Note : Sebagian besar fic ini hanyalah berisi curhatan cinta kehidupan Author. Tetapi saya rekayasa sedikit wkwkwk.
.
.
"Baekhyun,"
"Hm?"
"Chanyeol suka padamu."
Baekhyun menatap Krystal dengan tatapan polos. Ia meletakkan tumpukan buku dipegangannya keatas meja di perpustakaan. "Chanyeol, siapa?"
"Adik kelas kita, dia satu klub denganmu. Klub musik." Krystal masih menatap Baekhyun dengan senyuman. "Kau tahu? Dia cukup populer dan juga tampan, ia mengatakannya padaku dengan sikap malu-malunya, dan terlihat lucu! Aku tak menyangka dia mengatakan hal itu. Aku cukup yakin ini sudah keberapa kalinya junior bercerita padaku bahwa mereka tertarik padamu. Kau begitu laris dikalangan junior ya,"
Baekhyun menggaruk pipinya. "Sejujurnya aku tidak tahu yang mana orangnya." Ucapnya. "Kurasa itu hanya sesaat, mereka tidak menyukaiku seperti yang kau bilang kok."
Krystal langsung menepuk kedua bahu Baekhyun. "Tetapi kali ini aku yakin, yang ini terlihat begitu manis. Setidaknya liriklah sedikit Baekhyun, hidupmu jangan monoton seperti ini, buatlah warna sedikit dikehidupan datarmu."
Baekhyun tersenyum kecil. "Maaf Krystal," Ia menatap wanita itu. "Prinsip hidup kita berbeda. Aku tidak ingin terlibat dalam hal cinta monyet dengan seorang lelaki." Baekhyun mendengus lalu berlalu meninggalkan perpustakaan.
"Karena aku benci gay."
0-0
"Baekhyun-sshi,"
Baekhyun menoleh keasal suara, dimana seorang lelaki kini berada didepan meja kantin yang ia duduki. Duduk seenaknya, tanpa izin atau bertanya kepada Baekhyun. Baekhyun mematahkan stick poki-nya lalu mengunyahnya dengan datar. Jika dilihat-lihat, sepertinya lelaki ini adik kelasnya. Lelaki itu menyodorkan sebuah bubble tea padanya.
"Ini untukmu, Baekhyun-sshi."
"Apa aku memesan itu?" Baekhyun menatap datar. "Maaf, sepertinya kau salah memberikannya."
"Tidak, ini untuk Baekhyun-sshi kok." Lelaki itu tersenyum. "Ah, boleh kupanggil Baekhyun-ah? Ahahaha, namaku Tae Moyoung. Oh ya, apa aku mengganggumu? Kuharap tidak. Tetapi aku akhir-akhir ini sedang bosan, jadi kalau kau tidak keberatan, mau menemaniku ke bioskop? Aku akan traktir jadi kau tak perlu khawatir."
What the hell?Baekhyun tak percaya mendengar ucapannya. Baru kali ini ia menemukan junior yang seenaknya dan sok akrab dengannya, lalu bersikap tidak sopan, astaga, Baekhyun tidak tahu kenapa ia dipertemukan dengan manusia seperti ini.
Baekhyun berdiri sambil meraih ponselnya diatas meja, tidak peduli dengan makanannya diatas meja. Lagipula ia hanya memesan segelas tea, dan sebuah dorayaki rasa coklat dan semua itu sudah habis kecuali stick poki-nya yang tersisa beberapa batang lagi dan bubble tea dari junior yang tak ia kenal ini. Baekhyun berniat meninggalkan kantin dan menuju kelas, tetapi lelaki itu langsung menarik lengannya.
"Tunggu, mau kemana Baekhyun-ah?"
Baekhyun kesal, ia langsung memelintir tangan tersebut yang membuat sang empu mengaduh kesakitan. "Kuperingatkan padamu untuk bersikap lebih sopan pada orang lain." Baekhyun menatapnya tajam. "Dan jangan menyentuhku." Lalu Baekhyun menghempaskan tangan tersebut dan pergi, tidak peduli tanggapan penghuni kantin yang menyaksikan hal itu. Ia hanya muak melihat tingkah sok dari seorang junior.
