Bidak Festival for IHAFest® Agustus: Festival
.
Hetalia Axis Powers © Hidekazu Himaruya
Sopir Taksi Pembunuh © CSI: NY 4
Malaikat Komputer © So Close (Movie)
Ide Cerita, Alur, dan Segala Hal Jelek Lain dalam Fiksi Ini © Ayakomezza
Rated: M untuk Tema yang Berat
Genres: Crime, Friendship, Adventure, Comfort, Sci-Fi, Suspense?
Warnings: Alternate Universe, sedikit OOC, kepanjangan, mungkin setelah membaca ini kepala Anda akan muter-muter dan puyeng #plak! No pairing, just hint, can you find what kind of hint(s)? XD
Karakter: Russia, Spain, France, Prussia, China, America, Canada, Cuba, North & South Italy, HongKong, South Korea, Japan, Taiwan, Estonia, Poland, Latvia, Vietnam, Indonesia, Australia.
Catatan Awal: Human Name= Aussie: Logan Kirkland
Cuba: Ricardo Cruz
Vietnam: Kasem Pi Nam
Taiwan: Mei Chun Yan
Daftar Umur= Ivan: 26 tahun; Alfred: 25; Matthew: 23; Gilbert, Antonio dan Francis: 19; Yao: 20.
Italic untuk flashback, kata serapan/asing, dan kata tidak baku. Dan, (hanya kecemasan author saja) apa Anda menemukan typos di sini? Tolong bantuannya~ :D
Edited: 15 Agustus 2011 untuk Rating
MARI RAMAIKAN IHAFEST! XD
.
.
Pendar safir, emerald, ruby, dan hazel membatu pada selembar peta. Empat lelaki sedang berkumpul di sebuah kamar hotel bintang 5, hendak membiacarakan sesuatu.
"Jadi, ke mana kita selanjutnya?" pertanyaan itu menguap begitu saja ke udara tanpa ada jawaban eksak. Ketiga sosok lelaki yang ditanya menggerakkan bola mata ke peta unik mereka, mencari daerah 'korban' selanjutnya.
"Lebih baik kita ke Cantiere Internazionale d'Arte saja~! Di sana kita bisa melihat opera yang diperankan para wanita cantik!" akhirnya seorang di antara mereka yang berambut blonde berdiri dan mengibaskan rambutnya.
"Francis, apa yang bisa kita dapat dari sana? Dan halooooo kita sekarang sudah di Italia dan berhasil menjalankan rencana kita! Dasar tidak awesome!" balas seorang yang lain, berkulit albino dan mendelik safir menggunakan kilat ruby yang tajam.
"Kita? Atau apa sebaiknya kita tinggalkan saja Francis di sini aru?" timpal satu-satunya dari mereka yang berwajah oriental.
"Meninggalkanku? Oh ya aku baru sadar kalau kamarmu ini terlampau bersih untuk ukuran seorang perjaka, Yao. Aku mulai meragukan kelaki-lakian-mu hohoho." Francis Bonnefoy meledek Wang Yao.
"APA? Aku. laki-laki. tulen!" Yao membalas dengan penekanan di setiap kata.
"Teman-teman, pertanyaan yang sesungguhnya adalah di mana kita akan menjual medali-medali ini?" ujar orang terakhir dari mereka, berkulit gelap dengan rambut ikal coklat, memandang variasi medali di tangannya dengan pasrah.
Ya itulah mereka. Empat sosok lelaki dari nenek moyang yang berbeda, yang menyatukan diri dalam berbagai skandal dan pencurian dalam berbagai festival Internasional. Para penjarah festival. Mereka yang baru saja menggegerkan Festival Opera Anak di utara Roma karena puluhan piala dan medali—dari emas hingga perunggu- yang menjelma menjadi barang plastik. Bukan hanya itu, uang karcis pun raib; tanpa diketahui waktu dan pelaku pencurian. Mereka yang menyukai festival dan melakukan segala hal dengan cerdik dan gesit, tetapi menggunakannya dalam cara yang salah.
"Aku ingin pergi ke festival makanan aru! Lihat di sini," kata lelaki berambut hitam sambil menunjuk Indonesia di peta, "Mereka akan menyelenggarakan festival makanan berkecap lagi, aku ingin ke—"
"Diamlah Yao! Bukankah memalukan untuk penjahat profesional seperti kita menjamah festival makanan? Target kita adalah festival Internasional dan keuntungan yang banyak. Huahahaha dengan itu kubisa memikat banyak gadis honhonhon~." Potong Francis sambil membangun imajinasi mesumnya sendiri.
Sebelum Yao melawan pernyataan kacau dari Francis, Antonio—lelaki dengan bermacam medali yang masih setia di tangannya menghampiri mereka, "Eit, jangan bertengkar dong! Bagaimana kalau kita selesaikan dulu masalah medali ini, kalau piala 'kan sudah pasti Ivan beli." Ujarnya sambil tersenyum. Ivan? Ya, seorang mafia Rusia yang mengkoordinir keempat lelaki ini pada awalnya. Pria yang sering membocorkan informasi penting untuk memudahkan mereka berempat beroperasi.
"Kalian tidak awesome ah. Bagaimana kalau jual saja kepada mafia China? Mereka kan bisa langsung menggunakannya sebagai medali untuk kejuaraan di sana. Di China copycat sudah biasa. Yao, kau bisa kan menangani ini?" Sang albino, bergaya sok awesome layaknya bos dengan kedua kaki di atas meja bernama Gilbert Beillschmidt.
"Baiklah teman-teman, masalah selesai dan aku telah membidik satu tempat." ujar Antonio Hernandez Carriedo kemudian sambil menunjuk daerah Amerika Serikat, tepatnya Washington D.C. di peta.
Ketiga sosok yang lain memusatkan matanya sesaat ke arah yang dimaksud, lalu melemparkan tatapan apa-kau-yakin kepada Antonio.
"Washington aru? Apa di sana tidak berbahaya?"
"Justru itulah tantangan untuk kita, hehehe." jawab Antonio dengan cengiran.
"Festival robot Internasional ya? Selain robot, apa lagi benda cantik yang bisa diambil? Honhonhon~. Apakah ilmuwan di sana cantik-cantik?"
"Tampaknya perjalanan kali ini akan menjadi awesome. Aku yang awesome ini bisa merasakan sesuatu yang seru di sana."
"Festival ini diadakan tiga minggu lagi, kita masih ada banyak waktu untuk menyusun rencana."
Setelah berembuk cukup alot, akhirnya Antonio pun meluncurkan kalimat, "Sudah diputuskan, kita akan ke International SciRobo Festival. Mari kita hubungi Ivan dan menyusun rencana!"
Mata hazel Yao memindai gedung festival itu dengan kilat kagum. Berbentuk seperti kubah, gedung itu bagai bersinar ditempa sinar oranye dari matahari. Ia yang mendatangi festival di waktu petang dengan banyak orang beruban—yang sepertinya ilmuwan membawa beraneka robot ke dalam gedung, dengan pegawasan ketat oleh polisi tentunya.
Ia kemudian melangkah pelan mendekati gedung, berusaha menjaga wibawa agar tidak terjatuh yang dapat berbuah menjadi kaki keseleo dan hak patah. Juga berhati-hati agar jepitan bermotif bunganya tidak jatuh. Ditambah dua bola penambah beban di dadanya, kepalan kuat tangan Yao benar-benar terbentuk saat ia mendengar kalimat ejekan dari teman-temannya melalui headphone yang terselubung rambut hitam dan pakaian putihnya.
"Aaaaawesome! Kau cantik Yao! Kau benar-benar unisex sejati!" "Chun-Yao, jadilah istriku~." "Tenang, kalau semua ini selesai kutraktir kau tachos, jadi bersikap yang baik ya!"
Yao ingin segera melepas samaran laknat ini dan menghantam ketiga 'teman'nya dengan perkakas masak kesayangannya, namun segera ditepis lelaki China itu dengan mereka ulang skenario rencana kali ini.
'Aku masuk, memberitahu penjaga kalau aku ini adik..., aduh siapa lagi itu yang dibilang Ivan aru? Ah, Honda Kiku aru! Aku tinggal mengikuti jalannya festival, sok bertanya tentang robot-robot yang ada. Huh, sebelum ini aku harus belajar banyak tentang robot aru! Dalam misi kali ini aku yang paling direpotkan! Lihat saja aru, akan kubuat ketiga orang itu membayar lima kali lipat aru! Setelah itu Francis mematikan listrik, Gilbert mengambil robot dari tempat yang sudah kuinstruksikan, dan Antonio... Ah, benar-benar adem ayem saja maniak tomat itu memonitor dari luar. Apa sebaiknya kusuruh dia membayar sepuluh kali lipat aru? Dengan bayaran itu aku bisa melunasi hutangku di mafia Italia. Oh ya dan rencana B...' begitulah komat-kamit pikiran Yao hingga langkah femininnya telah membawanya ke depan sebuah semacam pintu lift berwarna putih.
"Aaaa-ru." bibir Yao menganga, bukan karena pintunya, bukan pula karena barisan manusia yang menunggu untuk masuk ke pintu itu, melainkan karena scanner sidik jari yang tertempel di samping pintu tersebut. Sidik jari para tamu harus discan terlebih dahulu sebelum pintu itu terbuka. Tampaknya semua tamu telah didata, dan itu gawat bagi Yao.
"Si-sial, kenapa Ivan tidak bilang apa-apa? Kan aku tak bisa masuk aru! Kan gawat kalau kutempelkan ibu jariku ke sana, lalu alarm menyala karena aku tak ada di daftar, lalu lalu aku ditangkap, rencana kali ini akan gagal aru." racau Yao yang mampu didengar oleh ketiga temannya di luar sana melalu headphonenya.
"Chun-Yao, ada masalah honey?" tanya Francis dari seberang sana.
"Yao, ada apa?" terdengar Antonio ikut bertanya.
Ketika Yao di dalam mulai memucat dan gelisah, datanglah seorang tamu menghampirinya. Mata dibalik kacamatanya berkilat nakal, berambut blonde, dan pakaiannya berbeda dengan rata-rata tamu di sini.
"Wah, kau pasti adik dari ilmuwan Jepang itu. Tampaknya kau gelisah, tidak mau menunggu? Masih ada pintu lain di lorong sana, hahaha." Sapa orang itu sambil menunjukkan direksi pintu lain kepada Yao, dengan tawa yang mengakhiri kalimatnya dan pergi.
"Yao, Yao, YAO jawab! Hei, kau tidak diperkosa kan?" "HUS! Jangan bicara begitu, Yao apa ada masalah?" "Hei, jawablah orang awesome ini." Demikianlah teriakan memekakkan telinga menyembur keluar dari headphone Yao. Sementara yang diteriaki hanya membisu, menatap aneh pada tamu yang menyapanya tadi.
