Valbifleur FF Family presents
THE LIFETAKER
.
.
Original Story
by valbifleur
.
.
Main Cast : Byun Baekhyun, Park Chanyeol, Lee Gong Yoo, Wu Yifan.
.
Rate : M
.
Special thanks to YuriMasochist and Sasnithas
.
Disclaimer : This story is belongs to the author under the protection of Valbifleur FF Family. Rewrite, repost, SIM are crimes. There will decisive action for it. Contain harsh word, unsual action scene and adult scene. Be a wise reader.
Follow our base at Valbifleur FF Family, and Wattpad on valbifleur
Enjoy
.
Chapter Thirty Six
Crimes have been a tumor in each inch of world life, till there is no chance to sorrow every death.
Kejahatan telah menjadi sebuah tumor di setiap inci dari kehidupan dunia, hingga tidak ada kesempatan untuk menangisi setiap kematian.
The Lifetaker
Some say that love isn't fair, but they don't know you and me. And when they tell me that love doesn't last that long, that is the time i turn around to look at you. Because it is okay if you close your eyes for we've traveled so far you're still close to me. Through the peaks and valleys you're not gonna be alone, and when the world upside down you'll find out i'm there forever. Guaranteed with the bloods, for anytime i feel afraid i can only look at you.
Ada yang berkata bahwa cinta tidaklah adil, namun mereka tak mengenal aku dan dirimu. Lalu saat mereka bicara jika cinta tidak akan bertahan lama, saat itulah aku berbalik untuk menoleh padamu. Karena itu pejamkanlah matamu sebab kita telah berjalan jauh dan kau masih bersamaku. Melewati berbagai puncak serta lembah kau takkan pernah sendirian, juga ketika dunia berubah terbalik kau akan tetap melihatku di sana selamanya. Dijanjikan dengan darah, atas tiap ketakutan yang kudapat maka aku hanya akan mampu memandang dirimu.
A/N : Bagian ini terjadi setelah Baekhyun dilepaskan dari interogasinya dan terdapat dialog antara Baekhyun dengan Gongyoo yang telah dijelaskan di dalam novel.
"Baekhyun, aku mohon jangan lakukan apapun dan kembali ke rumah. Kita bisa membicarakan ini dengan cara yang lebih baik, Bogum juga tidak akan menyukainya jadi tolong jangan lakukan apapun‼"
Dia melempar wajahnya ke arah lain seolah pria di balik telepon itu mampu menemukan genangan air di pelupuk matanya. Baekhyun bergerak gelisah menyadari tak ada hal lain yang tersisa sebagai benteng pertahanan untuk menyembunyikan luapan emosi penghancur batin itu, meremat semakin kuat ponsel kecil di salah satu sisi telinganya sebagai pelampiasan sementara dukanya pantang untuk terdengar.
"Paman," kalimat terputus, pria tersebut menjauhkan ponsel untuk mendapat lebih banyak oksigen sebagai penguat suaranya sebelum menyibak kasar rambut dan lewat usahanya membersihkan tenggorokan Baekhyun kemudian merespon. "Penuhi permintaanku"
"B-Baek—"
"Surat kepemilikan toko musik sudah kuletakkan di atas meja dalam kamar, segeralah jual tempat itu dan gunakan uangnya terutama untuk membayar uang sekolah Bogum. Alat musik di dalam sana sudah menjadi milik seseorang dan dia akan datang untuk mengambilnya setelah mengatur pertemuan dengan paman karena aku sudah memberikan nomormu. Lalu jangan pernah tunda waktu pensiunmu, kau mungkin tidak tahu tapi Bogum selalu memperhatikan pola hidupmu yang tidak baik itu. Jangan pernah tinggalkan sarapan dan makan siang, habiskan ikan beku di kulkas yang telah kubeli beberapa waktu lalu. Natal akan segera datang jadi bisakah kau membeli mantelmu yang baru? Itu sangat tidak sesuai dengan isi dompetmu." Baekhyun tidak membiarkan yang lebih tua membalas ucapannya sekalipun telah beberapa kali sanggahan terdengar.
"Untuk Bogum, bisakah kau menunjukkan padanya tentang isi kotak itu? Well, setelah kupikir akan menyenangkan untuk diingat paling tidak oleh seseorang. Dan dia juga harus mengetahui kebenarannya."
"Baekhyun aku tidak me—"
"Hanya penuhi," cairan bening tersebut telah jatuh turun di sepanjang permukaan pipinya, diikuti pasang manik terpejam si mata hazel melanjutkan kalimat serupa bisikan itu. "Bagaimanapun itu, apapun yang telah kau sembunyikan tentang hidupku, aku akan melupakannya. Karena aku mengerti bagaimana cara yang kau gunakan untuk menyayangiku." bibir terbuka memperdengarkan sesak dari bagian dalam dadanya, Baekhyun bahkan tak lagi ragu terisak sementara Gongyoo nyaris benar-benar terdiam di seberang sana.
