Fanfiksi ini dibuat tanpa mengambil profit apapun, Love Live! bukan milik saya.

[ a/n. sekedar jeda karena kuliah sudah mulai lagi ]


Mungkin, dia hanya bisa berharap, itupun tidak banyak.

Matsuura Kanan, itu namanya; meninggalkan masalah sesukanya dan mengorbankan diri sesukanya-

-tunggu, tidak, tidak.

Kurosawa Dia menepis sepi dengan tangan tertutup, manik hijau terpaku pada luas laut tak berujung dan senja tak terbilang.

'Berlakulah sesukanya, tak ada gunanya ia menyebut satu kata.' Dia menghatur dalam hati, di kantung terdalam yang takkan pernah ia buka untuk sembari berbisik sindir.

Dia akan berjalan di pantai sore hari, melirik kanan dan kiri sebelum bersenandung kecil, menulis lirik lagu di pasir pantai sebelum dihantam debur pasang, atau sekedar merasakan selip demi selip pasir di jari-jemari kakinya, menunggu tanpa jawab.

Ia tahu, ia tahu betul ia bisa bercengkerama lewat bantuan ponsel; sembari mengetik pesan dengan batas seratus enam puluh kata atau berkirim sapa dengan aplikasi ponsel pintar, atau ya, menelpon; membicarakan hal yang sama, mendiskusikan hal yang selaras.

Mendengar suaranya, cukup.

Melihatnya senang, cukup.

"Kanan-san," Dia menulis di atas pasir, nafas tertahan. "Kenapa kau tidak menyadari hal yang begitu dekat?"