Jodoh dari Tuhan
Naruto and Kurobas bukan milik saya.
Summary :
Perjodohan adalah salah satu jalan Tuhan mempertemukanmu dengan jodoh. Apalagi datangnya bersama restu orang tua. Maka janganlah menolak perjodohan.
Cast : Seijuro A Sakura H
Warning : marriage life! AU! Typos! Mengakibatkan kebelet nikah eaaa.
Happy reading!
Sakura Haruno, seorang siswi SMA Konoha sedang memerhatikan guru dengan serius. Tak ada alasan baginya untuk bermain-main saat pelajaran.
Walaupun keadaan kelas yang sudah berisik bagai pasar, ia hanya membiarkan suara gurunya yang masuk ke telinga.
Ia tidak boleh menyia-nyiakan waktu. Tahun ini adalah tahun terakhirnya di SMA, ia harus tekun supaya lulus dengan nilai terbaik dan mendapat beasiswa di universitas terbaik.
Sebenarnya ia terhitung sebagai anak dari keluarga menengah ke atas. Tapi ia ingin masuk dengan beasiswa supaya tidak merepotkan kedua orang tuanya.
Istirahat tiba, teman-teman gadisnya mulai mengerumuninya.
"Lihat catatan ya Sak," ucap Ino, gadis modis berambut pirang.
"Iya, kalian nggak ke kantin?" Tanya Sakura.
"Udah beli makanan banyak nih! Mending di kelas aja, bisa gossip kan?!" Ucap Tenten, gadis blasteran Cina.
"Hei, tahu nggak? Si Gaara itu gans banget ya, tapi—"
"Naksirnya sama Sakura," lanjut Ino kecewa.
Sakura yang merasa disalahkan langsung cemberut lucu.
"Loh kok aku sih? Aku kan nggak suka sama Gaara," ucap Sakura.
"Ahh sudahlah gak usah pangeran panda itu! Ino, tau nggak? Kemarin aku nemu akun instagram arsitek terkenal itu lho!" Ucap Tenten.
"Wah?! Mana-mana?" Tanya Ino.
Tenten memperlihatkan akun ig yang bernama "Seijuro Akashi", dia adalah seorang arsitek terkenal. Juga mantan pemain basket yang katanya pernah ditawari main di timnas.
Selain karena prestasinya, ketampanan Seijuro memang mampu membuat perempuan histeris.
"Aahh gilaak! Ganteng banget!" Seru Ino.
"Wah bahaya, bentar lagi gue nosebleed nih!" Ucap Tenten lebay. Sakura memandang mereka bosan.
"Bisakah kalian berhenti? Apa kalian tidak memikirkan perasaan kekasihnya. Kalau kalian punya pacar dan pacar kalian itu menjadi pemuas mata orang memangnya kalian mau?" Ucap Sakura.
"Santai dong Sak. Kayak yang Seijuro pacarmu saja," komen Ino.
"Iya nih. Lagian Seijuro Akashi masih jomblo kok!" Lanjut Tenten.
"Paling juga bentar lagi nikah," ucap Sakura.
Ino dan Tenten mau protes tapi benar juga. Melihat umur Seijuro yang sudah sangat cukup untuk menikah.
"Siapa tahu nikahnya sama salah satu dari kita, hihihi," ucap Ino.
"Kau benar, hihihi," balas Tenten.
"Mana ada yang mau menikah dengan kalian, para gadis labil!" Ucap Sakura.
"Hooo berarti dengan Sakura ya, dia kan udah dewasa sebelum waktunya,"
"Inoooo! Maksudnya berpikir dewasa kan!" Ucap Sakura kesal.
"Tapi Sak, sekarang ini masih jaman perjodohan loh. Biasanya kalau kelamaan jomblo ntar dijodohin sama orang tua," ucap Tenten.
"Duh moga aku jodoh sama Seijuro!" Ucap Ino girang.
"Hahaha, kita lihat aja nanti," balas Sakura.
Pulang sekolah, Gaara mengajak Sakura bertemu di taman belakang sekolah.
"Sakura, kau tahu kan kalau aku menyukaimu?"
Sakura mengangguk.
"Lalu.. maukah kau menjadi pacarku?" Tanya Gaara mantap.
"Maaf, aku tidak pacaran. Mungkin kau tidak paham dengan pemikiranku tapi aku tidak ingin prioritasku terbagi," ucap Sakura.
