_^_^_^_^_^_^_The City of Destruction_^_^_^_^_^_^_

Genre : Action, Sci-Fi, Comedy, Supernatural, Superpower.

Disclaimer : VOCALOID/UTAULOID/FANLOID's Production that's involved in this FanFic.

Chapter 1 : Esper and A City.


Kota Tokyo, kota yang akan hancur karena penemunannya sendiri, yaitu Esper. Esper sendiri adalah sebutan untuk seseorang yang memiliki kekuatan melebihi batas wajar manusia normalnya. Bagi masyarakat umum, kekuatan esper sendiri dimiliki oleh manusia yang beruntung saja. Tapi bagiku kekuatan esper didapat karena perjuangannya sendiri.

Dulu esper sangat dikagumi oleh banyak orang karena kekuatannya. Tapi sekarang ini seratus delapan puluh derajat berbeda. Masyarakat mengganggap esper adalah bencana. Buktinya banyak esper yang kehilangan kendali sehingga menghancurkan bangunan dan mumbunuh orang yang tidak bersalah.

Sebenarnya aku sendiri tidak setuju dengan pendapat masyarakat itu. Alasan pertama adalah karena tidak semua esper itu adalah orang jahat dan kedua adalah karena aku seorang esper.

"Oi Gumi-chan. Kamu dipanggil atasan." Laki-Laki pendek honey-blonde itu meneriakiku sambil menunjuk ke arah bangunan warna hijau daun seperti rambutku.

"Baik, Baik." Karena dipanggil, jadi aku harus segera mendatangi atasanku sebelum dia menjadi nenek sihir.

Oh, aku hampir lupa. Namaku Megpoid Gumi, pelajar kelas 2 SMA Akaijyu. Seperti yang aku katakan tadi, aku adalah seorang esper. Kekuatanku adalah manipulasi angin. Kedengarannya sih luar biasa, tapi kenyataanya hanya seperti memainkan terompet atau memadamkan api kecil.

Lalu laki-laki tadi adalah temanku sekaligus rekan kerjaku, Kagamine Len. Dia juga seorang esper. Kekuatannya adalah Jump Point, atau biasa dikenal sebagai Teleporter. Mungkin terdengar sangat berguna, tapi saat ini Len kalau ingin menggunakan teleportasinya, dia harus fokus ke suatu titik selama sepuluh detik dulu untuk bisa berpindah tempat. Coba bayangkan bagaimana rasanya menunggu selama sepuluh detik dalam keadaan perampok yang menaiki motor dengan kecepatan enam puluh kilometer per jam. Benar-benar hampir tidak berguna.

"Kau lama sekali Gumi." Sudah kuduga dia akan marah seperti nenek sihir.

"M-M-Maaf Meiko-senpai." Aku membungkukkan badanku berkali-kali kepada wanita berambut Saddle Brown yang sudah menjadi penyihir tua beberapa detik yang lalu.

"Lupakan saja. Kamu aku panggil untuk menangkap perampok yang lari di distrik 21. Lakukan dengan Len." Meiko-senpai langsung memberi perintah tanpa pikir panjang. Apa dia sedang galau karena tiap hari harus berhadapan dengan yang namanya orang pacaran? Kurasa iya.

Karena takut untuk banyak bicara kepada Meiko-senpai yang sebentar lagi rambutnya akan berubah jadi seperti singa, jadi aku langsung berlari keluar gedung dan melakukan teleport dibantu oleh Len.

Sesampainya disana, keadaan sudah dipenuhi oleh para polisi. Kelihatannya para polisi itu sangat kebingungan kemana perginya perampok itu. Tidak ada jejak kaki atau jejak lain dari perampok itu.

"Sepertinya dia seorang esper," gumamku sambil melihati sekitar.

"Maksudmu perampok itu?"

"Bukan. Tapi polisi itu," balasku agak emosi karena Len sama sekali tidak peka dengan apa yang baru saja aku katakan.

"Oh yang itu. Aku kira perampok yang sedang kita kejar."

Ni orang minta ditembak kepalanya. Sama sekali tidak peka. Tapi herannya bagaimana bisa Rin-chan, pacarnya Len bisa bertahan selama satu tahun dengannya? Aku harap tidak seperti apa yang aku pikirkan.

