Disclaimer: Masashi Kishimoto


Table

xxx

Kushina Uzumaki menggerutu untuk kesekian kalinya, jemari lentiknya sibuk memilin kapur di sela jari-jarinya.

"Guru sialan. Guru sialan…" Dia menggigit bibirnya dengan kesal, tanpa sadar menghancurkan kapur di jari-jarinya, membuat serpihan putih menodai mejanya. Dia mendengus kesal, menatap sekeliling. Tidak ada siapa-siapa di kelas itu, hanya dia seorang. Persetan dengan kelas, halaman Konoha High School yang biasanya dipenuhi murid-murid itu tidak dihuni siapa-siapa. Memangnya siapa yang mau menetap di sekolah di hari Jumat ini?

Suara pintu yang terbuka membuat gadis berambut merah itu menoleh sesaat, mendengus kesal ketika melihat pemuda bermata biru langit yang masuk ke dalam ruangan.

Tentu saja.

Sang Ketua Dewan Murid, Minato Namikaze, dengan senang hati menetap di sekolah, tidak peduli meski weekend yang ditunggu-tunggu sudah di depan mata.

Kushina memang tidak pernah berbicara dengan Minato Namikaze, namun secara tidak langsung dia mengingat nama lelaki di depannya ini. Bagaimana tidak? Foto-foto lelaki ini dijual di pasar gelap Konoha High School. Entah sudah berapa gadis yang menguntit pemuda yang kononnya sempurna ini.

Gadis enam belas tahun itu tidak membenci Minato. Kushina memang salah satu anak berandalan di sekolah, tapi dia tidak sekeji itu sampai membenci orang yang tidak ada hubungan dengannya. Namun, Kushina dengan senang hati mengubah pendapatnya itu.

Oke, dia memang cepat emosian, tapi biasanya dengan alasan yang masuk akal. Dia tahu kalau pelajaran Bahasa Inggris-nya hancur. Dia tahu kalau dia harus menerima pelajaran tambahan. Tapi menerima pelajaran tambahan di hari Jumat? Ichiraku biasanya menawarkan diskon 50 persen di hari Jumat!

Berani sekali Sarutobi sialan itu membuatnya menetap di sekolah di hari yang berharga ini.

"Kushina Uzumaki?" Minato Namikaze mendekatinya, menatapnya dengan tatapan ragu.

"Memangnya siapa lagi kalau bukan Kushina Uzumaki, hah?" Kushina langsung mendelik, membuat pemuda di depannya ini terpaku sesaat. Rasakan, batin gadis itu.

"Bosan menunggu?" Minato tersenyum, menatap meja yang sekarang sudah dipenuhi serpihan kapur. "Maaf, tadi aku ada rapat dengan anggota OSIS yang lain." Mengabaikan tatapan tajam Kushina, Minato menarik kursi terdekat, duduk di depannya.

"Meja guru ada di depan sana." Kushina mendelik semakin menjadi-jadi. Dia tidak suka kalau ada orang yang mendekatinya dan lelaki ini seenaknya duduk di meja yang sama dengannya?

"Sayang sekali, aku bukan guru. Aku hanya murid biasa yang akan mengajarimu Bahasa Inggris." Minato menjawab santai, membersihkan meja Kushina dengan sapu tangan. "Ayo mulai." Pemuda berambut pirang itu menyeringai lebar.

"Aku tidak suka padamu." Kushina langsung mendesis.

"Begitu? Bagus sekali. Akhirnya ada perempuan yang tidak tergila-gila padaku." Senyum Minato melebar.

Kushina hanya bisa melotot, tidak bisa menjawab perkataan Minato. Dia mendengus kesal, mengeluarkan kertas dari dalam tasnya.

"Apa ini?" Minato menaikkan sebelah alisnya.

"Ujian baru-baru ini." Kushina menyeringai menantang. Mata biru Minato menatap angka merah di kertas itu. "Bagaimana? Kurasa kau terlalu pintar untuk mengajariku."

Minato hanya mengangkat bahunya, menatap Kushina dengan tatapan bersinar-sinar. "Kau tahu, aku suka dengan sesuatu yang menantang. Akan kubuat kau lulus di ujian berikutnya."

Wajah Kushina langsung memucat. "Aku tidak tahu kenapa orang keras kepala sepertimu bisa populer. Para siswi di sekolah ini buta."

"Aku tahu. Syukurlah kau tidak buta juga."

Kushina terpaku, tanpa sadar cengiran lebar muncul di bibirnya. "Ayo mulai." Dia mulai mengetuk mejanya. "Aku mau pulang cepat."

"Tentu." Minato balas meringis. "Menurutku, vocab yang kau miliki masih lemah. Kau tidak tahu arti kata-kata yang simpel. Jadi untuk pelajaran hari ini, aku akan mengajari kata-kata yang simpel, oke?" Minato menyodorkan selembar kertas. "Kau harus menghafal semua itu dalam waktu seminggu."

Kushina melongo, menatap tiga puluh kata di depannya. "Ini banyak sekali!"

"Tidak juga. Aku yakin kau bisa." Minato tersenyum lebar. "Lagipula aku yakin ada beberapa kata di sana yang kau tahu."

