Derap langkah terdengar di sebuah gang kecil yang sunyi dan gelap, hanya cahaya bulan yang menerangi sedikit sisi di gang tersebut, langkah yang terdengar semakin nyaring, seperti seseorang yang sedang berlari dari sesuatu, langkah itu berhenti, ketika jalan buntu adalah satu hal yang dapat terlihat, mahluk yang menciptakan langkah itu meneteskan keringat dingin, ketika dia sadar bahwa jalan yang diambil adalah salah, buntu. Kini rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya, membakar rasa yang telah lama tidak ia rasakan.
"Target ditemukan, Eliminasi" Sebuah suara seorang laki-laki terdengar di ujung gang, rasa takut yang bergejolak harus dirasakan kembali ketika mahluk itu berbalik dan mendapati seseorang, dengan setelan jas hitam panjang, dan sebuah topeng putih dengan pola listrik ungu pada bagian mata kanannya, sebuah garis lengkungan tipis dan panjang yang terletak pada bagian bawah topeng itu, diidentifikasi sebagai mulut pada topeng yang dikenakan.
"T-tolong ampuni aku, biarkan aku hidup" Suara tergagap keluar dari mahluk itu, rasa takut akan kematian terus menghantui pikirannya, walaupun ras seperti dia seharusnya memiliki ego yang tinggi, namun ego itu harus kalah karena aroma kematian yang sebentar lagi akan terjadi.
"Permintaan tidak diterima, Eliminasi" Tidak lama setelah itu, banyak sekali tali, atau lebih tepatnya tali kawat melilit mahluk yang berbentuk sangat abstrak itu, dimulai dari leher, kedua tangan, kaki, maupun kemaluan, sangat kuat hingga dapat membuat luka gores pada kulit tebal mahluk itu. Kawat yang tersambung pada ikat pinggang sang pria bertopeng, tidak lama, sebuah debit listrik statis menjalar pada kawat, mengarah pada sang target yang terlilit dengan tegangan yang sangat tinggi, mengingat kawat sendiri adalah konduktor listrik yang baik.
Detik berikutnya, sang mahluk berbentuk abstrak menghilang, lenyap hingga ke titik debu, satu nyawa melayang pada kejadian tersebut, pergi untuk bertemu dewa kematian yang sebentar lagi akan mengantarkannya ke neraka.
"Iblis liar, sebuah kesalahan yang patut menghilang dalam peradaban"
Sosok pria bertopeng itu menghilang bersama angin malam yang berhembus, tidak ada yang tau kemana dia pergi, bagai bayangan yang juga akan menghilang ketika tidak ada cahaya sebagai pantulan, satu lagi misteri kembali muncul, bagi manusia mereka tidak tau apa yang akan terjadi, namun berbeda bagi mahluk supra natural, hanya pencarian yang dapat mereka lakukan. Dan malam itu, berakhir seperti biasa.
Siapa dia? Orang-orang menyebutnya 'The Black Reaper'
.
Hal Yang Lebih Gelap Daripada Hitam?
Disclaimer : I don't own anything
Pairing : ?
Genre : Adventure, Romance, Action, Sci-fi(maybe), Drama, Fantasy, Mysteri
Warning : OOC, Typo, Abal, Gaje, EYD Ngawur.
Rate : M (Buat perkataan dan sebangsanya)
Summary : Dia hanya satu diantara sekian banyak percobaan yang dilakukan oleh sebuah kelompok, beberapa mengatakan bahwa cerita tentang manusia berkekuatan super hanyalah sebuah dongeng. Ketidaktauan masyarakat menutupinya, bagaikan debu yang hilang tertiup angin, mereka bergerak dalam bayangan, mengeliminasi setiap insan yang telah melakukan kesalahan, tidak ada kepastian tentang mereka, hanya sebuah cerita masyarakat yang juga tidak dapat membuktikannya, cerita ini, diambil dari sisi itu, sisi yang lebih gelap daripada warna hitam pada langit malam.
