namja-namja yang kelakuannya sudah seperti stalker saja. Huuh benar-benar merepotkan'. Heechul sudah menyebarkan cerita itu ke anak sekelas, ditambah lagi, baik Hoi Yun maupun Min Je, mereka berdua juga mengincar yeoja ini. Bukan hal aneh kalau masih ada ekstra 1 atau 2 orang yang menguntitnya. Bahkan mungkin orang itu maniak foto.

"Gomawo.. Kau sudah mengkhawatirkan aku." Sungmin memecah keheningan diantara mereka akibat Kyuhyun asik dengan pikirannya sendiri. Ia tersenyum malu-malu seperti seorang yeoja yang baru saja diantar pulang oleh namjachingunya.

Kyuhyun mendengus. Dan nyatanya.. Penampilan dan tingkah lakunya tidak memperlihatkan seperti seseorang yang umurnya diatasku. "Habisnya, aku yang sudah bikin gara-gara. Aku pulang dulu. Hati-hati, kuncilah semua pintu dan jendelanya baik-baik." Kyuhyun melangkah keluar pagar.

"Tunggu dulu sebentar! Masuklah dan minum teh barang secangkir sebelum kau pulang."

Sungmin tersenyum lembut layaknya seorang malaikat didepan pintu rumahnya dengan hanya diterangi sebuah lampu genkan dan cahaya lembut dari dalam.

Kyuhyun terpana. Keremangan malam yang diterangi seberkas cahaya nan lembut. Itu cahaya tempat sebuah keluarga yang hangat.. tinggal dan berdiam. Kata-kata eomma terdengar lagi ditelingaku 'Sebagai putra sulung keluarga Cho, kuharap kau akan berhati-hati dalam tindakanmu agar jangan sampai memalukan nama keluarga kita'.

Klise eoh? Sulit dipercaya yang mengatakan hal seperti itu ada eomma. Benar-benar sangat berbeda dengan kata-kata Sungmin tempo hari.

'Anak yang terluka pasti membutuhkan pelukan, dan anak yang sudah berusaha harus mendapatkan belaian lembut dikepalanya. Setiap anak yang datang ke ruang kesehatan ini boleh bermanja-manja'.

Aah.. Rupanya begitu. Jadi itu sebabnya.. Dia bisa melihat mimpi karena selama ini dia dihargai dan dilindungi penuh kasih sayang. Berbeda denganku yang selalu mendapatkan tamparan keras dari appa.

'Jangan pernah kau melumuri reputasiku dengan lumpur untuk kedua kalinya!'

Karena dia diperlakukan.. sebagai layaknya seorang manusia. Bukan sepertiku yang bahkan tidak pernah didengar oleh appa.

'APPA! Apa hanya karena itu, maka kau punya hak untuk menentukan hitam putih hidupnya seseorang? Jawab aku appa!'

Makanya dia bisa mengembangkan senyum.. seindah ini..

"Aku memang harus pulang seonsaeng. Annyeong." Kyuhyun melangkahkan kakinya keluar dan menutup pintu pagar. Meninggalkan Sungmin yang bengong karena sikapnya yang begitu aneh. Aku tidak bisa tersenyum seperti itu.

.

.

.

Sungmin sedang mengepang rambut hitam panjangnya sambil melamun. Ia masih memikirkan siapa si K yang mengirimkannya memo tersebut. Kyuhyun sudah mengaku bahwa bukan dia yang mengirimkan memo tersebut.

Heechul memasuki ruangan itu. "Min.. Minnie.." panggil Heechul.

Hening.

"MINNIE!"Teriakan Heechul sukses membuyarkan lamunan Sungmin.

"Nne." jawab Sungmin masih dalam nuansa kagetnya.

"Kenapa kok bengong terus sih?" gerutu Heechul.

"Ah.. Chullie.. wae? Ada perlu apa?"

"Dari kemarin kau begitu terus deh. Ada kejadian apa?"

Sungmin terdiam. Tidak ada apa-apa yang terjadi sih. Tapi sejak hari itu, ada yang aneh dengan kelakuan Kyuhyun.. Karena sepertinya foto-foto itu masih rutin dikirimkan padanya. Dia tetap mengantarku seperti biasa.. Tapi dibandingkan dengan sebelumnya, ada sesuatu yang.. Sepertinya ada rasa sedih yang.. "Ng─nggak ada apa-apa kok." Jawab Sungmin akhirnya.

"Oh ya? Kalau begitu, kerjakan pekerjaanmu dong. Ada tamu tuh."

Heechul menunjuk kearah pintu. Sungmin menoleh melihat seorang namja tengah berdiri disana.

