Judul: Zitao and I
Tokoh: Kim Minseok, Kim Zitao, Oh Sehun, Kim Jongdae, Kim Jongin, Kim Chanyeol, Do Kyungsoo, Kim Joonmyeon, Zhang Yixing, Byun Baekhyun (*perubahan marga disesuaikan dengan kebutuhan cerita)
Kata pengantar:
1. Akhirnya punya waktu untuk ngetik FF lagi, dan semoga FF comeback-ku (*setelah terakhir posting tahun lalu) cukup enak untuk dibaca.
2. Terinspirasi dari berbagai sumber, pasti akan ada beberapa kesamaan cerita.
3. Ini Genderswitch (*dan aku yakin pembaca sudah tau siapa saja yg aku GS-kan)
4. Typo is still alive.
5. Selamat membaca
### Zitao and I ###
Aku benci adikku, Kim Chanyeol. Tapi aku lebih benci ibuku yang menyuruhku berlari ke sekolah Chanyeol hanya demi mengantarkan bekal makan siangnya yang tertinggal di meja dapur. Aku malas ke sekolah Chanyeol, selain karena jarak sekolahnya dan sekolahku yang lumayan jauh, aku juga tak suka aura di sekolah itu. Auranya selalu negatif, karena selalu ada saja mata yang menatapku dengan tatapan benci ketika aku memasuki sekolah itu. Siapa lagi yang akan menatapku dengan tatapan benci selain fans-fans Chanyeol?!
Chanyeol adikku memang tampan, badannya tinggi dan matanya besar, dia terlihat seperti aktor di drama yang selalu ditonton oleh ibuku setiap rabu dan kamis malam. Alasan yang cukup kuat untuk membuatnya digilai para gadis di sekolahnya. Tapi aku benci Chanyeol bukan karena dia memiliki banyak fans (ya walaupun aku juga membenci fans-fansnya seperti aku membenci Chanyeol sendiri), aku benci Chanyeol karena dia selalu seenaknya padaku.
"MINSEOK, SEBELAH SINI!" teriak seseorang dari lantai dua gedung sekolah yang nyatanya tiga kali lipat lebih bagus dibanding sekolahku. Ah tentu saja lebih bagus, karena XOXO High School adalah salah satu sekolah elit di Seoul dan aku tak pernah yakin aku akan masuk ke sekolah ini (kecuali untuk mengantarkan barang Chanyeol yang anehnya selalu saja ada yang tertinggal).
"BEKALMU TERTINGGAL! CEPAT TURUN DAN AMBIL!" aku balas meneriaki Chanyeol yang masih berdiri di dekat jendela yang sepertinya kelas Chanyeol.
"Lempar saja!" perintahnya enteng.
WHAT?!
Aku hanya bisa melongo mendengar perintahnya, tapi terlalu malas untuk membantah karena aku sudah terlalu biasa dengan sikapnya yang seperti ini, lagi pula setelah ini aku harus kembali berlari untuk menuju sekolahku. "Baik, tangkap ini dan jangan salahkan aku jika sesuatu yang buruk terjadi padamu," kataku sambil bersiap-siap melempar kotak bekal milik Chanyeol dan dia hanya memutar bola matanya malas tanda meremehkanku. Apa dia kira aku main-main?! Kecil-kecil begini aku adalah pemegang sabuk hitam karate dan anggota cadangan tim tari sekolah, jadi jangan remehkan tenagaku.
Satu... dua... tiga...
Brughhhhhhhhh...
Sial! Aku akan mati! Seharusnya aku hanya menggunakan 20% tenagaku untuk melempar kotak bekal itu. Bukan menggunakan 70% kekuatanku dan berakhir dengan Chanyeol yang terjengkang karena wajahnya terkena kotak bekal berkecepatan tinggi yang aku lemparkan.
"YAK! EONNI ITU MELUKAI CHANYEOL!" teriak seorang fans Chanyeol histeris sambil menunjukku yang langsung berlari karena tak mau berakhir di toilet sekolah Chanyeol seperti dulu.
### Zitao and I ###
"Jadi, bagaimana keadaan Chanyeol?"