.
.
Pagi. Adalah waktu dimana setiap individu melakukan aktivitas, atau malah sebagai waktu untuk para mahluk nokturnal beristirahat.
Di sebuah rumah kecil di kota Kuoh, kini terlihat seorang remaja dengan rambut pirang yang masih bergelut dalam mimpi tengah tertidur kasur tempat tidurnya, sesekali dengkuran merdu yang dapat mengajak siapapun ikut masuk kedalamnya keluar dari bibir sang pemuda, entah fantasy liar apa yang sedang dialaminya, namun hal tersebuat tidak bertahan lama ketika sebuah suara jam weker membangunkannya, dengan gerakan tangan yang lemas, pemuda yang tidurnya sedang tergangu itu segera mematikan suara jam weker yang memekakan telinga.
Ketika pertama kali membuka mata, butuh beberapa detik agar matanya dapat terbiasa dengan direksi cahaya yang diterima, setelah dirasa cukup terbiasa, dia bangun dan mengambil handuk yang bersandar pada gantungan di pintu kamarnya, untuk kemudian memasuki kamar mandi dan melakukan aktifitas rutinnya.
((SKIP))
Pemuda itu kini telah berpakaian rapi, mengenakan sebuah seragam sekolah, memastikan bahwa penampilannya sudah cukup meyakinkan di cermin yang berada di hadapannya.
"Lihatlah dirimu sekarang Namikaze Naruto, begitu tampan dan keren" Sebuah monolog tercipta, bagaimana tidak? pria bernama lengkap Namikaze Naruto itu memiliki wajah yang begitu indah, dengan rambut pirang jabrik dan mata biru shappire yang dapat menenggelamkan siapapun, memang cocok dengan wajah mulus tanpa jerawat berkulit putih tersebut, ditambah tubuhnya yang bagaikan atlet internasional menjadikannya sebagai nilai tambah bagi Naruto.
"Heii Kuro, sebelum berangkat mari kita sarapan" Kuro yang dimaksud ternyata adalah seekor kucing yang duduk diatas meja dekat cermin yang Naruto gunakan, tunggu dulu, kucing? dia pasti akan dianggap gila karena berbicara sendirian dengan seekor kucing yang notabene adalah hewan, namun berbeda dengan Kuro, seolah dia mengerti, lalu dia melompat naik ke bahu kanan Naruto.
Dengan langkah santai diiringi siulan kecil, dia berjalan ke arah kulkas yang berada di dapur, mengambil sepotong roti dengan selai kacang, tidak lupa sebuah makanan kucing yang dibeli dari supermarket dekat rumahnya, setelah dirasa cukup, dia berjalan menuju ruangan berikutnya, tempat dimana dia sarapan sambil sarapan, mendudukan dirinya di salah satu kursi lalu menyalakan TV, kebiasaan sehari-hari ketika sarapan.
"Malam kemarin, sebuah hal aneh terjadi, dianggap ada pembunuhan disebuah gang kecil karena darah tersebar dimana-mana, biarpun begitu, polisi sulit menemukan beberapa bukti yang mendukung kejadian, namun aroma seperti kabel terbakar tercium pada TKP saat dilakukan penyelidikan"
"Huh, membosankan" Tanggapan keluar dari Naruto, dia terlalu bosan untuk mendengar ocehan pembawa berita tersebut, seakan dirinya tau apa yang sedang terjadi tadi malam, atau malah melihat sendiri kejadiannya, entahlah, siapa yang tau.
Setelah selesai menghabiskan sarapannya, Naruto langsung memencet tombol 'off untuk mematikan TV yang tadi dia tonton, tidak lupa membawa Kuro, kucing peliharaannya yang berjalan mengikuti sang majikan. Bersiap untuk berangkat ke sekolahnya.