"Wah, wah, galak sekali." Pria berkulit tan bernama Kai tersenyum menatap Baekhyun yang baru saja melintasi meja mereka. "Meski begitu ia tetap menarik ya."
"Kupikir tindakannya benar. Kalau aku diposisi tersebut, sudah kucolok kedua mata bangs*t itu." Pria bermata bulat bernama Do Kyungsoo ikut menimpali ucapan sahabatnya disampingnya, ah tidak, lebih tepatnya kekasihnya. Kai menatap horor Kyungsoo.
"Kau sadis sekali, sayang." Kai menggelengkan kepalanya. "Itu bentuk pendekatan agresif, si Moyoung itu haus akan perhatian orang yang ia suka, makanya menyebalkan seperti itu. Tetapi kalau aku diposisi untuk merayu Baekhyun hyung, tentu hasilnya akan berbeda."
"Ya, hasilnya kau akan kugantung di tiang jemuran nanti." Kyungsoo menyahut ketus. Kai cengengesan.
"Bukan begitu maksudku, Kyungsoo-yaaaa~"
"Nah, daripada itu, kenapa teman kita yang satu ini hanya bisa memandangi punggungnya?"
Kyungsoo melirik kearah kirinya, teman lainnya yang duduk bersama mereka. Pria tinggi dengan telinga peri yang terus menatap kearah pintu keluar kantin.
"Padahal kau bisa langsung bertatapan dengannya, bahkan menyentuhnya, memeluknya, dan menciumnya jika kau mau, yah tetapi kurasa setelahnya kau terkena gamparan darinya. Ya, daripada hanya menatap punggungnya tanpa dia mengetahui tentangmu sedangkan kau menjadi orang gila karena tergila-gila padanya, lebih baik begitu kan, Tuan Penggemar?"
Park Chanyeol mencibir kesal. "Apa urusanmu, Kyungsoo..."
"Hanya saran." Kyungsoo tersenyum kecil. "Kau kan sudah mengakui bahwa kau menyukai sunbae itu, bahkan sampai mengakuinya ke teman baiknya, Krystal. Dan sampai sekarang kau hanya berjalan ditempat tanpa melakukan apapun?"
"Aku..." Chanyeol memainkan sumpit didepan bibirnya. Tidak melanjutkan ucapannya dan lebih memilih terjun ke pikirannya tentang Baekhyun. Pipinya mendadak memerah. "M-menurutku dia manis."
"UHUKK!"
Kai tersedak mendengarnya, sedangkan Kyungsoo mendadak jijik melihat tingkahnya.
Ptak!
"Aww!" Chanyeol mengelus dahinya yang dijentik kuat oleh Kyungsoo.
"Yang minta pendapatmu tentang Baekhyun itu siapa? Otakmu konslet ya? Astaga."
"Maaf." Chanyeol cengengesan. "Sejujurnya, jika kalian berpikir aku pengecut—"
"Kau memang pengecut." Kyungsoo menyela.
"Penakut." Kai menimpali sebelum meminum secangkir coffe.
"Dasar pecundang." Ucap pasangan KaiSoo itu. Chanyeol seakan sudah memuntahkan banyak darah saking menusuknya ucapan mereka.
"Ya! Ya! Aku memang seperti itu!" Chanyeol menjawab pasrah.
"Apa sih yang kau takutkan? Rasanya Park Chanyeol yang kami kenal tidak seperti ini." Kai mendengus. "Park Chanyeol yang kukenal itu sangat bersemangat dan optimis."
"Ceria, rajin menabung, suka tertawa, menghibur, sangat ramah, baik hati."
Chanyeol terharu mendengarnya.
"Chanyeol yang kukenal juga tajir, tampan juga iya. Banyak keahlian, jago masak, sangat enjoy. Kalau tidur biasa ngiler. Suka buang angin diam-diam, ngupil digulung dulu emasnya."