Karena aku tidak bisa meminta bantuan dari polisi yang mondar-mandir tidak jelas itu, jadi aku gunakan hembusan angin sekitar agar bisa mengetahui dimana keberadaannya. Setelah beberapa detik, ternyata lokasi perampok itu ada di atas gedung yang tidak jauh dari sini. Tanpa membuang waktu, akupun langsung memberitahu Len dimana lokasinya dan bersiap untuk teleportasi.

"Len, bersiaplah untuk teleportasi ke atas gedung itu," kataku mendekati Len dan menunjuk ke gedung yang kelihatannya lumayan jauh dari sini.

"Baiklah. Berikan tanganmu." Len mengulurkan tangannya sambil menutup matanya untuk konsentrasi ke titik yang sudah aku berikan.

Gedung yang aku tunjukan itu sebenarnya bukan titik dimana perampok itu berada. Itu hanya prediksiku dimana perampok itu akan berada kalau Len sudah melakukan teleportasi. Jadi itu akan memudahkan kami untuk menangkapnya.

"Hei Gumi, telapak tanganmu memang besar ya," Ucap Len satu detik sebelum teleportasi.

"E-EH!?"

WUUZZZ

Seperti dugaanku kami berdua berada tepat di depan perampok itu. Karena perkataan Len tadi, akupun langsung melempar Len ke arah perampok itu dengan seluruh tenagaku. Hasilnya perampok itu berhasil tertangkap oleh Len sampai dibawa turun dari gedung. Dapat diartikan mereka jatuh bersama-sama dari gedung pencakar langit. Sementara aku duduk manis di atas gedung.

Habisnya Len mengatakan hal yang aneh sebelum teleportasi. Apanya yang besar? Inikan karena aku lebih tua darinya. Dan lagi dia kan laki-laki yang jarang olah raga atau membantu mengangkat barang berat. Jadi tidak heran telapak tangannya tidak terlalu besar. Tapi.. kalau dilihat-lihat telapak tanganku memang terlalu besar. Mungkin aku akan diet nanti.

Oh ngomong-ngomong soal Len, dia tidak akan mati. Itu karena dia punya kekuatan teleportasi. Jadi dia akan teleportasi sebelum jatuh ke tanah. Kalau kuprediksi waktu jatuhnya, pasti lebih dari sepuluh detik karena gedung ini sangat tinggi. Jadi dapat diartikan sama sekali tidak masalah.

Waktunya untuk laporan ke penyihir ganas. Ah~ mungkin dia tidak akan seganas yang aku katakan karena kami menyelesaikan sangat cepat.

"Jadi kalian berhasil mengatasinya sangat cepat ya. Kerja bagus. Hahahaha~~"

Ternyata Meiko-senpai sudah menjadi nenek gila. Selagi kami mengurus kejahatan, dia enak-enakan duduk sambil minum sebotol wine. Terlebih lagi dia sudah habis lima botol ukuran sedang. Kalau orang biasa pasti akan mabuk berat, tapi dia benar-benar tidak merasakan mabuk sama sekali. Kini aku semakin yakin kalau Meiko-sensei bukan manusia normal.

"Oiya Gumi, mulai besok kamu akan berpasangan dengan pendatang baru." Apa yang barusan dia katakan? Apa dia sedang mabuk? Mungkin saja dia sedang dalam keadaan setengah sadar.

"Pendatang baru? Siapa dia?" Kataku agak kebingungan karena akhir-akhir ini jarang ada orang yang mau menegakkan keadilan.

"Aku masuk lho!"

GREK

"Dia orangnya," kata Meiko-senpai sambil meneguk sebotol wine... lagi.

Serentak, aku dan Len menoleh ke orang yang baru saja datang. Laki-laki dengan rambut dan iris biru toska itu berjalan ke arahku yang sedang berdiri menganga.

"Perkenalkan. Namaku Hatsune Mikuo. Seorang esper seperti kalian. Kekuatanku adalah Ghost Eye. Senang bertemu kalian semua," sapanya dengan senyum manis lebar kearahku.

"A-Aku Megpoid Gumi. Kekuatanku memanipulasi angin," Sapaku kembali walau agak gugup karena langsung bisa ketemu dengan orang yang akan menjadi teman satu timku.

Ghost Eye kah. Kalau tidak salah itu kekuatan untuk melihat sejauh puluhan kilometer. Kalau begitu itu tidak akan masalah kalau dia punya kekuatan yang sangat membantu.

"Ngomong-ngomong, Hatsune-san adalah Rank S," kata Meiko-senpai setelah meneguk wine-nya.

"E-E-EEHHH!?"

- Bersambung -