Adakah yang ingat sama parallel universe ? aku datang bawa sequelnya kkkkk~
Happy Reading^^
EVER AFTER
Daehyun X Youngjae
Chapter 1
Suara hujan yang cukup deras terdengar menggema memenuhi sebuah aula yang berada di dalam mantion megah itu. Laki-laki tampan bersurai pirang yang menguasai negeri itu berdiri di depan jendela besar. Melihat rintik hujan yang tak terlihat karena gelap malam.
Satu-satunya pintu aula itu terbuka. Suara deritnya beresonansi beradu dengan suara hujan. Lalu, terdengar suara langkah kaki samar yang perlahan menjadi sangat jelas.
Sang penguasa berbalik saat suara langkah kaki itu menghilang. Seorang laki-laki bersurai hitam dan tinggi yang sama dengan dirinya berdiri di hadapannya.
"banyak orang yang mempresentasikan bulan adalah sesuatu yang cantik. Tapi, ternyata dia cukup tampan." Ujar laki-laki pirang itu.
"lama tak bertemu. Vernon." Jawab laki-laki di depannya.
"lama tak bertemu ? aku sering melihatmu di atas sana, berdiam diri seperti pengecut. DK." Sahut Vernon.
Laki-laki yang di panggilnya DK itu tertawa pelan. "aku tidak suka berbasa-basi. Katakan, untuk apa kau meminta bertemu ?."
"aku tahu, aku mengenalmu." Vernon terkekeh. "kau ingat dengan Daehyun ?."
"Daehyun ? salah satu Knight mu ?."
"ya. Dia ternyata berasal dari dunia yang satunya."
"aku tahu."
Vernon bersedakap. "sejak kapan ?."
"sejak awal. Dia tak sengaja terseret kesini." Jawab DK.
"lalu, kenapa Langit menjadikannya Knight ?."
DK mengendikan bahunya. "tidak tahu. Siapa yang bisa menebak pikirannya. Jadi, kau meminta bertemu, hanya untuk mengatakan hal yang sudah aku tahu ?."
"bukan. Daehyun sudah lama kembali, saat ini dia tengah menjalani hidupnya dengan baik. Apa kau tidak ingin memberikan hadiah untuk mereka ?."
DK menautkan alisnya. "mereka ? hadiah apa maksudmu ?."
"Daehyun dan Youngjae. Mereka yang mengembalikan dunia ini dari kekacauan." Vernon tampak berpikir sejenak. "Mungkin kau bisa mempertemukan mereka."
"kau sekarang adalah seorang penguasa. Aku jadi merasa kau sedang memerintahku." DK terkekeh pelan.
"aku tidak memerintahmu. Tapi sedang meminta."
"hanya itu yang kau minta ?."
Vernon tersenyum. "kembalikan ingatan Daehyun. Bukan tentang dunia ini, tapi tentang Youngjae."
DK menatap Vernon tak percaya. "itu bisa berbahaya untuknya."
"itulah kenapa aku memintanya darimu. Karena itu kekuatanmu."
DK terdiam, bergelut dengan pikirannya. Dia tak yakin untuk melakukannya. Mengembalikan ingatan seseorang yang bahkan tak di ingatnya, itu bisa saja membahayakan orang itu.
"Anggap saja permintaanku ini adalah hadiah untuk ku juga. Aku juga ikut andil membereskan dunia ini dari kekacauan. Aku rasa, Daehyun tak sepenuhnya melupakan Youngjae." Kata Vernon.
DK menatap padanya kemudian menghela nafas. "akan aku lakukan untukmu."
FLASHBACK.
Di dalam kamar mewah yang cukup besar itu, Vernon berdiri di depan sebuah meja. Terus memperhatikan sebuah pedang yang ada di atasnya. Pedang bewarna biru dengan ukiran perak yang begitu indah. Sejak Youngjae kembali hanya ada satu pertanyaan yang berputar di kepalanya tentang pedang ini. Kenapa pedang ini tidak menghilang ?. karena pedang ini sudah kehilangan fungsinya, seharusnya akan langsung menghilang begitu Youngjae kembali.