"A-aku tidak akan mengganggu studimu. Bahkan aku akan membantumu sebisa mungkin," ucap Gaara.
"Kalau begitu bantulah dengan menjauhiku. Aku tidak bisa membagi perhatian, aku bukan orang yang setengah-setengah mencintai seseorang," balas Sakura.
"Sakura, aku mencintaimu. Katakan padaku bagaimana caranya agar kita bisa bersama," ucap Gaara.
"Hmm, kita tidak pernah tahu masa depan, Gaara. Kalau sekarang kita pacaran, memangnya kau bisa menjamin kita bisa bersama sampai menikah?" Tanya Sakura.
"A-aku—"
"Tidak bisa? Jika itu jawabannya maka aku akan pergi sekarang," pamit Sakura.
Gaara menarik lengan Sakura.
"Bagaimana kalau aku bisa?" Tanya Gaara.
"Aku bisa menjamin kita bisa bersama sampai akhir hayat,"
"Kau gila atau apa? Lebih baik aku menikah dengan orang yang tidak kukenal daripada memacari seseorang yang malah berakhir menjadi mantan," ucap Sakura mantap.
"Kalau aku melamarmu sekarang, apa kau akan menerimaku?" Tanya Gaara.
"Tidak. Sebaiknya kau tidak mengejarku lagi, aku bukan gadis bebas seperti yang lain. Aku terikat aturan keluarga dan kau pasti akan terbebani akan hal itu," balas Sakura
"Sakura, kumohon... Beri aku kesempatan,"
"Sudah kukatakan. Kalau kita memang berjodoh, kita pasti akan bertemu lagi dalam keadaan yang lebih baik," Sakura pergi meninggalkan Gaara setelah mengatakan itu.
Sakura tiba di rumahnya dengan hati yang kacau. Ia heran melihat ibu, kakak, dan ayahnya berkumpul di ruang tamu.
"Ada apa?" Tanya Sakura sambil menyimpan tasnya.
Mebuki tersenyum lembut. Ia menyuruh Sakura duduk di samping kakaknya.
"Ada yang ingin kami bicarakan, Sakura,"
"Oh, baiklah," balas Sakura tenang.
"Kami sebenarnya sudah lama ingin mewujudkan sebuah perjanjian dengan sahabat kami. Kami akan merencanakan sebuah pernikahan untukmu," ucap Kizashi.
Sakura seperti kena karma. Ia tadi mengatakan pada Gaara kalau ia lebih baik menikah dengan orang yang tidak dikenalnya. Ia hanya bisa membeku di tempat.
"Apa? Pernikahan? T-tapi kan Sakura belum lulus," ucap Sakura.
"Jangan kau masalahkan. Kami akan mengurus semuanya, kau hanya harus menjalaninya dengan baik plus menjadi istri yang berbakti pada suaminya," balas Mebuki.
"Haaa..?"
"Tapi kami melakukan itu juga karena tahu kau pasti bisa menjalaninya. Kami berharap banyak padamu, Nak," ucap Kizashi.
Sakura hanya bisa mengangguk lemah. Bagaimana pun ini sudah menjadi takdirnya.
Malamnya ia menghubungi bibinya. Bibinya adalah tempat curhat terbaik menurutnya.
"Halo Bibi Shizune? Aku ingin curhat nih,"
Sakura menjelaskan kejadian bersama Gaara tadi dan perjodohan itu.
"Kau melakukan hal yang benar. Seperti yang diharapkan dari putri keluarga Haruno. Harus tegas dan memiliki pemikiran yang kritis," balas bibinya di telpon.
"Bi, bagaimana caranya menjadi istri yang baik?" Tanya Sakura. Semalaman itu Sakura berbincang-bincang dengan bibinya tentang menjalani rumah tangga.
Sementara itu, di kediaman keluarga Akashi.
Makan malam yang tenang itu terhenti oleh suara sang kepala keluarga.
"Seijuro, sepertinya kau tahu cepat atau lambat kami akan memperkenalkan seseorang untuk kau nikahi bukan?"
"Iya, karena perjanjian yang kalian buat dengan keluarga Haruno," balas Seijuro. Ia memandang ayahnya serius.
Ibu Seijuro yang merasa keadaan mulai tegang, mendeham pelan.
