Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Kuro Shiina

Kuro Shiina

proudly present

DEUX

DLDR

Selamat membaca ^^

$$$$$$$$¢$$$$¢$%$$%

Sakura PoV

"Hey..."

"Hmmm."

"Jelek..."

"...",

apa lagi sih? Ck menyusahkan saja. Huh sebenarnya aku heran dengan malhluk astral satu ini, kenapa dia selalu menggangguku? Tidak di rumah, di sekolah pokoknya saat ada dia pasti hidupku tidak tenang. Seperti sekarang ini, saat ini aku sedang di dalam kamarku. Tanpa malu dia langsung nyelononong masuk ga tau apa kalau akau sedang sibuk. Besok ada ulangan fisika dan aku tidak pandai dalam pelajaran ini eh ralat maksudku sangat sangat tidak pandai. Jadi aku harus belajar sungguh-sungguh apalagi sekarang aku sudah menginjak kelas 3 SMU yang mana kurang daari setahun aku akan menanggalkan statusku sebagai pelajar. Dia sih enak punya otak yang kelewat jenius jadi tidak perlu repot-repot belajar sepertiku.

"Jelek, kau sedang apa?" tanya teman sejak orokku ini. Apa dia buta? Aku malas untuk menjawab pertanyaan ysng kelewat tidak penting ini. Aku terus saja membaca rumus-rumus yang sangat menyusahkan. Sudah hampir 2 jam aku mempelajari rumus ini tapi sedikit pun belum ada yang nyangkut(?). Apa karena rumusnya yang terlalu sulit atau otakku yang tumpul?

"Oh kau sedang belajar rupanya," kalau sudah tau kenapa kau tanya rutukku dalam hati.

"Sakura...," panggilnya tapi aku masih pura-pura serius menekuni buku fisika milikku, padahal semenjak kehadirannya lima belas menit yang lalu aku sudah tidak fokus lagi. "Apa?"

"Kau kenal Ino?"

"Tidak. Memangnya kenapa?"

"Kau sudah selesai?"

Apa-apaan dia? Inilah salah satu sifat yang aku tidak sukai dari temanku yang satu ini. Saat aku mulai penasaran dengan hal yang ia bahas, dengan seenak jidatnya dia menutup percakapan dan mulai mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, memnangya mau apa?"

"Aku lapar, cepat masakan makanan untukku!" What the hell? Emangnya aku babunya apa?

"Tidak mau. Masak aja sendiri," jawabku ketis sambil membereskan meja belajarku yang berantakan.

"Hn."

Kenapa dengannya? Biasanya dia akan tetap memaksaku, tapi sekarang? Apa tadi sebelum kesini kepalanya kejedot tembok ya? Ah itu semua tidak penting yang penting sekarang dia tidak lagi menggangguku 'kan?

Tapi tunggu dulu. Tadi dia bertanya padaku tentang Ino, Ino itu siapa? Ino itu perempuan 'kan? Apa dia jatuh cinta pada perempuan itu. Karena yang aku tau selama tujuh belas tahun menjadi temannya dia tidak pernah membahas yang namanya perempuan, paling-paling yang ada di kepalanya yang keras itu cuma kanvas dan cat. Aku harus bertanya pada dia, tapi dia pergi kemana? Oh itu dia!

"Hey, kenapa kau bertanya tentang Ino padaku? Ino itu siapa? Dan apa hubungannya denganmu," tanyaku beruntun padanya. Sebenarnya aku merasa tidak senang saat dia menyebut tentang perempuan lain di depanku. Karena selama ini akulah satu-satunya perempuan yang dekat dengannya. Bukannya geer atau apa tapi itu memang fakta.

Sesaat dia mengarahkan pandangannya kearah lain yang bukan kearah mataku, sebelum akhirnya manik obsidiannya menatapku intens. Jujur aku sedikit gugup ditatap seperti itu oleh seorang lelaki. Biarpun dia sahabatku tapi tetap saja membuat jantungku berdebar sangat kencang. Ku akui dia tampan sangat tampan malah, tapi aku tidak mau mengakuinya secara tetang-terangan.