Namja itu tersenyum licik dan berkata, "Ada hal yang ingin ku konsultasikan dengan Sungmin seonsaengnim. Aku si 'K'."

.

.

.

"Hah?" Kyuhyun mengalihkan pandangannya dari buku yang sedari tadi ia baca kepada sosok yeoja cantik berpostur tinggi tapi terkenal galak, Kim Heechul. Mereka jarang berkomunikasi melihat kondisi Kyuhyun yang anti sosial dan Heechul yang tak pernah beramah-tamah terhadap siapapun kecuali jika ada yang mengajaknya berbicara.

"Karena hari ini ada perlu penting, Minnie pesan padaku supaya menyuruhmu pulang duluan." Heechul menyampaikan dengan nada malas. Dipikirannya terselip beribu pertanyaan tentang hubungan Kyuhyun dan sepupunya. Bagaimana bisa seorang Kyuhyun yang antisosial bisa mendekati Sungmin, bahkan rela mengantarnya pulang setiap hari. Namja ini berbahaya. Karena dia jenius, aku harus semakin berhati-hati, pikir Heechul.

"Perlu penting?" Kata-kata Kyuhyun menginterupsi pemikirannya.

"Ne. Anak yang suka memasukkan memo ke kotak pertolongan itu sudah muncul." Heechul menatap Kyuhyun dengan tatapan mata curiga dan akhirnya ia memillih untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya walau tidak semua. Heechul memang mempunyai sifat yang blak-blakan.

"Kau juga sama saja. Pakai jadi pengawal segala. Seperti bukan kau saja. Apa yang kau incar? Jangan-jangan, kau juga mengincar Minnie? Kalau memang begitu, sebaiknya kau segera menghentikan permainanmu. Dia bukan tipe yeoja yang mau menjalin hubungan dengan muridnya hanya untuk main-main. Kalau kau membuat Minnie mengalami hal buruk seperti yang dilakukan orang itu, aku nggak akan mengampunimu." Ancam Heechul dengan nada sarkartis.

Kyuhyun yang memang tidak terbiasa mengekspresikan emosi dengan wajahnya, hanya diam. Ia tak terganggu dengan nada mengintimidasi dari Heechul. Ia mengerti perasaannya. Yeoja satu ini memang terkenal overprotective terhadap sepupunya itu. Ia sendiri juga tidak mengerti kenapa bisa jadi begini, karena ia bukan tipe orang yang mau repot-repot berurusan dengan orang lain. Apalagi mengurusnya.

"'Orang itu'? Apa maksudmu?"

Heechul mengalihkan pandangannya dari Kyuhyun. Tatapan matanya berubah jadi sendu.

"Kalau kau sudah mengantar Minnie sampai rumahnya, pasti kau tau. Cahaya yang menerangi rumah yang seharusnya nggak ada siapa-siapanya itu… adalah after effect akibat kejadian itu."

Rumah yang seharusnya nggak ada siapa-siapa?

Kenapa Heechul mengatakan rumah itu tidak ada siapa-siapa? Masa lalu seperti apa yang ada dibalik kelembutannya yang bagaikan malaikat itu?

.

.

.

Sementara itu diruang kesehatan, Sungmin sedang membereskan berkas-berkas di mejanya. Ia meminta namja itu menunggunya. Ya namja itu memang menunggunya, tapi sekaligus mengawasinya. Dia menatap Sungmin dengan tatapan datar. Yang jelas bukan tatapan seseorang yang datang untuk berkonsultasi. Sesekali Sungmin berbasa-basi untuk memecah keheningan diruang kesehatan itu dan menatap mata namja itu dengan hangat. Namja itu buru-buru memasang senyum yang sangat tulus. Mengganti sorot mata mengawasinya menjadi sorot mata polos tak bersalah. Benar-benar akting yang hebat.

Setelah selesai, Sungmin duduk dihadapan namja itu dan tersenyum manis.

"Disini nggak ada siapa-siapa kecuali kita berdua. Apalagi sekarang sudah lewat waktunya pulang sekolah. Pekerjaanku hari ini juga telah selesai. Terus, sebenarnya, ini bukanlah bagian dari pekerjaanku sebagai seorang perawat. Makanya, aku nggak akan mendengarkan masalahmu sebagai seorang guru perawat. Aku akan mendengarkanmu sebagai seorang 'Lee Sungmin'. Ayo sama-sama kita pikirkan, jalan terbaik untuk menyelesaikan masalahmu, Kibum"

Sekilas Kibum kembali memperlihatkan senyum liciknya.

.

.

.