"Ehem, ini bukan karena bisnis jadi aku harap kalian bisa sedikit tidak terlalu kaku," ucap Shiori.
"Aku harap kau bisa sedikit ramah pada istrimu nanti, Sei. Jangan perlakukan ia dengan dingin, ia gadis yang baik, tidak seperti perempuan-perempuan lain yang genit padamu," lanjut Shiori.
"Kenapa ibu seperti sudah mengenalnya dengan baik?"
"Karena ibu tahu. Gadis seperti dia tidak seperti gadis kebanyakan yang hedonis," balas Shiori.
"Kumohon turuti kata ibu ya? Ibu janji dia adalah gadis yang baik, penurut, dan tidak merepotkan," lanjut Shiori.
Seijuro mengangguk setelah melihat ibunya memohon seperti itu. Ia tidak mau mengecewakan ibunya yang telah merawatnya dengan baik sejak lahir.
Seijuro bertekad akan berusaha mencintai istrinya nanti. Walaupun mungkin akan sulit mengingat usia istrinya yang masih memiliki sifat labil.
Besok lusa mereka akan bertemu keluarga calon mempelai wanita.
2 days later
Haruno household
Sakura mengambil izin lebih dulu untuk pulang dari sekolah. Ia harus menyiapkan gaun dan tata rias segala macam untuk acara pertunangan.
Ia dan Seijuro sudah saling mengenal via chat. Mereka berdua bisa mengenal sedikit demi sedikit, dan Sakura menyadari kalau Seijuro adalah arsitek yang sangat digilai kedua sahabatnya.
Seijuro mulai mempercayai ucapan ibunya. Sakura tidak terlihat seperti gadis remaja kebanyakan. Jarang sekali update sosmed, sudah jarang, hanya ada satu foto dirinya. Sisanya gambar-gambar manga yang dibuatnya. Ia bisa menyimpulkan kalau Sakura adalah seorang pembuat manga.
Ternyata Sakura dan Seijuro memiliki hobi yang sama, yaitu menggambar. Sei harap bisa berbagi pengalaman pada Sakura.
Sei agak—sangat terkesan dengan penampilan Sakura yang cantik dan anggun.
"Mari kita mulai saja acara pertunangan ini," ucap Kizashi.
Acara pertunangan berlangsung dengan tenang. Kedua pasangan itu masih malu-malu satu sama lain.
"Kau kelas tiga kan? Bagaimana pelajarannya, susah?" Tanya Seorang basa-basi.
"Iya aku kelas tiga. Kalau pelajaran, hmm tidak terlalu sulit," balas Sakura.
Sei sempat buntu ide untuk membuka percakapan. Ia memang bukan orang yang pandai bergaul. Tapi di sisi lain ia adalah laki-laki, ia harus memulai duluan.
"Sakura, aku lihat kau suka menggambar manga," ucap Sei.
"Iya, aku suka menggambar manga. Aku juga sedang mengerjakan proyek untuk diterbitkan di Webtoon, tapi sekarang ini aku sedang fokus ujian untuk mendapatkan beasiswa," balas Sakura.
"Hmm, aku akan membantu sebisaku," ucap Sei.
Kucing milik keluarga Sakura yang bernama Kuro mendekati Sei.
"Hei, Kuro," sapa Sakura sambil menggendong kucing persia berwarna hitam itu.
"Miaaww,"
Sei mengelus rambut Kuro. Ia juga menyukai kucing seperti ibunya.
Sementara keempat orang tua sedang memperhatikan calon pengantin dengan wajah antusias. Sepertinya pernikahan yang mereka rencanakan akan berhasil mulus.
"Aduh manis sekali mereka berdua, jadi ingat masa muda," komentar Mebuki.
"Hohoho, sepertinya mereka memang berjodoh ya,"
Sakura dan Sei larut dalam percakapan sambil bermain dengan Kuro.
"Walaupun umur kita beda jauh sekali, jangan panggil aku Om ya," ucap Sei.
"Hahaha, masa nanti aku memanggil suamiku Om sih," tawa Sakura.
"Bagaimana kalau Kak?" Tanya Sakura.
"Tidak usah, panggil saja namaku. Aku tidak enak mendengarnya," balas Sei.
Sakura bertanya-tanya tentang di mana mereka tinggal, bagaimana nanti ia pergi ke sekolah, dan lain-lain.
