Semua tokoh ini saya pinjam dari om Masashi

.

Fict pertama Natsumi

.

Fict abal-abal, typo bertebaran.

.

Happy reading.

Entah ini sebuah kebetulan, atau memang kebaikan dari tuhan, semua terasa seirama, saat ketika dimana cuaca sedang panas dan mata Hinata juga memanas menahan air mata, dan beberapa detik kemudian awan abu-abu menggumpal dengan cepat dan jatuhlah rintik hujan yang membasahi bumi, kesempatan yang tepat untuk menangis, air mata akan membaur dan tidak akan ada yang menyadari bahwa Ia menangis, satu hal kecil yang membuatnya kembali bersyukur kepada Tuhan, Hinata adalah orang yang selalu berusaha berfikir positif, baginya sudah cukup untuk menjadi Hinata yang lemah, hidup dalam kegelapan. Hinata yang sekarang adalah Hinata yang baru.

"sepertinya sudah cukup aku menangis, hujan saja sudah mereda " batinnya dan dibibirnya ada segurat senyum karena dapat mempertahankan harga dirinya. Dan senyum memang terbukti mampu mengurangi perasaan hati yang tidak baik.

Tanpa memperdulikan badannya yang basah kuyup karena Hujan deras kembali turun, dengan santai dia berjalan menuju apartemen, langkah-langkahnya yang kecil perlahan membawanya sampai pada sebuah apartemen yang tidak bisa dibilang mewah namun juga bukan apartemen yang sederhana, apartemen yang masih terhutang kredit 2 bulan, keh, mengingat kredit yang akan segera lunas kembali membuatnya sedikit terseyum.

Hinata memang gadis yang suka terseyum namun jangan mengira dia adalah gadis periang seperti gadis berambut merah muda yang kebetulan baru membeli lunas apartemen bulan lalu dan pindah baru seminggu belakangan ini, gadis bernama Sakura dan bermarga Haruno. Hinata hanya terseyum pada dirinya sendiri. Ingat! Hanya pada dirinya sendiri.

"Yo, Hinata-chan" sapa gadis yang baru saja kita bahas, hanya sekedar menyapa tanpa memperhatikan penampilan Hinata, gadis yang lebih muda 5 tahun dari dirinya itu tampak ceria sama seperti hari sebelumya, walau mereka baru berkenalan 3 hari yang lalu, tapi gadis itu memang mudah sekali akrab dengan siapapun, termasuk pada Hinta yang notabenya adalah gadis teramat pendiam.

"nanti pinjam buku bekas kuliahmu dulu ya, jaa" Ucap mahasiswi semester 1 itu lagi sambil berlari tanpa memerlukan jawaban dari Hinata dan menghilang dibalik lift.

Sedang Hinata, dia lebih memilih menaiki tangga untuk sampai dikamarnya yang berada dilantai 5, hitung-hitung olah raga karena selama ini memang tidak ada waktu untuk itu. Pekerjaannya di sebuah perusahan yang bernaung pada Namekaze grup telah banyak menyita waktunya, dan dalam fikirannya, lelah mungkin akan sedikit membantunya melupakan kejadian hari ini dimana dirinya merasa sangat dihina oleh seorang Pria bermarga Uchiha.

"Memang siapa dia?" gumaman ketus keluar dari mulut mungil Hinata seraya melemparkan tasnya dengan kasar diatas sofa sesampainya dia di kediamannya.

Hinata kembali merasa sangat marah karena sekarang dia tau bagaimana Sasuke memandangnya selama ini dan bagaimana Sasuke menyalah artikan rasa sukanya terhadap Naruto.

Apa salahnya jika dia menyukai Naruto, anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja, toh Hinata hanya sekedar menyukai, tanpa pernah menganggu Naruto, dia hanya bersemu tanpa berani menyapa lebih dulu saat tidak sengaja berpapasan di kantor dan berusaha berbicara seformal mungkin saat ada keharusan berinteraksi dengan Naruto yang jabatannya adalah Kepala cabang.

Flash back

"maafkan aku, aku tidak bisa menerimamu Sasuke, ada laki-laki yang aku sukai" jawab Hinata ragu saat bungsu dari Uchiha ini menyatakan perasaannya.