"Yao, ja—" "Iya, aku tidak apa-apa aru! Maaf." Akhirnya Yao tersadar dan segera berlari menuju tempat yang ditunjuk orang tadi. Di sana hanya ada seorang pria yang telah siap meng-scan sidik jarinya agar dapat membuka pintu. Di belakang pria tersebut ada sebuah kotak yang besar, mungkin di dalamnya adalah robot.
"Kebetulan sepi, aru. Semoga rok ini tidak akan menggangguku, hiat!" rok terangkat, kaki menekan pijakan dengan kuat, lompatan, tendangan. Dengan satu jumping kick, Yao meng-KO pria tadi hingga ia pingsan karena kepalanya terbentur, kasihan.
Francis, memutari gedung gemerlapan itu dari luar untuk mencari di mana pusat sekring listriknya.
"Sudah kau temukan? Aku tak sabar untuk beraksi nih!" tanya suara di seberang sana.
"Sabar sedikit orang sok ASEM! Mnh mmmh huoo." Balas Francis melalui headphone sambil bergumam, atau menyanyi tidak jelas, membuat kedua orang di 'markas pengintaian' ingin memutuskan hubungan suara dengan lelaki Perancis itu.
"Aku dapat robot kucing, aru. Robot kucing, robot kucing!" lalu suara Yao mengalun dari alat penghubung mereka.
Plak! Gilbert menepuk jidatnya, lalu berbicara melalui mike yang dapat didengar langsung oleh Yao dan Francis, "Dasar orang-orang yang tidak awesome, jangan menggumamkan hal yang tidak jelas dong!"
"Aku dapat robot kucing aru! Dia bisa bertingkah layaknya kucing sungguhan. Meongannya lucu sekali aru~!" baru Gilbert mau membalas, Antonio menepuk bahunya dan berbisik, "Jangan kau ganggu, kelihatannya Yao senang sekali. Ehem, kau dapat darimana Yao?"
"Dari orang yang ku-KO tadi aru! Oh, iya, Gilbert! Sebentar kau harus melewati pintu di bagian timur, lalu ada salinan sidik jari yang kudapat dari orang tadi, kuletakkan di bawah pot bunga warna pink yang ada di sana! Ambil, dan tempelkan di scanner agar pintunya terbuka. Dan jangan lupa bawa senter lagi aru! Dan..." Yao mulai memberikan instruksi untuk Gilbert, dan Antonio memantau Francis.
"Sebentar, orang pingsan tadi kau taruh di mana?" tanya Gilbert.
"Oh, dia kumasukan dalam kotak robot, dan muat aru! Lalu kusuruh penjaga membuangnya dengan mengatakan kalau itu adalah robot rusak yang harus disingkirkan aru. Penjaga bodoh itu tidak melihat isinya, dan begitulah. Dan bisa minta tolong Francis untuk mengecek kotak itu, siapa tahu di luar gedung, jika isinya sudah tidak ada, maka aku harus berhati-hati aru!" jelas Yao polos, panjang, dan lebar.
"Woi, aku sudah dapat lokasinya! Kutunggu instruksi berikutnya!" ujar Francis.
"Yosh, the awesome me siap beraksi! Terima kasih, paman mesum!"
"Yao, bagaimana keadaan festivalnya sekarang? Francis, bisa kau cari sebuah kardus di luar gedung dan melihat isinya?" perintah Antonio saat Gilbert tengah bersiap-siap. Lelaki albino itu segera berpakaian serba hitam, mengambil karung besar, dan persiapan awesome lainnya.
"Oh, jadi robot ini memakai oli dari lemak nabati, di mana saya bisa mendapatkan oli semacam itu?" tanya Yao yang berusaha keras meniru American English, menghilangkan 'aru', dan berbicara semanis mungkin kepada seorang peraga di sana.
Di sinilah ia, seorang pencuri kelas atas mengintai festival tingkat Internasional. Festival yang ramai, berkesan begitu mewah dengan warna putih yang mendominasi dan lampu biru yang indah. Ia bisa melihat para ilmuwan yang rambutnya telah habis, dapat diterkanya mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun berkutat dalam lab, demi menyelesaikan proyek robot mereka. Dan saat ada festival seperti ini wajah mereka bersinar bangga. Ada pula anak-anak yang ikut dengan para orang tua yang merupakan tamu terhormat di sini, bermain-main dengan para robot, bahkan ada yang hampir merusaknya. Yao tertawa kecil saat melihat seorang anak dari Jepang hampir mematahkan tangan robot tiruan manusia. Anak-anak itu kagum, dan berharap suatu saat mereka dapat membuat robot seperti itu. Sejenak, ekspresi kagum dan bangga dari orang-orang itu menyentuh hati Yao, membuatnya merasa kasihan jika harus ia renggut robot-robot itu, namun bagaimanapun ia adalah seorang profesional dan harus menyelesaikan misinya, demi teman-temannya juga.
Lalu, sejak tadi ia tak melihat ilmuwan Jepang yang disebut-sebut itu dan bersyukur. Setiap ada pertanyaan yang diajukan padanya tentang 'kakak'nya, ia selalu menghindar. 'Itu pantas aru, kata Ivan kan adiknya si Honda Kiku ini pemalu.' hatinya meyakinkan.
"Hei, adiknya Profesor Honda!" panggilan aneh itu membuat Yao memalingkan tubuhnya ke belakang, mendapati tamu aneh tadi mendekatinya, "Boleh tahu namamu?" tanya orang itu.
Yao terdiam, ditatapnya sosok di hadapannya dari atas hingga ke bawah. Rata-rata orang di sini menggunakan jas laboratorium, setelan jas lengkap, dan bermacam pakaian resmi lainnya. Tapi yang dihadapannya ini hanya memakai celana jins dan baju kaus yang dibalut jaket coklat.
'Kok bisa orang seperti ini diizinkan masuk aru?' batin Yao.
Bingung karena 'gadis' di depannya tak kunjung menjawab, ia pun mengulurkan tangannya, "Aku Alfred F. Jones, kau?" tanyanya sambil tersenyum lebar, kedua kelopak mata menutup di balik kacamatanya.
"Mmm, saya Mei Chun Yan." Jawab Yao sekenanya, setidaknya itulah nama yang harus ia pakai sekarang.
"Oh, Chun-Yan. Apa yang dilakukan gadis cantik sepertimu sendirian ke tempat seperti ini?" Alfred mengambil ancang-ancang untuk mencium tangan Yao, tapi.
FLAP! Seluruh listrik mati. Gelap mendominasi. Tangis anak kecil menyeruak. Mendadak festival ini ramai akan jeritan panik. Yao segera menjauh dari posisinya tadi, mengambil tempat yang aman dan segera menghubungi teman-temannya.
"Kenapa tidak bilang-bilang kalau mau mematikan listrik aru? Di mana Gilbert?"
Langkah kaki normal Francis mendadak berjengit saat sekitarnya mendadak gelap gulita. Ia baru saja mengecek kotak yang dikatakan Antonio tadi, dan ternyata isinya masih ada. Di dalam kotak itu terdapat pria bongsor dengan rambut hitam yang dikuncir, meringkuk dengan tidak elit. Waktu itu Francis hanya dapat bergumam, "Pria yang malang, ampuni Yao ya!"
Tapi sekarang ia benar-benar terkejut karena listriknya telah padam, dan bukan dirinya yang memadamkan, "SIAL! Siapa yang mematikan lampu?"
Lalu terdengar nada marah Antonio melalu headphone-nya. Kresek..."Hei, Francis! Aku belum bilang untuk memadamkan lampu sekarang kan! Kenapa—"
"Bukan aku Antonio! Bahkan sekarang aku tidak bisa melihat! Senterku mati!"
"A-apa?" keringat dingin mulai mengucuri tubuh Antonio, bola emeraldnya mengecil.
Gilbert yang tengah siap siaga di luar mobil pengintaian mereka, rupanya tidak mendengar percakapan Antonio dan segera berlari menuju gedung festival itu, "Yosh, aku yang awesome akan segera beraksi, lampunya sudah padam!"
Antonio berusaha berteriak untuk menghentikan Gilbert, tapi sayangnya sang albino berlari terlalu cepat, "TIDAK! Gilbert tunggu! Cih, jangan-jangan ini..."
"Jebakan.." sambung Francis dari sana, "Antonio, aku akan memeriksa sekring listriknya sekali lagi, tampaknya ada orang yang mau cari masalah denganku." Menyeringai lebar, Francis segera berlari ke arah yang diyakininya sebagai tempat tujuannya.
"Hati-hati... Francis," lirih satu-satunya sosok di mobil pengintaian, yang entah mengapa firasat buruk menghantuinya. Ketiga temannya ada di sana, ini berbahaya...
"Oh ya! Yao bagaimana keadaan di sana?" hening, tak ada jawaban.
"YAO? Yao! Jawablah aku!" kini Antonio mulai berteriak tidak jelas, kemudian menahan nafasnya saat mendengar sosok yang di sana terbatuk-batuk.
"UHUK! UHUK! Aaaghh!" "YAO!" sesaat setelahnya, terdengar suara 'Bruk!' dan hubungan terputus.
Gilbert sudah terbiasa dengan kegelapan, mata ruby pekatnya sering memantulkan secuil sinar yang membuat orang-orang mengira mata itu milik hantu. Gilbert telah terbiasa dengan kekonyolan dan kebodohan teman-temannya, tapi kali ini hal itu tidak bisa ditolerir lagi.
"TIDAK AWESOME! BODOH! Mana bisa pintu kayak lift ini terbuka jika listriknya mati?" umpatnya sambil membanting pot yang ditunjuk Yao tadi, dan segera membenturkan kepalanya ke dinding.
Bahkan, sekelompok pencuri, atau perampok ulung pun bisa melakukan kesalahan fatal. Mereka tak memperhitungkan festival kali ini kelewat canggih. Dan kecanggihan ini masih menggantungkan dirinya pada listrik. Entah tadi Yao tak menyadari, atau terlalu terpesona pada robot kucing itu sehingga membuat Gilbert yang awesome stres.
Tapi, Gilbert yang awesome ini masih menyadari sesuatu yang aneh. Tubuh tingginya sekarang berada di depan pintu lift yang 'terkunci', telinganya masih mampu ia fungsikan dengan baik. Bukankah seharusnya orang-orang di dalam telah panik karena listriknya mati dan pintunya 'terkunci'? Tapi mengapa sepi sekali di dalam?
"Ugh, Antonio! Ada yang aneh di sini!" tak ada jawaban dari operator di sana.
