This is my first fanfiction; i hope you guys enjoyed it. I don't like yaoi or romantic fic. Final Fantasy is the only anime that I liked, I don't know why but that's the reality that happened in me. The picture is my own creation of art and the title based from Skillet's new album;Rise.
One more thing, don't smack me if you don't like this fic, and don't forget to review. Enjoy!
Prologue: Secret Mission
"Spike, ini Tracker, apa kau sudah menemukan target?"
Seorang pria berbaju hitam terlihat berada diatas sebuah menara kosong. Tepatnya diatas balkon. Bola mata biru turquoise-nya tampak sedang berkelana ke jalan raya dibawahnya, bekerja seperti tugasnya, bersinar didalam kegelapan.
Penglihatannya yang lebih dari normal itu dapat melihat dengan jelas siapa yang diincarnya. Pemuda berambut pirang itu tampak memicingkan mata begitu seorang dengan jubah mencurigakan lewat. Orang itu tampak sedang terburu-buru, tanpa mengetahui bahwa dirinya tengah diincar. Tanpa menunggu, Spike segera meloncat turun dari atas menara. Dengan ringannya, dia mendarat ke gedung disebelah menara tersebut. Matanya terus mengawasi gerak-gerik orang misterius dibawahnya.
"Spike, kau berjagalah diujung jalan. Viva akan menyusul membuntuti mangsa." Lanjut orang yang bernama Tracker, menghubungi Spike melalui alat transmisi yang dipasang di telinganya.
Terlihat pria lain berjubah merah muncul dibelakang mangsa. Langkah kakinya diatur sedemikian rupa sehingga mengimbangi orang yang diincarnya. Seolah berjalan alami layaknya pejalan kaki biasa, Viva dengan hati-hati menyiapkan senjata yang dia bawa tanpa meninggalkan jejak mengintimidasi. Bola mata merahnya tampak bersinar terterpa sinar lampu jalan.
"Viva, Spike, bersiap. Operasi dimulai." Ucap Tracker dari atas bangunan pemantau kota. Ia tampak menggunakan kacamata khusus pemantau untuk memantau mangsa. Dia pun mulai membidik.
Mangsanya tampak tak terganggu akan keberadaannya, hingga sebuah panah melesat kencang menembus udara malam yang dingin dan meleset mengenai sasaran. Bukannya meleset, melainkan sengaja dilesetkan dan mendarat tepat didepan orang itu dan merobek jubah yang dikenakannya. Kini mangsanya jelas terlihat. Seorang wanita berambut coklat tampak masih muda dengan jubah putih, membawa sebuah koper dan tas besar berwarna hitam yang diincar oleh para predator.
Sebuah desahan kaget keluar dari wanita itu, Viva segera mengambil tugasnya, senjatanya-Cerberus, yaitu sebuah pistol dengan tiga lubang peluru, sudah dalam posisi membidik kepala sang asisten department sains. Menarik pelatuknya, Viva melepaskan peluru Cerberus.
Reflek, asisten itu segera kabur sebelum Viva menarik pelatuk, dan peluru pun menyerempet mengenai pelipisnya. Darah segar tampak mengalir turun dari kepala si mangsa. Rupanya asisten itu lumayan terlatih.
Tracker segera memberi komando kepada Viva untuk tidak mengejar mangsa, sehingga membuat sang asisten merasa bingung dan memperlambat larinya. Sayangnya sebuah tendangan melayang didepannya membuatnya terpental membentur tembok gedung. Beberapa tulangnya patah akibat terjangan tadi. Pandangannya juga menjadi buram dan hanya terlihat bayangan samar-samar. Walaupun begitu tidak semudah itu menyerah tanpa perlawanan, lagipula dia sudah tahu resiko yang harus ditanggungnya. Dia pun mengeluarkan sebuah pistol kecil dan menembakkannya kearah bayangan itu.
DORR!
Peluru itupun mengenai sasaran. Bidikan Viva langsung mengenai organ vital alias jantung asisten itu. Darah berhamburan dimana-mana.
Spike hanya mendesah pelan karena sebuah peluru ditembakkan kearahnya, dan mengenai tubuhnya. Dia hanya berkedip, dan melihat sebuah goresan kecil berdarah yang disebabkan peluru tadi. Dia tahu sebuah peluru tidak mungkin dapat membunuhnya semudah itu, peluru itu malah terbelah menjadi dua setelah menghantam tubuhnya. Dia pun melihat luka kecil itu sudah menutup dalam sekejap mata. Dia pun mendengar langkah seseorang mendekat.
Tracker yang dengan terengah-engah berlari dari menara pemantau atau lebih tepatnya gedung bekas rongsokan, akhirnya sampai. Melihat korban sekilas dia segera menyuruh Spike untuk membakarnya beserta darah dan sekitarnya supaya tidak meninggalkan jejak. Beruntung daerah ini adalah daerah kosong yang telah ditinggalkan setahun yang lalu. Dia juga menyuruh Viva untuk mengambil koper dan tas yang menjadi incaran kali ini. Mereka pun segera bergegas menuju markas.
"Misi berhasil."