"Maksud mu Naruto?" ucapan Sasuke terdengar setengah mengejek.

Hinata cukup tau bagaimana perasaan Sasuke saat ini, Sakit? Tidak sebegitunya, tapi rasa malu adalah hal yang jauh lebih berat, dimana harga diri seorang Uchiha terinjak atas penolakan seorang gadis biasa dari golongan biasa yang bekerja hanya sebagai staf biasa pada salah satu perusahaan saingannya.

Hinata juga cukup tau diri, rasanya sangat tidak pantas menginginkan Naruto dan menolak Sasuke. Memang secantik apa dirinya hingga berani berbuat demikian? Tapi bagaimana lagi, dia juga tidak mau terjebak pada hubungan pura-pura hanya karena menyerah pada perasaannya kepada Naruto yang bertepuk sebelah tangan. Atau lebih tepatnya tidak tersampaikan.

Dan lagi ini sepertinya aneh, kenapa tiba-tiba Sasuke menyatakan cinta kepadanya? Mereka

"Terima saja aku Hinata, aku akan memberimu apapun yang kau mau, uang, kedudukan, bahkan lebih dari yang kau harapkan dari Naruto"

Deg! Hinata hanya dapat terdiam, matanya terbelalak tidak percaya, ingin rasanya dia menulikan pendengarannya atau menghilangkan ingatan dimana detik-detik Sasuke mengucapkan hal itu, tapi semuanya telah terjadi. Tangannya berayun dan siap mendarat di pipi berrahang tegas milik bungsu uchiha itu, namun sedetik kemudian dia mengurungkan niatnya, menjatuhkan tangannya kasar dan membuka suara.

"Sebenarnya aku masih tidak percaya tentang apa yang kudengar tadi, tapi aku meyakini aku tidak salah dalam mendengar, perkataanmu sungguh sangat jelas Sasuke!" Ucap Hinata menekankan kata terakhir dari kalimatnya.

"aku tidak tau sejak kapan kau menilaiku serendah itu, tapi terimakasih atas penilaianmu, setidaknya aku cukup tau bagaimana caramu menilai orang! Semoga saja, hanya kepadaku kau salah menilai, karena jika tidak, maka kau akan jauh tertinggal dari Itachi-sama " tercium aroma kecewa sekaligus mengejek pada kalimat ini.

Flash back off

Kembali air mata Hinata bergejolak ingin keluar, jadi selama ini, beginikah cara padang Sasuke terhadapnya, setaunya Sasuke memang laki-laki pendiam dan dingin, jarang bicara dan sekali bicara kadang terdengar ketus, tapi dia tidak pernah menghina orang lain. Tapi mungkin Sasuke tidak menghinanya, dia mungkin memang terlihat seperti itu. Namun satu hal yang perlu Sasuke tahu, Hinata kini membencinya!

Bruk bruk bruk

Suara gedoran pintu membuyarkan lamunan Hinata, otaknya dipenuhi tanda tanya, siapa yang bertamu? Sakura kah? Tapi tidak terdengar suara bising selain gedoran pintu, biasanya gadis itu akan berteriak memanggil-manggil nama Hinata dengan nada layaknya anak kecil memanggil temannya untuk bermain. Cepat-cepat kakinya melangkah menuju pintu agar rasa penasarannya segera terjawab.

Cklik

Pintu terbuka seperempatnya, terlihat seorang pria memakai mantel bertudung berwarna abu-abu, mantel itu terlihat berat karena basah, nampaknya pria ini kehujanan, tapi siapa dia? Mencari tempat berteduh kah? Kenapa sampai ketempat Hinata? Apartemen ini berada di Lantai 5, mana mungkin orang asing yang kehujanan mencari tempat berteduh sampai pada lantai 5, atau teman kantor? Sepertinya juga bukan, Hinata bukan orang yang bergaul dengan baik degan teman kantor, apa lagi laki-laki, satu-satunya teman pria yang tau tempat tinggalnya hanyalah Sasuke. Itupun sekedar tau, Sasuke tidak pernah berkunjung sebelumnya.