"HEI MANIAK TOMAT! Bukan saatnya bercanda sekarang, tidak awesome, hiiih!" keringat dingin pun mulai menetes dari dahinya, secercah rasa cemas menyelimutinya. Mencoba menenangkan diri, ia pun menghubungi Francis.
"Francis, kau tidak apa-apa kan?" to the point, Gilbert benar-benar menanyakan keadaan teman mesumnya itu sebagai bentuk pasti kekhawatirannya sekarang.
"Antonio...kau, baik-baik saja?" ucapan lirih Francis terdengar begitu kecil, tapi mampu didengarnya. Tidak menganggap itu sebagai jawaban, Gilbert bertanya lagi.
"Francis? Antonio bersamamu? Kalian tidak apa-apa kan? Hei!" kemudian terdengar letusan senjata yang memutuskan hubungan suara mereka, "TIDAAAAAK!" teriak Gilbert dengan tidak awesome.
"Antonio...kau, baik-baik saja?" raut takut jelas terukir di wajah 'cantik' Francis. Safirnya berkaca-kaca saat baru saja ia melihat adegan Antonio yang menghantam tubuh bongsor pria dalam kardus tadi menggunakan senapan andalannya. Bagaimana tidak, nyawanya hampir saja melayang akibat tidak menyadari sosok pria tadi di belakangnya: bersiap mengayunkan kapak—yang entah dari mana—mengakhiri hidupnya. Adegan tadi terlihat begitu jelas karena Antonio membawa penerangan yang memadai.
DOR! Dengan senapannya, lelaki Spanyol meletuskan pelurunya ke atas, "Ayo, kita selamatkan Yao dan Gilbert dari dalam sana!"
Francis yang masih shock hampir terjatuh saat Antonio menarik tangannya dan berlari menuju pintu utama gedung festival itu.
"Antonio," terhenti sejenak, "Gilbert...juga..." kalimatnya terputus, "Ah tapi bagaimana? Bukankah sekringnya harus kunyalakan dulu?"
"Tenang, dia dan Yao pasti baik-baik saja! Kita harus percaya pada mereka!" jawab Antonio dengan senyum cerahnya, berusaha meyakinkan Francis, "Dan firasatku mengatakan ada sesuatu yang aneh di dalam sana, ini bukan sekadar pemadaman yang disengaja. Pokoknya kita tinggal lari dari sini!" lanjutnya sambil mengerutkan alis.
"Apa maksudmu?"
Dan bertepatan saat mereka sampai di depan pintu utama, listrik menyala. Saat melayangkan mata ke belakang, deru mobil polisi bersahut-sahutan. Gedung itu gemerlapan kembali, namun riuh suara manusia dari dalam tidak terdengar.
"A-APA INI?"
"Jones, kami akan segera mengevakuasi para korban. Sekring listrik utama tampaknya disabotase, namun tidak sulit diperbaiki, dan uuh." Suara baritone dibuat-buat membuat pria yang dipanggil 'Jones' terbahak.
"HAHAHA! Payah kau Matt!" dan sosok mungil yang dipanggil Matt hanya bisa meringis saat Alfred F. Jones meremas rambutnya.
"Al bodoh! Jangan memanggilku seperti itu saat bekerja! Huh!" desis Matthew Williams kepada orang yang sangat mirip dengannya, sesama berambut dirty blond dan pengguna kacamata, bedanya terletak pada bola mata violet miliknya.
"Ha, kau sendiri memanggilku 'Al' di saat seperti ini." Balas Alfred yang membuat kepalan Matthew menghantam dadanya, "Oow, ow hei Matt sakit bodoh! Baik, serius. Sudah kau cek pintu timur?"
Matthew hanya bisa mengerjapkan matanya, "Eh? Belum, uuh baiklah akan kubuka." kemudian bergegas ke daerah yang dimaksud.
"Tunggu, Matt, eh Williams!" seru Alfred membuat Matthew menghentikan langkahnya, "Apa kandungan udara di sini sudah diperiksa?" kali ini keping safir milik Alfred berkilat serius.
"Sudah kukirimkan ke lab, tinggal menunggu hasil. Tapi perkiraanku itu Karbon Monoksida. Anak buahku juga sedang memeriksa saluran gas yang ada di sini, mengantisipasi jika benar ada kebocoran... selain itu, robot-robot di sini, raib." Tangan kanan menopang dagu dan yang kiri disilangkan di perut, Matthew tampak berpikir keras dan sedikit 'berduka'.
"Aku tahu, hei jangan kecewa begitu! Kita akan mengetahui pelakunya, oke?" Alfred menatap Matthew dan tersenyum lembut, Matthew mengangguk pelan.
"Jahat sekali, festival ini jadi hancur, anak-anak itu..." violet memandang sekumpulan anak tak sadarkan diri yang sedang digotong menuju ambulans, "..juga para profesor itu..." dua tangan mungil terkepal, "Seharusnya festival itu tempat orang bersenang-senang, bukannya menjadi bencana begini. Ya kan Alfred?"
"Cek saja pintu timur, dasar kau mellow! Detektif tidak boleh mellow!" jawab Alfred nyengir, sementara Matthew menggembungkan pipinya dan beranjak pergi.
"Oh iya, kau lihat Ricardo?" tanya Alfred pada dirinya sendiri saat mencari sidik jari yang mungkin ditinggalkan oleh pelaku, karena adiknya telah pergi.
Mendengus pelan, Alfred melanjutkan pencariannya namun diinterupsi seorang anak buahnya, "Bagaimana dengan adik Profesor Honda ini, Detektif? Apa perlu kami evakuasi? Kudengar Anda ingin ia mendapat 'perlakuan khusus'."
Yang ditanya tampak berpikir sebentar, lalu tersenyum lebar dan menjawab, "Ya, biarkan ia di sini. Ada yang harus kubicarakan dengannya."
Alfred F. Jones, pria yang kini berdomisili di Amerika Serikat. Memilih menjadi detektif agar dapat menjadi hero bagi orang yang membutuhkan. Namun, ia lebih merasa dapat menjadi pahlawan jika mampu berhadapan langsung dan mengalahkan 'orang itu'.
"Cih, masa' aku harus menggunakan rencana C? Tidak awesome sekali!" gerutu Gilbert pada dirinya sendiri, listrik telah menyala dan ia tak menemukan jalan untuk lari. Terjebak di pintu timur. Di sana sini banyak polisi dan anggota forensik berlalu-lalang. Ditambah pakaian dan alat-alatnya yang benar-benar mencerminkan seorang pencuri, manusia awesome itu tak punya jalan lain selain menggunakan 'rencana memalukan itu'. Segera ia mengubah roman mukanya menjadi wajah terpaksa dan madesu.
"Huh, dasar si bodoh itu tak pernah berubah, lagipula..." gumaman yang sempat didengar Gilbert saat pintu dihadapannya terbuka.
Terbuka? Matthew yang kaget melihat seorang berpakaian serba hitam dan bermata merah segera menjerit, Gilbert yang terkejut karena 'korban' berparas manis muncul secepat ini, ikut berteriak.
"AAAAAAAAAAAHH!" Matthew mundur dan hampir terjatuh.
"WAAAAAAH!" sementara Gilbert benar-benar terduduk sekarang.
"Siapa kau? Angkat tangan dan berbalik!" seharusnya Alfred ada di sini melihat adiknya berteriak lantang dan menodong seseorang.
Gilbert tetap diam, jemari ia mainkan, keringat bercucuran, bola matanya bergerak-gerak gelisah. Saat ia menangkap sesuatu yang familiar di balik salah satu pot, ia mengernyit dan segera mengambil benda itu sembari berteriak, "INI! Ini benda yang kucari-cari, syukurlah.. aku bisa menyelamatkan keluargaku!"
'Ini komunikator Yao. Kenapa bisa ada di sini? Yao, kau baik-baik saja kan?' batin Gilbert yang sebenarnya.
"Apa? Apa yang kau katakan tadi? Hei jawab aku! Siapa dan mau apa kau di sini? Kau pasti pencuri robot-robot itu kan? Dan ...keluarga, katamu?" masih setia menggengam pistolnya, Matthew bertanya lagi.
Gilbert menjawab dengan pandangan yang pasrah dan berkaca-kaca, sungguh, apakah ia belajar akting dari orang-orang opera yang dirampoknya sebulan lalu?
"Huaaaaaaa, kau harus menolongku! Keluargaku... mereka dalam bahaya!" tangis Gilbert pecah, segera ia berlutut dan meremas celana Matthew. Menangis dengan tidak awesome-nya.
"Apa, apa yang kau bicarakan?" mendengar raungan seorang lelaki yang mengaku punya keluarga dalam bahaya, Matthew luluh dan menurunkan pistolnya.
Segera Gilbert yang awesome mengarang cerita menyesakkan untuk membuat detektif di hadapannya percaya.
"Pria China itu, memaksaku merampok festival ini. Anak dan istriku disekap... oleh mereka, jika aku tidak melakukannya, maka... mereka akan.." ucap Gilbert terpatah, Matthew mendengarkan dengan seksama.
"Lalu kawanku, Francis. Ia...hendak menjadi pahlawan... Ia berusaha –hic-menghajar para perampok itu, tapi justru malah dia yang..." Gilbert menutup wajah, teman bicaranya menahan nafas, "...terbunuh."
"Aku turut menyesal tuan, akan berusaha kami bantu—"
"TIDAK!" potong Gilbert, "Jika mereka melihat kalian berkelompok, maka...maka.. keluargaku akan mereka...Ugh, aku ke sini diperintah mereka untuk membuang satu-satunya bukti." Berusaha terlihat tegar dalam sandiwara ini, sang albino menghentikan tangis dan mengangkat komunikator tersebut.
Raut wajah sang detektif pun ikut terbawa suasana, "Komunikator itu, milik perampok itu?" tanyanya pelan.
"Ya, hanya inilah satu-satunya yang dapat menghubungkan mereka ke kasus ini. Dengan noda darah ini..." dalam hati sebenarnya Gilbert bertanya-tanya, dari mana noda darah pada layar komunikator Yao?
Matthew terdiam sejenak, berpikir apa yang harus dilakukannya, namun nampaknya hati nuraninya lebih bekerja, "Marilah tuan, aku yang akan menolongmu. Di mana mereka disekap?"
Gilbert tertegun, lalu mengangguk dan membiarkan detektif aneh itu jalan duluan.
'Kesesese, begitu mudah dikelabui. Untung aku yang awesome dapat detektif tidak awesome ini. Dan semoga... Yao baik-baik saja.'
Saat Matthew berjalan keluar menuju mobilnya untuk mengantar-ayah-yang-malang-menuju-keluarganya, ia melihat sepintas kakaknya yang tengah menggendong seorang gadis berambut hitam ala bridal style.
"Al, mau apa dia dengan gadis itu?"