"Sama seperti aku pada Bogum, kau hanya tidak mampu menunjukkan semua itu. J-jadi bisakah, untuk sekali lagi kau merawat seseorang yang serupa denganku? Kau b-boleh memarahinya tapi, tapi jangan lakukan hal yang sama dengan semua kesalahnku." Tersenyum sedikit, Baekhyun memaku mata ke lantai. "Darimu aku mengetahui betapa penting kasih sayang itu ada, maka biarkan aku yang membayar semua ini."
Dialog itu baru saja diulang kembali dalam kepalanya, turut mengiring denyut bagi seorang pria yang tengah menyaggahkan tubuh pada salah satu sisian dinding di balik bahu. Bersandar sebelum melepas napas lelah, pasang maniknya naik memghadap langit-langit penuh oleh lingkar lensa kamera CCTV lorong gedung tersebut.
Baekhyun kira ini semua lebih mirip mimpi buruk sementara awalnya ia pikir dirinya takkan lagi berakhir di tempat permulaan semua penipuan tersebut datang. Tentang masa lalu yang palsu, ingatan terkubur dalam-dalam, serta obsesi gila Kris. Si surai hitam tertawa miris.
Dua jam terhitung berlalu setelah Baekhyun meninggalkan ruang tersembunyi dalam kantor Kris, masih dengan posisi sama juga turut membawa bekas ikatan tambang pengunci gerak dirinya di sekitaran lengan saat salah satu penjaga datang dan membawa Baekhyun pergi dari sana. Si mata kacang baru saja membersihkan tubuh dengan waktu yang terbuang banyak untuk melamun tetapi permukaan tangan Baekhyun tak sekalipun lepas dari perut mulai menggembung itu.
Sisa-sisa hal yang dapat ia lakukan untuk menguatkan dirinya, bahwa Baekhyun masih memiliki tujuan untuk tetap bertahan hidup daripada menelan sabun di dalam sana dan berakhir mati.
Kini tangannya kembali pada posisi tersebut, lewat sedikit hembus udara dirinya berbisik tipis seolah tak ingin sekalipun mengganggu lelap tidur bayinya.
"Bagaimana ini?" Dua alisnya menyatu dalam getar. "Saat aku mulai menginginkan keberadaanmu, semuanya justru kembali seperti semula.."
Baekhyun bersumpah bahwa keadaan di dalam sana tidak jauh lebih baik dari dalam pikirannya, sehingga tepat saat tubuhnya kembali tegak untuk menghampiri salah satu kursi ia justru menemukan seseorang yang saat ini dipastikan begitu membencinya.
Seseorang yang dapat memutar arah perjalanannya.
"SEHUN!"
Tersentak berhenti dalam langkahnya Baekhyun segera datang melalui kaki setengah terseok, kram akibat tindak interogasi Kris juga membawa ringisan mempertegas keadaan janinnya. Pria berkulit pucat di sana jelas nampak terkejut seperti setiap saat mereka saling mengenal, dimana pandangan yang sejak dahulu Baekhyun peroleh darinya telah terkubur begitu dalam di balik manik hitam tajam tersebut. Namun dia masih bergerak, hingga beberapa saat yang begitu melelahkan si surai hitam benar berhadapan satu sama lain.
"A-aku..h-hosh..Se-Sehun.."
"Apa yang kau lakukan di sini"
Terlalu dingin, Baekhyun telah menduganya. "Kris, dia menculik Bogum dan—" Kedua matanya melebar, Baekhyun membuang wajah pada sisi lain mereka sebelum lagi bicara. "Keponakan Paman Lee yang juga tinggal dengan kami, bajingan itu membawanya kemari untuk menjebakku!"
Pasang kelopak runcing milik yang lebih tinggi nampak kian menyipit serupa belati menggangu tumbuhnya tameng kebohongan itu, besar usaha yang Sehun beri untuk menggali namun Baekhyun hanya tetap menatap matanya sampai pada beberapa detik si tertua mendapat suara tawa yang begitu berat.
Sehun baru saja merendahkannya.
"Bahkan dalam saat seperti ini kau masih berusaha untuk berbohong padaku" decih mengawali perginya tatapan Sehun menuju langit-langit, wajah yang seharusnya Baekhyun hantam karena nada bicara yang begitu arogan justru berakhir menyisakan Baekhyun dan rematan buku-buku tangannya.
"Keponakan tuan Lee? Apa dia terlihat seperti itu karena kau mulai menjadi salah satu dari anak tuan Lee? Atau," intonasi memberat mencetak semakin banyak jumlah urat di sekujur tubuh menahan ledakan itu. "..karena dia adalah anak kandungmu yang kau tinggalkan pada keluarga pemungut sampah sejak lahir, dan seolah tanpa sengaja membawanya tinggal bersama?"