Vernon menaruh sebuah buku bersampul hitam di samping pedang itu. Buku ini memang sudah di bakar oleh Youngjae tapi, Ya. Buku ini memang tak bisa hancur. Buku ini adalah buku pemberian ibunya.
Ibunya bilang, buku ini memang di berikan oleh langit. Meski dia tak sepenuhnya percaya dengan semua yang tertulis disini, tapi saat ini dia membutuhkannya. Untuk memastikan sesuatu.
Dia membuka bukunya acak sebelum memegang halaman yang di bukanya. Vernon menatap halaman kosong itu sembari berfokus mengumpulkan energi kekuatannya. Lalu, dia memejamkan matanya.
CKKIIITTT
BRAAAKK
Seolah dengan mata kepalanya sendiri dia melihat sebuah kecelakaan beruntun di sebuah jalan raya. Tak lama, beberapa mobil ambulans dan polisi datang.
Kemudian, tiba-tiba dia berada di sebuah rumah sakit. Banyak orang berpakaian putih berlalu lalang, beberapa dari mereka ada yang berlari.
Vernon melihat beberapa orang dengan setengah berlari mendorong sebuah bangsal melewati dirinya. Dia menengok seseorang yang tak berdaya bersimbah darah di atas bangsal itu. Jelas Dia mengenalnya.
Daehyun.
Vernon semakin memejamkan matanya erat. Melihat masa lalu seperti menguras habis energinya. Tapi, dia mencoba untuk bertahan. Dia masih ingin melihat hal lainnya.
Selanjutnya, dia hanya melihat Dantalion yang mengacaukan dunianya. Membuat pintu yang menghubungkan dua dunia itu terbuka.
Dia membuka matanya cepat, nafasnya tersengal. sudah tak mampu bertahan lagi.
"dan saat itu jiwa Daehyun tak sengaja terseret kemari." Gumamnya pelan.
Dia menutup buku hitam itu dan mengambil pedangnya. Melihat pedang itu sebentar.
"Kalian memang sudah di takdirkan untuk bersama dengan cara yang istimewa."
Vernon bergegas keluar kamarnya untuk menemui Daehyun.
Vernon masuk ke dalam kamar Daehyun begitu saja. Dan, ya. Laki-laki itu berada disana. berdiri di beranda. Dia menghampirinya.
"Daehyun." Panggilnya.
Daehyun menoleh. Seketika dia melirik pedang yang di bawa Vernon. "untuk apa kau membawa pedang itu ? apa terjadi kekacauan lagi ?." tanyanya.
Vernon menggeleng. "aku hanya ingin bertanya padamu. Kau pernah bilang padaku jika kau tidak bisa mengingat masa kecilmu."
"ya. Kenapa ?."
"saat kau pertama kali bertemu dengan Youngjae, kenapa kau membawa dia ke tempat persembunyianmu ?." Vernon bertanya lagi.
"pakaiannya." Jawab Daehyun. " saat itu aku berpikir seperti tak asing dengan pakaiannya. Aku seperti pernah melihatnya. Tapi, dimana ?. bukankah orang-orang disini tidak ada yang berpakaian seperti itu. Dan, ternyata dia bukan berasal dari dunia ini-."
Daehyun tiba-tiba terdiam, dia kembali memikirkan kata-katanya. Jika Youngjae sebenarnya bukan berasal dari dunia ini-
"kenapa aku bisa berpikir seperti itu ?." dia menatap Vernon penuh tanya.
Laki-laki bersurai pirang di depannya tersenyum samar. "jika kau memiliki kesempatan pergi ke dunianya. Keputusan apa yang akan kau ambil ?."
"aku akan pergi kesana." Jawab Daehyun yakin. "aku merindukannya."
"tapi mungkin saat sampai disana, kau tidak bisa mengingat apapun tentang dunia ini, termasuk Youngjae." Kata Vernon.
"Meskipun nanti aku tidak mengingatnya, aku sudah mengakatan, aku mencintainya dan selalu merindukannya dan itu akan aku pegang seumur hidupku. aku yakin itu yang akan membawaku padanya."