"Kita akan tinggal di rumah baruku. Aku baru membangunnya, semoga kau terkesan dengan rumah itu," ucap Sei.
"Kau bercanda? Pasti rumahmu bagus. Kau kan arsitek," balas Sakura.
Debu memasuki mata Sakura tiba-tiba. Refleks Sakura mengusik matanya.
"Ada apa? Jangan dikucek, nanti merah," ucap Sei sambil memegangi tangan Sakura dan melihat matanya.
'Aduh kok deg-degan gini ya??' batin Sakura.
Sei meniupi matanya. Setelah agak mendingan, Sakura berterima kasih.
Para ibu mesem-mesem sendiri melihat interaksi keduanya.
"Hmmmmm,"
"Hmmmmm,"
Esoknya
Sakura jadi kepikiran terus. Ternyata enak juga ya memikirkan cowok ganteng, apalagi kalau cowoknya calon suami. Heuheu, kalau gini sih Sakura bisa bahagia.
Sakura jadi sering senyum sendiri. Duh memikirkannya saja sudah bahagia apalagi kalau sudah kejadian!
"Sak! Kamu kenapa sih?! Dari tadi kayak orang gila tahu," tanya Tenten.
"Ciee.. kayaknya lagi jatuh cinta. Cerita dong!" Sindir Ino.
"Iya emang lagi jatuh cinta. Tapi gak bakal aku bilang-bilang ah," balas Sakura membuat mereka berdua cemberut.
Seminggu lagi ia akan resmi menjadi seorang istri. Ia harus memanfaatkan waktunya untuk menyiapkan segalanya.
Terutama mentalnya. Ia tidak boleh egois, ia harus senantiasa membagi masalahnya dengan suami.
D-Day
Sakura menatap refleksi dirinya. Ia terkejut ia bisa secantik ini. Semoga saja Sei bisa menerimanya.
Pernikahan dilangsungkan di gedung milik Akashi Corp. Pernikahan hanya dihadiri oleh orang-orang penting.
Pembacaan janji suci berjalan lancar. Walaupun agak sedikit tersendat dari Sakura tapi itu tidak menghalangi kebahagiaan yang terpancar di acara pernikahan ini.
Sakura merasa agak sedih mengetahui ia tidak akan tinggal bersama keluarganya lagi. Tapi ia harus tetap tegar.
"Hei," panggil Sei untuk kesekian kalinya karena Sakura dari tadi melamun.
"Iya?" Tanya Sakura.
"Hm, tidak baik melamun di tengah acara, Sakura. Kita harus menyambut tamu," ucap Sei.
Sakura yang merasa diingatkan pun mengangguk.
"Maaf, tadi aku hanya kepikiran ibu," balas Sakura.
Sei menggandeng Sakura dan mengajaknya ke para tamu undangan untuk diperkenalkan.
Sakura tidak habis pikir ia bisa bertemu orang-orang penting bahkan model. Dan semua itu adalah para sahabat Sei.
Sakura merasa bersalah pada sahabatnya. Ia tidak mengatakan apapun pada mereka. Pasti mereka akan syok jika mendengar kabar pernikahannya.
Malamnya, mereka menginap di rumah Sei. Ibu Sei sangat menyukai Sakura sehingga tidak memberikan kesempatan pada Sei untuk mengobrol dengan Sakura.
Sekarang Shiori sedang memasak bersama Sakura. Maksud Shiori mengajak Sakura adalah supaya Sakura tidak tegang. Ia tahu perjodohan bukanlah hal yang mudah, apalagi Sakura sama sekali tidak mengenal Sei.
"Kuharap kau bisa cepat akrab dengan Sei ya. Dia orangnya memang kaku, suka mengatur, dan dingin. Tapi ibu yakin kau bisa terbiasa," ucap Shiori.
"Hmm, semoga saja aku bisa. Aku juga sebenarnya agak kaku, jadi takutnya malah Sei yang tidak betah, hehehe," balas Sakura.
"Ah, tidak usah seperti itu. Ibu yakin kalian pasti bisa menjadi keluarga yang harmonis," ucap Shiori.
"Tapi Bu, kalau—"
Sakura berbisik pada Shiori. Shiori tersenyum jahil.
"Hmmmmm, itu kan tergantung Sei. Kalau mau, ya sudah~" ucap Shiori membuat Sakura khawatir.
Bagaimana nasib malam pertama mereka berdua?
TBC