"Siapa?" Tanya Hinta.

"Ini aku" Jawab pria itu dan mengangkat wajah, saking terkejutnya Hinata bahkan mundur satu langkah dari tempatnya semula berdiri.

" Bolehkan aku masuk?" Tanya laki-laki itu sesat kemudian, suaranya agak gemetar, sepertinya dia kedinginan.

"U, umbh s silahkan mmasuk Na Naruto-sama?" Dan mendadak Hinata menjadi gagap.

Kembali otak Hinta dipenuhi pertanyaan, dari mana Naruto tau tempat tinggalnya? Ah ini pertanyaan bodoh, Naruto pemimpin perusahaan cabang tempatnya bekerja, tentu dia memiliki akses untuk tau alamat setiap kariawanya, tapi pertanyaan berikutnya mungkin lebih masuk akal, kenapa Naruto ke sini? Dalam keadaan basah kuyup pula? Begitu pentingkah? Masalah perkerjaan kah? Rasanya tidak, memang Hinata berada pada bagian marketing penjualan, tapi tingkat penjualan bulan ini bagus, bahakan cendrung meningkat pada minggu ke empat.

"aku kesini bukan karena masalah pekerjaan?" ucap Naruto seolah membaca fikiran Hinata seraya duduk pada kursi tanpa dipersilahkan. Matanya menyapu ruangan yang terasa hangat itu, semua tampak rapi kecuali mantel basah dan tas yang dilempar Hinata dengan sembarang sebelumnya, menunjukkan bahwa gadis dihadapannya ini juga kehujanan tadi.

"Sebaiknya kau mandi, nanti sakit" Naruto mengurungkan niatnya untuk menyatakan maksud dari kedatangannya setelah menyimpulkan Hinta belum sempat membersihakan diri setelah kehujanan. Dan lagi, dia juga masih ragu untuk mengutarakan niatnya.

"tenang saja aku tidak akan mengintip" Naruto berkata santai bahkan di iringin kekehan kecil, tanpa tau bagaiman kondisi mental gadis dihadapannya ini, rasa senang teramat banyak karena dikunjungi orang yang telah lama ia sukai, juga nada bicara Naruto yang jauh dari nada Formalitas seperti yang biasa dia tujukkan di Kantor.

Blush

Rona wajah yang lebih dari biasa terlihat jelas di pipi chubby Hinata, walau mereka kenal sudah cukup lama. Bahkan sempat satu perkuliahan pada beberapa semester sampai saat ini sudah satu tahun satu Kantor baru kali ini dia melihat sisi lain dari Naruto.

"Naruto-sama juga sebaiknya mengeringkan diri" Ucap Hinata setelah mampu mengusai dirinya dari rasa senang, gugup dan banyak rasa yang bercampur aduk.

"baiklah, ambilkan aku Handuk saja" Ucapnya Naruto, nadanya terdengar sangat berwibawa, pantas saja ayahnya sudah mempercayakan posisi Kepala cabang kepadanya pikir Hinata.

Tanpa menunggu lama, Hinata datang dengan handuk yang berukuran cukup besar, tapi tidak hanya itu, Hinata juga membawakan Naruto baju ganti lengkap dengan celana,

"Ini punya almarhum Neji-Nii, saya rasa muat untuk anda" Ujar Hinata dan menyodorkan kain-kain itu dengan sopan.

"Sankyu Hinata-chan" Ucapan Naruto seraya menerima apa yang disodorkan gadis itu.

Blussh

Wajah hinata tidak bisa dikatakan bersemu lagi, tapi sudah bener-benar memerah karena Naruto memperlakukannya seolah orang yang sangat dekat dengannya, bahkan memanggil namanya dengan embel-embel "chan"

"Naruto-sa.."

"Kun, Panggil aku Naruto-kun, kita sedang tidak berada dikantor Hinata" Potong Naruto cepat.

"b-bb ba baiklah, N Naruto-k ku kun, bisa menganti baju dikamar, a annggap ssaja r rumah ssesendiri, s saya permisi k kkamar mandi" demi Kami-sama dia tidak bisa mengntrol dirinya untuk tidak gagap kali ini.