Hari sudah gelap ketika Kyuhyun sampai di apartemennya. Ia benar-benar lelah setelah membantu Leeteuk seonsaengnim memeriksa hasil ujian. Hanya dengan itulah ia bisa makan malam.

Mengingat kondisinya yang sekarang sangat miskin, Kyuhyun bekerja part time sebagai guru privat anak SD. Tapi gajinya hanya mampu menutupi biaya sewa apartemennya. Ia masih butuh pekerjaan part time lain lagi asal bisa makan. Semua ini sudah dijalaninya selama 2 tahun, sejak ia memutuskan tinggal terpisah dari orang tuanya dan sebisa mungkin tidak menyentuh uang yang appanya kirimkan.

Kyuhyun segera melepas dasinya dan membuka baju sekolahnya. Yang ada dipikirannya saat ini hanyalah mandi dan beristirahat.

Honja jisenun bamun na gudega jakku to olla

Gudeyege jonhwarul golo tujongul burinda hedo

Lagu Believe dari Super Junior sayup-sayup terdengar dari tas Kyuhyun. Pertanda ada panggilan masuk. Kyuhyun menghela nafas, ia bersumpah jika itu eommanya, ia akan segera mematikan handphonenya.

Ia bergidik menatap layar handphonenya. Private number? Seketika perasaanya mejadi tidak enak. Dengan cepat ia menekan tombol hijau.

"Datanglah ke gudang olahraga SM High School. Akan kukembalikan negative foto-foto itu, lalu.."

Kyuhyun yakin bahwa itu suara namja. Namja seumurannya. Tapi sebelum ia berfikir lebih jauh lagi, suara itu kembali menginterupsinya.

"Eh? Ini dimana? Gelap sekali. Tidak kelihatan apa-apa."

Sungmin. Itu suara Sungmin. Kyuhyun tercekat. Ada bagian dalam dirinya mulai panik, takut sesuatu terjadi dengan Sungmin.

"Kau siapa?" Sela Kyuhyun tak sabar.

"Kau harus cepat datang, mumpung guru perawatmu yang manis ini masih belum diapa-apakan. Datanglah sendiri!"

Tuut tuut tuut

Kyuhyun memandang handphonenya dengan geram. Otak jeniusnya berfikir dengan cepat untuk menemukan siapa dalang dibalik semua ini. Masalah kali ini.. ia benar-benar tak bisa memaafkannya karena berani melibatkan Sungmin. Oh serigala ganas benar-benar terbangun sekarang.

.

.

.

Perlahan Sungmin membuka matanya. Kepalanya serasa berputar. Gelap. Tapi cahaya bulan yang masuk melalui jendela sedikit membantu untuk melihat sekelilingnya. Banyak peralatan olahraga. Ia sendiri duduk diatas matras dan tangan kirinya terikat kuat pada keranjang yang penuh dengan bola basket. Dan pakaiannya saat ini hanya tersisa baju dalam yang tipis. Sedetik kemudian tangisnya pun pecah.

"Hiks.. Hiks.. Kenapa aku nggak pakai baju?"

Sungmin memegang kepalanya yang pusing. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Tapi yang pasti ia ingat waktu ia sedang mendengarkan masalah Kibum, ia meminum teh yang dituangkan oleh Kibum. Setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi.

Kibum yang mendengar tangisan Sungmin dibalik pintu gudang hanya bisa sweatdrop. Seonsaengnimnya menangis seperti anak kecil yang kehilangan permennya. Dan masalah pakaiannya, bagaimana bisa Sungmin memiliki kebiasaan selalu membuka bajunya saat ia mabuk. Konyol sekali. Dan seonsaengnim seperti ini yang menarik perhatian seorang Kyuhyun? Sulit dipercaya. Itu artinya Kyuhyun harus lebih berhati-hati karena memiliki titik lemah yang rawan seperti ini.

"Kibum? Kibum? Kau dimana? Gelap sekali, aku nggak kelihatan apa-apa. Hiks.. Kibum, dia nggak berbuat macam-macam kan? Hiks.. Kau nggak apa-apa? Apa ada yang luka?"

Kibum tersentak mendengar ucapan Sungmin yang terdengar gemetar itu. Apa-apaan sih dia ini? Kalau dipikir baik-baik, seharusnya dia langsung tau siapa dalangnya. Kan dia sudah minum teh yang kucampur brandy…

"Aku.. takut gelap.. tapi.. aku akan bertahan.. Ki.. Kibum.. Kau juga harus berusaha ya?"

