"Ada apa lagi?" tanya Seokmin kesal. Jengkel.

Manik kecoklatannya menetap lurus mata elang didepan. Kedua alis mata Seokmin menekuk menyatu tanda bahwa kesal sedang menggrogoti dirinya. Berdecak marah, Mingyu tak rela melepaskan cengkraman kasar dipergelangan tangannya walau sudah Seokmin sentak berkali-kali.

"Dengarkan aku dulu."

"Apa lagi? Bocah sekecil Chan juga tau, itu adalah sebuah ciuman. Ingin dijelaskan seperti apapun sudah jelas, Kim Mingyu."

"Itu hanya kecelakaan."

"Kecelakaan apa?! Lusa kau katakan kecelakaan dengan Seungkwan. Oke aku percaya karena dia temanku. Sekarang, siapa Mingyu?! Minghao, mantan masa SMA. Aku bahkan tak bisa menjamin kau tidak mengungkit-ungkit masa SMA dengannya atau memang kau ingin balik lagi dengan Minghao. Statusmu mungkin berbacaran denganku tapi, dibalik itu hatimu dan disana entah sedang apa dengan Minghao." jelas Seokmin terengah.

Ia sudah terlalu lelah. Melihat Mingyu dengan orang lain yang menyulut cemburunya. Amarahnya tak tertahankan sekarang.

"Lee Seokmin. "

" Apa?!" Seokmin menyeru galak.

"Itu memang kecelakaan, Seok. Apa yang terlongar dari bibirmu itu tidak benar. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Minghao, hanya sebatas teman dan mantan pacar lagipula dia juga sudah punya pacar. Kau itu kenapa? Tidak ada nia_"

"Mungkin mulutmu bisa berkata seperti itu tapi, siapa yang menyangka ternyata hatimu memang_ hmmmft—"

Mingyu membungkam bibir Seokmin. Menekan tengkuk pemuda yang lebih pendek darinya dengan kasar, melumat bibir tipis itu dengan amarahnya. Terlalu jengkel dengan kelakuan Seokmin. Tak habis pikir apa yang dipikirkan Seokmin.

"Eung, brengsek!" seru Seokmin setelah ia dengan segala kekuatan mendorong Mingyu menjauh.

Tatapan tajamnya seketika melunak ketakutan. Nyalinya menciut menatap mata elang Mingyu. Merinding melihat rahang Mingyu mengeras. Seokmin mengalihkan pandangannya kesamping, membuang wajahnya, dan menarik tangannya dari genggaman Mingyu. Tak berani.

Helaan napas berat nan frustasi keluar dari rongga mulut pemuda 183 cm itu.

"Sudah bicaranya?"

Seokmin bungkam.

"Listen. Aku dan Minghao, tidak ada apa-apa. Itu hanya sebuah kecelakaan. Aku dan Minghao bertemu didepan cafe tak sengaja dan tidak ada tyang berharap untuk bertemu. Seperti yang kukatakan sebelumnya dia sudah punya pacar. Saat itu ada sekelompok anak SMP melempar sembarangan bola basket lalu mengenai pundakku. Reflek saja aku agak menunduk, tapi sunggah tak ada niatan mencium Minghao kok. Serius." Mingyu menjelaskan semuanya.

Tangan penuh otot Mingyu berlabuh dikepala Seokmin. Mendongakkan kepala pemuda Lee tersebut. Menyuruh Seokmin menatap matanya, mencari kebenaran atas perkataan yang telah menjelaskan semuanya.

Seokmin mencari kebohongab yang terselip disana namun, nihil. Tak ada kebohongan disana. Hanya kejujuran dan kebenaran yang tengah pamer didalam bola mata Mingyu.

Susah payah Seokmin menelan ludahnya, membasahi tenggorokan yang terasa kering.

"Satu yang ingin kupastikan." ujar Seokmin dengan tatapan serius dan lurus.

Kedua tangan Seokmin terangkat, melingkar manis dileher Mingyu. Berjinjit sedikit untuk menggapai bibir tebal Mingyu. Hanya kecupan biasa dengan sedikit lumatan.

"Tidak ada bekas Minghao disana, karena Kim Mingyu hanya milik Lee Seokmin." ucap Seokmin pelan sebelum akhirnya memeluk Mingyu erat. Posesive sekali.

####

Finally, yes!

This is ma first fanfic.
I think, this fanfic so... Ugh i dunno lah yeah...
I hope your comment or something else for next time.

Jja, see u all!