Vernon tersenyum. "cinta tulus memang tak pernah berakhir sia-sia." Dia mengayunkan pedangnya ke udara dan sebuah dimensi gelap tercipta di depan mereka. Dimensi yang sama, yang membawa Youngjae keluar dari dunia ini.
Daehyun menatap pada Vernon. Meminta penjelasan.
"pergilah." Kata Vernon.
"sungguh ?." Daehyun berucap tak percaya. Dia menatap dimensi gelap itu. Meninggalkan dunia ini, lalu bertemu dengan Youngjae. Apa semua akan baik-baik saja ?. tapi, dia benar-benar ingin bertemu dengan Youngjae.
"semua akan baik-baik saja." Yakin Vernon.
Daehyun kembali melihat Vernon, kemudian menghela nafas meyakinkan dirinya. Dia mulai melangkah.
"Daehyun." Vernon mengintrupsi. Daehyun menoleh padanya.
"aku harap kau akan selalu hidup bahagia disana. bersama dengan Youngjae." Lanjut laki-laki bersurai pirang itu.
Daehyun tersenyum dan mengangguk, lalu melangkah masuk ke dalam dimensi gelap itu. Kemudian, dimensi itu menghilang bersamaan dengan pedang yang di genggam Vernon.
FLASHBACK end.
EVER AFTER
Daejae
Sebuah universitas terkenal di negeri gingseng itu terlihat ramai. Meski siang yang cukup terik, tak memadamkan semangat para mahasiswanya untuk melakukan kegiatan mereka.
Di dalam salah satu kelas yang seluruhnya adalah mahasiswa arsitektur tengah sibuk mendengarkan penjelasan sang dosen.
Yoo Youngjae, salah satu dari mereka. menuliskan beberapa hal penting yang di jelaskan ke dalam buku catatannya. Tak lama kemudian dosen laki-laki itu mengakhiri kelas mereka.
Bebarapa temannya mulai meninggalkan kelas sementara dia masih membereskan buku-bukunya. Suara getaran ponsel yang ada di dalam tasnya membuatnya berhenti dari kegiatannya.
Youngjae bergegas mengambil ponselnya. Nama Jinyoung tertera pada layarnya.
"yeoboseyo ?." ujar Youngjae setelah dia menggeser tombol virtual hijau.
"Youngjae-ah kau dimana ? aku dan Mark sudah sampai." Jawab Jinyoung di seberang sana.
"iya, kelasku baru selesai. tunggu aku sebentar."
"jangan lama-lama. Tapi tetap hati-hati." Terdengar kekehan Jinyoug disana.
Youngjae mendengus sebal. "aku tahu. Aku bukan anak kecil Park Jinyoung."
Jinyoung semakin tertawa. "sampai ketemu." Dan sahabatnya itu memutuskan sambungan telpon mereka.
Lelaki manis itu bergegas keluar kelas setelah semua barangnya masuk ke dalam tas. Hari ini dia membuat janji dengan dua temannya, Mark dan Jinyoung, di cafe dekat universitasnya. sudah dua minggu sejak mereka terakhir bertemu. Setelah lulus sekolah mereka masuk universitas yang berbeda. Meskipun, jarak rumah mereka tak begitu jauh, tapi kegiatan mereka sebagai mahasiswa membuat mereka jarang bertemu.
Youngjae berjalan menyusuri trotoar yang tak terlalu padat pejalan kaki. Netranya sesekali menengok etalase-etalase pertokoan yang berjejer di sepanjang jalan.
Tanpa disadarinya, dia berpapasan dengan seorang laki-laki berparas tampan dengan setelan jas rapi.
Laki-laki itu, DK. Yang terus menatap padanya.
DK berhenti saat sudah melewati Youngjae. dia menengok memperhatikan lelaki manis itu hingga dia masuk ke dalam sebuah cafe.
"sudah dua tahun, tapi aku masih bisa merasakan, cinta itu masih ada." Ucap DK. dia tersenyum penuh arti sebelum kembali berjalan.
Daejae
Suara kuas yang bergesekan dengan kanvas mengalun memenuhi ruangan persegi yang di penuhi dengan beberapa lukisan dan peralatannya.
mata tegas itu dengan teliti memperhatikan setiap goresan kuasnya. Beberapa goresan lagi lukisannya akan selesai. terakhir dia membubuhkan sebuah nama pada bagian bawah lukisannya.