"Kamarnya sering berantakan, dalaman kadang dijemur di dekat AC. Tidak punya cewek, sukanya cowok cantik yang sayangnya mendekatinya pun tidak ada usaha."
"Memang pengecut."
"Penakut."
"Dasar pecundang."
"WOY!"
Kyungsoo dan Kai tertawa terpingkal-pingkal, begitu puas mengejek sahabat mereka. Chanyeol yang berwajah kusut itu melahap daging ayam di piringnya sambil menatap tajam kedua sahabatnya. "Aku kan sudah bilang, aku berniat mendekatinya. Ini juga lagi usaha, tetapi..."
"Tetapi?" Kai mengulang ucapan Chanyeol.
"Kalian tahu, aku cuma takut—"
"Sungguh penakut ya."
"Pengecut."
"Dasar pecun—"
BRAK!
"AKU CUMA TAKUT, AKU TIDAK BISA MENGONTROL DIRIKU SAAT BERSAMANYA, BANGS*T!"
Krik. Krik. Krik.
Chanyeol mematung sejenak, lalu kembali duduk dengan gerakan kaku. Ia menjatuhkan kepalanya ke meja kantin sambil mengutuk kedua sahabatnya. Terdengar ditelinganya bisikan-bisikan dari penghuni kantin yang sedang membicarakannya, terlebih lagi mereka yang tahu siapa yang disukai Chanyeol karena bukan rahasia lagi, bahkan hampir satu kelas Chanyeol tahu bahwa Chanyeol menyukai senior mereka, Byun Baekhyun. Wajahnya memerah padam, bahkan samar-samar terlihat berasap saking malunya.
"PFFTT—BWAHAHAHAHAHAHAHA!"
Kedua sahabatnya yang malah tertawa seolah menginjak-injak perasaannya. Chanyeol sungguh ingin menyumpal mulut mereka yang ternganga itu dengan kaos kaki bau yang harusnya tak ia cuci selama satu bulan khusus untuk sahabat sialannya.
'ARGGGHHHH!' Chanyeol berteriak dalam hati.
0-0
Suara gemuruh dan langit yang gelap menghiasi kota Seoul. Beribu tetesan air menghujani kota itu dengan deras ditambah angin yang cukup kuat. Beberapa mobil memasuki wilayah SMA Elyxion, menjemput anak-anak mereka yang terjebak hujan badai dan terpaksa menetap di sekolah sampai hujan teduh.
Baekhyun menatap langit dari koridor depan kelas. Ia menggeram kesal sambil memeluk tubuhnya. Alasan ia membenci hari ini karena cuaca yang begitu dingin, alasan lainnya karena disaat ia menatap tetesan air hujan, ia kembali teringat akan kenangan pahit yang ia terima. Suatu kenangan yang mengubah kehidupan bahagianya menjadi datar seperti sekarang.
"Aku kan sudah bilang, Eomma jangan menjemputku!"
Baekhyun menoleh pada seorang siswi dari kelas sebelah. Wanita itu begitu kesal dengan kehadiran wanita separuh baya didepannya yang memegang sebuah payung. Sepertinya ia tidak terima Ibunya menjemputnya karena malu dibicarakan oleh teman-temannya.
"Sekarang sedang hujan, Minah. Ibu khawatir kau tidak membawa payung. Kajja, kita pulang."
"Tidak! Aku akan pulang dengan pacarku. Kami ada rencana, jadi pergilah tanpa aku."
"Minah, tunggu!"
"Bahkan seorang anak lebih mementingkan bersama pacarnya daripada bersama Ibu yang mencemaskannya." Bisik Baekhyun pelan. Ia kemudian memandang langit dengan pandangan sendu.
Chanyeol memandang Baekhyun dari kelasnya. Chanyeol berada di kelas XI-A, berada tepat di serong kiri koridor kelas XII, tempat yang cukup strategis untuk memantau senior yang disukainya dari kejauhan.