-oOo-

Sementara Hinata dikamar mandi, Naruto mengganti bajunya, juga sambil merangkai kata yang pas untuk megutarakan niatnya. Setelah selesai dia memutuskan untuk pergi kedapur untuk memasak air dan membuat Kopi serta secangkir susu coklat panas untuk Hinata. (ya ampun Naruto, kau benar-benar menganggap ini rumah mu sendiri)

Melihat tatanan ruang dan perabotan yang ada Naruto bisa menyimpulkan bahwa Hinata tinggal disini sendirian, dari data yang dia punya dikantor, Hinata memang anak yatim piatu setelah insiden kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya 8 tahun yang lalu. Tapi cukup mengejutkan dia juga kehilangan saudaranya. Apa gadis ini sebatang kara? Tapi apapun itu, sebaiknya Naruto tidak usah menanyakannya karena hanya akan mengungkit kesedihan orang lain. (Oh Naruto kamu sungguh bijak )

Hinata telah selesai dengan acara mandinya, dia telah rapi mengenakan setelan baju tidur tebal berwarna Ungu Tua, rambutnya yang masih agak basah dibiarkanya tergerai.

"kemariah Hinata" Suara Baritone dari arah dapur mengingatkan bahwa dia tidak sendiarian dirumah saat ini.

Kini mereka berdua duduk pada meja makan yang biasa Hinata duduki sendiri, dan juga telah tersaji secangkir susu coklat untuknya.

"A apa a ada s ss seuatu yang penting?" Hinata meruntuki dirinya, entah pertanyaannya ini tepat atau tidak.

"baiklah, aku tidak akan bertele-tele, aku ingin meminta tolong"

"meminta tolong soal apa?" kini suara Hinata tidak lagi gagap, dia telah mampu mengendalikan dirinya lagi.

"tapi sebelumnya aku ingin bertanya, apa kau memiliki seorang pacar?"

Deg?

"e e etto, sss sa saya belum punya, d d dan ap app apa hubbungannya?" Demi Tuhan Naruto! Berhentilah membuat Hinata gagap!

"minumlah dulu, setelah ini akan ku ceritakan semuanya termasuk tujuanku datang kemari" ucap Naruto sambil menyeruput kopinya. Hinata hanya mengangguk kemudian meminum susu hangatnya..

"uugghh" dan ternyata susu itu ternyata masih panas,

"m mamaafkan aku Hinata, aku lupa mengingatkanmu Bahwa susu itu masih panas!" Naruto panik melihat bibir Hinata yang tampak sangat memerah, dia tidak tau harus berbuat apa, dia berusaha mengelap dengan tisu, tapi bibir Hinata malah terlihat hampir melepuh karena air yang Naruto gunakan memang air yang baru mendidih, dalam perhitungan Naruto, Hinata akan cukup lama dikamar mandi, jadi saat dia selesai, Susu Panas itu telah berubah menjadi hangat.

Cup

Naruto mengecup bibir Hinata lembut, memijat-mijat bibir hinata dengan lidahnya. Berusaha agar bibir itu tidak lagi merasakan sakit. Manis, pikir Naruto. Sisa susu coklat itu membuatnya makin menikmati bibir Hinata dan lupa akan tujuannya untuk meredakan sakit.

"hmmhg" erangan halus terdengar karena Hinata membutuhkan oksigen dan menyadarkan Naruto.

"bagaimana Hinata, bibir mu lebih baik?" tanya Naruto masih dengan nada paniknya, berpura-pura panik tepatnya, karena dia telah kehilangan kendali, namun Hinata tidak menjawab, ini sungguh diluar nalar Hinata. Merasa tidak ada jawaban Naruto menguncang bahu Hinata.

" Hinata!?"

"Hinata!"

"H ha ha i?" jawab Hinata.

"daijobu?"

"Dd da daijobu desu" Hinata kembali tidak bisa mengontrol dirinya, hampir saja dia jatuh pingsan (Kurang ajar kau Naruto, jadi dari tadi sopan santun mu hanya untuk ini hmm?)

