Ayo, Kita Menikah.
Naruto by Masashi Kishimoto
Warnings: AU, OOC, plotless, misstypos, etc.
Pair: NaruSaku.
Genre: Romance, Friendship.
Cerita ini murni dari ide penulis. Tidak ada satupun keuntungan yang didapat dari cerita ini. Cerita ini dibuat untuk kesenangan semata dan jika ada kesamaan ide, itu hanyalah kebetulan semata.
Enjoy!
.
.
.
"Hei, ayo kita menikah."
Perempuan bersurai merah muda yang tadinya membenamkan wajahnya di kedua lengannya mengangkat kepalanya. Jejak-jejak air mata terlihat sangat jelas di wajahnya.
"Apa?" kata perempuan itu.
Lelaki manis yang terduduk di pinggir ranjang mengulangi sekali lagi ucapan atau lebih tepatnya ajakannya, "ayo kita menikah, Sakura-chan."
Tangan putih milik perempuan –Sakura, mengambil bantal yang terletak di samping kanannya lalu melemparkannya tepat di wajah si lelaki berkulit tan itu.
"Sahabat macam apa kau ini? Aku sedang patah hati, kau malah mengajakku menikah," sembur Sakura.
Naruto –sahabat Sakura- mengambil bantal yang terjatuh di lantai lalu melemparkannya kembali kepemiliknya, "lalu apa yang harus kulakukan? Menghiburmu?" Lelaki itu menggeleng kepalanya beberapa kali lalu melanjutkan perkataannya, "tidak, tidak, tidak Sakura-chan. Aku sudah mengatakannya padamu berhenti mencintainya tetapi kau tetap saja keras kepala."
Sakura memeluk bantalnya erat, "dia begitu baik padaku," lirihnya. Setetes likuid bening mengalir keluar dari matanya yang sudah memerah.
"Kau tahu dengan benar siapa yang si berengsek itu sukai. Dia tidak akan pernah melihatmu. Kau hanya alatnya, Sakura-chan," ujar Naruto yang membuat hati Sakura semakin sakit.
"Kau semakin menyakitiku, berengsek!" Sakura memukul Naruto dengan bantalnya. "Tapi kau benar. Sudah sepuluh tahun berlalu tetapi hasilnya sia-sia saja," ujar Sakura pelan lalu menyenderkan kepalanya di dada bidang Naruto.
Naruto menarik tubuh Sakura masuk ke dalam pelukannya, "karena itu aku mengajakmu menikah denganku. Setidaknya aku bisa membantumu untuk melupakannya."
Sakura memeluk perut Naruto dari samping, "kenapa dirimu?"
"Karena aku satu-satunya lelaki yang dekat denganmu," kekeh Naruto.
"Lalu bagaimana dengan dirinya? Dia sudah menantimu selama sepuluh tahun," mengucapkan enam suku kata terakhir terasa berat bagi lidah Sakura.
"Kau masih saja memikirkan orang yang sudah mematahkan hatimu berulang kali. Dengar, sudah berapa kali aku mengatakannya padamu," lelaki itu mengambil napas dalam sebelum mengucapkan kalimat terakhirnya, "aku tidak punya perasaan lebih kepada Uchiha Sasuke."
.
.
Fin.
.
.
.