"Aku. Tak. Tahu! Kenapa sih kamu malah mekhawatirkan Chanyeol, yang temanmu kan aku bukan Chanyeol, Baek," kataku kesal. Padahal aku datang ke sekolah dengan keadaan yang cukup mengenaskan dan si bocah dengan suara melengking ini malah lebih mengkhawatirkan Chanyeol ketika aku bercerita tentang kehebohan di XOXO High School tadi.
"Maaf!"
"Sudahlah lupakan! Cinta memang membuat orang buta dan melupakan segalanya," kataku sambil merebahkan kepalaku di atas meja. Aku tahu Baekhyun menyukai Chanyeol, adikku yang lebih muda dua tahun dari Baekhyun dan aku, tapi sikapnya yang selalu menomorsatukan Chanyeol kadang membuatku sebal.
"Ehmmm, Seok-ie," panggilnya pelan, sepertinya Baekhyun sadar kalau aku sedikit sebal padanya, "bagaimana kalau kita bolos hari ini?" lanjutnya tak kalah pelan.
Aku mengerutkan keningku, sedikit aneh karena seorang Byun Baekhyun mengajakku membolos, tapi ajakan Baekhyun boleh juga. Aku memang tak akan bisa berkonsenterasi karena kejadian di sekolah Chanyeol tadi, jadi mengikuti ajakan Baekhyun adalah pilihan tepat. Lagi pula selama ini aku selalu menjadi siswa yang baik, membolos sekali mungkin tak masalah buatku. Aku menganggukan kepalaku dan Baekhyun langsung tersenyum sumringah sambil menarik tasnya dan tasku. "Cepat! Sebelum Guru Kang datang," katanya sambil berlari ke luar kelas. Pintu SM High School di bagian timur adalah tujuan kami, karena pintu itu dijaga oleh satpam genit yang jarang ada di tempatnya ketika waktunya bertugas, di jam seperti ini, dia pasti sedang ada di kantin dan asyik pacaran dengan salah satu petugas kantin yang tak kalah genitnya.
Tapi saat akan melompati gerbang, Baekhyun tiba-tiba menarik tanganku tanpa alasan. "Apa?" tanyaku pelan, jangan bilang dia ingin membatalkan acara bolos pertamaku sejak SD ini.
"Aku tak tahu kita harus kemana, dari pada kita pergi ke tempat yang tidak jelas, bagaimana kalau kita bolos di atap sekolah saja?!" balas Baekhyun. Dan kali ini pun aku menganggukan kepalaku karena ide Baekhyun memang bagus.
Akhirnya kami membolos di atap sekolah, hanya duduk sambil mengobrol di belakang tangki air. Walaupun tadi sempat sebal padanya, Baekhyun tetaplah teman yang menyenangkan dan selalu membuatku nyaman. Bahkan demi Baekhyun, aku sampai rela mengeluarkan beberapa hartaku (sekotak pepero, dua susu kotak dan sebungkus snack rasa rumput laut yang selalu aku ambil diam-diam di lemari es milik ibu).
Baekhyun tipe orang yang berisik, dia tak pernah kehabisan topik pembicaraan, walaupun belakangan ini topik pembicaraannya hanya berputar di tema-tema membosankan seperti Kim Chanyeol. Sepertinya dia benar-benar jatuh cinta pada adikku. Tapi serius deh, aku masih tak mengerti, bagaimana bisa Baekhyun jatuh cinta pada Chanyeol?! Chanyeol memang tampan dan aku tak akan pernah menyangkalnya, tapi dia lebih muda dua tahun dari Baekhyun, apa enaknya kencan dengan laki-laki yang lebih muda?! Zzzzzzz, yah mungkin mereka termasuk Baekhyun belum tahu saja rasanya di-bully karena dianggap tante-tante penyuka berondong (tentu saja aku tahu rasanya, karena fans Chanyeol berpikiran seperti itu, mereka tak percaya aku adalah kakak Chanyeol karena penampilan fisik kami yang berbeda jauh).
"Seok-ie, aku mau ke toilet. Mau ikut?" ajak Baekhyun yang terlihat sangat tersiksa. Aku tidak tahu ada masalah apa antara Baekhyun dan susu, tapi setelah minum susu, anak ini selalu bolak balik ke kamar mandi. Dan sebenarnya itu agak merepotkan karena Baekhyun terkadang minta antar ke kamar mandi.
"Tidak, pergilah dan jangan sampai ketahuan guru."
