Rove Time Adventure
.
.
.
Disclaimer: Tokoh hanya saya pinjam sebagai penghidup dalam karangan ini.
Summary: Hal-hal ganjil terjadi pada Baekhyun. Sosok-sosok aneh mulai bermunculan. Kemudian Baekhyun mendapatkan pesan misterius yang membawanya melesat ke masa lalu melalui waktu. Semua orang berharap Baekhyun dapat mencegah bencana. Pria biasa dalam perjalanan luar biasa melalui waktu.
Main cast: Byun Baekhyun
Supporting cast: Find by your self.
Genre: Fantasy, Romance.
Rated: T (maybe -_-)still teenager but.../smirk
Length: Chapter
WARNING: THIS IS YAOI FANFIC! DONT LIKE DONT READ!
©riz_614
.
Happy reading~
…
…
[PROLOGUE]
Baekhyun terbangun oleh suara sirine mobil ambulans yang meraung-raung, bergema di ngarai pencakar langit. Suara itu memantul keatas, menembus pada jendela.
Kedua pasang netra sipitnya mengerjap dengan gerakan pelan, menyesuaikan sinar mentari yang menyerang secara serentak melalui kaca jendela dengan gorden yang telah tersingkap.
Ia terbangun tepat pada pukul sepuluh, dan semalaman ia tertidur di sofa ruang teve dekat dengan kaca berukuran paling besar yang terdapat di apartemennya yang cukup terbilang mewah itu.
Pintu depan terbuka, dan Yoona datang terhuyung. Wanita itu membawa keranjang pakaian di pinggulnya. "Hmm.. Ada yang menikmati hidup di Seoul." Lalu menyimpan seluruh pakaian bersih–yang kebanyakan milik ibunya—tepat pada kakinya yang baru saja diselonjorkan.
"Mereka bisa tidur dimanapun mereka mau." Baekhyun disampingnya hanya terdiam saja. Ia masih mengantuk dan menyahuti perkataan Yoona bukanlah sesuatu yang positif diawal harinya ini.
Tetapi, sepertinya Yoona kian menjadi-jadi. "Ibumu sudah berada di kamarnya dan tentu keadaannya akan semakin buruk kalau kita hanya berdiam dan—"
"Hentikan kekhawatiran pada ibuku!," Baekhyun harus menghentikan mulut yang tak memiliki rem itu. Ia lalu memindahkan seluruh pakaian pada meja, dan memberikan seulas senyuman tipis kala melihat netra kecil Yoona yang memandangnya prihatin.
"Apa yang akan kita dapatkan kalau kita melakukan itu semua? Ibuku akan berpura-pura sembuh lalu mengkonsumsi pilnya kembali." Ujar Baekhyun. Pria yang baru berumur dua puluh satu itu berniat untuk menghilang dari pandangan Yoona. Cukup sampai disini pembicaraan pagi mengenai ibunya. Ia tidak ingin rasa sakit dan kesedihan melandanya pada menit ketika ia baru terbangun dan mengetahui fakta bahwa ibunya datang pada waktu fajar dengan kondisi layaknya orang stress.
"Bagaimanapun juga dia merindukan sosok ibu dengan kasih sayang yang sesungguhnya."
Dan Baekhyun masih mampu mendengarkan gumaman Yoona dibelakangnya. Namun, tungkai kakinya ia gerakan menuju kamar. Menyembunyikan raut wajahnya yang kini telah memerah. Menahan sebuah gejolak batin yang menyuruhnya untuk menumpahkan air kesedihan di pagi Rabu pada musim gugur ini.
.
.
Im Yooji, seorang wanita hampir menginjak umur lima puluh yang terbilang masih cantik, pekerjaannya sebagai penyanyi pop bergenre blues yang kini eksistensinya tergerus oleh zaman. Menikah dari keluarga terpandang, Byun Jaejoong, pria tinggi tampan itu telah membuat seorang Im Yooji bertekuk lutut.
Namun sekarang ia adalah single parents ketika umur pernikahannya baru menginjak empat tahun. Banyak pikiran mereka yang tak sama dan mereka enggan untuk menolerirkan hal semacam itu. Dari pernikahan yang masih berumur biji jagung, menganugerahkan Putra berwajah manis yang bernama Byun Baekhyun.
Pernah suatu hari Baekhyun mendatangi kamar luas ibunya yang tengah bergerumul diatas ranjang. "Setidaknya Ibu masih mau makan nasi bukan obat yang selalu Ibu konsumsi setiap permasalahan datang." Baekhyun berujar ketika ia telah menyimpan nampan makanan sehat disamping nakas.
