New WonKyu love story (again).
Hope you like it.
Gamsahamnida :)
Warning: Boys Love, Crack Pair, PG-17, OOC, Anti WKS please don't read.
Jangan buang-buang waktu cuma buat nge-bash!
.
Disclaimer: Semua chara adalah milik setiap ELF
.
Rate: M
.
Summary: Aku tak pernah percaya dengan apa yang disebut cinta.
Aku tak percaya pada orang lain.
Aku hanya akan berbagi dengan diriku sendiri.
Dan kaulah orang terbodoh karena mencintai manusia sepertiku.
.
.
.
~Happy Reading~
.
.
.
.
.
"The Meaning of Love"
Cho Kyuhyun POV.
Hoammhhh
Entah sudah berapa kalinya aku menguap lebar. Membosankan sekali. Bangun pagi dihari minggu hanya untuk menemani kekasihku beribadah di gereja.
Aku menatap bosan pada jemaat gereja kecil disalah satu sudut kota Seoul ini. Didominasi oleh orang-orang tua yang aku yakin usianya sudah lebih dari 50 tahun. Tentu saja, jarang sekali ada anak muda yang mau merusak hari santai mereka untuk membaca Alkitab yang tak bisa kumengerti isinya itu.
Pandanganku tertuju pada seorang namja tampan berbadan tegap yang duduk dideretan depan. Namja itulah kekasihku. Namanya Choi Siwon. Aku baru satu bulan mengenalnya. Dan inilah kebiasaan kami sejak 2 minggu terakhir. Setiap hari minggu, ia akan melakukan cara apapun untuk membangunkanku dan menyeretku kegereja.
Yah walaupun akan selalu berakhir seperti ini. Aku tak pernah mau masuk dan ikut duduk disampingnya mendengarkan Khotbah Pendeta. Aku lebih memilih duduk dibangku yang ada diperkarangan gereja itu. Siwon tak pernah keberatan untuk hal yang satu ini. Baginya sudah cukup, yang terpenting aku mau menemaninya kegereja.
Lokasi gereja yang memang cukup jauh dari segala hiruk pikuk kota membuat udara sekitar terasa sangat segar. Pemandangannya pun cukup menyejukkan untuk sebuah tempat ibadah.
Aku menutup mataku dan menghirup udara segar ini sebanyak apapun aku bisa. Fikiranku melayang jauh pada saat dimana aku pertama kali mengenal Siwon dan akhirnya memutuskan untuk menerima pernyataan cintanya.
FlashBack.
Braakkk
"Kau ini tak pernah jera ya?! Kau ingin mati hah?!"
Brakk
Aku meringis merasakan sakit saat kesekian kalinya punggungku menghantam dinding gudang olahraga kampus ini.
"Kau pelacur murahan Cho Kyuhyun! Apa kau tak bisa mencari namja lain sehingga harus menggoda kekasihku?!"
Kepalaku berdengung mendengar teriakan demi teriakan yang mereka lancarkan kepadaku. Kalian ingin tahu bagaimana bisa aku berakhir di gedung olahraga ini?
Tepat saat dosen keluar dari pintu kelas, dua namja yang aku yakin adalah seniorku masuk kedalam kelas dan mendatangiku. Salah seorang dari mereka segera menarik kasar pergelangan tanganku agar mengikutinya
Hal seperti ini sudah sangat biasa bagiku. Dan sepertinya kali ini aku harus menyisihkan uangku untuk membeli peralatan p3k lagi.
Dua namja seniorku itu menarikku masuk kedalam gedung olahraga kampus yang lama tak terpakai. Dan ketika mereka mendorongku masuk, aku melihat ada satu orang namja lagi dengan tongkat baseball ditangannya telah menunggu kedatanganku.
"Jadi kau yang bernama Cho Kyuhyun?" Tanya namja yang aku kenali bernama Lee Hyukjae itu.
Plakk
Satu tamparan kuat mendarat mulus dipipi putihku. Kedua tanganku yang dipegang erat oleh dua namja lain membuatku tak bisa bergerak banyak.
"Waw apa aku menyakitimu?" tanyanya sembari mengerjap-erjapkan matanya.
Aku hanya tersenyum mengejek mendengar pertanyaan bodohnya. Menyebalkan sekali rasanya harus berhadapan lagi dengan namja bermata sipit ini. Ya, entah sudah keberapa kalinya kejadian seperti ini terjadi.
"Aku dengar, kemarin kau tidur bersama Hae-ku lagi Kyu. Benarkah itu?" Tanyanya lagi. Ia mengusap pelan pipiku yang memerah karena tamparannya tadi.
