"Give Me a Baby"
Author : loovyjojong
Genre : Romance | Family
Rating : M
Cast : Jongin | Kyungsoo
.
.
.
Suara ketukan pintu menyadarkan Kyungsoo dari lamunannya. Lamunan yang selalu menjadi doanya setiap hari. Yang ingin ia wujudkan menjadi kenyataan. Yang selalu diimpikan oleh setiap pasangan setelah menikah. Ya…setiap pasangan yang sudah menikah pasti ingin memiliki keturunan. Begitu juga dengan Kyungsoo dan Jongin, suaminya.
Ia hampir saja terlambat membukakan pintu. Tentu saja ia hafal pemilik ketukan di pintu utama rumah itu, itu ketukan suaminya. Sedikit tidak sabaran dan selalu ada panggilan khas yang menyertai ketukan itu. Disaat suaminya pergi, keadaan pintu rumah selalu terkunci rapat. Itulah peraturan yang selalu ditegakkan Jongin semenjak mereka menikah.
"Kyungsoo-ya, oppa pulang."
Selalu kalimat itu yang diucapkan suami tercintanya, tak ada yang lain. Seakan menjadi identitas tersendiri agar istrinya tidak salah mengira siapa tamu yang datang.
Dengan senyum manis yang terpasang di wajah manisnya, Kyungsoo menyambut kedatangan suaminya yang sudah seminggu meninggalkannya karena harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang pemimpin perusahaan dan mengontrol cabang perusahaan di luar kota. Pelukan hangat ia hadiahkan untuk suami yang sangat dirindukannya.
"Aku merindukanmu, oppa."
"Oppa juga, sayang."
Setelah membersihkan diri karena seharian ini Jongin menempuh perjalanan yang tidak sebentar, ia menghampiri istrinya yang sedang berkutat di dapur menyiapkan masakan kesukaannya. Memeluk dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher istrinya, menghirup aroma khas yang menguar dari tubuh Kyungsoo. Sungguh itu kegiatan favorit Jongin. Apalagi setelah ia pergi dinas keluar kota.
"Kau tidak perlu repot-repot memasak, sayang. Kita bisa pesan di restoran." Protes Jongin saat melihat istrinya kerepotan sendirian. Mengetahui suaminya pulang, Kyungsoo tak tanggung-tanggung untuk memasak banyak makanan kesukaan suaminya.
"Apa oppa tidak menyukai masakanku?"
"Tidak, oppa menyukai apapun yang kau masak. Oppa hanya tidak ingin kau lelah. Kita bisa memesan makanan dari restoran manapun yang kau mau, sayang."
"Oppa, aku tahu masakanku tak seenak chef di restoran yang pernah kita datangi. Tapi apakah salah jika aku berusaha menjadi istri yang sempurna untukmu? Dulu sebelum menjadi istrimu aku pernah berjanji untuk belajar memasak demi membuat suamiku betah di rumah. Tapi sepertinya aku tidak becus untuk menepati janjiku itu." Raut keputus-asaan terlihat di wajah cantik Kyungsoo. Bibirnya mengerucut membuat Jongin gemas ingin mengecupnya, melumatnya, dan ah…kalian lanjutkan saja sendiri. Ia begitu merindukan istrinya.
"Kyungsoo-ya, maafkan oppa jika menyinggung perasaanmu. Baiklah, teruskan kegiatanmu. Oppa akan memakan semua masakanmu hari ini." Jongin menunggu di meja makan yang ada di belakang Kyungsoo
"Benarkah?" Inilah yang Jongin suka dari istrinya, bisa berubah suasana hatinya dalam sekejap. Kyungsoo meneruskan kegiatannya dengan tersenyum, sesekali menoleh ke belakang untuk melihat suaminya yang masih saja sibuk dengan ponselnya.
"Pasti masalah pekerjaan lagi." Batin Kyungsoo.
Jujur saja ia cemburu. Ia cemburu dengan ponsel, laptop, berkas perusahaan, dan tentu saja rekan bisnis Jongin. Semua hal itu bisa menyita waktu Jongin dengannya. Munafik sekali jika ia mengatakan hatinya baik-baik saja. Ia juga sangat khawatir jika berjauhan dengan Jongin. Mereka jadi jarang berkomunikasi. Rindu? Tentu saja. Wanita mana yang tak rindu bila berjauhan dengan belahan jiwanya?
Rebusan kuah sup yang mendidih meluber ke setiap sisi panci. Namun Kyungsoo masih tidak menyadarinya hingga ia mendengar suara kompor dimatikan. Ia menoleh ke sampingnya dan mendapati suaminyalah yang telah mematikan kompor itu.
"Apa yang kau lamunkan sehingga tidak menyadari jika kuah ini mendidih? Apa tidak ada tempat lain yang pantas dijadikan tempat melamun sampai-sampai kau melakukannya di dapur? Ini berbahaya, kau tahu?" Omel Jongin yang sudah pasti membuat Kyungsoo menyesal. Suaminya itu pasti kehilangan moodnya jika sudah mengomel seperti ini.