Sungmin mencoba menghentikan tangisnya, traumanya akan gelap seakan menyeretnya kedalam ketakutan yang teramat sangat. Tapi dia bertahan, demi melindungi Kibum. Ia merasa hanya dirilah yang dapat diandalkan Kibum sekarang, karena itu ia tidak boleh terlihat lemah. Ia berusaha melepaskan tali yang mengikatnya.

Sedangkan Kibum hanya bisa terdiam mendengarkan Sungmin. Ia benar-benar tidak menyangka Sungmin tak sedikitpun curiga kepadanya. Pikirannya melayang ke alasan kenapa ia mau melakukan hal seperti ini.

Bermula dari dirinya yang iri terhadap Cho Kyuhyun. Kibum yang biasanya meraih nilai tertinggi, hanya tinggal kenangan saat Kyuhyun hadir dihidupnya. Kyuhyun yang memiliki segalanya. Wajah tampan, kekuasaan dan kejeniusan. Ia merasa dirinya tak sebanding dengan Kyuhyun, ditambah lagi eommanya yang selalu menuntut agar dia bisa membalikkan namanya sebagai juara.

Usaha apapun sudah ia lakukan, tapi usahanya seakan tak berarti apa-apa dihadapan namja berambut cokelat karamel itu. Kibum yang frustasi, bertemu dengan Go Em Pyo, seonsaengnim yang memiliki dendam pribadi terhadap Kyuhyun.

Ia dan Go Em Pyo menyusun rencana untuk menjatuhkan Kyuhyun. Sungmin dan foto itu hanyalah umpan untuk memancing Kyuhyun. Setelah mengurung Sungmin dalam gedung olahraga, ia akan menghubungi Eun Min Je dan Kang Hoi Yun, seonsaengnim yang terkenal sangat menggilai Sungmin. Kemudian saat mereka datang, melihat Sungmin dengan pakaian seperti itu berduaan dengan Kyuhyun, pasti mereka akan berpikir bahwa Kyuhyun menyerang Sungmin digedung olahraga.

Tapi sekarang apa yang…

"Siapapun juga orangnya pasti nggak bisa menghindar dari keputusan untuk melewati sebuah jalan kecil yang gelap, walaupun cuma sekali. Tapi asalkan ada seseorang disamping kita, pasti kita bisa menjadi lebih tegar. Jangan cemas Kibum, untuk itulah aku ada disini."

Sungmin hanya ingin menemaninya. Menemani dirinya yang tertekan atas tuntutan orang tuanya, tertekan dengan kehadiran Kyuhyun. Mata Kibum menatap kosong, merasakan seluruh jiwanya tercabut dari tubuhnya.

Dan apa yang ia lakukan sekarang? Sungmin sudah begitu baik dan percaya padanya..

Ia baru menyadari selama ini yang ia butuhkan hanyalah support, bukan tuntutan yang selama ini diberikan eommanya. Sekalipun… ia tidak pernah membayangkan rasanya ditemani. Selama ini ia hanya sendirian.

"Kalau akhirnya kau masih bisa nangis, seharusnya dari awal, sekalian saja kau tidak usah ikut campur melakukan tindak kriminal amatiran yang gampang sekali dibaca seperti ini."

Suara bass ini.. Kibum mengangkat kepala dan tubuhnya langsung kaku melihat pemandangan itu.

Kyuhyun berdiri dihadapannya bersama Go seonsaengnim yang tertunduk penuh rasa malu.

"Kau… Kenapa kau bisa tau bahwa Go Seonsaengnim lah pelaku sebenarnya?" Kibum tak bisa lagi menyembunyikan rasa terkejutnya melihat Kyuhyun dengan mudahnya mengungkap rencana yang sudah ia rencanakan dengan matang dengan Go Seonsaengnim.

Kyuhyun mendengus pelan dan menatap Kibum. Lalu ia mulai menceritakan bagaimana ia mendapatkan identitasnya dari Kim Heechul, karena ketika Kibum datang ke ruang kesehatan, saat itu Sungmin tengah bersamanya. Lalu ia berpikir tak mungkin seorang Kim Kibum, mantan peraih nilai tertinggi disekolahnya, merencanakan hal yang bisa merusak reputasinya. Satu nama langsung terlintas di benaknya, sebuah nama yang licik, yang tak kan mau membalas dendam dengan mengotori tangannya sendiri. Go Seonsaengnim. Kemudian dengan mudahnya Go Seonsaengnim membuka semua rencananya hanya dengan pernyataan sederhana Kyuhyun di telepon 'aku sudah mengetahuinya dari Kibum-ssi'.

Kyuhyun menceritakannya dengan pandangan meremehkan, seolah-olah ini kasus kecil yang tak sama sekali tidak menantang. Yang mengganggu pikirannya bukan masalah ini, tapi cerita Heechul tentang masa lalu Sungmin.