"aa aaa ma ma maafkan ak ak akku Hi Hin Hinata_chan" dan Naruto ketularan gagap, setelah benar-benar sadar dengan apa yang telah dia lakukan, Naruto berani bertaruh, dari ekspresi Hinata, ciuman tadi adalah ciuman pertamanya, dan Naruto telah merebutnya!

"aku akan bertanggung jawab, aku telah merebut ciuman pertamamu, aku akan menikahi mu!" Cerocos Naruto.

BRUKK!

Dan Hinata pingsan! Sementara itu seringai licik terukir dibibir orang yang telah merebut ciuman pertama Hinata itu!

Hinata POV

Sekarang disinilah aku berada, di butik ternama seantero Tokyo! Ah tidak, mungkin lebih tepatnya seantero Jepang.

Jika ada seseorang yang ingin menamparku, dengan senang hati aku bersedia, sekarang aku memang membutuhkan hal itu, aku membutuhkan seseorang untuk membangunkanku dari mimpi ini, mimpi yang terlalu indah, walau sebenarnya akau tidak ingin bangun jika ini memang mimpi. Dan jika ini sekedar khayalan, aku tetap betah berada dalam alam imajinasiku! tapi ini adalah sebuah kenyataan!

Aku bahkan tidak bisa menjelaskan bagaimana perasaanku kepada diriku sendiri, kaget, bahagia terlampau sangat, terharu, atau kecewa, eh? Kecewa? atau apalah!

Empat hari yang lalu, saat tiba-tiba saja Naruto berkunjung ke apartemen ku, dan mencuri ciuman pertamaku, dan spontanitas dia melamarku karena tanggung jawab atas ciuman pertama yang dia curi dariku. Dan kemudian aku pingsan!

Berulangkali aku mengatakan tidak apa-apa, Naruto tidak harus menikahiku, ciuman pertama memang sangat berarti bagi seorang gadis, tapi tidak perlu dipertanggung jawabkan sampai harus menikahinya segala, walau dalam hatiku yang sebenarnya aku sangat bersedia memberikan ciuman itu kepadanya, bahkan diriku, karena memang untuknya ku simpan itu semua. Dan menikah dengan Naruto adalah ketidak mungkinan yang selalu aku harapkan! Tapi tetap saja alasannya menikahiku adalah atas rasa tanggung jawab, bukan cinta.

"Hinata-sama, gaunnya sudah siap, silahkan dicoba" Ucap pegawai butik itu kepadaku.

Dan itulah embel-embel untukku sekarang, "-sama" rasanya aku kagok dipanggil dengan embel-embel itu lagi, mengingatkanku pada kenangan dulu, saat kedua orang tuaku masih hidup, saat bisnis keluarga Hyuga masih berjaya. Dan setelah mereka meninggal, saat aku kehilangan semangat hidup dan orang yang dipercaya untuk mengurus harta warisanku merebutnya dariku. Cih, aku mengingat kemalanganku lagi!

"Hime!?" Naruto memanggilku, aku terkejut karena tadi melamun.

"Daijoubu?" tanyanya khawatir.

"Da Daijoubu desu" Damn! Kapan aku bisa berhenti bicara gagap jika bersama pria yang sebentar lagi menjadi suamiku ini?

"Cobalah gaunmu"

"H Ha i" dan aku pun segera masuk keruang terpisah untuk mencoba gaunku.

Hinata POV End

Naruto POV On

Aku sangat menyukai pesta pernikahanku ini, karena bagiku pesta ini tidak hanya merayakan pernikahan saja, pesta ini juga merayakan kemenanganku resmi menjadi pemilik sah semua saham Namekaze yang diwariskan ayahku padaku jika aku sudah menikah, merayakan keberhasilanku untuk tidak menikah dengan Uzumaki Karin yang sempat hampir dijodohkan dengan ku, bbrr memikirkan hampir dijodohkan dengan wanita super berisik itu saja membuatku ngeri.

