Author's Notes : Oke saya ngerti parah kalau punya banyak hutang multichap yang lain. Dan MAAF paraaaahhhhhhh _ ide cerita adaaaa.. cuman pas mau diketik ga ada *sama aja bohong thor!* Nah tapi saya lagi dapet ide untuk buat cerita ini. Tengang ajaaa.. udah buat sampe 5 chapter koookkk.. Tapi bakal di post secara berkala. Karena lagi sibuk magang *cieee* dan si editor-chin mau nya ada chapter baru tapi gamau bantuin ngetikin *woooooo* padahal ini harusnya udah aku post dari minggu ke-2 bulan Januari.
Naahh.. saya sudahi cincong saya saat ini, selamat menikmati Minna-chin, jangan lupa tinggalkan review membangun untuk author molor satu ini yaaa.. Terimakasih sebelumnyaaaa ^^
DISCLAIMER : FUJIMAKI TADATOSHI
WARNING : 1] Awas Bosen karena kepanjangan menuju menu utama nya fufu.. [2] Humor LEBIH garing, maksa, absurd dari fanfic sebelumnya
[3] Mungkin agak OOC [4] Typo [5] Romance ga terlalu dapet [6] Sho-ai / BL (?) [7] Dan lain-lain (?)
Rate : T
By : Neutral Kingdom
.
"Tetsuya maafkan aku, sepertinya malam ini aku tidak jadi makan di apartemenmu. Otou-sama memintaku membantunya menyelesaikan proyek baru di kantor." Tetsuya – pria yang saat ini sedang menggenggam HP di telinga kanannya menghela napas pelan.
"Tak masalah Sei-kun. Kau fokus saja untuk membantu Otou-sama mu." Tetsuya menjawab dengan tersenyum walau sosok di seberang sana takkan bisa melihat senyumnya.
"Terimakasi Tetsuya. Aku mencintaimu." Suara Sei – Akashi Seijuurou terdengar riang.
"Watashi mo Sei-kun. Watashi mo." Dan klik! Sambungan telepon terputs.
"Aku mencintaimu Sei-kun, walau Otou-sama mu berubah menjadi tidak lebih tinggi darimu dan warna rambutnya berubah tak lagi berwarna merah." Tetsuya – Kuroko Tetsuya, pria bertubuh mungil itu hanya bisa memandang sendu pemandangan yang tersuguh di depan matanya.
Pemandangan seorang pria dengan dominasi warna merah yang sedang menggandeng seorang pria dengan warna rambut cokelat, kemudian dipermanis dengan sosok pria merah yang mencium punggung tangan dari pria yang sedang digandengnya ditambah dengan senyum hangat yang bisaa sosok merah itu berikan padanya.
Oh Crap! Bisakah Kuroko menghilang saat ini ketika melihat kekasihnya berciuman dengan pria yang entah siapa itu di tengah jalanan yang lumayan ramai dan membuat beberapa pejalan kaki menoleh ke arah mereka. Dan masih bisa kah Kuroko menahan sesak yang ia rasakan saat matanya dengan jelas melihat rona merah muda di pipi pria yang sudah selesai Akashi cium tepat di bibirnya?
Tangan Kuroko mengepal erat tanpa ia sadari. Ingatannya melayang pada banyaknya alasan yang Akashi pernah berikan padanya setiap kali Akashi tidak bisa menepati janji yang telah mereka buat. Oh tentu saja kalian tidak mengira bahwa pembatalan janji yang Akashi lakukan saat ini adalah untuk yang pertama kalinya bukan? Hal ini sudah terjadi untuk yang kesekian kalinya untuk Kuroko, tapi mengetahui alasan pembatalan janji dari kekasihmu dan menangkap basah kekasihmu sedang melakukan hal seperti bermesraan dari sudut pandang Kuroko dengan pria lain adalah pertama kalinya untuk Kuroko. Dan percayalah kalian tidak akan ada yang ingin merasakan perasaan gila yang bahkan kecewa saja bukan kata yang tepat untuk mendefinisikan perasaan Kuroko saat ini.
Sebuah tepukan pada puncak kepala Kuroko mampu menyadarkan keterdiaman pria manis tersebut untuk kembali pada dunia nyata.
"Aku tak mengapa Kise-kun." Ucap Kuroko lirih saat tahu bahwa yang menepuk puncak kepalanya adalah sahabat pirangnya. Mendengar suara Kuroko yang tidak bisaanya lirih membuat dada Kise entah mengapa terasa sakit. Langsung saja ia menarik sosok yang lebih kecil darinya itu ke dalam sebuah pelukan.
"Aku ada di sini Kuroko-cchi." Ucap Kise lembut sambil menepuk-nepuk punggung Kuroko pelan. "Aku ada di sini." Ulang Kise dan berbisik tepat di telinga pria manis tersebut untuk memberikan penegasan bahwa pria pirang itu ada untuknya. Kuroko yang mendapat perlakuan lembut dan menenangkan dari Kise berusaha sekuat mungkin untuk tidak menumpahkan air matanya untuk tidak jatuh di tempat umum dan membuatnya terlihat lemah di mata umum. Namun ia tidak dapat menahan tangannya untuk mempererat pelukannya pada Kise sebagai pelariannya terhadapp rasa sesak yang makin menjadi ia rasakan saat ini.
TBC