"Okay!"
Baekhyun langsung berlari pergi, sementara aku hanya bisa menatapnya dengan tatapan iba. Seharusnya aku tak memberinya susu tadi. Tapi ya sudahlah, sudah terlanjur juga. Lagi pula telingaku juga butuh sedikit istirahat setelah sedari tadi dijejali dengan kata "Chanyeol" yang selalu terdengar menyebalkan di telingaku.
Awalnya aku pikir, aku bisa tertidur sebentar sambil menunggu Baekhyun yang kembali dari urusannya di kamar mandi. Tapi sepertinya tidak bisa, karena aku mendengar suara derap kaki di tangga tua yang mengarah ke atap sekolah. Dan sebentar lagi pasti ada yg membuka pintu.
Krekkk krekkk.
Benarkan, itu suara pintu atap sekolah, cepat sekali si Byun itu menyelesaikan urusannya di toilet. Aku hampir bertanya pada sosok yang aku kira Baekhyun itu, tapi untungnya tidak sempat karena sosok itu terlalu tinggi untuk menjadi Baekhyun. "Oh Sehun?!" bisikku pada diriku sendiri. Apa yang dilakukan Sehun di atap sekolah? Masa Sehun membolos? Juniorku di tim tari itu kan termasuk salah satu murid teladan di SM High School?!
Aku terus memperhatikan Sehun, sepertinya ia tak mengetahui keberadaanku, karena ia langsung duduk di salah satu sudut atap dan mengeluarkan sesuatu dari kantung celananya. Rokok dan pemantiknya.
"Huh, sejak kapan Hun-ah merokok?" tanya seseorang di sebelahku.
"Mana aku tahu, aku hanya pernah bertemu dengannya beberapa kali di ruang latihan tari," jawabku pelan, aku tak mau sampai ketahuan dan dikira penguntit.
"Kamu bicara denganku?" tanya orang itu.
"Tentu saja, memang siapa lagi?"
"Kamu benar-benar bisa melihatku?" dan pertanyaannya barusan berhasil membuatku menoleh dan menjawab, "iya, memang kenapa?!"
"Wow, itu hebat!"
"Hebat apanya kau kan bukan..." dan perkataanku menggantung begitu saja, ketika aku menyadari perempuan cantik serta bersinar yang berdiri di depanku ini tak berdiri, tapi melayang. OMO, dari tadi aku menyangkanya orang padahal dia hantu.
Brughhhhh.
### Zitao and I ###
Kepalaku sakit, semuanya terlihat buram kecuali Sehun yang terlihat sangat bersinar di mataku seperi han... "Arghhhhhhh..." teriakku ketika mengingat apa yang terjadi sebelum kesadaranku hilang tadi. Aku hampir pingsan lagi, andai Sehun tak memegang lenganku dan berteriak, "Jangan pingsan!"
Sehun masih memegangi lenganku dan aku masih betah menatap wajah Sehun yang memang enak untuk dilihat. Aku tak bereaksi dan Sehun pun tidak, kami hanya saling diam karena tidak tahu harus apa. Ini pasti akan semakin tidak nyaman, sampai akhirnya Sehun yang membuka percakapan di antara kami. "Kamu baik-baik saja noona?"
"Ya... ya... ya!" jawabku sambil menganggukan kepalaku.
"Syukurlah, aku sangat kaget ketika mendengar suara gedebug keras di belakang tangki air dan ternyata itu Minseok-noona," katanya sambil perlahan-lahan melepaskan tangannya dari lenganku.
"Tidak apa-apa, aku hanya sedikit kaget tadi," balasku berusaha sesantai mungkin karena ini pertama kalinya aku mengobrol dengan Sehun.
"Kaget? Apa noona juga takut dengan api?"
"Hah?!"
"Sepertinya noona pingsan saat aku menyalakan pemantikku, jadi aku berpikir kalau Minseok-noona takut api," jelas Sehun.
"Ah, ya ya, memang seperti itu," kataku mengiyakan dugaan Sehun, karena aku merasa ia tak akan percaya jika aku mengatakan kejadian yang sebenarnya. Siapa juga yang akan percaya pada orang yang mengatakan melihat hantu di pagi hari?!