Brum! Mobil van berkelas meretas jalan ibukota negara adidaya. Kota ini tetaplah terang meskipun tengah malam menanungi. Kedua penumpang di atas mobil itu tampaknya sedang adu mulut.
"Aku tak percaya kita meninggalkan mereka! Bagaimana jika mereka tertangkap? Kita tidak tahu apa yang tadi terjadi dan— oh kau masih belum mau bicara rupanya!" kesal Francis sambil meninju jok mobil berkali-kali.
"Kau harus tenang." Jawab sang pengemudi.
Francis melemparkan tatapan-bagaimana-caranya? kepada Antonio. Lalu menghela nafas panjang dan bergumam, "Kau ini, di saat seperti ini tetap easy-going ya?"
"Kita harus percaya pada mereka, Yao dan Gilbert bagian dari kita kan?" sambung Antonio, "Yang menjadi pertanyaanku adalah, siapa dalang di balik semua ini? Berani-beraninya mereka menggantikan pekerjaan kita."
"Ya, festival itu—tidak, orang-orang itu kehilangan robot dan kita tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa cemas, sial!"
Senyap menghampiri. Meskipun sejak tadi Antonio berusaha terlihat tenang, namun Francis dapat mengetahui kegalauan hati teman di sampingnya dari sinar mata dan cara mengemudinya.
"Sudah tengah malam... lewat.." gumam Francis sebelum menyadari handphonenya menyala. Di layar tertulis panggilan masuk dari Yao.
"Yao...? ANTONIOOO! Ini Yao yang menelepon!" teriak Francis gembira lalu menjawab panggilan tersebut, "Yao! Sudah kuduga kau baik—"
"Yo! Kalian berdua di mana? Sudah ketemu Yao belum? Aku yang awesome ini akan segera pulang ke hotel kita." Jawab suara di seberang sana yang tak lain milik Gilbert.
"Kau Gilbert... dan bukan Yao?" Francis linglung. Antonio kemudian merebut handphone itu dari Francis, tampaknya kawan dari Perancis-nya itu lelah.
"Gil, kau bersama Yao? Di mana kau sekarang?"
Mereka pun saling menjelaskan keadaan dan posisi masing-masing. Namun nasib Yao masih belum diketahui.
"Jadi... kau dapat komunikator Yao ini dengan bercak darah? Kau tak melihatnya sama sekali?"
"Tidak, karena aku tidak bisa masuk ke pusatnya. Cih, kuharap dia baik-baik saja. Dan siapa pula yang berani menggantikan pekerjaan kita? Pasti bukan kelompok yang seawesome kita."
Setelah menutup teleponnya, kening Antonio benar-benar berkerut.
"Hiks, sial! Itu semua bohong...kan? Kau tidak punya anak dan istri! Kaulah perampoknya!" sementara sebuah mobil sedan menyusuri jalanan ibukota dengan pengemudi yang hampir menangis dan penumpang yang sedang menodongkan pistol.
"Diamlah dan antar aku ke hotel! Jika kamu bersikap awesome, aku tidak akan menyakitimu!"
Tersadar karena telah dikelabui, sejak tadi Matthew mendumel, memekakkan telinga seorang Gilbert di belakangnya. Salahnya sendiri termakan sandiwara tidak awesome dari rencana C seorang Gilbert. Sialnya lagi, mobil yang digunakan detektif sial ini bukanlah mobil polisi, maupun mobil jenis lain yang dapat membantunya. Melainkan mobil pribadinyalah yang ia gunakan. Tak lama kemudian ponsel Matthew yang disita Gilbert berdering.
"Huh, siapa ini? Kak Arthur?" baca Gilbert pada layar hape itu.
"KIRKLAND! Kembalikan handphoneku!" teriak Matthew namun duluan ditodong kembali.
"Tenanglah, dia meninggalkan pesan." Kemudian Gilbert menyalakan speaker pesan tersebut.
'Matt, kau ke mana? Alfred bodoh itu juga menghilang. Panggil aku segera setelah mendengar pesan ini!'
"Kak Arthur, aku terjebak..." gumam Matthew tanpa balasan apa-apa lagi dari si penodong. Membuat mobil hanya diisi keheningan yang canggung.
"Kau... terlalu baik hahaha, terlalu baik pada orang lain itu tidak awesome." Tawa garing Gilbert memecah keheningan awkward antara mereka, masih dengan todongan pistol tentunya.
Matthew berharap Gilbert akan terpancing emosinya dengan melontarkan, "Kenapa kalian merampok festival? Bukankah masih banyak objek lain yang bisa menjadi target pecundang seperti kalian?". Namun, sikap Gilbert kemudian tidaklah seperti yang diharapkannya.
Lengan yang sedari tadi berkontraksi, mengangkat pistol untuk menodong kepalanya pun menurun relaks. Tubuh yang tadinya tegang kini bersandar dengan jok mobil. Mata ruby yang tadi berkilat nakal, menjadi kosong dan akhirnya tertutup dengan kelopak.
"Terserah, mau bicara setidakawesome apapun tentang kami aku tak peduli. Asal kau tahu saja, kami... bukan perampok yang menyakiti orang lain demi tujuan kami," menghela nafas sebentar, Gilbert membuka matanya kembali dan menatap nanar pemandangan tengah malam ibukota, "Sudah kukatakan kan bahwa bukan komplotan kami yang mencuri? Yang kukhawatirkan sekarang adalah kawanku, Yao. Kau tahu sesuatu tapi tak mau membantuku. Ya sudah!"
Jawaban itu membuat Matthew mengeratkan pegangannya pada setir mobil, sebelum akhirnya berbalik dan bertanya, "Sebenarnya, siapa kalian?"
"Itu bukanlah informasi yang awesome untukmu."
"Berapa umurmu?" tanya Matthew lagi, entah apa tujuannya. Namun jawaban yang ia dapatkan hanya diam, "Baiklah, baiklah. Aku akan membantumu, tapi berjanjilah satu hal."
Jika Anda terbangun di sebuah kamar yang asing, dengan kepala yang berat dan serasa ditusuk puluhan jarum, bersama sesaknya nafas, ditambah pakaian kebesaran yang tersemat di tubuh Anda, pastilah Anda akan sangat bingung dan merasa sakit. Setidaknya itulah yang dirasakan Yao sekarang.
Masih terbaring lemah, tubuh mungil itu berusaha bangkit dan berhasil. Betapa bingungnya ia saat menemukan hamburger jatuh dari dahinya.
"Aku... di mana aru? Dari mana hamburger ini? Giiil! Antonio! Francis? Ah..." desahnya putus asa sembari memindai kamar itu. Bergaya borjuis namun sayang sepertinya sang pemilik kurang tekun merawat. Ingin turun dari kasur tak bisa, bergerak sedikit saja membuat dunia serasa berputar. Hanya mengingat apa yang telah terjadi adalah satu-satunya yang bisa diproses otaknya sekarang.
"Yo! Kau sudah bangun ya? Haah, betapa kecewanya aku mendapati kau bukan cewek sungguhan tahu!" suara cempreng familiar terdengar bersamaan dengan bantingan pintu, dan seorang Alfred kini berdiri di seberang Yao.
"A—kau... Aku di mana aru? Apa yang kau lakukan kepadaku? Apa yang telah terjadi aru? Di mana teman-temanku? Sebenarnya siapa kau?" segenap pertanyaan Yao itu hanya dijawab Alfred dengan pandangan mengejek.
Tanpa menjawab terlebih dulu, Alfred mendekati kasur tempat Yao dan menanyakan, "Kau... adalah kaki tangan Ivan kan?" dan membuat lelaki China itu tercekat.
"Tak perlu kau jawab aku juga sudah tahu," sambung Alfred. "Kau beruntung karena berhasil menarik perhatian hero ini, sehingga aku membawamu ke sini. Yah, awalnya kukira akan ada hiburan karena seorang gadis menginap di apartmentku, ternyata hihihi~"
Mendengar itu, kuping Yao memanas dan segera menghantam wajah Alfred dengan bantal, sepertinya segala pusing dan unek-uneknya tadi lenyap saat ia bilang, "AKU LAKI-LAKI. TULEN!"
"Aih, seharusnya kau bersyukur karena pakaianmu sudah kuganti, pakaian putihmu itu ternodai darah. Paru-parumu lemah ya?" balas Alfred seraya melepaskan kacamatanya, "Kalau kau memberitahu siapa yang 'membajak' festival tadi, kau akan kubebaskan." Kali ini sang detektif Amerika serius, terbukti dari nada bicara dan barrett yang kini menodong Yao.
"H-hei, tunggu sebentar aru." Yao mengibaskan pergelangan tangannya ke atas dan ke bawah, mengisyaratkan Alfred untuk tenang, "Kuberitahu aru, sepertinya aku yang jadi korban di sana, dan uhuk— aah beritahu dulu apa yang terjadi di sana!" pemandangan seorang lelaki China yang terbatuk dan menggenggam dadanya erat membuat Alfred menurunkan senjatanya dan mulai bercerita.
Segalanya diawali saat listrik padam, terjadi sabotase di sekring belakang. Kemudian diikuti ledakan CO yang entah darimana, membuat para hadirin yang tadinya menjerit panik menjadi terbatuk, kemudian senyap; kumpulan manusia tersebut roboh keracunan udara. Alfred, jaksa yang kadang merendahkan diri menjadi detektif untuk menangani kasus secara langsung telah diberikan pesan oleh Profesor Kiku sebelumnya, bahwa akan terjadi perampokan di festival robot kali ini dan berpesan agar Alfred membawa masker.
"Aku kagum kepada penjahat kali ini, yakin saja dia telah dilatih untuk terorganisir dengan baik. Anak buahku menemukan pipa-pipa bocor yang menyerupai pipa gas di bawah tanah, ingin membuat kami mengira bahwa benar-benar terjadi kebocoran gas. Namun yang kutemukan dari sampel udara di sana hanya kelebihan satu indikator: Karbon Monoksida. Jika terjadi kebocoran maka banyak indikator yang jenuh, entah itu Nitrogen Dioksida, Sulfur hingga Karbon Dioksida. Lalu kami menemukan bahwa pintu utama telah dibuka menggunakan alat semacam linggis—namun halus agar tidak meninggalkan banyak bekas. Dan yang membuatku bingung bagaimana ia membawa semua robot itu sendirian? Atau ia tidak sendirian? Cih, tapi aku tak bisa menemukan sidik jari maupun sisa DNA yang mencurigakan. Dan aku heran kenapa Profesor Kiku dan adiknya tiba-tiba menghilang. Tapi lihat saja, HERO ini pasti akan menemukan pelakunya!" Alfred bercerita panjang lebar dan membuat Yao menganga sebentar. Di akhir kalimatnya sang detektif berpose layaknya Superman, Yao tertawa kecil.