'Jung Daehyun'
Itu adalah namanya. Lalu, juga memberikan tanda tangannya.
Dia meletakan palet dan kuasnya kemudian tersenyum puas melihat hasil karyanya. Daehyun mengambil dan menyalakan poselnya yang ia letakan di meja sampingnya. menutup lukisannya dengan kain bewarna putih agar karyanya tak terkena debu, kemudian dia keluar dari ruangan itu.
Dia menemui salah satu karyawannya yang berada di meja receptionist.
"Miran-ssi." Panggilnya.
"ne. Depyonim." Karyawan wanitanya itu segera berdiri.
"pemotretan majalah hari ini, tolong berikan pada Daniel."
"ne."
Setelah mendengar jawaban dari karyawannya, dia bergegas. Menuju mobil McLaren bewarna biru yang terparkir di depan studio sekaligus galeri miliknya.
EVER AFTER
Di dalam ruangannya yang sepi. Seorang dokter manis bermata kucing itu tengah berkutat dengan beberapa lembar kertas di hadapannya. Dia menghela nafas karena merasa kelelahan. Setelah shift nya selesai nanti, dia berencana akan langsung pulang dan bergelung dengan selimutnya.
Dokter dengan name tag 'Kim Himchan' pada jas putihnya itu menengok jam dinding. Lalu, merapikan kertas-kertasnya dan menjadikannya satu dalam sebuah map.
TOK TOK TOK
CKLEK
Himchan mendongak, seseorang baru saja mengetuk dan membuka pintu ruangannya. Dia tersenyum cerah melihat siapa yang masuk. Seorang laki-laki dengan hoodie dan masker yang menutupi wajahnya.
"Bbang~." Himchan merengek.
Laki-laki itu segera melepas maskernya dan menunjukan gummy smile miliknya. Dia menghampiri Himchan yang segera memeluknya.
Rasa lelah yang di rasakan Himchan tiba-tiba menguap begitu saja saat memeluk sang kekasih.
Himchan melepaskan pelukannya. "kenapa tidak bilang jika ingin kemari." Dia berkata manja.
Kekasihnya hanya tersenyum, dia mengangkat tubuh Himchan dan mendudukannya di atas meja.
"aku merindukanmu." Bisik kekasihnya dengan suara berat khas miliknya.
"nado." Himchan bersemu dan memainkan hoodie kekasihnya.
Laki-laki tampan di depan Himchan itu lebih mendekat ke arahnya. Tangannya sudah berada di tengkuk dan pinggang Himchan. Dokter manis itu memejamkan matanya.
CKLEK
Himchan mendorong kekasihnya cepat saat seseorang membuka pintu ruangannya tanpa mengetuknya terlebih dulu. Dengan canggung dia turun dari meja.
"oh, Daehyun. Masuklah." Ucap Himchan pada si pelaku yang 'mengganggunya'.
Daehyun memasang wajah datarnya. "harusnya tadi aku membawa kameraku. Ini akan menjadi berita besar." Ujarnya. "lama tak bertemu, Yongguk hyung." Daehyun menyapa kekasih Himchan sebelum duduk di depan meja kerja dokter itu.
"besok kita akan bertemu lagi." Jawab Yongguk.
"sepertinya kalian punya banyak waktu untuk bertemu." sahut Himchan.
"besok kita akan melakukan pemotretan untuk poster konserku." Jawab Yongguk.
"ah, setelah ini kita akan jarang bertemu. haruskah aku ikut world tour dengan mu." Himchan menatap Yongguk dengan mengerucutkan bibirnya manja.
Daehyun mengetuk-ngetuk meja Himchan. "permisi Dokter Kim. Disini ada pasienmu."
Himchan menoleh pada Daehyun, lalu membuka laci mejanya. Mengeluarkan sebuah amplop bewarna putih, berlogo rumah sakit tempat dia bekerja dan memberikannya pada Daehyun.
"hasil check up mu." Ucapnya. "apa kau masih sering sakit kepala ?." tanyanya kemudian.