Aku bersyukur atas tindakan bodohku waktu di apartemen Hinata, tidak sengaja merebut ciuman pertamanya dan bersikeras bertanggung jawab dengan cara menikahinya adalah cara konyol yang lebih baik dari pada harus berkata 'Hinata, aku ingin minta tolong, menikahlah dengan ku, karena aku tidak mau dijodohkan dengan Karin, sedang aku harus segera menikah karena desakan dari ayahku, aku tidak ingin saham yang seharusnya menjadi milikku malah dibagi dengan Uzumaki'. Damn! Yang benar saja. Aku mungkin akan di tolak mentah-mentah seperti Sasuke siang itu. Mengenai Sasuke, hahaha kasian sekali kau Teme! Aku tidak sengaja menguping pembicaraanmu siang itu ditaman, dan Aku tau kau tidak benar-benar menyukai Hinata, kau pasti hanya ingin memanfaatkanya untuk mencari tau rahasia perusahaan ku kan? Tapi aku berterimakasih pada mu, karena kau, aku tau kalau Hinata meyukaiku, dan dia tidak menyukaiku karena harta, untuk itulah aku bisa memanfaatkan Hinata sebagai penyelamat dari semua kemungkinan buruk, ah aku terdengar jahat sekali. Tenang saja Hinata, aku akan memperlakukanmu dengan baik, dan membuatmu bahagia, karena kau juga telah membuatku bahagia. Ahahahaha, ah aku bahagia sekali.

Aku berdiri di Altar menunggu pengantinku, aku membayangkan bagaimana penampilannya, karena saat Hinata mencoba gaun kemaren aku tidak sempat melihatnya sebab ada panggilan rapat mendadak tentang pemberontakan Uzumaki Nagato, kerabat jauh Kaa-san yang tidak terima semua saham menjadi milikku.

Tidak lama, muculah sosok gadisku, mempelaiku digandeng oleh Kakashi menuju altar.

Aku hampir tidak percaya itu Hinata, dia sangat cantik dengan gaun yang dipilih oleh Rin, Istri dari Kakashi yang merupakan orang yang sangat aku dan keluargaku percaya.

Jangan tanya kenapa bukan Hinata atau aku yang memilih baju, alasannya tentu sudah dapat kalian tebak.

Lagi pula Rin memiliki selera yang sangat bagus! Gaun itu sangat indah, bagian dada hingga perut dipenuhi Swarovski berwarna ungu muda yang memberikan kesan mewah, juga ada mutiara berwarna sanada disana, tersusun mengikuti lekuk tubuh Hinata.

Rambunya yang biasa tergerai kini disanggul rapi, memperlihatkan leher putih jenjang miliknya, aku mengingat kembali saat aku mencium bibirnya, dia terasa enak sekali dan aku membayangkan jika aku menjilati leher itu, ah pemandangan ini sangat menggiurkan, aku ingin segera melahap Hinata tepat setelah menjadi istri sahku. Oo Damn! Kenapa tiba-tiba aku menjadi terangsang seperti ini!

Sebelum aku horny di tengang pesta begini, capat-cepat ku alihkan pandanganku pada mata Lavendernya, dari ekspresi Hinata sepertinya dia cukup risih dipandangi seperti tadi, oh jangan-jangan dia tau apa yang ada di otakku, mampuslah, turun sudah martabatku!

"A a aku ter terlihat jelek ya?" cicitnya ketika sampai pada altar, oh gadis ini polos sekali, membuatku ingin cepat-cepat membawamu keranjangku Hinata!

"kau wanita tercantik yang pernah kutemui!" aku berkata jujur, dan kulihat wajahnya bersemu lagi.

Naruto POV END

Minato tidak tanggung-tanggung untuk pesta pernikahan anak tunggalnya ini, dia tidak mempermasalahkan mempelai wanitanya bukan dari langan atas, dan walau ada beberapa sindiran tidak mengenakkan karena memiliki menantu yang tidak sepadan dia tidak perduli, dia tetap membuatnya semewah mungkin, bahkan dia meliburkan semua kariawan dan buruh pabrik diseluruh cabang agar bisa berhadir, walau dia menyadari berapa kerugian yang akan dia dapat dari kebijakannya itu.