Sehun dan aku lebih banyak diam, kami merasa canggung satu sama lain karena memang tak sempat dekat walaupun di tim tari sekolah yang sama. Ketika Sehun masuk ke tim tari sekolah, dia langsung masuk tim utama, meninggalkan aku yang mulai kehilangan harapan dan memilih kabur di setiap latihan.
Tapi menurutku, Sehun anak yang tampan dan menyenangkan, dia juga memiliki banyak fans seperti Chanyeol. Dia selalu terlihat cerah, oleh karena itu, saat melihat Sehun yang terlihat kacau dan hampir merokok seperti tadi membuatku sedikit merasa aneh.
"Aku baru mencoba merokok hari ini, kata temanku-temanku ini sangat membantu untuk mengurangi stress," kata Sehun tanpa ku tanya (ia sepertinya bisa melihat banyak tanda tanya di atas kepalaku) sambil mengeluarkan sekotak rokok dan pemantik dari saku celananya. "Menurutmu bagaimana noona?"
"Huh? Aku tak tahu, aku tak pernah merokok, lagi pula bukannya aku takut api?!" kataku tak yakin, "tapi aku punya sesuatu yang lebih cocok untuk dihisap dibanding rokok, tadaaa..." lanjutku sambil menggoyang-goyangkan sebuah lollipop rasa lemon di hadapannya.
Sehun tertawa dan mengambil lollipop itu dari tanganku, lalu melemparkan rokok dan pemantik yang ia pegang entah kemana. "Noona benar, aku lebih cocok menghisap ini. Terima kasih," katanya sambil tersenyum (Ah, andai aku belum bertemua 'dia', aku pasti akan jatuh cinta pada Oh Sehun).
Akhirnya hari pertama membolosku sejak SD aku habiskan bersama Sehun di atap sekolah. Baekhyun baru kembali ke atap saat sekolah hampir sepi karena sudah waktunya untuk pulang. Ternyata dia ketahuan guru dan harus rela membersihkan semua toilet di lantai dua sebagai hukuman. "Kloset-kloset itu jadi wangi karena aku, tapi aku malah jadi sebau kloset. Tidak adil!" gerutunya sepanjang perjalanan kami ke rumah dan aku hanya bisa menepuk punggung Baekhyun pelan.
### Zitao and I ###
"Minseok, kamu sudah pulang, mana Chanyeol?" tanya ibu ketika aku memasukan sepatuku ke dalam rak.
"Aku tidak tahu, mungkin dia bermain dulu bersama Jongin," jawabku sekenanya. Chanyeol biasanya selalu pulang sebelum aku, karena temannya yang bernama Kim Jongin dengan suka rela selalu mengantar jemput Chanyeol. Dan sebenarnya aku menyebut nama Kim Jongin karena ibuku pasti tak akan bertanya lagi dan akan memilih kembali dengan kegiatan kencannya bersama peralatan dapur dan bahan-bahan untuk makan malam.
Aku bukan tipe anak perempuan yang bersahabat dengan ruangan bernama dapur, jadi setelah ibu pergi, aku buru-buru naik ke lantai atas di mana ruangan yang selalu menjadi sahabat sejatiku sudah menunggu, apa lagi kalau bukan kamarku?! Kamarku adalah dunia kecilku, ia satu-satunya yang membuatku merasa bahwa aku bisa lebih baik dari adikku, walaupun sekarang dia bau karena aku lupa membuka jendela kamarku tadi pagi. Tapi tenang saja, aku selalu memiliki pengharum ruangan sehingga bau di kamarku tidak akan bertahan lama.
Ngomong-ngomong soal bau, aku jadi ingat Baekhyun, sepertinya kami memang tak berbakat untuk jadi tukang bolos, baru bolos sekali kami sudah mendapatkan hukuman. Baekhyun yang dihukum hingga jadi sebau kloset dan aku yang dihukum bertemu hantu padahal hari masih pagi. Dan soal si hantu... ternyata dia mengikutiku sampai ke rumahku. Karena sekarang ia sedang duduk di atas meja riasku. "EOMMA, TOLONG AKU!"
### T.b.c ###
Dari judulnya harusnya udah ketebak siapa yang jadi hantu di cerita ini. Dan aku merasa kemampuan menulisku makin kacau T.T (*hukks hukks).
Ditunggu review, kritik dan sarannya!
See you next time! =))