Daehyun bergumam sebagai jawaban. Kemudian Himchan menuliskan beberapa resep obat dan memberikannya pada Daehyun.
"jika begitu, kau harus tetap meminum obatmu."kata Himchan.
"dia baik-baik saja kan Hime ?." tanya Yongguk.
Himchan mengangguk. "tapi kondisnya tidak ada peningkatan yang signifikan."
"aku tidak tahu, jika kau sangat mengkhawatirkanku hyung." Sahut Daehyun. Dia berkata pada Yongguk.
"tentu saja, kau masih memiliki kontrak yang panjang denganku." Jawab Yongguk.
Kedua laki-laki berparas tampan itu terawa. Dua laki-laki yang menjadi akrab karena berawal dari hubungan selebriti dan fotografernya. Lalu, kekasih Yongguk ini adalah dokter yang telah menangani Daehyun selama lima tahun, jika di hitung dari sejak dia koma.
"aku akan berpamitan sekarang." Daehyun beranjak dari duduknya.
"kau tidak ingin makan atau minum bersamaku dulu ?." kata Yongguk.
"kita bisa melakukannya lain kali. Aku ada janji dengan klienku." Daehyun menolak. "kalian bisa melanjutkan yang tadi."
Himchan bersemu karena malu mendengar perkataan Daehyun.
"ingat kata-kataku. Jangan sampai kelelahan." Pesan Himchan.
"aku mengerti Dokter Kim." Jawab Daehyun, lalu keluar meninggalkan sepasang kekasih itu.
.
Youngjae meregangkan otot tangan dan punggungnya, Hari ini terasa sangat melelahkan. Setelah bertemu dengan Mark dan Jinyoung tadi siang, dia pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan salah satu tugasnya.
Sebuah ruangan yang lebih besar dari aula yang di penuhi dengan ribuan buku. Tempat yang dulunya paling tidak ia sukai. Kini, profesinya yang seorang mahasiswa memaksanya untuk mencintai tempat ini.
dia menengok jam dinding. Pukul empat sore. Ternyata sudah cukup lama dia berada disini.
Lelaki manis itu membereskan semua buku materinya. Lalu mengeluarkan buku catatan bewarna coklat gelap dan sebuah kotak kayu bewarna senada dari dalam tas miliknya. Sebuah kotak yang selalu dia bawa kemana-mana sejak saat pertama kali dia membelinya dua tahun lalu.
Dia membuka kotak kayu itu. Senyuman indah terpatri pada bibir cherry nya saat mendapati sebuah gelang platina dengan liontin krystal berbentuk bintang.
Jemarinya bergerak menyentuh gelang itu. Seketika suasana hatinya menjadi sangat nyaman.
"apa yang sedang kau lakukan sekarang ?." gumamnya pelan.
Dia mengambil penanya dan menuliskan sesuatu di dalam buku catatannya.
'Hari ini aku kembali merindukanmu'
Youngjae kembali menutup kotak itu, lalu menyimpannya kembali ke dalam tas, dan beranjak dari duduknya.
Dia meletakan beberapa buku yang di bawanya di atas meja penjaga perpustakaan. Seorang wanita sexy berkacamata yang sedang fokus dengan buku bacaannya mendongak.
"kau akan membawa pulang buku-buku ini ?." ujar wanita penjaga perpustakaan itu.
"ne. Nuna."
Wanita itu tersenyum, lalu mencatat buku-buku pinjaman Youngjae.
"jangan sampai terlambat mengembalikan." Pesan wanita itu ketika sudah selesai.
"ne, Hyorin nuna. Terima kasih." Youngjae memberikan senyuman manisnya. Tapi, detik berikutnya dia menggerutu sebal saat melihat jendela. Di luar sana sedang hujan, dan dia tak membawa payung.
Hyorin mengerut melihat Youngjae, lalu ikut menengok jendela di belakangnya. Wanita itu tersenyum.
"kau tidak membawa payung ?." tebak Hyorin.
Youngjae mengangguk. "padahal aku ingin cepat pulang."
Hyorin merendahkan tubuhnya untuk mengambil sesuatu di bawah mejanya. Lalu, dia memberikan sebuah payung bewarna baby blue pada Youngjae.