Pesta yang diselenggarakan pada musim gugur itu mungkin akan mencetak rekor pernikahan termewah sepanjang masa karena kehadiran Kaisar Jepang. Membuat gengsi perusahaan terbesar di Asia itu meningkat.

Sasuke memasang wajah datar seperti biasanya, padahal saat ini dia sedang berperang melawan rasa marahnya, bagiamana tidak, gadis yang diinginkannya, dinikahi oleh salah satu saingannya, tepat seminggu setelah dia ditolak mentah-mentah! Sasuke merasa tertinggal selangkah lagi oleh Naruto! Dan kenapa tiba-tiba mereka menikah? Apa Naruto menikahinya karena tahu kalau dia menginginkan Hinata? padahal sebelumnya Sasuke dengan persis mengetahui kalau mereka tidak berkomuniasi kecuali mengenai urusan pekerjaan!? Jadi kesimpulan versi Sasuke adalah, Naruto menikahi Hinata hanya untuk menjatuhkan harga diri Sasuke dihadapan dirinya sendiri! dan Lain lagi ceritanya dengan persaingannya dengan orang yang sering dia panggil "baka-aniki". Sasuke mengingat kembali perkataan Hinata "-kau akan jauh tertinggal dari Itachi-sama" Kini Sasuke benar-benar Frustasi!

"Terimakasih telah datang di Pestaku Teme!" Sasuke mendengus, hanya satu orang yang berani memanggilnya dengan sebutan itu, siapa lagi kalau bukan sijabrik Naruto!

Sasuke mencoba memandang Hinata dengan ujung matanya Dan Damn! Hinata terlihat sangat menawan dengan gaunnya. Naruto tampaknya tau dengan keterkaguman Sasuke.

"kendalikan matamu teme, dia punyaku" bisik Naruto.

"Aku tidak akan membuat ini mudah, Dobe!" balas Sasuke kepada Naruto dan nadanya terdengar mengintimidasi.

"silahkan saja Teme, kita lihat siapa yang pecundang disini?" seyum mengejek Naruto membuat laki-laki berambut raven ini makin marah. Hati-hati Naruto!

-TBC-

Segini dulu aja, karena ini Fict pertama, jadi saya mohon review dari para Reader sekalian.

Jika ada yang menginginkan saya melanjutkan ini, maka saya akan lanjutkan,,

Juga mohon kritik dan saran yang membangun.

"Terimakasih telah datang ke pestaku Teme!" Sasuke mendengus, hanya satu orang yang berani memanggilnya dengan sebutan itu, siapa lagi kalau bukan sijabrik Naruto!

Sasuke mencoba memandang Hinata dengan ujung matanya Dan Damn! Hinata terlihat sangat menawan dengan gaunnya. Naruto tampaknya tau dengan keterkaguman Sasuke.

"kendalikan matamu teme, dia punyaku" bisik Naruto.

"Aku tidak akan membuat ini mudah, Dobe!" balas Sasuke kepada Naruto dan nadanya terdengar mengintimidasi. Memberikan peringatan, bahwa bisa saja dia merebutnya.

"silahkan saja Teme, kita lihat siapa yang pecundang disini?" seyum mengejek Naruto membuat laki-laki berambut raven ini makin marah. Hati-hati Naruto!

Setelah itu tidak ada lagi kata yang terucap, mereka sepertinya melajutkan perdebatannya didalam fikiran masing-masing, tatapan yang mengisyaratkan ejekan, cacian, dan kesombongkan.

Adu tatap antara Sasuke dan Naruro membuat Hinata jengah, bisa saja kedua pria ini kehilangan kendali. Hinata tidak mau ada keributan di hari berharganya.

"eeekhhm" Hinata memegagi lehernya yang sebenarnya tidak apa-apa.

Keduanya menoleh kearah Hinata, menyodorkan gelas yang masing-masing mereka pegang dari tadi.

"sepertinya aku membutuhkan air putih" Oh Hinata kau betingkah bagai Ratu saja, apa kau sudah merasa paling berkuasa diperebutkan dua laki-laki tampan hamm?, dimana Hinata yang gagap dan selalu malu-malu?, apa kejengahan mu yang mengusir itu semua?