Chanyeol sedang menunggu hujan cukup reda sehingga ia bisa pulang. Tadinya ia sibuk memainkan smartphonenya, dan teralihkan saat mendengar keributan antara Ibu dan putrinya yang berakhir pada dirinya yang menemukan Baekhyun di depan kelasnya. Karena tatapannya sudah terikat kepada Byun Baekhyun, tidak ada alasan baginya untuk bermain ponsel. Chanyeol memasukkan ponselnya ke saku jaket yang ia kenakan lalu memantau pria manis itu dari jauh.
"Kenapa ya," Chanyeol bergumam tanpa mengalihkan pandangannya dari tadi. "aku jarang melihatnya tersenyum."
Chanyeol menatap pergerakan dari Baekhyun. Pria itu memeluk tubuhnya sambil terus menerus mengepalkan lalu membuka tangannya. Sesekali menggosok kedua tangannya lalu menghentakkan kakinya ke lantai. Baekhyun sedang kedinginan. Chanyeol terdiam lalu melepaskan jaket yang ia kenakan. Chanyeol memang suka membawa jaket setiap ke sekolah. Ia mencolek teman sekelasnya yang akan melintasinya.
"Suzy, kau mau kemana? Bisa kau menolongku?"
"Apa?" Suzy mendengus. "Aku mau ke toilet."
Chanyeol menyengir lebar. "Pas sekali!"
Suzy menatapnya ngeri. "Apanya? Kau mau ke toilet perempuan? Dasar cabul!"
"Tidak!" Chanyeol membantah. Ia lalu menyodorkan jaketnya ke Suzy. "Tolong berikan jaket ini pada Baekhyun hyung disana. Jangan bilang ini dariku, ya, ya? Oke?"
Suzy mendengus sebal. Ia sudah tahu dengan Chanyeol yang menyukai sunbae mereka itu. "Kenapa tidak berikan sendiri sih?"
"Ini rahasia, aku tidak ingin dia sampai tahu. Sudah sana!"
Chanyeol mendorong wanita itu. Suzy mendengus kesal.
"Dasar maniak Baekhyun sunbae!" makinya pelan. Suzy lalu menghampiri Baekhyun. Wanita itu begitu percaya diri ketika melewati kelas seniornya yang sedang berkumpul di sepanjang koridor untuk menunggu hujan teduh. Chanyeol tidak salah pilih untuk meminta bantuan kepada wanita populer seangkatannya itu.
"Baekhyun sunbae."
Baekhyun menoleh pada wanita itu. "Suzy?" Mereka saling kenal karena Suzy cukup berbaur dengan senior, ditambah lagi ia sering aktif pada klub musik membuatnya mudah dikenali. "Ada apa?"
"Ini, temanku ingin memberimu jaket ini."
Suzy merasa Chanyeol benar-benar gila karena cinta saat matanya baru melihat jaket tersebut. Pria idiot itu ingin memberikan jaket mahal bermerk ini? Oh, Chanyeol mungkin tidak peduli dengan uang, jadi—stop! Suzy menggelengkan kepalanya. Untuk apa mengurusi si Idiot itu?
"Karena cuaca cukup dingin, tidak baik untuk kesehatan, sunbae. Aku saja memakai jaket lho, sunbae. Nanti sunbae sakit, jadi diterima saja ya." Suzy cepat-cepat meneruskan kalimatnya sebelum Baekhyun menolak. Ia memberikannya pada Baekhyun lalu tersenyum.
"Terima kasih Suzy." Baekhyun memandang jaket itu. "Tetapi dari siapa?"
"Katanya ini rahasia." Suzy menjawab asal. "Ah, aku ada urusan. Sampai ketemu lagi Baekhyun sunbae."
Baekhyun mengangguk dan menatap kepergian wanita itu. Teman-temannya bertanya-tanya dan ada juga yang menggoda. Baekhyun hanya merespon sewajarnya lalu menatap jaket lembut berwarna hitam itu.
Siapa yang memberikannya?
"Ah, terserahlah. Aku kedinginan!"
Baekhyun segera memakainya. Diluar dugaan, jaket berbahan kulit yang jika dilihat tidak memungkinkan untuk membuatnya hangat namun menyimpan kelembutan dan kehangatan dibagian dalam dengan bulu-bulu lembut disisi dalam. Ia sungguh berterimakasih kepada siapapun yang memberikan jaket ini kepadanya. Baekhyun tersenyum.