"Aiyaah, berarti bukan aku pelakunya aru? Dan aku tak mengerti sepenuhnya yang kau bicarakan aru." Sahut Yao sambil menggaruk kepalanya.
"Benarkah? Masa' anak emas Ivan tak tahu soal apa yang kami—para penyelidik lakukan? Setidaknya ia pasti mengajarkan kalian dasar-dasarnya."
"Ivan itu siapamu?" balas Yao menggunakan tatap selidik hazelnya.
Pertanyaan itu mengubah air muka Alfred, segera ia berkata dengan lesu, "Biarkan kubicara dengannya, dan kau akan kulepaskan."
"Jadi, kau takkan membebaskanku sampai kau bicara dengan Ivan? Menarik sekali aru!" Yao yang entah mengapa bisa mengerti apa yang dimaksud Alfred pun segera memberikannya nomor telepon pribadi Ivan.
"Oh iya, di mana komunikatorku aru?"
[Pembicaraan Alfred dan Ivan melalui telepon.]
"Hei, sepertinya kau sudah hebat sekarang ya." Pembuka yang Alfred sampaikan kepada sosok Rusia di sana, membuat teman bicaranya menahan nafas sebentar lalu menyeringai lebar.
"Alfred F. Jones, beritahu aku kenapa harus begitu terkejut menerima teleponmu sekarang?"
"Dengar, seorang bidakmu ada di tanganku. Kembalikan Profesor Kiku sekarang atau kubunuh anak China ini!" Alfred melompat ke inti.
"Kembalikan? HAHAHA kau bercanda? Ia yang membawa dirinya padaku." Seringaian semakin lebar dan sinar horizon menghias keping violetnya, andaikan Alfred mampu melihat ekspresi Ivan sekarang.
"APA?"
"Bidakku bertambah Alfred, dan aku senang sekali sekarang~." Nada kekanakan itu... Alfred merutuk dirinya yang kehabisan stok kata untuk menghadapi rival sejatinya itu.
"Hahaha, mungkin kau di sana masih memamerkan wajah konyolmu, detektif?"
"Berhenti mempermainkanku dan beritahu aku di mana Profesor Kiku sekarang! Hei, dan harus kuakui anak emasmu ini cantik."
"Kau menyukainya? Sekarang kau semakin bodoh karena menjadi homo kolkolkol."
"Bukankah yang pantas itu kau? Orang gila yang menganggap seorang anak kecil sebagai 'harta'?"
"Kau tahu, perbedaan kejeniusan dan kebodohan itu setipis kertas, detektif."
"Jangan main-main, Ivan."
"...hanya ingin kau menyadari bahwa aku lebih unggul darimu. Banyak pihak-pihak jenius yang datang bergabung kepadaku~."
"Ivan."
"Sadarlah sebuah festival itu tak lain tak bukan hanya topeng kebahagiaan."
"Bicara itu lagi?"
"Mencari cara untuk menghentikan racauanku? Hm, sepertinya ada orang lain yang meneleponmu. Sampai nanti Alfred, dah~!"
"TUNGGU SEBENTAR! Ivan! Kiku bagaimana? Hei!" percuma, nada sambungan putus terdengar dan sang detektif tak melakukan deal apapun. Sedari tadi pembicaraan tersebut dispeaker agar Yao bisa mendengarnya. Namun, belum sempat sang tawanan bertanya segala yang mengganjal di hatinya, handphone Alfred berdering lagi. Segera Alfred mengangkatnya setelah membaca layar bertuliskan: MaMatt.
"Halo..." terdengar suara mengerikan dari yang di sana, Yao yang mendengarnya segera membelalakkan mata. 'Itu kan suara Antonio, aru! Tapi kenapa...'
"Matt? Hello siapa ini?"
"Tuan Detektif, apa kabar?" tanya sang penelepon yang diketahui sebagai Antonio oleh Yao, dengan lantun suara rendah nan seksi, berusaha mengadopsi cara bicara sekaliber mafia. Sungguh tidak Antonio sekali.
"S-siapa kau? Dan di mana Matthew?" teriak Alfred, firasat buruk menyerangnya. Dan dibalas dengan dua patah kata bernada sarkastik.
"Di sini." Segera setelah frasa itu berakhir, suara penelepon berganti menjadi isakan yang terdengar sangat familiar bagi Alfred.
"Al, -hic- jangan patuhi perintahnya." Suara Matthew yang seharusnya lembut kini terdengar serak.
"MATT! Di mana kau? Apa yang mereka lakukan padamu? Tenang, hero akan menyelamatkanmu!"
"Tuan, kembalikan teman kami atau adikmu kubunuh."
Dari belakang, Yao tersenyum, 'Terima kasih teman-teman! Rencana kalian hebat aru! Dan kau, detektif Alfred. Kau, tak punya pilihan lain.'
Berniat menyalip Ivan dengan menyekap salah seorang anak buahnya, kini Alfred yang harus pasrah mengembalikan Yao ke komplotannya. Nyawa Matthew terancam berada di bawah 'pengawasan' tiga kawan Yao. Saat ini, bidak milik Ivan unggul selangkah tanpa harus ada perintah darinya.
Jika sebuah markas besar para penjahat biasanya dirajah kegelapan dan rasa sumpek, maka tidak di markas ini. Lebih mirip dibilang mansion, bangunan ini terbentuk oleh berbagai kuantah luxurious dari berbagai penjuru dunia. Mulai dari gaya bangunan, furnitur, hingga kebun pun dapat dikategorikan mewah. Markas di mana banyak bunga matahari bersarang, daerah perkumpulan komplotan berbagai kejahatan yang dipimpin langsung oleh seorang pria bertubuh besar, Ivan Braginsky.
Tempat di mana Ivan menjalankan 'festival'nya dan merasa telah bahagia.
"...harus kuakui rencana Anda berhasil dengan baik, Kiku da. HAHAHA." Tawa pecah dari ruangan utama dalam mansion, tawa seorang Ivan yang terduduk di sofa besar nan empuk sambil sesekali menenggak vodkanya.
Sosok yang duduk di seberangnya, pria bertubuh kecil dan berparas oriental, hanya menjawab dengan tatapan tajam.
"Sebentar lagi Eduard dan Feliks akan kembali dari Amerika dan membawa robot-robot itu. Ah, apa sebaiknya kuberikan robot kucing itu pada Yao da? Kolkolkol dan aku benar-benar bersyukur kini punya dua ilmuwan di pihakku." Mata sang bos menyipit.
"A-ah, boleh saya bertanya? Ke-kenapa Tuan yang harus turun tangan mencuri robot-robot itu? Apakah Tuan tak percaya lagi pada mereka?" tanya Toris, salah satu pelayan kesayangan Ivan.
"Tidak da, aku hanya ingin membuat kejutan sekali-sekali. Kan jelek juga kalau mereka dimanja terus."
"Yao? Anak buahmu salah satu penjahat festival itu? Dan, ah saya tak pernah mengatakan kalau akan ikut ke pihakmu. Saya hanya ingin membantu saja." Jawab Honda Kiku, seorang profesor muda berasal dari Jepang, menghabiskan tiga tahun terakhirnya di Amerika Serikat, dan kini terlibat dalam program milik Ivan.
"Da, dia... anak yang hebat! Dia, tidak mereka berempat adalah bidak-bidak kesayanganku da."
"Boleh saya tahu inti dari semua hal ini?"
"Sesungguhnya, aku tidak hanya membawahi satu penjahat saja. Penjahat festival, mereka berempat yang mencuri benda-benda penting hanyalah salah satu bidak dari Festival Penjahatku, kolkolkol." Jawab Ivan dengan aura kurang mengenakkan yang mulai bangkit darinya
"Penjahat Festival dan Festival Penjahat? Lucu, dan saya baru pertama kali dengar." Ucap Kiku sambil menaikkan alis kanannya.
"Hehe, aku... punya seseorang dari sana yang harus kukalahkan! Ia punya bidak-bidak membosankan seperti FBI, CIA, sedangkan aku punya banyak koleksi penjahat da." Tersenyum manis dengan nada bicara layaknya anak kecil, benar-benar bertolak belakang dengan aura yang ia keluarkan, "Dan lagi, mari bersulang untuk keberhasilan Kiku dalam misi pertamanya!" panggil Ivan kepada penghuni mansionnya.
"Dan silahkan menikmati ini." Tawar Kiku menyodorkan sepiring onigiri kepada Ivan. Ivan yang tak curiga pun segera melahapnya. Tak lama kemudian terdengar denting logam dari kunyahan Ivan, namun tetap dimakannya dengan santai.
Seorang anak dengan tubuh bergetar hebat mendekati Kiku dan berbisik, "Percuma saja tuan, diracuni limbah pun beliau takkan bergeming."
"Kesesese, harus kukatakan aktingmu yang tadi itu awesome!" puji Gilbert mengacungkan jempolnya pada Matthew.
Tak seperti kesan yang dirasakan Alfred bahwa kemungkinan Matthew sekarang sedang menderita, sang detektif muda yang punya sehelai rambut ikal yang mencuat itu justru hanya duduk enteng dalam kamar hotel Gilbert.
"Aku, merasa jahat kepada kakakmu itu, hehehe." Kata Antonio seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal, menimbulkan reaksi menyimpang dari Francis yang duduk di sampingnya.
"Justru, kakaknya si Mattieu ini beruntung karena mendengarmu bersuara seksi. Ooooh sungguh suaramu tadi benar-benar indah, kau berbakat menjadi mafia mon cher~! Oh so manly! Antonio, jadilah suam—PUH!" kalimatnya tak lengkap karena mulutnya lebih dulu disumbat tomat busuk oleh Antonio.
Matthew yang berada di tengah-tengah mereka bertiga hanya tersenyum, "Pintar ya kalian, merencanakan 'penyerahan sandera' dua jam dari sekarang agar bisa bersantai."
Gilbert, yang tengah berbaring di kasurnya hanya menjawab, "Ya! Aku lelah! Orang awesome ini butuh istirahat!"
Francis, yang menderita di depan wastafel karena lidah indahnya terpolusi tomat busuk meringis, "Sepertinya lidahku yang sekarang butuh perawatan, huhuhu. Eh Mattieu kami tidak akan ditangkap kan?"
Antonio, yang memijat dahi dalam menghadapi kelakuan teman-temannya pun menimpali, "Kalian... seharusnya sekarang kita memikirkan keadaan Yao! Berkonsentrasi mencari siapa yang mengambil tugas kita di festival itu! Haaah, dan, uhhm Matthew, apakah ada korban jiwa dalam insiden itu?"
"Benar sekali," terbangun mendadak, "Kalau sampai orang-orang tidak awesome itu melukai yang lain, kita harus menghajar mereka!" kesal Gilbert sambil menunggu jawaban dari Matthew. Sementara yang dimintai jawaban terus tersenyum, kemudian tertawa kecil.