Hanya kata maaf yang dapat digumamkan Kyungsoo. Ia melanjutkan kembali acara memasaknya karena takut suaminya terlambat makan malam. Setelah mengomel tadi Jongin kembali duduk di meja makan yang tentunya tidak melepaskan pandangan dari mata tajamnya kearah Kyungsoo. Takut jika istrinya itu melamun lagi dan siapa tahu membuat dapur bahkan rumahnya terbakar.
Makan malam yang hening tanpa pembicaraan hangat. Kyungsoo masih merasa bersalah karena urusan di dapur tadi. Sedangkan Jongin, pikirannya dipenuhi urusan pekerjaan yang sejujurnya sangat ia benci. Namun karena kerja keras ayahnya mengharuskan ia meneruskan kerja keras itu demi masa depan keluarganya.
"Aku sudah selesai."
Dingin. Itulah yang dirasakan Kyungsoo dari nada bicara suaminya. Karena tak ingin mengganggu akhirnya Kyungsoo menyibukkan dirinya dengan membereskan meja makan dilanjutkan mencuci piring.
Ia menuju kamarnya dan melihat Jongin yang masih sibuk. Ingin sekali Kyungsoo berteriak dan mengatakan bahwa ia merindukannya. Namun ia tak berani mengganggu kesibukan suaminya itu atau ia akan melihat suaminya yang uring-uringan.
"Kyungsoo-ya, bisakah kau tidak melamun terus? Dari tadi kau hanya berdiri disana dengan pandangan kosong."
Bingung ingin mengatakan apa, akhirnya Kyungsoo hanya berlalu dan keluar kamar. Ia menonton televisi di ruang keluarga namun tak satupun acara yang menarik perhatiannya. Jujur saja televisi ini hanya pelarian agar ia tak kedapatan melamun di depan suaminya lagi.
Merasa sudah memasuki waktu tidur, Kyungsoo memasuki kamarnya dengan berharap agar Jongin sudah pergi ke alam mimpi. Tapi suaminya itu ternyata masih berkutat dengan laptop dan ponsel. Sebegitu sibuknya kah perkerjaan seorang CEO?
Kyungsoo duduk di sebelah Jongin dan ternyata pria itu sudah mematikan alat komunikasinya. Pria itu memandang istrinya dengan lekat.
"Bisakah kita bicara sebentar?"
"Ne. Ada apa, oppa?"
"Kenapa seharian ini kau sering melamun? Apa yang mengganggu pikiranmu, hm?"
"Tidak ada, oppa. Sebaiknya kau istirahat. Kau pasti lelah." Bermaksud menghindar, Kyungsoo membetulkan letak bantal dan menarik selimut untuk menutupi tubuh suaminya.
"Jangan bohong. Aku tidak suka bila ada hal yang kau sembunyikan dariku."
"Tidak ada, opp…" Tangan kanan Kyungsoo digenggam oleh Jongin membuatnya menghentikan kata-kata yang akan keluar dari bibir mungil itu. Hanya genggaman tangan saja sudah membuat hati Kyungsoo berdesir. Ia sungguh merindukan suaminya.
"Tatap mataku saat berbicara denganku."
Kyungsoo tidak berani menatap mata tajam Jongin yang mengarah padanya. Entah apa yang membuat wanita itu merasa takut.
"Jebal, katakan padaku sebenarnya ada apa Kyung-ah?"
"Apa benar aku boleh mengatakannya, oppa?"
"Bukankah oppa sudah memintamu mengatakannya dari tadi, sayang?" Belaian halus dari tangan Jongin di pipinya mau tak mau membuat Kyungsoo sedikit tersipu.
"Apakah pekerjaan oppa di Gwangju masih belum selesai?"
"Ne, bulan depan oppa harus kembali kesana. Wae?"
"Oppa, wajarkah bila aku cemburu saat kau pergi jauh dan aku tidak mengetahui apa yang kau perbuat disana? Klientmu hampir semuanya wanita, jujur aku tidak suka. Bahkan saat kau di rumah pun kau masih sibuk dengan pekerjaanmu."
"Kyungsoo-ya, sudah hampir dua tahun kita menjalani pernikahan ini. Oppa sering meninggalkanmu untuk perjalanan bisnis dan sepertinya kau tidak pernah terganggu. Lantas mengapa baru kau katakan sekarang?"
"Aku tidak berani mengatakannya karena aku takut kau merasakan beban bila meninggalkanku. Aku juga tidak ingin terlalu banyak menuntut karena bagiku kau masih berada dalam jangkauanku saja aku sudah merasa bersyukur. Tapi nyatanya aku tetap merasakan ketakutan itu bila kau jauh, aku cemburu. Aku takut kau mengiraku tidak pernah percaya padamu sebagai suamiku."
"Kyungsoo, dengarkan oppa. Wajar jika kau cemburu, itu berarti kau mencintaiku. Wajar jika kau menuntutku untuk selalu bersamamu karena kenyataannya aku adalah suamimu. Kita akan bersama sampai maut memisahkan, seperti janji kita saat awal pernikahan dulu. Bukan hanya keluarga, teman dan pendeta yang menjadi saksi kita, tapi Tuhan. Ia akan menghukumku jika aku mengingkari janjiku."