-Naruto Pov-
Seperti biasa, aku berangkat sekolah dengan tetanggaku, namanya adalah Hyoudou Issei, salah satu dari tiga teman yang aku punya di sekolah, sedikit? memang, karena aku jarang bersosialisasi sehingga tidak memiliki teman, andaikan Issei bukanlah tetanggaku mungkin aku juga tidak bisa berteman dengannya, dan siapa dua lainnya? mereka adalah teman satu komplotan dengan Issei, sekelompok yang dijuluki trio mesum karena tingkat kemesumannya yang sudah terkenal di seantero sekolah, Matsuda dan Motohama, itu nama mereka. Jika bertanya bagaimana aku bisa berteman dengan mereka, aku mengenal mereka karena sering kerumah Issei, ketika saat itu aku membantu keluarga Hyoudou entah itu membuat kue.
Dijalan tidak ada hal yang perlu diceritakan, mungkin hanya tentang orang-orang yang berlalu lalang lewat di trotoar.
"Ahh Naruto, kenapa Kuro selalu ikut bersamamu ke sekolah?" Issei bertanya, mungkin sudah cukup penasaran kenapa aku selalu membawanya kesekolah. Kemudian aku melirik Kuro sebentar, seperti biasa, dia masih berjalan mengikuti di belakangku.
"Aku tidak tega meninggalkan dia dirumah" Jawabku bohong, sebenarnya ada sebuah alasan kenapa aku membawanya, tapi karena itu rahasia, aku tidak bisa memberitahukannya, maaf. Dan Issei sendiri hanya menanggapinya dengan satu kalimat 'oh'.
Tidak terasa aku telah sampai di sekolah, sebuah sekolah denga taraf internasional bernama Kuoh Academy, dulunya hanya wanita saja yang boleh masuk kesekolah ini, namun beberapa tahun ini peraturannya berubah, jadi tidak heran jika perbandingan siswa dengan sisiwi disini sangat tidak seimbang, sekitar 8:3 siswi lebih banyak daripada siswa yang ada.
Ketika aku memasuki gerbang sekolah, tidak ada yang hal yang membuatku tertarik, berbeda dengan Issei yang kini tengah melihat para sisiwi dengan tatapan yang dianggap tidak biasa, mesum mungkin. Jika terus disini akan menimbulkan fitnah yang tidak kuinginkan, aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya.
Aku berjalan menuju kelasku, meninggalkan Issei yang masih berada dalam duniannya sendiri. Tidak memperdulikan bisikan dan tatapan yang diberikan para siswi kepadaku, karena aku tau, aku tidak mengerti. Begitulah, waktu sekolah SMA ku dimulai, apa yang terjadi saat setelah ini tidak ada yang tau, aku berharap sesuatu yang tidak merepotkan, karena bagaimanapun aku hanya siswa pemalas yang kebetulan masuk sini. Dan juga selamat pagi.
-Naruto Pov End-
Naruto kini sedang berada dikelasnya, duduk santai di tempat duduknya, disampingnya adalah jendela yang menunjukkan lapangan, kini dia sendiri sedang membaca buku, membolak-balikan lember demi lembar buku yang dia bawa, sesekali dia menguap bosan karena tidak menemukan hal menarik pada buku yang dia baca. Selang beberapa saat kemudian, bel berbunyi, tanda jam pelajaran pertama dimulai.
.
Setalah Bel Istirahat Berbunyi
.
Naruto kini tengah berada dalam perpustakaan sekolah, berkeliling untuk sekedar mencari buku yang membuatnya tertarik, ketika pandangannya menangkap sosok gadis yang tengah kesulitan mengambil buku pada satu rak yang berada jauh tinggi diatasnya, dengan inisiatif dan rasa kemanusiaan yang tinggi, Naruto menghampirinya.
"Selamat pagi, apa butuh bantuan?" Dengan disertai sapaan yang sopan Naruto menawarkan bantuan pada gadis didepannya.