" Kau sangat ingin tahu?" Tanyanya dingin. Aku pun bingung kenapa aku sangat ingin tau tentang gadis bernama Ino itu. Dan kenapa suasananya jadi tegang begini, apalagi ditambah dengan tatapannya itu. Kalau tatapan bisa mencabik-cabik tubuhku mungkin tubuhku sudah tetcabik-cabik sekarang. Apa dia tidak suka aku terlalu ikut campur? Tapi dia sendiri yang memancingky duluan, sudah tau aku orangnya kepo. Dengan memasang tampang seolah tak peduli aku balik menatapnya.

"Tidak juga. Kalau kau tidak ingin memberitahuku ya sudah, lagi pula itu tidak penting buatku," aku menjawab seolah aku tak peduli tapi dalam hati aku ingin tahu sekali. Nampaknya dia sudah tahu apa reakasiku selanjutnya, menghela nafas lelah lau dia berbalik menuju pintu kamar yang terbuka.

"Sudah sore, aku harus pulang. Hari ini akan ada saudara jauh kakek ke rumah," tanpa mengatakan apa-apa lagi dia langsung keluar dari kamarku.

.

.

.

.

.

"Hah..." Sepertinya akhir-akhir ini aku sering menghela napas, ck sudah sore dan aku harus memasak makan malam untuk ibu. Dengan segera kulangkangkahkan kakiku menuju dapur untuk memasak makan malam dan lagi cacing diperutku sudah merengek minta di isi. Aku baru ingat kalau tadi aku melewatkan makan siangku karena aku terlalu sibuk dengan ulangan fisika. Urusan Ino dan sahabatku lebih baik aku ttunda dulu.

"Masak apa hari ini yaa?...Hm sepertinya nasi kare terdengar lezat," sejak ibu bekerja tiga tahun lalu akulah yang haru memasak makan malam karena ibu sering pulang larut jadi dia tidak sempat memasak makan malam. Sebagai anak yang berbakti aku harus membantu ibu apalagi sekarang ibu juga berperan sebagai ayah, karena sudah tiga tahun juga ayah dan ibuku memilih untuk berpisah. Aku tidak tahu alasan mereka berpisah dan aku juga tidak ingin tahu. Daripda aku bermonolog tidak jelas meningan aku mulai memasak keburu ibu pulang dari kantor.

(beberapa saat kemudian...)

"Syukurlah akhirnya selesai juga," kuperhatiakan hidangan yang telah kumasak ditas meja makan biarpun sederhana tak apalah yang penting kita membuatnya dari hati. kulihat jam tanganku untuk melihat waktu, ternyata sudah jam enam. Sebelum ibu pulang lebih baik aku membersihkan tubuhku terlebih dahulu.

.

.

.

.

.

Selesai mandi dan berpakaian aku langsung kembali ke dapur yang merangkap dengan ruang makan. Sekarang sudah pukul enam lewat empat puluh menit tapi ibu belum pulang mungkin masih dikan-

"Tadaima," -tor oh tetnyata aku salah menebak.

"Okaeri," aku segera menyambut ibu pulang.

"Sakura, tadi ibu menelpon ke ponselmu tapi tidak diangkat. Ibu kira kau belum pulang?"

"Sepertinya ponselku mati bu, mungkin baterainya habis,"

"Ya sudah, lain kali jangan biarkan ponselmu mati lagi. Baunya lezat kau masak apa hari ini?"

"Hanya nasi kare bu, habisnya aku bingung mau masak apa,"

"Tak apa, ayo kita makan ibu sudah lapar," ibu mendahuluiku berjalan ke dapur akupun mengikutinya dari belakang.

End Sakura PoV

.

.

.

.

Author PoV

Tok tok tok

"Sakura, bangun ini sudah pukul tujuh nanti kau terlambat. Ibu sudah menyiapkan sarapan untukmu. Ibu pergi dulu ya," Mebuki Haruno a.k.a ibunya Sakura pergi dari depan pintu kamar anak semata wayangnya. Sudah tiga tahun yang lalu wanita berkepala empat ini menyandang status sebagai single parent setelah berpisah dari suaminya atau ayah Sakura, Kizashi Haruno. Meskipun telah bercerai marganya tetap Haruno karena suatu alasan. Oke mungkin cukup disini dulu kita membahas tentang ibu dari bintang utama kita kali ini.