"Apa kau tak bisa mencari namja lain untuk mengisi lubangmu yang selalu haus akan kejantanan itu, hm? Apakah menyenangkan tidur bersama namja yang sudah memiliki kekasih?"
Aku hanya diam tak menanggapi. Aku bosan mendengar ocehannya yang tak pernah jauh dari kata-kata kotor itu. Apa dia tak tau bahwa kekasihnya sendiri yang datang ke apartementku dan langsung meniduriku? Oh tentu saja Donghae bodoh itu tak mengatakan yang sebenarnya. Mana mungkin namja pengecut itu berani mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kenapa diam Kyu?"
Cuih
Aku memejamkan mata dan memalingkan wajah saat Hyukjae meludahiku. Sungguh ini bukan hal yang baru untukku. Aku bahkan pernah mendapat tindakan yang lebih buruk daripada ini.
"Cih membosankan. Kalian bersenang-senanglah dengannya. Aku akan menghabisinya nanti." Titah Hyukjae kepada dua temannya.
Dan kedua namja yang tak kukenal itu pun segera melempar tubuhku ke dinding beton. Teriakan demi teriakan menggema didalam ruangan yang lebar dan pengap ini.
Aku tak mengenal kedua namja yang sedang menyiksaku ini. Tapi aku yakin mereka adalah kekasih dari namja-namja yang pernah tidur bersamaku. Aku tak ingin merepotkan diri mengingat nama puluhan namja yang telah meraup nikmat dari lubang bagian bawahku.
Seperti yang kukatakan, bukan pertama kalinya aku mendapatkan perlakuan seperti ini. Entah sudah berapa banyak lebam yang ada dibutuhku. Namun aku tak akan pernah membalas apa yang mereka lakukan terhadapku.
Kalian fikir aku lemah? Tentu saja tidak. Aku memegang sabuk hitam bela diri Taekwondo. Aku diam karena aku sadar, mereka hanya melampiaskan kekecewaan mereka terhadapku. Kekecewaan karena pengkhianatan. Dan aku sangat mengetahui bagaimana sakitnya hal itu.
Bruakk
Kali ini aku tak dapat lagi menopang beban tubuhku. Mereka melemparku kearah meja yang mempunyai sudut runcing. Dan sudut itu tepat mengenai kejantananku. Tentu saja hal ini membuatku lemas seketika. Rasa sakitnya sungguh tak tertahankan. Aku yakin setelah ini kejantananku pasti tidak akan bisa 'bangun' untuk beberapa hari kedepan.
"Kalian sudah selesai dengannya?" Suara Hyukjae kembali menginterupsi.
Dengan perlahan sembari mengayun-ayunkan tongkat baseball ia berjalan kearahku yang tergeletak dilantai. Dengan nafas terengah aku menanti apa yang akan ia lakukan.
"Saatnya pembalasan Kyu." Ia mengangkat tongkat yang terbuat dari besi itu. Dan kapanpun ia mau, tongkat itu pasti akan membuat kepalaku mengalami pendaharan yang cukup serius.
Aku menutup mataku. Mungkin lebih baik seperti ini. Tak melihat apa yang mungkin akan merenggut nyawamu saat ini juga.
"Berhenti."
Aku membuka mataku saat sebuah suara berat menginterupsi keadaan. Aku tak dapat melihat jelas siapa pemilik suara berat itu.
"Cih pengganggu. Ayo kita pergi." Dengan kesal Hyukjae melempar tongkat baseballnya dan segera keluar dari geduang olahraga diikuti oleh kedua temannya. Dan tinggallah aku berdua dengan orang yang menyelamatkan kepalaku ini.
"Kau tak apa?" Tanyanya sembari menghampiriku yang masih tergeletak dilantai.
Dapat kulihat sebuah wajah yang terukir dengan sempurna sedang menatap khawatir kepadaku. Dan aku hanya membalas pertanyaannya dengan sebuah senyuman lemah sebelum kegelapan meliputi dan aku tak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
"Nghh" Aku mengerang pelan saat aku mencoba membuka mata.
Aku mengerutkan keningku saat aroma khas obat-obatan menyeruak masuk kedalam hidungku. Dan ruangan yang didominasi oleh warna putih ini membuatku semakin yakin aku sedang berada dirumah sakit.
Sembari menahan pusing, aku mencoba mendudukkan diriku. Dan aku menatap bingung pada seseorang yang aku yakin adalah namja sedang tertidur pulas diatas kursi disamping ranjang perawatanku.
Aku mencoba mengingat apa yang terjadi sehingga aku berakhir dirumah sakit dengan seorang namja yang tidak kukenal ini. Dan mataku sedikit terbelalak ketika kejadian di gedung olahraga kembali terputar jelas didalam fikiranku.