"Ya, aku senang jika kamu ingin membantu"
Mendengar itu, Naruto meraih buku bersampul hijau, yang berada pada rak paling atas, setelah mendapatkannya, dengan sebuah senyuman kecil dia menyerahkannya pada Gadis itu.
"Ini~"
"Terima kasih~" Dengan satu gerakan tangan, gadis itu mengambil buku yang dibawa Naruto.
"Bukankah anda ketua OSIS? biar kuingat, kalau tidak salah nama anda Sona Sitri" Tanya Naruto memastikan.
"Ya, dan tolong jangan terlalu formal padaku, jadi siapa namamu?" Sona bertanya balik, tentu saja, dia tidak mengenal pemuda yang telah membantunya mengambil buku, disisi lain dia memberikan ekspresi yang aneh namun begitu lucu saat kembali mengingat kejadian tadi, ini baru pertama kali dia dibantu oleh seseorang, mungkin karena ketegasan yang dia miliki.
"Ahh~ maaf atas sikap tidak sopanku, namaku Namikaze Naruto dari kelas 2b, senang berkenalan denganmu Sona-san" Ujarnya kemudian menjulurkan tangan kanannya, mengajak Sona untuk berjabat tangan.
"Bagian dari Ramen?" Mendengar itu Naruto mengeluarkan ekspresi malu, tentu saja, semua orang yang saat ketika mengetahui namanya untuk pertama kali selalu mengatakan itu, namun Sona yang melihat itu hanya terkekeh geli, kemudian menjabat tangan Naruto.
"Senang berkenalan denganmu juga, Naruto-san" Entah kenapa, Sona merasa nyaman ketika berada dekat dengan Naruto, dia tau bahwa ini adalah pertama kalinya bertemu, namun perasaan tidak ada yang tau, begitu rumit untuk dipahami, dan akan memusingkan jika dipikirkan. Mereka kemudian duduk bersama di sebuah bangku di perpustakaan itu, entah sejak kapan Naruto sudah mendapatkan buku, mereka saling mengobrol, bercanda bersama, mungkin jika siswa lain melihatnya pasti akan mengabadikan moment ini, dimana sang Ketua OSIS tidak menunjukkan ekspresi dingin yang biasa dia lakukan.
Bel Masuk berbunyi, menghentikan aktifitas membaca mereka berdua.
"Ahh~ Baiklah Sona-san, aku akan kembali kekelasku"
"Tentu, aku juga sama, jadi sampai jumpa Naruto-san"
"Ya, sampai jumpa"
Mereka berjalan ke kelas masing-masing, ketika telah berpisah cukup jauh, Naruto baru sadar bahwa Kuro tidak bersamanya, dengan satu cara ajaib untuk memanggil Kuro, yaitu dengan siulan dengan nada aneh, tiba-tiba Kuro sudah berada di belakangnya.
"Seperti biasa ya?" Lagi-lagi Naruto bertanya, seolah mengerti Kuro hanya menjawab dengan bahasa kucing.
"Ahh baiklah, sepertinya hari ini juga sama" Ujarnya disertai helaan nafas, setelah itu Naruto berjalan pergi dengan diikuti Kuro dibelakangnya, sadar bahwa hari ini cukup membosankan, dia merencanakan akan tidur selama seharian penuh pada hari ini sepulang sekolah, namun dibalik itu ada seorang sedang mengawasinya, ya Sona tidak benar-benar kembali dikelasnya, dia mengawasi Naruto dari balik pohon dekat situ, sepertinya cukup tertarik dengan pemuda pirang satu ini.
And Done~ TBC~
Aku pikir chapter awal ini hanya kutulis tentang perkenalan saja, kurasa beberapa pertanyaan juga tercipta pada chapter ini.
Saya sebagai Author baru sangat membutuhkan saran dari kalian semua, terima kasih.