"Jadi apa yang akan kau lakukan pada kami hah? Melaporkan pada polisi?" Kibum tertunduk sambil merutuki dirinya yang sangat bodoh sehingga mau diperalat oleh Go Em Pyo.

"Aku tidak berniat melakukan apa-apa. Aku juga bukan orang yang bersih. Kalian berdua juga sudah kapok, dan tidak akan mengulangi perbuatan seperti ini kan?"

Rasa cemas menelusup ke ruang hatinya. Ia pasti sangat ketakutan berada diruang gelap. Dengan langkah tergesa Kyuhyun segera mencari pintu gudang, ia harus cepat membawa Sungmin pergi dari sini. Cerita Heechul tadi berputar diotaknya.

Minnie itu selalu menyalakan lampu di genkan dan ruang tamu setiap kali dia mau keluar. Dia takut pulang ke rumah yang tidak ada seorangpun kecuali dirinya sendiri.

Waktu SMA dulu, pernah ada orang masuk tanpa diundang kerumah Minnie. Pelakunya adalah seorang namja dekat sekolahnya, yang cintanya bertepuk sebelah tangan pada Minnie. Karena Minnie sudah ribut dulu, orang itu langsung kabur tanpa sempat melakukan apa-apa.

Kyuhyun perlahan membuka pintu gudang. Kegelapan menyambutnya. Lalu ia menangkap siluet tubuh yang duduk mematung.

Setelah itu, repotnya, selama beberapa waktu, dia tidak pernah membuka mulut. Waktu yang dipilihnya jelek sekali.

Kyuhyun menatap dengan pandangan tidak percaya. Sungmin hanya memakai baju dalam tipis yang dengan sukses mencetak lekuk lekuk tubuhnya, menatapnya dengan pandangan kosong. Ditangannya ada bekas ikatan tali dan matanya terlihat seperti habis menangis.

Terjadi tepat saat kedua orang tua Minnie baru saja meninggal dunia.

"Kyu.. hyun..?"

Suara Sungmin kembali menyadarkannya. Suara itu penuh rasa ketakutan. Sosok dihadapannya begitu rapuh saat ini, berbeda dengan sosok yang ia lihat selama ini di ruang kesehatan, sosok yang menguatkannya, yang mengelus lembut kepalanya, yang selalu tersenyum bagaikan seorang malaikat suci. Berbeda. Kali ini Sungmin hanyalah terlihat seperti seorang gadis kecil yang kesepian.

"Anda.. Ah.. Iya.. Sekarang, pakai baju saja dulu. Tunggu sebentar." Susah payah Kyuhyun membuka mulutnya, pemandangan dihadapannya membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia tetaplah seorang remaja normal yang akan panas dingin jika disuguhkan pemandangan sepeti ini, ditambah lagi dengan cerita Heechul tadi membuat Kyuhyun ingin melindungi gadis dihadapannya ini. Bahkan ia rela membunuh siapapun yang berani menyentuhnya.

Sungmin segera menarik kemeja Kyuhyun dan menjatuhkan diri dalam pelukannya. Kyuhyun hanya bisa terdiam. Dirasakannya tubuh Sungmin gemetar, menahan rasa takut yang mencekamnya dari tadi. Perlahan Kyuhyun memeluk Sungmin yang kini sedang menangis dibahunya, memeluknya lembut dan mengelus rambut hitam panjangnya.

"Hebat.. Kau sudah berhasil berjuang sampai sini, Sungmin"

.

.

.

Burung-burung merpati yang hinggap didekat jendela apartemen Kyuhyun mulai berkicau pertanda hari sudah pagi. Matahari sudah bersinar terang memasuki ruangan apartemen yang kosong. Menandakan pemiliknya tak mampu membeli perabotan apapun untuk mengisi kekosongan tersebut. Disana hanya tampak sebuah kasur yang ditiduri (?) oleh dua orang yang berbeda gender─Kyuhyun dan Sungmin. Perlahan Sungmin membuka matanya dan..

"Ke..Kenapa aku bisa ada disini? Aaaah aku juga nggak pakai baju!" teriak Sungmin sambil menyilangkan tangannya untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang terekspos.

Kyuhyun yang tengah tertidur disampingnya, terbangun mendengar teriakan itu. Ia masih memasang tampang mengantuk dan melihat Sungmin, lalu dengan cueknya ia bangkit menuju kamar mandi,

"Habisnya, kemarin seonsaengnim langsung tertidur begitu sudah capek menangis."

.

TO BE CONTINUE…