"Apa yang lucu?"
"Hahaha, sudah kuduga kalian sebenarnya orang kok, tidak ada. Dan aku tahu siapa bos kalian." Ucap Matthew yang membuat Antonio. Francis dan Gilbert bingung.
"Sepuluh tahun lalu, aku masih ingat sekali saat itu. Ivan mengirimkan kepada kak Al empat potret anak kecil." Sandera palsu ini kemudian menerawang, menambah bingung dan deru tanya ketiganya, "Keempat anak dari foto yang berbeda itu, sangat mirip kalian. Satu bocah dari Spanyol, yang satunya dari Perancis, kemudian dari Jerman, dan satu-satunya bocah Asia dari China... Kalian berempat yatim piatu dan diangkat Ivan sebagai adiknya bukan?" kalimat terakhir membuat para 'penyandera' menahan nafas dan terbelalak.
Matthew melanjutkan setelah menghela nafas, "Di akhir dari kiriman itu Ivan menuliskan: 'Mereka adalah yang paling berharga dari festival yang akan kujalankan. Jangan ganggu mereka.' Karena itulah, saat Al melihat salah seorang dari kalian di festival robot tadi, ia tertarik dan jadinya seperti ini. Al menahan teman kalian itu ahaha, untung kalian menemukanku."
"Tunggu tunggu tunggu!" hentak Gilbert, takut jika Matthew melanjutkan ceritanya terlalu dalam maka kapasitas otaknya tidak mampu mencerna, "Sebenarnya, siapa kalian dan ada hubungan tidak awesome apa dengan Ivan?"
"Dan, kenapa Ivan selalu menyebut rencananya dengan festival?" tanya Antonio.
Ketika langkah kaki seorang bocah Rusia terhenti saat melihat dua lebaran uang menyembul dari celah lantai kayu. Hendak mengambilnya, namun uang itu tertarik ke dalam dan terdengar tawa dari bawah sana.
.
"Sepertinya kau orang kaya da, pamer-pamer uang begitu."
"Apa, YA! Kadang tidak tahu harus kuapakan. Mau menghabiskannya bersamaku di festival di atas? Pasti menyenangkan! Oh dan aku Alfred, Alfred F. Jones. Kau?"
"...Ivan Braginsky, namamu aneh da."
"Biar, ayo kita main!"
"Tidak bisa, aku tinggal dan kerja di sini."
"EEEH? Wah, pasti menyenangkan bisa terus tinggal bermain-main di sini!"
Ketika dua tangan mungil saling berpagut, membisikkan lantun persahabatan baru diranum ramainya festival. Ketika ucapan polos seorang anak kecil meluncur tanpa tahu keadaan di balik topeng seorang Ivan kecil.
.
"...yang paling kusuka adalah permainan menembak itu. Woooohoo benar-benar mengasyikkan! Dan aku dapat boneka ini, kau mau?"
"Eh? Tapi itu kan Alfred yang dapat, lagipula aku kan—"
"Ambil saja, itu hadiah dariku... Rasanya aku masih lapar, aku ingin roti itu lagi."
"Pirozhki? Aku biasa dapat gratis, da."
"APA? Uuuuh alangkah enaknya menjadi kamu yang punya rumah di festival begini! Pasti sangat asyik, ah tentu saja! Aku mau tinggal bersamamu!"
"Tidak bisa da, bosku akan memarahimu."
"Tidak bisa ya, huuh padahal festival ini jarang diadakan."
"Sekali tiap dua bulan selama dua minggu, tepatnya."
Ketika hati beku Ivan kecil meluruh direndam hangat hanya karena boneka bunga matahari kecil pemberian Alfred. Ketika persahabatan dua minggu mereka mulai menggali pribadi dan rahasia masing-masing.
.
.
"Kenapa festival kali ini begitu ramai dengan orang-orang memakai pakaian aneh? Kan lebih bagus kalau pakai kostum Superman saja."
"Kau tidak tahu? Hari ini adalah Victory Day, banyak yang merayakannya dengan memakai pakaian militer da. Anu, boleh aku bertanya?"
"Apa?"
"Kau bukan orang asli di sini da?"
"Iya, aku ke sini dari benua yang jauuuuh hahaha!"
"Oh, kata bosku, kita—eh kami sedang berperang dengan sebuah negara di benua jauh di sana. Tapi kita tak perlu mempercayainya."
Hening sesaat
"Dan boleh aku tanya sesuatu juga Ivan? Err, kenapa senyummu selalu terlihat mengerikan?"
"Ada apa dengan ini da?"
"HYAAAA! Jangan senyum itu, kau terlihat seperti setan! AAAAAH!"
Ketika seorang bocah Amerika membuat heboh sebuah festival karena teriakannya yang menggelegar, yang akarnya berasal dari kurva manis namun tidak mengenakkan yang ditorehkan bibir Ivan.
.
.
"Apa cita-citamu Ivan? Kalau aku ingin menjadi hero bagi semua orang, aku ingin menjadi terkenal!"
"Pahlawan? Kalau aku tidak perlu da. Aku... hanya ingin membuat festivalku sendiri."
"Wah, pasti menyenangkan! Nanti kalau aku telah pulang dari menyelamatkan orang, aku akan bersenang-senang di festivalmu hahaha."
"Festival yang berbeda dari yang lain da."
Ketika keduanya mengukir cita-cita di dasar hati, ketika Alfred melihat manik violet Ivan memproyeksikan sinar yang tak mampu diterjemahkannya. Pandangan apa itu? Licik? Dendam?
"Pokoknya kita harus berjanji, untuk menggapai cita-cita itu. Oke?"
.
.
Ketika desah semangat Alfred jatuh saat ia melihat tubuh pucat Ivan yang terekspos. Ketika sampai di tempat seharusnya ia dapat menemukan sahabatnya itu, ingin melepas rindu ala bocah yang tak bertemu selama dua bulan, ketika memindai tubuh yang penuh lebam, biru, darah, nanah, yang pasti menyakitkan.
"I-Ivan? Kenapa—badanmu itu..."
"A-ALFRED! Seharusnya kau tak boleh mengintip saat aku ganti baju da... Tidak apa-apa, luka-luka ini aku dapat saat anak berandalan berkunjung ke festival ini. Untung saja bosku melindungiku."
"Apa... tidak sakit?"
"Bagaimana caranya mau jadi hero kalau melihat luka seperti ini saja sudah takut, kolkolkol."
Ketika Alfred yakin bahwa Ivan tidak apa-apa, ia ajaklah bocah Rusia itu menyusuri latar nerakanya sendiri. Ketika dusta meluncur mulus demi melindungi sahabat agar tak ikut terluka.
.
.
"Kakak, untuk apa kita kemari di salju lebat seperti ini? Dingiiiin~, kak kak! Festival ini ditunda sebulan lagi kan? KAKAK!"
"Diam, aku harus mencari Ivan."
Ketika dingin salju menyerang tak peduli akan apapun kegiatan manusia, seorang bocah berlari di tengah bangunan festival yang ditutup. Ketika menemukan apa yang ia cari, meringkuk dengan wajah paranoia.
"ASTAGA Ivan! Bahkan di musim dingin begini kau tetap tinggal di sini? Ayolah, ikut denganku!"
Ketika dusta sedingin es kembali meluncur dari bibir yang dicari, ketika meyakinkan Alfred untuk percaya bahwa ia akan baik-baik saja dan mengusirnya. Ketika lolongan hati Ivan tak bisa ia keluarkan demi yang terbaik.
"Pulanglah dan kembali ke sini sebulan lagi da. Terima kasih sudah mencariku, akan kucari tempat yang aman untukku da. Bosku akan mengatasi masalah ini."
Ketika langkah pulang Alfred terjejak ragu, ketika Ivan tertinggal di belakang dan mendengar alunan intimidasi bosnya. Bosnya yang dapat berada di mana-mana ibarat butiran salju, bosnya yang tahu segala gerak-gerik Ivan kecil, bosnya yang akan segera menjalankan hukuman yang tak pantas diterima bocah seperti Ivan.
.
.
Aku benci festival, inikah namanya rumah?
Terbangun di tempat seperti ini, tanpa tahu dari mana dan bagaimana, siapa... Lalu mulai bekerja maraton di sini. . . .
Aku heran kenapa Alfred begitu menyukai festival da?
Festival tak seindah yang ia lihat. Tempat ini hanyalah ajang kecurangan dan unjuk gigi para manusia tingkat atas.
Kalau ada yang curang dalam memainkan permainan di sini, yang kena pukul adalah aku da.
Yang paling menyakitkan jika yang curang adalah Alfred. Aku tak bisa menegurnya karena ia satu-satunya sahabatku, biarlah tubuhku ini lebam.
Jika paman-paman dengan kacamata hitam dan setelan jas datang, mengambil pajak seenaknya dari bos dan melecehkannya, akhirnya bos melampiaskannya padaku da.
Kalau ada matryoshka dan samovar yang pecah, kalau ada ushanka dan papaha yang rusak, kenapa aku yang selalu dihantam? Sakiiiiiit~
Aku tak ingat pukulan pertamanya padaku da. Tapi kenapa aku bisa mengingat dengan baik saat aku pertama kali bertemu dengan Alfred?
Kenapa aku bisa menikmati daerah nerakaku sendiri saat ia bersamaku?
'Kau tahu, aku tidak pernah bosan bermain di festival ini jika bersamamu Ivan!'
Kenapa kau begitu polos? Padahal kita sama-sama masih bocah kan?
Festival ini, adalah latar hidupku da. Tidak, kejadian di dalam sini juga membentuk alurnya. Dan tokoh utamanya adalah aku dan Alfred. Dan tokoh jahat yang harus dibunuh adalah bosku.
'Ivan, kalau kau mau membuat festivalmu sendiri nanti, kau harus bikin stand makanan seperti ini ya! HARUS!'
'Pokoknya kita harus berjanji, untuk menggapai cita-cita itu. Oke?'
Cita-cita da... Cita-citaku sekarang adalah keluar dari penyiksaan bos gilaku ini—dengan kata lain pergi dari festival ini. Cita-citaku adalah agar orang itu merasakan penderitaan yang lebih dari yang ia berikan padaku. Cita-citaku adalah agar kau dapat menggapai mimpimu Alfred, jadi karena itu aku mengusirmu da. Lalu setelah itu tercapai, aku akan membuat festival unikku sendiri da~.
Apa yang harus kulakukan?
.
.
Ketika adik Alfred, Matthew pertama kali mendapati kakaknya menatap nanar festival kesayangannya.