"Kau tidak tahu apa yang Ibu lalui selama ini. Tidak satupun orang yang mengerti dan untuk pil, Ibu hanya meminumnya ketika mau tidur saja. Kau tak usah mengkhawatirkan dengan kadar keterlaluan seperti ini. Ibu sudah mengalaminya di umurmu sekarang." Komentar Yooji tak membuat Baekhyun sama sekali baik, remaja pria itu mampu berdiam.
"Oh ya, Yoona bilang kau mengikuti karya tulis?" Yooji tahu-tahu membuka sebuah obrolan ringan dengan anaknya, yang mana itu adalah kejadian langka. Karena waktu yang Yooji habiskan sebagian besar diruang musik dan setelahnya di klub.
"Begitulah, dan itu sudah dua bulan yang lalu."
"Benarkah? Sebenarnya apa hobimu?" Yooji berbicara tanpa melihat objek anaknya. Dan mereka memang jarang untuk saling pandang satu sama lain tatkala mereka membangun sebuah pembicaraan singkat.
"Aku suka menulis dan membaca yang banyak," jawab Baekhyun pendek. Ia melihat sekilas pada ibunya untuk mengetahui bagaimana ekspresinya sekarang.
"Kuno sekali," komentar Yooji memberikan tawa lirih dari keduanya.
"Sepertinya Ibu sudah terlalu mengantuk sekarang," ujar Baekhyun. Ia melihat kantung mata ibunya yang mengerikan.
Yooji mengulas senyuman tipis, lalu menutupi pandangannya oleh kain penutup mata.
"Selamat tidur, Ibu... " ucapan manis itu disahuti oleh dengkuran keras dari sosok yang terbaring.
Dan itu adalah obrolan ia bersama ibunya delapan tahun yang lalu, sekaligus terakhir kalinya mereka bercakap-cakap dengan suasana yang damai tak seperti sekarang, suasana disekitar mereka begitu dingin mengalahkan hujan salju dimalam Natal yang selalu sepi di apartemen 11C itu.
.
.
Baekhyun baru saja membuka pintu kamar mandi dan tiba-tiba saja Yoona datang seraya mengambil pakaian yang telah rapi untuk ia kenakan sekarang. "Tepat sekali, aku menyiapkan baju yang pas untuk penerimaan penghargaan science-mu di Universitas."
"Terimakasih, dan seharusnya aku tidak membuatmu seperti pelayan di keluargaku ini. Terimakasih banyak." Yoona tersenyum dan senyuman itu tak jauh beda yang dimiliki ibunya. Mungkin dikarenakan mereka adalah saudara kandung, wajah dan prilaku mereka nyaris mirip, meskipun Baekhyun akui bahwa setidaknya Bibinya itu lebih baik dari segi pemikirannya dari pada ibunya sendiri.
"Tidak masalah, maafkan aku tidak bisa ikut hadir dari momen kebahagiaanmu sekarang. Keponakan bayimu sering rewel kalau sedang sakit," ujar Yoona tanpa melepaskan senyuman hangatnya. Dan Baekhyun mengangguk sekali, "Imo sudah membantu banyak.."
Acara pemberian medali telah usai seperempat jam yang lalu, dan Baekhyun kini tengah berdiri untuk menunggu taksi dekat dengan kampus. Ia belum juga melunturkan senyuman penuh sinar bahagia kala penghargaan itu diberikan oleh Rektor dan banyak dosen serta teman-teman bahkan ada juga lain jurusan memberikan ucapan selamat dan hebat. Ia tentu bukanlah sosok penggila pujian, tetapi ini adalah pertama kalia ia mengikuti sebuah kompetesi dengan juara tertinggi. Hal itu membuat eurofia pemenang begitu menggebu.
Dan Baekhyun sudah tidak sabar untuk melihat bagaimana reaksi dari ibunya. Yang ia harapkan berada di apartemen di waktu empat sore ini. Menunjukkan bahwa ia adalah seseorang yang mampu berdiri tegak meskipun dalam kondisi yang katakanlah menyedihkan.
Tiba-tiba seorang pria menubruk bahunya sedikit keras, yang mana perbuatan itu membuat tubuh Baekhyun terdorong kesamping dan senyumannya tergantikan oleh keterkejutan. Ia melihat pria asing itu yang berpakaian layaknya anak punk. Baekhyun bergidik, ia nyaris berurusan dengan salah satu preman.
Beruntung karena anak punk itu hanya melirik ia sekilas, lalu berlari begitu saja, tentu tanpa kata maaf. Dan Baekhyun bahkan tidak menginginkan suara pria itu terdengar oleh telinganya.
.
"Ibu...!" suara Baekhyun menggema di ruangan serba putih itu. Mata sipitnya bekerja liar untuk menemukan sosok wanita yang seumur hidupnya ia panggil dengan nama 'ibu'.