"...Baek...hyun."
Chanyeol terpaku. Ia melihat senyum itu, Baekhyun tersenyum karena jaketnya, jaket milik Chanyeol, miliknya! Senyum yang ia lihat terasa menyenangkan hingga menjalar ke bagian perutnya. Ia senang dengan Baekhyun yang menerima jaket pemberiannya dan memakainya, meski Baekhyun tidak tahu itu darinya. Chanyeol belum siap untuk bertatapan langsung dengan pujaan hatinya, tetapi respon sederhana itu sudah membuatnya senang. Chanyeol memamerkan cengirannya lalu tertawa ceria. Teman-teman yang melihatnya menatapnya aneh.
"Chanyeol? Oh astaga. Berhentilah mengacak rambutmu sambil memasang ekspresi aneh itu."
"Kau terlihat seperti orang gila, Chanyeol."
Chanyeol menyengir bahagia sambil menepuk sisi bahu Kyungsoo dan Kai yang baru menghampirinya.
"Aku gila karena aku bahagia, kawan! Ahahahahahahahahahaha!"
Kai dan Kyungsoo saling pandang, lalu memilih untuk tidak peduli dengan Chanyeol yang mulai kumat.
0-0
"Aku ke kamarku ya Eomma!"
"Ya, jangan tidur terlalu larut ya."
Chanyeol menaiki tangga menuju lantai dua. Senyuman tak kunjung lepas dari bibirnya. Begitu bahagia mengingat insiden sepulang sekolah tadi. Chanyeol ingin cepat-cepat tidur dan berharap memimpikan Baekhyun nanti.
"Ahh~ Saranghaeyooo~"
Yoora menatap kearah pintu kamarnya yang terbuka, melihat adiknya yang melintas dengan raut wajah kelewatan berkilau. Yoora mengerjap melihat tingkah laku adiknya itu.
"Kenapa dia tambah idiot ya?"
Penasaran, Yoora membuntutinya dan menyembulkan kepalanya di daun pintu kamar Chanyeol yang terbuka. Dilihatnya Chanyeol yang sedang berguling-guling dikasur sambil memeluk bantal. Ia semakin menatap aneh. Kenapa adiknya gila begini? Walau biasanya terlihat gila, namun kali ini tingkah gilanya sangat berbeda dari biasanya.
"Kau sedang jatuh cinta eh?"
Chanyeol berhenti berguling. Ia menatap sang kakak didaun pintu dengan tatapan datar. Beberapa detik hingga cengiran lebar terpampang dibibirnya. Yoora sudah bisa menebak bahwa ucapannya benar. "Oh, Chanyeol sudah besar." ejek Yoora lalu tertawa. "Jadi siapa dia? Sebaya atau senior?"
"Senior."
"Wow." Yoora memberikan tepuk tangan untuk Chanyeol. "Sejak kapan?"
"Diamlah dan urus pacarmu sana."
"Ya, ya, ya. Maaf mengganggu, Tuan Idiot." Yoora berkata dengan malas lalu kembali ke kamarnya. Chanyeol tidak peduli dan asyik memejamkan matanya dengan posisi terlentang di kasur. Rasanya ia ingin tersenyum sepanjang hidupnya.
Hidup itu memang indah...
"Ngomong-ngomong Chanyeol," Yoora muncul lagi di depan kamarnya. "Aku pinjam ponselmu dong. Aku mau meminta lagu-lagumu, jadi—...apa-apaan wajahmu itu?"
Chanyeol menatapnya horor, seakan teringat sesuatu.
Ponsel.
Ya, smartphone-nya.
"MAMPUSS! PONSELKU DI JAKET!"
...Atau terlalu indah hingga Chanyeol melupakan ponselnya di jaket yang baru saja diberikannya kepada Baekhyun?
Lalu... Baekhyun?
0-0
0-0
0-0
-[rayyeol]-
-[Being An Idiot With Me, Byun!]-
.
To Be Continued!