Festival Muscovite yang sekarang dilalap api di bulan terpanas dataran Rusia, bulan Juli. Ketika Alfred ingin membawakan Ivan kue karena baru saja ia dan adiknya berulang tahun. Ketika Alfred hanya bisa menahan tumpahan air mata saat memandang kobaran api.
"P-permisi, temanku ada di dalam."
Ketika ucapan seorang bocah sepertinya tidaklah dianggap dalam saat kritis seperti ini. Ketika telinganya menangkap misuh-misuh warga yang juga hendak bermain di festival ini, tadinya.
Ketika ia tahu bahwa pemilik festival ini—bos Ivan ditemukan benar-benar hangus dengan bekas minyak tanah di sekitarnya. Ketika ia mendengar gosip bahwa yang membumi hanguskan bangunan di hadapannya adalah Ivan.
"Ivan? Tidak mungkin." Ketika Alfred kecil melayangkan mata pada bocah di bawah umurnya, yang menangis karena festival kesayangannya sudah hancur. Ketika para pemilik stand makanan, souvenir hingga permainan di dalam kini mengerut dahi karena kiosnya runtuh. Ketika Alfred benar-benar yakin saat tak menemukan apapun yang dapat mengindikasikan kalau Ivan—baik mayat maupun tubuh hidupnya ada di mantan-bangunan-festival.
"Ivan... Ivan bohong padaku, Ivan jahat." Gumam Alfred sambil menangis, membuat adiknya mendekat dan meremas jaketnya erat.
'Kenapa, kenapa Ivan membakar festival ini? Ini rumahmu kan? Di mana kau Ivan? Apa kau lihat orang-orang yang menderita dan menangis karena perbuatanmu ini? Kenapa tempat yang menyenangkan ini dihancurkan? Kau—kau jahat Ivan! Kau jahat! Kelak saat aku menemukanmu, akan kuhukum dengan baik, karena kau sahabatku. Dan karena aku hero di masa depan, pasti.'
Ketika bocah kecil merasakan apa itu khianat baginya. Ketika benang persahabatan mereka melonggar, namun yang Alfred dan Matthew tidak ketahui adalah...
Ivan, di suatu tempat yang strategis untuk menyaksikan hasil pekerjaan tangannya: menikmati api yang merengkuh 'rumah'nya; kini bercucuran tangis. Ketika Ivan menangis, hatinya melengos lega saat berhasil membalas dendamnya kepada sosok yang selalu menyiksanya. Namun, ada sedikit sesal di sana.
Ketika festival itu runtuh, saat itu juga ia takkan bertemu lagi dengan Alfred.
Ketika ia gumamkan sesuatu di tengah isak, "Alfred, sampai jumpa dan terima kasih da. Aku –hic-doakan semoga cita-citamu tercapai. Dan... dan aku, setelah mendengar kata orang-orang tadi kalau aku ini penjahat –hic- kuputuskan, untuk membangun festival penjahat. Unik kan? Dan... aku berharap, kelak kaulah orang yang akan menangkapku~." Bersamaan dengan berakhirnya kalimat, tetesan air matanya pun berhenti dan Ivan segera melangkah menjauh.
.
Begitulah, dua bocah yang menilik sebuah festival dari elevasi yang berbeda. Alfred kecil menganggapnya sebagai surga dan tempat bersenang-senang, sementara Ivan kecil menyebutnya neraka, tempatnya disiksa dan hanya merupakan topeng kebahagiaan. Ketika takdir salah merajut diri untuk mendukung persahabatan, taut sahabat selama dua tahun kini berbuah menjadi deretan perang terselubung antara Ivan dan Alfred; antara para penjahat dan penyidik.
"Hei Alvurudo~, aku mengirim lebih banyak 'bidak' di festivalku da~. Kau pernah bilang kalau mau ikut main di festivalku, coba tangkap mereka da. Kolkolkolkol." Kata Ivan suatu hari.
Keduanya, Ivan dan Alfred punya teman, kolega, hingga anak buah dari segala penjuru dunia. Sang pemimpin dari para penjahat melatarbelakangi berbagai jenis kejahatan, mulai dari yang biasa seperti pencurian dan pembunuhan hingga peretas sistem dan penjarah festival.
"Bloody git! Sopir taksi pembunuh di London beraksi lagi! Aku tak bisa membantumu di sini selama beberapa waktu. Geez, ini pasti ulahnya!" Ini Arthur Kirkland, seorang inspektur dari Inggris, kawan lama sekaligus bidak terdekat Alfred. Pria yang pernah menangkap salah satu bidak kesayangan Ivan, Logan Kirkland yang waktu itu meraih gelar sopir taksi pembunuh jilid I dari para detektif. Kini Logan mengambil nama belakang Kirkland dan ikut membantu Arthur dan Alfred dalam menangkap penjahat tingkat Internasional. Namun, sekarang muncul sopir taksi pembunuh jilid II, yang membuang mayat penumpang hasil karyanya ke jalan ibukota London seenaknya. Salah satu anak buah yang begitu mendewakan Ivan, bosnya. Selalu menunjukkan pisau-pisau yang ia gunakan untuk membunuh penumpang taksi kepada Ivan. Seorang gadis Belarus bernama Natalia Arlovskaya yang sering tertawa psikopat di dalam taksinya. Ivan berujar, "Tak kusangka ia mau-mau saja menjadi sopir pembunuh nomor II da. Untung kukirim ke London agar ia mudah jauh dariku. Kuharap Alfred cepat menangkapnya saja." sambil menutup wajahnya frustasi. Sebenarnya, 'festival' miliknya adalah ajang bermain, untuk melihat kemampuan Alfred dan kawan-kawannya dalam menangkap penjahat, namun untuk Natalia ada pengecualian.
"Horace, kita berhasil lagi da ze!" Dan ada lagi jenis kejahatan lain karya festival milik Ivan, dua lelaki berbeda karakter yang dinamakan 'Malaikat Komputer' oleh para detektif di Asia. Horace Wang dan Im Yong Soo, merupakan penjarah nomor satu sistem keamanan maupun internet yang paling sering mengacaukan Korea dan China. Alfred, yang tentunya tidak bisa main perintah sembarangan akhirnya menunjuk dua orang gadis dari Vietnam dan Indonesia untuk mengalahkan—menangkap mereka, namun hingga sekarang masih nihil. Kabar angin kadang berhembus yang menyebarkan bahwa Alfred punya skandal dengan Pi Nam—gadis Vietnam itu membuat Ivan kadang di atas angin. "Bagaimana dengan dua bocah Asia manis itu, Alfred? Kolkolkol."
Mafia, kata yang entah mengapa sangat suka Ivan dan Alfred kaitkan dengan Italia. Di negara itulah terjadi latar semacam 'Perang Saudara' antara dua lelaki kembar, Feliciano Vargas dan Lovino Vargas. Feliciano, yang dulunya seorang anggota mafia kini menjadi penyidik karena hasil bujukan seorang Alfred yang entah apa. Lovino, yang tetap setia bersama kelompok mafianya yang dipandu oleh Ivan di balik layar, kakak yang sering mengirimkan pesan mengerikan kepada sang adik—kadang hanya berupa pasta yang dilumuri darah hingga mayat dengan telunjuk yang terbelah. Sang adik yang masih lemah dan penakut melarikan diri ke Amerika dan meminta pertolongan kepada Alfred dan Matthew. "Coba lihat Ivan, festival penjahat anehmu itu membuat seorang—tidak banyak orang menderita..." ucapnya saat melihat tubuh bergetar Feliciano yang berusaha ditenangkan adiknya, "Hero ini pasti akan menangkapmu!"
"Baiklah, kau lepaskan sanderamu kulepaskan sanderaku." Nada datar Antonio berkata saat 'penyerahan sandera' di pinggiran kota Maryland, tetangga Washington D.C. Oh, inilah para penjarah festival yang telah bertemu langsung dengan musuh bebuyutan bos mereka. Tiga di antara mereka telah didongengkan mengenai masa lalu Ivan dan Alfred oleh Matthew. Dekapan kasar Alfred pada leher Yao pun mulai melunak. Dan tak lama, Yao telah kembali ke kelompoknya dan Matthew pun bersama sang kakak.
Sebenarnya, masih banyak kejadian Penyidik Vs. Penjahat lain yang dipelopori Alfred dan Ivan di banyak titik benua.
"Gilbert, kau ingat kan apa janjimu?" tanya Matthew sambil tersenyum. Ia, kakaknya, dan empat orang 'penjahat' kini berada di depan pintu gerbang festival rodeo pinggiran. Tadi malam, Matthew setuju untuk menjadi sandera asalkan Gilbert dan gengnya bisa, setidaknya sekali saja benar-benar menikmati bermain di festival tanpa ada pikiran kotor untuk mencuri. Gilbert hanya mengangguk pasrah, toh ia yang awesome telah memberitahu Antonio dan Francis tadi. Tapi bagaimana dengan Yao, yang di festival robot kemarin keracunan udara dan sekarang berlompatan dengan hiperaktifnya karena kembali ke 'sarang'nya? 'Ah, Yao itu masalah kecil.' Batin Gilbert.
Yang tidak Gilbert kira adalah bahwa Matthew dan Alfred harus ikut menemani mereka.
"APA? Tidak awesome ah, kami kan bukan anak-anak!" gerutunya, namun Alfred bersikeras dan mengancam akan memenjarakan mereka semua kalau sampai tidak setuju.
"Ingatlah, mungkin pengalaman kalian ini dapat menjadi pelajaran bahwa mencuri dari festival itu buruk." Ujar Matthew, lalu ditambahkan oleh kakaknya, "Dan memberitahu si kolholz gila itu kalau jangan berkhianat di festival!"
Kalimat sang detektif barusan membuat tawa pecah di antara mereka berempat, minus Yao yang kebingungan dan Alfred yang jengkel.
"Hahaha, Al! Masih sakit hati dikhianati Ivan toh?" goda sang adik seraya menyikut kakaknya. Yao yang benar-benar bingung hanya melemparkan tatapan ada-apa? kepada Francis.
"Nanti saja kuceritakan mon cher~" balas Francis.
Jadilah mereka berempat mengikuti festival dan berpakaian layaknya koboi, kedua detektif tetap pada pakaian dinas mereka dan mengamati dari jauh, sambil berbisik-bisik.
"Mereka anak-anak yang baik Al." Gumam Matthew sambil memandang isi festival dengan antusias. Ia juga melihat sebegitu antusiasnya Antonio mulai bermain dengan anak-anak, menembak target yang berbuah hadiah, hingga mencari tomat.
"Ya... menurutku juga begitu, tapi sayangnya mereka adalah anak buah Ivan. Jika bukan karena kau, akan kutangkap mereka ka—"
"Ayolah Al, beri mereka kesempatan!" potong sang adik, menghela nafas sebentar lalu melanjutkan, "Mereka hidup dari festival dengan cara yang berbeda. Setidaknya, aku ingin mereka bersenang-senang kali ini. Bukankah festival tempat bersenang-senang?"