Tetapi panggilan itu tak mendapatkan balasan yang Baekhyun harapkan. Ruangan kecil khusus piano dan kamar Yooji tak memberikan tanda bahwa wanita itu berada disana. Lantas pria manis itu pun menghentikan langkahnya, mulai beristirahat dengan duduk dikursi panjang dekat piano megah milik sang ibu.
.
TRAK!
.
Suasana yang sunyi nan senyap membuat suara apapun akan terdengar jelas meskipun itu hanyalah sebuah derik langkah kaki yang dipelankan. Tetapi sekarang bukanlah ayunan kaki yang Baekhyun dengar. Melainkan suara derikan ranjang yang berasal dari kamar ibunya. Dikarenakan tempat ia duduk sekarang hanya terpisahkan oleh jendela tanpa berpanel ganda.
Baekhyun berpikir bahwa mungkin ibunya-lah yang membuat suara itu. Kenop pintu ia putar dengan tak sabar.
Dan apa yang ia lihat sekarang bukanlah sosok wanita berambut cokelat bergelombang—ciri dari ibunya, melainkan sosok wanita asing yang terbaring ditempat tidur Yooji. Seorang wanita cantik, yang belum pernah Baekhyun temui selama ia hidup dibumi. Wanita asing itu bersandar pada bantal-bantal Yooji, dadanya naik turun dalam upaya keras untuk bernapas. Ia begitu kurus dan pucat, matanya melotot—sepasang mata yang berkilat-kilat, dan terlihat ketakutan. Lalu ia pun terbatuk-batuk dan setelahnya menatap Baekhyun. Seolah berkata padanya..
"Bisakah kau membantu?"
Tak ada suara apa pun yang kini Baekhyun dengar, selain suara detak jantungnya sendiri yang berpacu cepat. Ia jelas-jelas melihat bagaimana figur sakit itu yang memandangnya seraya terbatuk. Tetapi, mengapa Baekhyun bahkan tak bisa mendengarkan suara batuknya. Ada apa ini?
Suara pintu terbuka dan itu berhasil menyadarkan Baekhyun untuk mengambil oksigen yang telah terlupakan. Baekhyun terkejut tatkala mendengar suara gedebum sebuah benda tepat pada lantai ruangan pertama. Ia melirik sekilas pada samping kiri, tepat kesumber suara. Lalu Baekhyun menghadap kedepan lagi untuk melihat objek yang telah membuatnya terpana. Keterkejutan dan ketakutan mulai menguasainya disaat Baekhyun tak mendapati sosok asing nan cantik itu kembali. Pikirannya begitu kosong sekarang.
"P-permisi..."
Baekhyun meninggalkan kamar ibunya sedikit tergesa. Ia berjalan menuju keruangan utama dan segera retinanya mendapatkan dua sosok wanita dengan perbedaan umur yang cukup jauh.
"Maafkan saya, Tuan. Ibu anda tertidur didepan pintu dan saya mencoba membawanya masuk, tapi mungkin saya tidak terlalu kuat—"
"Terimakasih," potong Baekhyun cepat. Kemudian menghampiri ibunya dengan kondisi yang tak pernah baik. Ibunya pasti telah menghabiskan botol arak dengan jumlah yang mengerikan.
"Tidak masalah. Ah, saya kemari sebenarnya ingin memberikan ini." Gadis penolong itu menyodorkan sebuah kotak kardus panjang kepadanya.
Baekhyun menyimpan lengan Yooji pada kursi kembali untuk mengambil pemberian benda tersebut. "Dari mana kau mendapatkannya?"
"Aku diminta oleh seorang pria berpakaian punk untuk memberikannya padamu." Dan ekspresi Baekhyun memperlihatkan bahwa ia kini tengah terkejut luar biasa.
"Apakah ada yang salah?" tanya gadis baik itu, Baekhyun mengangguk kaku dan memberikan senyuman setelahnya. "Tidak apa-apa. Terimakasih banyak.. "
###
###
###
TBC
A/N: Maaf kalo ff the magic namja aku hapus. Sebagai gantinya aku pos ff yang masih bergenre fantasi romance. Entah kenapa magic namja belum memberikan titik temu, meskipun ff itu udah berjalan dalam chap sebelas. Mungkin ff itu kebanyakan unsur real lifenya dibanding sihir, jadi judul sama isi ceritanya jauh banget dari kata nyambung. Dan perasaan pesimis pun timbul.
Untuk ff baru ini emg belum selesai untuk penulisannya, tapi poin-poin ceritanya udah kutulis, yaa ancang-ancang kalo tiba-tiba kena WB.
Oke fix selamat membaca reader~ berikan tanggapan setelah membacanya. Aku pen tau gimana setiap asumsi kalian tentang ff ini :) gak maksa juga sih.. Hhe
Annyeol!
SALAM TO BELI~~~
