Papa and My Birthday Party

November 15, 2015

By Candyroll, Characters by Monsta


Darah.

Apakah ulangtahunku tahun ini akan dipenuhi dengan cairan aneh itu? Cairan yang orang-orang berjubah hitam sebut dengan darah itu? Apa sesuatu bernama darah itu adalah hadiah dari papa?

Aku tidak tahu. Harusnya papa berteriak meriah sembari melompat dan menggendongku kesana-kemari sekarang ini. Bukannya tidur di hadapanku. Dan aku tidak sepatutnya bersembunyi di lemari tadi, ini bukan permainan petak umpet.

Lalu apa?

Ulang tahunku harusnya meriah meskipun mama tidak akan hadir. Papa bilang kalau Mama sedang beristirahat di suatu tempat yang aku harus jadi anak baik supaya dapat mencapainya. Tetapi papa berjanji akan memeriahkan ulang tahunku tahun ini.

Papa, lantas kenapa kau tidur disana? Kenapa kau malah tidur saat tamu-tamu itu pergi?

Aku tak mau menahannya lagi, papa. Walaupun papa akan mengomeliku karena aku cengeng, aku tidak perduli lagi. Aku mau menangis, menangis karena tidak mendapat ulang tahun yang meriah tahun ini.

Tidak! Aku tidak boleh menangis.

Cepat-cepat kuhapus bendungan air mata yang hampir saja keluar.

Kalau aku menangis, mama juga akan ikut menangis. Itu berarti aku membuat mama menangis dan aku bukanlah anak yang baik.

Aku harus menjadi anak yang baik.

Aku tidak akan mau menangis, jadi mama juga tidak perlu menangis.

Perlahan aku mendekati papa, duduk disampingnya.

"Papa, lantai ini dingin. Ayo kita tidur di kamar saja," aku menggoyangkan tubuh papa. Namun papa tidak mau bangun. Kenapa? Apa papa sebegitu mengantuknya sampai-sampai tidak mau bangun? Apa menyiapkan pesta untukku sangat melelahkan?

"Papa maafkan Fang. Fang janji akan jadi anak baik, Fang tidak mau meminta apa-apa lagi."

Aku berusaha sekuat tenaga membalik tubuh papa. Sempat kaget setelah melihat dahi papa berlubang kecil dan ada corak merah pekat di sekitarnya

Senyumku mengembang.

Papa, apa kau menyiapkan corak unik itu hanya untukku? Apakah kau sangat menyangiku? Papa, terima kasih! Terima kasih!

"Wah, wah. Lihat apa yang kita punya disini."

Aku menoleh. Para tamu itu masih disana, mereka tersenyum lebar ke arahku. Aku langsung berusaha membangunkan papa, supaya kita bisa menyambut tamu-tamu itu bersama.

"Papa, bangun. Papa ...," aku menggoyang-goyangkan tubuh papa. Tetapi papa tetap saja tidak mau bangun. Pasti dia sangat lelah. Jadi aku tidak akan membangunkannya, aku harus jadi anak baik dan membiarkannya istirahat.

Kemudian aku berdiri dan menghadap para tamu yang sudah hadir dalam pestaku.

"Maaf, papa tidak bisa menyambut—"

"Kau anak yang baik," salah seorang tamu mengelus kepalaku.

Aku ... anak baik? Benarkah itu? Andaikan itu benar, seharusnya mama sudah datang kesini. Tetapi saat aku melirik kesana-kemari, mama masih belum datang. Mungkinkah aku belum menjadi anak yang baik? Itu berarti aku harus menjadi lebih baik!

"Terima kasih," aku tersenyum.

Sang tamu balas tersenyum. Ia lalu mengeluarkan sebuah benda yang bermoncong panjang. "Kau harusnya mendapat tempat yang layak. Maukah kau menerima hadiahku?"

Hadiah?

Mungkin papa ingin agar tamu-tamu ini yang memberikanku hadiah? Ah, aku sangat menyayangimu, papa! Aku janji, setelah ini aku akan selalu menurutimu dan tidak akan minta apa-apa lagi.

"Iya, aku mau!"

"Jadi sekarang—"

Aku menunggu. Apa kira-kira yang akan diberikannya? Apa seperti hadiah ayah yang mengajakku jalan-jalan ke sebuah tanah lapang berhiaskan batu-batu sambil membawa bunga melati? Atau mungkin ia akan memberikanku sebuah boneka besar?

"—matilah."

DOR

Papa ... kupikir ada sesuatu yang melewati kepalaku.


A/N : Aku kerasukan apa ya sampe bisa bikin ff ini.