"Lagi, kau terlalu mellow dan klise.." acuh tak acuh Alfred membuat Matthew hampir meninjunya lagi, namun tak sampai karena Alfred buru-buru pergi dari pohon tempatnya bersandar menuju tempat Yao.
Ia melihat Yao dengan gesit hampir mencuri kucing. Mencuri kucing?
"Ada apa aruuu? Aku tidak melakukan apa-apa!" sergah sang lelaki China saat Alfred tiba dan sok memborgol.
"Kau akan mencuri kucing itu dan membawanya pulang kan?" "TIDAK ARU!" keributan yang ditimbulkan mereka berdua membuat Matthew sweatdrop. Memang kadang kakaknya itu sedikit berlebihan dalam berbagai hal, atau... mungkin dia melakukan itu agar dapat dekat-dekat Yao? Ah sudahlah, keping violetnya kembali mengamati isi festival, melihat Francis yang menggoda para gadis, Antonio yang kembali melihat anak-anak bermain dengan antusias, Alfred dan Yao yang sedang bertengkar, dan sepertinya ada yang kurang.
Di mana Gilbert? Pertanyaan itu mengiangi kepala Matthew sebelum suara serak itu terdengar dari belakangnya.
"Ma—Matt..." Gilbert terbata.
"Oh, di sini kau rupanya! Apa yang kau lakukan di sini? Ayo kembali ke festival dan—"
"Terima kasih ya!" kalimat Matthew terpotong karena terkejut, terkejut melihat Gilbert tiba-tiba menyodorkan sebuah boneka beruang kutub di tengah ucapan terima kasihnya.
"Gilbert, untuk apa ini...?"
"Aku yang awesome—tidak kami hanya ingin berterima kasih. Karena kali ini kau menyelamatkan kami, walaupun dengan cara yang tidak awesome. Dan juga telah menceritakan masa lalu Ivan. Kalau tidak bertemu kau, mu—mungkin nasib kami tak akan seawesome ini. Yah, pokoknya terima kasih!" dan selesainya kalimat itu membuat Matthew tak membalas apa-apa lagi karena Gilbert lari kembali masuk ke festival. Ia hanya mampu meremas boneka beruang putih menggemaskan pemberian Gilbert. Bagaimana Gilbert bisa tahu kalau ia sangat menyukai polar bear?
Di kaki sang beruang ada catatan kecil dan Matthew segera membacanya, di pembukaan hanya basa-basi terima kasih seperti yang diucapkan Gilbert tadi, tapi ada tambahannya.
'Aku yang awesome ini bangga menjadi 'bidak' Ivan! Walaupun kadang pemilik hidung besar itu terlihat aneh dan mengerikan, pemakan apa saja, pemuja pipa air, dikucilkan,' sesaat Matthew ingin tertawa saat melihat tulisan tangan Gilbert yang sedikit membeberkan aib Ivan. '...dan segela kebiasaan tidak awesome-nya yang lain. Tapi, dia sudah seperti penyemangat hidupku. Jangan beritahukan rahasia tidak awesome ini pada teman-temanku ya! Aku, juga sebenarnya ingin berterima kasih padanya. Ia yang membangun hidupku dan mengajari hal-hal awesome yang belum kukenal sebelumnya. Menggunakan pistollah, mencongkel pintu-lah, hingga hal awesome lainnya. Ia yang membuat berpetualang dan menemukan orang baik sepertimu, meskipun kau tidak seawesome diriku kesesese. Dan ada satu hal yang ingin kutanyakan, jika kami memang bidak festival yang dijalankan Ivan, bukankah kau juga cuma sebuah bidak dari kakakmu yang berusaha menghentikan Ivan? Kesesese...'
Catatan yang panjang dan membuat sang pembaca berpikir sebentar, lalu menatap kakaknya yang sedang pamer kelihaian menembaknya kepada Yao dan Antonio. Tatapan yang awalnya biasa, berganti menjadi lebih dalam dan lembut, melihat tingkah kakaknya yang begitu bodoh ia pun bergumam.
"Tidak apa-apa, akan sangat menyenangkan jika bisa terus bersama Al menumpas kejahatan." Tertawa kecil, ia pun merasa tugasnya sudah cukup di sini dan mengajak Alfred pulang. Ketika kembali, ia pasti akan ditimpuki berbagai tugas dan amarah dari Arthur yang pastinya pusing tujuh keliling mencari dirinya. Ia dan Alfred pun harus mencari pelaku pencurian festival robot kemarin, yang mereka duga sebenarnya juga ulah Ivan. Ia dan kakaknya masih punya banyak tugas dan mimpi, salah satunya adalah menangkap komplotan Ivan. Namun pengecualian untuk keempat orang ini, biarkanlah mereka bebas dulu dan ber'festival' sendiri.
Matthew dan Alfred melambai. Antonio, Yao, Francis, dan Gilbert membalas lambaian itu. Lambaian selamat tinggal di tengah harapan agar mereka dapat bertemu lagi.
"Namun jika kita bertemu lagi, keadaannya akan berbeda. Kami akan menangkap kalian, penjarah festival." Kata Alfred mantap seraya menyeringai lebar, mengendarai mobilnya menjauh dari festival rodeo tersebut.
"Jadi, adik si Alfred itu bercerita kalau Ivan kecil, yang berusia sebelas tahun, membakar sebuah festival aru? Tidak bisa dipercaya aru! Kalian ini..." bantah Yao ketika mendengar ketiga temannya bercerita tentang masa lalu Ivan dan Alfred, "Kalau soal mereka bersahabat sih, aku percaya aru! Ivan pernah bilang kalau—"
"Kalau apa? Sudah kuduga kau punya hubungan khusus dengan bos kita satu itu. Dia tak pernah cerita apa-apa tentang masa lalunya~! Mmmh Wang Chun-Yan-ku!"
"Aruuu~, sial kau Francis! Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan Ivan! Titik."
"Eh eeh bagaimana menurut kalian tentang pertanyaan Matthew yang terakhir itu? Menurut kalian, sebenarnya festival itu untuk apa?" tanya Antonio. Mereka berempat masih berada di festival rodeo yang mulai sepi, sentuhan jingga mulai melebarkan kanvasnya di langit. Kini mereka berempat duduk di dua kursi taman yang saling membelakangi.
"Bagiku yang menawan ini tentu saja sudah jelas. Festival itu untuk menarik perhatian para gadis honhonhon~"
"Festival itu jelas-jelas untuk mencari uang aru! Coba lihat para pemilik festival, mereka mendirikannya untuk mendapat untung aru!"
"Menurutku yang awesome ini, ya festival itu adalah ajang awesome yang jarang terjadi. Entahlah, pokoknya festival itu menyediakan banyak hal yang sukar ditemui di kehidupan biasa. Suvenir misalnya..."
"Begitu ya," gumam Antonio dan berdiri, "Bagiku, festival itu... tempat orang mencari kebahagiaan dan kesenangan! Atau mungkin mencari kebebasan!" serunya sambil merentangkan tangannya, menghadapkan kepalanya ke langit, menatap langsung kanvas jingga yang menanungi pandangannya.
Ketiga temannya hanya membalasnya dengan tatapan-lol-whut?
"Hahaha, rupanya teman tidak awesomeku ini kelewat klise!" tawa Gilbert sambil meremas rambut coklat Antonio.
"Ngomong-ngomong nih, udara sudah mulai dingin. Tubuhku yang cantik ini mulai kedinginan. Apa yang akan kita lakukan setelah ini?"
"Ya, melakukan pekerjaan kita seperti biasa aru!"
"Tapi, setelah mendengar cerita Matt tentang Ivan, perasaanku menjadi tidak awesome."
Gilbert dan Francis menunduk, Yao hanya terdiam, sementara Antonio memandang ketiganya dengan heran.
"Kalian ini kenapa? Lupakan saja masa lalu, jangan menengok ke belakang dong ah! Ingat begitu-begitu dialah yang telah menolong kita. Selama ini Ivan tak pernah mengkhianati kita bukan?" Antonio menyilangkan kedua tangannya sambil mendengus.
Ketiga sosok yang diteriaki, yang tadinya hati mereka dihantui rasa takut karena baru saja dibebaskan Alfred, mereka yang khawatir akan dikhianati Ivan kini mendongakkan kepalanya. Menatap Antonio dengan sinar semangat di batu emeraldnya.
"Kau benar, masa' kita jadi tidak awesome begini! Kita kan profesional!"
"Honhonhon, jadi penasaran festival seperti apa yang akan kita jarah selanjutnya. Dan sepertinya, kejadian kali ini tidak mudah dilupakan."
"Pokoknya, kita harus berhasil aru! Dan aku tidak mau jadi korban lagi! Oh ya kalian harus membayar atas apa yang terjadi padaku di festival kemarin aruuu!"
"Ah sudahlah, akan ke mana kita selanjutnya!" kata Antonio mengakhiri argumen kawan-kawannya, melebarkan peta khusus yang ternyata setia dibawanya. Peta dengan legenda berbagai festival Intenasional yang akan diadakan selama setahun penuh.
Pada akhirnya, para penjarah festival kembali melakukan keahlian mereka. Para penyidik—detektif pun kembali menuai tugas, dan Ivan...
"Aku tidak pernah berkhianat da. Sembarangan saja si Alfred itu kolkolkol."
THE END.
Catatan Akhir: OH YES! INI ABAL! #buangdiri. Maafkan atas kejelekannya, karena tidak ada sesuatu yang sempurna 0.0
AYO RAMAIKAN IHAFEST! #dilemparbotol.
= Cantiere Internazionale d'Arte: Festival Opera Internasional di Roma
= International SciRobo Festival, Festival Muscovite, dan Festival Rodeo di sini hanyalah imajinasi author belaka setelah gagal menyadur.
= Victory Day: Hari libur di Rusia, setiap tanggal 9 Mei dalam rangka memperingati kemenangan Rusia atas Nazi di Great Patriotic War. Orang-orang biasanya merayakan dengan memakai pakaian militer =)
= Perang di sini maksudnya Cold War,
= Ya, kalian melihat robot beroli dari lemak nabati. Sebenarnya sih yang betul itu ada taksi yang memakai oli lemak nabati, tapi tidak apa-apa kan kalau saya ganti sebagai robot?
= Samovar: Buah tangan Rusia berupa semacam pemanas air. Ushanka dan papaha: Suvenir berupa topi-topian.
= REVIEW PLEASH! Terserah mau isinya flame, fangirlingan, kritik hingga saran~*bow*
REVIEW-TTE KUDASAI! :3