Mata indah yang membuat Jongin jatuh cinta itu mulai berkaca-kaca. Kyungsoo bukanlah gadis yang cengeng, Jongin sangat tahu hal itu.
"Oppa, aku minta maaf padamu jika sampai saat ini aku masih belum memberikanmu keturunan. Aku tahu kau sangat menginginkannya, aku juga menginginkannya. Tapi ini diluar kuasaku."
Cairan kristal bening itu meluncur dengan mulusnya, membasahi pipi Kyungsoo. Satu hal yang Jongin sadari, hati istrinya sedang sensitif sekarang. Tampaknnya ia harus sering-sering berada disamping Kyungsoo agar mengerti bagaimana perasaan istrinya itu.
"Bukankah kita sudah pernah membahasnya, sayang? Untuk masalah keturunan, jujur oppa sangat menginginkannya. Aku ingin mendengar suara tangisan manja dan langkah kaki kecil mereka yang bisa meramaikan rumah kita. Namun jika ini belum waktu kita untuk mendapatkannya, oppa akan menunggu. Tuhan pasti ingin memberikan waktu untuk kita menghabiskan masa-masa berdua ini sebelum menghadirkan mereka di antara kita."
Pelukan Jongin memberikan kekuatan untuk Kyungsoo. Hatinya sakit bila melihat wanita yang sudah menemaninya selama hampir dua tahun itu menangis, terlebih jika menangisi dirinya.
"Oppa, aku mohon maafkan aku."
"Ssstt…cukup kau berada disisiku sayang, jangan pernah menyerah untuk menjadi penyemangatku. Jangan pernah lelah untuk memelukku. Jangan pernah berhenti untuk mencintaiku. Kau sangat tahu jika aku tak mampu tanpamu. Aku mencintaimu, dan akan selalu begitu."
Tangisan itu tak berlangsung lama karena Jongin memeluk Kyungsoo sampai istrinya merasa tenang. Kyungsoo mendongak untuk melihat wajah suaminya yang manis saat tersenyum. Tanpa malu-malu lagi ia menangkup wajah Jongin dengan tangannya yang bebas karena tangan kanan Kyungsoo merangkul pinggang suaminya. Ia mulai mengecup rahang sexy suaminya dan semakin naik sampai ke bibir. Ia lumat secara perlahan membuat suaminya tersenyum karena tingkah istrinya yang sangat langka ini.
"Kau sangat merindukanku ya?" Goda Jongin saat ciuman itu selesai, membuat sang istri tersipu.
"Tidak boleh ya?"
"Boleh sayang, lakukan sesukamu." Jongin memberi ijin. Ia sangat senang jika istrinya memberi sinyal terlebih dulu, membuatnya merasa dibutuhkan.
"Benarkah?"
"Uhm." Setelah Jongin bergumam pelan tanda menyetujui keinginan istrinya itu ia malah dibuat keheranan karena Kyungsoo meninggalkannya menuju lemari pakaian dan berlalu begitu saja ke dalam kamar mandi dengan membawa sebuntal kain yang tidak diketahui bagaimana bentuk kain itu.
"Apa ia ingin melakukannya di kamar mandi, huh?" Jongin menyeringai tipis dan bermaksud menyusul istrinya, namun sebelum sampai kamar mandi ia dibuat tercengang dengan penampilan Kyungsoo.
Istrinya…memakai lingerie berwarna putih berbahan satin dengan belahan dada rendah dan terdapat ikatan tali di tengahnya, jika tali itu ditarik maka tampak lah dua surga dunia kesukaan Jongin. Model lingerie itu seperti kimono, hanya saja tampak lebih terbuka dan menimbulkan gairah yang sedari tadi bersembunyi. Oh…kemana istrinya yang tadi menangis dan merasa galau sehingga sering melamun?
Kyungsoo menghampiri suaminya dengan senyum menawan. Tapa basa-basi lagi ia memeluk Jongin sangat erat. Payudara ranumnya menghimpit di dada Jongin, terasa kenyal. Ditambah Kyungsoo yang mengecupi tulang selangka Jongin, menggigitnya sampai menimbulkan bekas kemerahan. Kyungsoo menarik kaos Jongin ke atas sampai terlepas, menampakkan dada bidang dan perut dengan abs sexy milik suaminya. Sang istri langsung berjinjit untuk meraih bibir sensual suaminya, melumatnya dengan lembut. Jongin sudah tak kuat menahannya lagi, tolong…
.
.
END/TBC?
.
Maaf kalo ada typo, maklum keburu-buru dan factor ngantuk…hehehe.
Review please, kalau memang ff ini layak dan banyak yang review, akan aku lanjut. Mohon penghargaannya dengan sedikit kalimat di dalam kotak review. Aku janji bakalan lanjutin ff lain yang belum selesai. Reader-nim…saranghajaaaaa!