Sementara itu di dalam kamar yang bernuansa pink ini, sang empunya kamar masih tertidur pulas tak mengindahkan pesan sang ibunda yang sekarang telah pergi ke tempat kerjanya. Inilah salah satu kekurangan gulali pink eh maksudku Sakura meskipun dia seorang perempuan tapi dia tidak bisa bangun pagi, catat itu. Ah tapi jangan khawatir karena sebentar lagi dia ba-

"Hoam~," dia mengarahkan kepala merah mudanya ke jam weker yang ada di atas meja diaamping ranjangnya.

Satu,

Sang gadis meregangkan tubuhnya.

Dua,

Dia mengucek matanya yang masih berat.

Tig-

"Uwaaàa.. aku telat,"

Prangg

jdukk

Crang...

Duk.

"AWww..," -a ckck benar 'kan kataku?

Hanya sepuluh menit Sakura keluar kamar dengan 'rapi' seperti dasi belum terpasang, kaos kaki yang panjang sebelah, rambut yang sepertinya belum disisir. Ah tapi sepertinya sang gadis tidak peduli. Dengan secepat kilat dia memakan sarapan buatan ibunya yaitu dua potong sandwich yang tanpa dikunyah langsung ditelannya bulat-bulat. Jangan masang tampang seperti itu, hal seperti ini bukan sesuatu yang asing dikediaman keluarga kecil ini.

Oh ya sepertinya kita belum mengenal bintang utama kita ini, baiklah mari kita mulai.

Haruno Sakura seorang gadis yang serampangan berusia 17 tahun, baik hati, berbakti pada orang tua, agak tomboy tapi tetep manis kok. Memiliki rambut sewarna permen kapas, berjidat lebar, memiliki bola mata sewarna emerald, wajah yang emmm biasa aja sih yang sekarang sedang memasang tampang memohon kepada sang penjaga sekolah. Oh sepertinya nona yang satu ini telah sampai di sekolah.

"Kumohon...," pintanya dengan wajah yang di stel semelas mungkin.

"Tidak bisa." Nampaknya tidak mempan, tapi sepertinya belum selesai,

"ayolah~ Obiki-sensei, saya berjanji ini yang terakhir."

"Sudah berapa kali kau mengatakan itu, nona Haruno?"

"Tapi sensei saya bersungguh-sungguh," baiklah drama akan segera dimulai, camera rolling... action~.

"Hiks, hiks, hiks. Apa sensei tidak punya hati? Menyuruh pulang seseorang yang bersungguh-sungguh ingin belajar. Setelah berkilo-kilo meter jalan telah ia lalui dengan berjalan kaki. Setelah berdayung-dayung ria untuk menyebrang sungai yang sangat panjang da-,"

"Ya sudah, kali ini aku persilahkan kau masuk. Tapi jangan harap besok kau bisa masuk begitu saja."

"Hai, arigatou gozaimasu sensei," sambil berojigi ria, tanpa menunggu jawaban dari sang penjaga sekolah yang merangkap menjadi guru sejarah yang super duper killer tapi baik itu. Sakura langsung melesat secepat kilat menuju kelasnya dilantai tiga.

"Dasar."

end Author PoV

.

.

.

.

.

Sakura PoV

Ahh sial, kenapa kelasnya harus dilantai tiga sih? Apa mereka tidak memikirkan nasib orang-orang sepertiku ini. Uh kenapa juga kemarin aku harus bertengkar dengannya, biasanya dia kan selalu membangunkanku jadi aku tidak telat seperti ini. Sepertinya si menyebalkan itu marah padaku, tapi biarlah. Mungkin dia mau menjernihkan pikirannya dulu. Sepertinya untuk sekarang ini aku juga harus menghindarinya sementar waktu, karena akhir-akhir ini aku metasa anah padanya. Tiap kai berada disisinya jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Ah bicara apa aku ini? Semangat Sakura tinggal satu lantai lagi kau akan sampai, dan untuk sekarang ini berhenti memikirkannya la-

"Jelek..."

deg

-gi.

TBC

kyaaa akhirnya selesai juga fic keduaku ini, aku ngetik ini di ponsel lhoo. Terimakasih kepada pembaca ^^ hohoho gimana ceritanya?

Mind to review?

Saran, kritik,flame pun boleh kok hehe.

Sign

Kshiina ^^