'Jadi dia yang menyelamatkanku?' batinku.
Aku mengarahkan tanganku kebahunya yang terlihat tegap. Lalu aku sedikit menggoncangkannya agar ia terbangun.
Sepertinya tindakanku berhasil. Perlahan ia membuka mata dan mencoba mengumpulkan kembali kesadarannya.
"Ah kau sudah terbangun." Pekiknya girang.
Aku hanya terdiam sembari menatap bingung kearahnya.
"Ah perkenalkan Choi Siwon imnida. Aku yang tadi melihatmu diserang digedung olahraga. Aku membawamu kesini karena kau pingsan. Lagipula aku tak tau dimana rumahmu."
Aku mengangguk pelan.
'Jadi ia namja yang bernama Siwon.' Batinku.
Beberapa hari ini kampus diributkan oleh berita-berita mengenai kepindahan seorang anak dari pengusaha kaya di Seoul. Berita-berita itu mengelu-elukan ketampanan dan kekayaan Siwon.
Sepertinya berita-berita itu tak salah. Siwon memang sangat tampan dan sepertinya ia memang sangat kaya. Terlihat dari ruangan perawatanku yang sepertinya berkelas VVIP ini.
"Namamu Cho Kyuhyun kan? Tadi aku sempat melihat kartu mahasiswamu." Ujarnya mengusik lamunanku.
Aku mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaannya.
"Oh ya, tadi kata dokter alat vitalmu terluka cukup mungkin tidak akan berfungsi untuk beberapa hari kedepan." Ujarnya menjelaskan tanpa canggung sedikitpun.
"Gomawo." Ucapku tulus. Bagaimanapun juga ia yang menyelamatkanku. Jadi aku harus berterima kasih padanya.
"Tak apa. Hm, kau ada masalah apa dengan namja-namja tadi? Mereka pengecut sekali. 3 lawan 1 tentu saja kau kalah. Huh benar-benar pengecut." Ujarnya kesal.
Aku memilih untuk diam. Ya, Siwon adalah mahasiswa baru. Jadi tak mungkin ia tau gossip tentangku yang berkembang luas dikampusku.
"Hm Kyu, wajahmu manis juga untuk ukuran seorang namja." Pujinya sembari tertunduk malu.
Aku terkekeh geli melihat semburat kemerahan yang timbul dipipinya. Bagaimana bisa ia yang tersipu? Seharusnya kan aku yang tersipu karena ia memujiku. Sungguh namja yang menarik.
"Kyu, kau mau jadi kekasihku?" tanyanya sembari tetap menunduk menyembunyikan wajah.
Aku tertegun. Bagaimana bisa namja ini mengajakku menjalin hubungan? Bahkan belum ada 24 jam kami saling mengenal. Tapi tak ada salahnya kan? Ia tampan dan juga kaya. Sepertinya akan menarik.
"Aku mau"
Flashback Off.
Aku menghela nafas panjang mengingat kejadian hari itu. Hari ini tepat 35 hari kami bersama. Dan sudah 2 minggu terakhir kami tinggal bersama. Tunggakkan pembayaran apartementku membuat aku diusir oleh sang pemilik. Melihat hal itu, Siwon mengajakku untuk tinggal bersamanya. Tentu saja dengan senang hati aku menerima tawarannya.
Berpacaran dengannya bukan berarti aku menghilangkan semua kebiasaan burukku. Aku tetap tidur bersama namja-namja lain. Aku tetap sering berpesta minuman dengan namja-namja lain dibar.
Aku pernah mengatakan kepada Siwon jika aku tak ingin dikekang. Aku ingin bebas. Dan oleh karena itu ia tak pernah melarang apapun yang ingin aku lakukan.
Aku tak tau apa Siwon benar-benar mencintaiku. Ia selalu tersenyum saat aku becumbu dengan namja lain didepannya. Ia akan selalu tersenyum saat aku memakinya karena kesal. Dan ia akan selalu menuruti apa yang aku mau.
Tapi semua hal itu sama sekali tak bisa membuatku yakin tentang perasaan Siwon terhadapku. Tidak akan ada namja yang tersenyum melihat kekasihnya bercumbu dengan orang lain. Tapi aku tak buta untuk bisa melihat ada kekecewaan besar dibalik senyumannya yang sempurna itu.
Apa kau benar-benar mencintaiku hyung?
Kalau benar, maka itu adalah kesalahan terbesar yang kau buat.
Karena aku tak akan pernah membalas cintamu.
.
.
.
.
.
"Kyu, kau ada acara malam ini?" Tanya Changmin, salah seorang teman sekelas sekaligus namja yang sering tidur denganku.