"pakai ini." Katanya.
"tapi bagaimana dengan nuna ?." Youngjae menolaknya.
"tidak apa. Saat pulang nanti, hujan pasti sudah reda." Wanita itu mengambil sebuah paper bag dan memasukan semua buku pinjaman Youngjae ke dalamnya. "agar kau mudah untuk membawanya."
Youngjae tersenyum. "terima kasih nuna." Youngjae kembali berterima kasih sebelum berpamitan dan keluar dari perpustakaan.
Youngjae berjalan di trotoar yang cukup padat dengan pejalan kaki. Meski hujan gerimis mengguyur, tak menyurutkan kesibukan penduduk pusat negeri gingseng itu.
Dia berhenti di depan traffic light, menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki. Dan, di seberang sana DK juga berdiri di depan traffic light. Sudah pasti tanpa di sadari Youngjae, laki-laki itu tengah memperhatikan dirinya.
DK menoleh ke kanan, sebuah McLaren bewarna biru melaju dengan kecepatan sedang. Dia tersenyum, kembali menatap lurus ke depan. Dan, traffic light berubah menjadi warna merah. Mobil itu berhenti tepat di depan zebra cross.
Youngjae mulai menyeberang bersama dengan pejalan kaki lainnya. DK ikut melangkah dari posisinya. Saat berpapasan dengan Youngjae, laki-laki itu dengan sengaja menabraknya. Membuat paper bag yang di bawa laki-laki manis itu terjatuh.
DK dengan cepat merendahkan tubuhnya untuk mengambil paper bag itu dan kembali memberikannya pada Youngjae.
"maaf." ucapnya.
"tidak apa." Jawab Youngjae. lalu, kembali berjalan.
.
Di dalam mobil mewah yang ia berhentikan di depan zebra cross itu, Daehyun menatap lurus ke depan. Menatap seorang laki-laki dengan payung baby blue, yang tiba-tiba berhenti di depan mobilnya. Dia tak bisa melihat jelas laki-laki itu karena payung yang di bawanya.
Hanya sebentar, laki-laki dengan payung baby blue itu kembali berjalan. Mata tegas Daehyun terus menatapnya hingga laki-laki itu menghilang di tengah padatnya pejalan kaki. Entah, apa yang membuatnya tertarik.
Suara klakson mobil di belakangnya membuat fokusnya pada payung baby blue itu menghilang. Dia melihat traffic light yang sudah kembali bewarna hijau, lalu segera melajukan mobilnya.
EVER AFTER
Daehyun memegangi dadanya yang berlumuran darah. Rasa sakit pada jantungnya yang seperti tertusuk sesuatu tak ia rasakan. Karena dirinya hanya diselimuti perasaan lega. Bisa melindungi orang yang berharga baginya.
"Daehyun."
Dengan nafas yang terasa putus-putus, matanya hanya bisa melihat dengan samar orang itu. Menghampiri dan memeluknya, dia juga mendengar tangisannya yang terus merapalkan namanya.
Mata itu terbuka seketika. Dengan dada naik turun karena nafas yang tersengal. Laki-laki tampan itu menatap nyalang langit-langit kamarnya.
Daehyun seketika terbangun dengan memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit. Dia membuka laci meja nakas dengan tegesa gesa sambil menahan rasa sakit pada kepalanya. Mengambil botol kecil yang berisi obat, dan mengeluarkannya dua butir kemudian dia menelannya dengan di bantu segelas air putih yang selalu dia siapkan di atas meja.
Dia bernafas lega saat rasa sakitnya mulai menghilang. Laki laki itu menengok jam dinding. Pukul dua dini hari.
Kembali memikirkan mimpi yang baru saja dia dapatkan. Itu hanyalah sebuah mimpi tapi terasa begitu nyata. Apa yang sebenarnya terjadi ? Siapa orang itu ? orang yang menurutnya sangat berharga.
Daehyun merebahkan tubuhnya. Tak ingin ambil pusing dengan bunga tidurnya. Dan mencoba untuk kembali memejamkan matanya.
.
.
.
TBC