Kushina mengerutkan kening, membaca kata-kata berbahasa Inggris di depannya. "Ini apaan? Kok tidak ada terjemahannya?"

"Kita akan tulis terjemahannya sekarang. Dengan begitu kau akan mengingat lebih cepat." Minato mengeluarkan kotak pensilnya. "Oke. Apa kata yang pertama?"

"Ow… sem," eja Kushina terbata.

"Awesome." Minato membenarkan. "Artinya luar biasa."

Kushina mengangguk, menulis artinya di samping kata Inggris tersebut.

"Pikirkan sesuatu yang luar biasa."

Gadis itu memutar matanya, menatap mata Minato. "Ramen." Dia menjawab dengan mantap.

Minato meringis. Mereka berdua menelusuri beberapa kata yang lain. Setelah menyelesaikan sepuluh kata, Minato bertanya. "Apa arti dari awesome?"

"Luar biasa." Kushina menyeringai lebar, langsung teringat akan ramennya. Jawaban Kushina mendapatkan senyuman lebar dari Minato, membuat gadis itu berseri-seri.

Belajar bersama Minato tidak buruk juga.

Kushina sama sekali tidak sadar kalau dua jam sudah berlalu. Untuk pertama kali di hidupnya, dia belajar dengan seksama. Sesekali, dia menengadah, menatap mata biru Minato yang jernih.

Sekarang dia tahu kenapa para siswi bisa tergila-gila pada Minato.

Pemuda itu punya mata terindah.

"Berikutnya. Table. Apa itu?" Pertanyaan Minato membuat Kushina tersentak.

"Tidak tahu." Kushina mengerutkan kening. Table itu adalah kata terakhir dari daftar kata-kata itu. Kalau dia bisa menjawab, pelajaran ini akan selesai. "Papan tulis."

"Bukan."

"Pintu."

"Salah."

"Kursi!"

"Salah lagi." Minato tertawa, membuat Kushina menggerutu kesal. "Oke, akan kuberi petunjuk." Minato tersenyum, mencondongkan tubuhnya.

Kushina menganggukkan kepala dengan semangat, ikut mencondongkan tubuhnya, membuat wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja.

"Table ada di depanmu sendiri." Minato menyeringai jahil, memamerkan deretan gigi yang rapi.

Kening Kushina semakin berkerut. Tanpa sadar, dia sudah meletakkan tangannya di kepala Minato. "Manusia."

Tawa Minato menggelegar. "Bukan. Artinya dimulai dengan kata 'M'."

"Minato!" Kushina menjerit kesal, nyaris menjambak rambut di tangannya.

"Oke, Minato juga dimulai dengan 'M'. Tapi table bukan berarti Minato." Minato tertawa semakin menjadi-jadi. "Kau menarik sekali, Kushina!"

Kushina memanyunkan bibirnya, tidak sadar kalau dia baru saja menyerukan nama depan Minato. Selain itu, Minato menyebut nama depannya. Kalau saja Minato cowok biasa, dia pasti sudah menghantam lelaki di depannya ini.

"Oke begini deh. Kau tahu apa chair? Chair itu pasangan table." Minato masih meringis, namun dia cepat-cepat memasang wajah serius ketika melihat Kushina yang medelik. "Chair dimulai dengan huruf 'K'."

"Kushina?" Gadis berambut merah itu menjawab tanpa berpikir lagi.

Minato langsung tertawa terbahak-bahak, membuat wajah Kushina memerah. "Kushina dan Minato?" Dia menghapus air matanya yang menyelip keluar. "Boleh juga." Dia menyeringai lebar. Di detik berikutnya si pemuda pirang langsung mengelak dari tinjuan Kushina.

"Sebut saja artinya!"

"Oke. Oke. Chair itu kursi." Minato berujar di sela-sela tawa. "Jadi, apa itu table?"

"Oohh! Meja!" Kushina menyeringai lebar ketika melihat Minato yang mengancungkan jempol.

Hari itu, Kushina tidak bisa menikmati ramen kesukaannya namun, dia tidak menyesal. Kosakata-nya bertambah, dia bisa menghafal dengan lebih cepat. Tapi, gadis itu sadar bahwa ada hal yang aneh terjadi padanya.

Setiap kali dia melihat meja, sosok lelaki berambut pirang dan bermata biru itu selalu muncul di benaknya.


Bersambung...

AN: ini sekedar oneshot chapter dengan tema random seperti Table. Di chapter berikutnya, tema random lain akan muncul.

Setelah sekian lama tidak collab, akhirnya kami (Meiko Hoshiyori dan Barbara123) memutuskan untuk membuat fiction dengan alur santai.

Bagi pembaca yang tahu dengan kami, ada yang mau main tebak-tebakkan? :)

siapa yang nulis di chapter 1 ini?

Kalau ada lima jawaban yang benar, chapter berikutnya akan diupload minggu depan :)

PS: btw, bagi non-login reviewer, tolong pakai nama ya, jangan 'guest' doang. hahaha

kalau ngak, susah dihitung nanti jumlah jawabannya (alias gak bisa dihitung) :p

makasih sudah baca!