"Kurasa tak ada." Ujarku singkat. Aku yakin ia pasti akan mengajakku 'bersenang-senang' malam ini.
"Bagaimana jika kita keapartement ku?" Tanyanya sembari mengerlingkan mata.
"Boleh saja."
Aku berjalan keluar kelas bersama Changmin yang asik memainkan tangannya pada bongkahan bokongku. Sungguh risih, tapi aku yakin dia tak akan menyingkirkan tangannya dari sana walau aku meneriakinya.
Tepat saat aku dan Changmin keluar dari kelas, aku berpapasan dengan Siwon hyung yang sedang berjalan menuju kearahku. Sepertinya ia akan menjemputku seperti apa yang ia katakan melalui sms tadi.
"Kyu…" Sapanya pelan. Raut wajahnya terlihat berubah saat melihat Changmin yang masih setia memainkan tangannya di bokongku.
"Aku tak bisa pulang bersamamu hari ini hyung. Kau pulang saja duluan." Ucapku datar.
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati dijalan ne. Dan jangan pulang terlalu malam."
Aku hanya mengangguk pelan menanggapi ucapannya. Tanpa mau mengulur waktu lagi, aku menggandeng lengan Changmin dan segera mengajaknya beranjak meninggalkan Siwon hyung yang hanya bisa menatap miris pada punggungku yang berjalan menjauh.
.
.
.
.
.
Dengan tertatih aku berjalan menuju kamar 407 tempat aku dan Siwon hyung tinggal. Berkali-kali aku mengumpat karena rasa perih dibokongku. Permainan Changmin sungguh sangat tidak bisa dibilang lembut tadi. Benar-benar namja jangkung dan liar.
Aku menghela nafas lega setelah berhasil sampai didepan pintu apartement. Kulirik sekilas pada jam tangan pemberian Siwon hyung.
'Pukul 3 pagi. Pasti ia sudah tidur.' Batinku.
Aku memencet password agar pintu apartement bisa terbuka. Setelah terbuka, dengan perlahan aku masuk kedalam. Betapa terkejutnya aku melihat Siwon hyung sedang duduk sembari menahan kantuk di ruang makan. Diatas meja makan terlihat makan malam yang sepertinya sudah dingin karena terlalu lama didiamkan.
"Hyung…." Lirihku.
Mendengar suaraku, seketika mata Siwon hyung terbuka. Ia menoleh dan tersenyum hangat kearahku.
"Kau sudah pulang Kyu? Aku memasak untuk kita malam ini. Ayo kita makan." Ia bangkit dan berjalan kearahku.
Ditariknya tanganku perlahan menuju meja makan. Dengan sabar ia menungguku yang berjalan tertatih. Ya, melihatku berjalan tertatih pasti bukanlah hal yang baru untuknya.
Setelah sampai didepan meja makan, ia menarik sebuah kursi dan mempersilahkanku untuk duduk. Dan saat aku mau duduk, ia menahanku dan segera berlari kearah ruang tamu. Lalu ia kembali dengan membawa sebuah bantal sofa untuk alas dudukku.
Sekali lagi aku tertegun melihat tingkahnya. Untuk apa kau melakukan ini semua hyung?
"Ini masakan pertamaku Kyu. Tak senikmat makanan restoran tentu saja, tapi aku yakin bisa dimakan kok." Ujarnya sembari mengambilkanku semangkuk nasi.
"Kenapa kau melakukan ini semua hyung?" Tanyaku dingin. Aku sungguh tak suka melihatnya seperti ini. Ini hanya akan membuatku semakin merasa bersalah padanya.
"Aku hanya ingin makan bersamamu Kyu." Jawabnya sembari tersenyum.
"Kau ini bukan anak kecil. Untuk apa menungguku selarut ini hanya untuk makan? Kau ini bodoh atau apa?!" Bentakku.
Siwon hyung tampak terkejut mendengar perkataanku. Kekecewaan tampak jelas diwajah tamapannya. Ya, lebih baik seperti ini hyung. Bencilah aku agarsemuanya jadi lebih mudah.
"Mianhae Kyu." Ujarnya lirih.
"Jangan pernah berfikir hal seperti ini akan membuatku terkesan hyung. Kau hanya membuat dirimu tampak semakin bodoh." Ujarku dingin.
Ia terdiam. Ia menundukkan kepalanya agar aku tak dapat melihat betapa besar kekecewaan yang ia rasakan.
"Aku ingin tidur."
"Tapi Kyu, bagaimana dengan makanannya?"
"Habiskan saja sendiri."
Aku berjalan menuju kekamar meninggalkan Siwon hyung dengan segala kekecewaanya.
.
.
.
.
.
TBC Or Delete?
Layak lanjutkah cerita ini? Review ne.