Sehun mengetahui jika Baekhyun yang diberi peluru sekalipun takkan bisa membunuh dirinya, tidak ketika pria bersurai hitam kusut serta sesuatu yang menonjol di bagian perutnya telah datang untuk cukup menahan Baekhyun. Sehun hanya menarik salah satu sudut bibir dengan tangan berlipat, "Dan sepertinya sejarah baru saja akan terulang kembali. Aku hanya sedang berpikir mana yang tepat, untuk berduka atau justru senang karena tindakanmu akan terjadi pada keturunan iblis, seorang mafia."
Baekhyun masih diam, secara mengejutkan tak bereaksi bahkan hingga perkiraan paling rendah yang pernah Sehun siapkan untuk terjadi.
Karena pria itu tidak menduga sosok bertubuh kecil dengan segala kekerasan hatinya tersebut justru akan menangis tanpa satupun peringatan.
"Kau mengucapkannya dengan sangat baik ketika aku hampir melupakan milik siapa seseorang di dalam sini.." sebelah telapak Baekhyun mendarat setelah gemetar dari tubuh yang nampak begitu lelah itu. "Tetapi keturunan dari iblis sekalipun bukankah mampu tetap hidup karena Tuhan menginginkannya? Bayi ini masih ada karena aku telah dikutuk untuk tetap menjaganya, Oh Sehun.."
Untuk wajah basah yang kini jatuh tertunduk bersama usahanya menelan ludah, sesak justru bermuara di sekitaran jantung Sehun yang kian kencang berdetak.
"Apa mungkin sesuatu akan berbeda jika saja aku membunuhnya malam itu?" Baekhyun jelas terisak singkat lalu menggeleng. "Tapi jika aku melakukannya maka Bogum tidak akan pernah mengenal ayahnya. Aku tidak akan paham berapa besar artinya dalam hidupku, bagaimana cara paman melindungku, bahkan melihat dirimu bahagia bersama Luhan.." sipitnya terpejam melepas jatuh limpah rasa sakit lewat tetes ratapan tersebut. "A-aku tidak akan pernah mengerti rasa sakit dari kehilangan itu semua"
"Dan kau pikir air matamu dapat memperbaiki sesuatu?"
Dia lagi menggeleng dalam dongakan, "Aku hanya tidak paham mengapa setelah semua ini aku seperti tidak kehilangan apapun"
Sudut dari dari pucat sosok jangkung itu berlipat tipis, Sehun samar memiringkan kepala demi lebih banyak ucapan Baekhyun.
"Aku masih memilikimu untuk melakukannya"
Dua detik untuk kesimpulan yang ia raih sendiri sebelum Sehun mengambil satu langkah mundur, "Tidak"
"Kau bahkan memahami ini lebih mudah, Se-"
"AKU BILANG TDAK! TUTUP MULUTMU, BYUN BAEKHYUN!"
"AKU BUKAN BYUN BAEKHYUN!" Balas teriakan dari yang lebih tua justru memancing eratnya tarikan rahang si kulit pucat sementara Baekhyun menghela napas kuat-kuat dalam lemparan arah wajah. "Ada ratusan orang di dunia ini yang tahu tentang hal tersebut, puluhan orang yang mengakui ketakutannya untuk tetap diam tapi tak satupun alasan datang agar semua ini dapat berhenti hidup! Karena kita semua begitu sadar selalu ada harga tertinggi yang perlu dibayarkan, dan saat aku bisa memberikan itu apa aku tak mampu membuat mu membantuku penebusannya? Aku bisa bersumpah, di saat hanya kita berdua yang tahu tentang ini sekalipun maka bukanlah kau yang akan menyerahkan nyawamu.."
Sehun menggeleng lebih banyak bersama seruan yang begitu keras, "Hentikan, BERHENTI MENGUCAPKAN OMONG KOSONG!"
"Sehun," Baekhyun datang lebih dekat pada pria itu, menggulirkan arah matanya ke seluruh tubuh Sehun saat ia telah meremat kedua lengan tersebut seolah itu merupakan hal yang teramat baru ditemuinya. Senyuman menjadi pengantar satu lagi baris air mata yang terjatuh, "..kau masih memiliki Luhan dan calon bayi kalian. Tapi aku, mereka semua telah menutup pintunya untukku. Termasuk bayi ini yang akan terlahir untuk membenci ibunya dengan sangat besar."
"Aku tidak peduli jadi tutup mulutmu! Mengapa kau belum juga sadar bahwa ini terjadi kau yang begitu egois? Dia membunuh anakmu atau tidak itu karena semua perbuatanmu jadi bagaimana mungkin kau berpikir bahwa aku akan mengikuti semua keinginanmu, sialan?!" Sehun berteriak keras mengabaikan sedikit lagi kemarahannya yang mampu melayangkan pukulan pada wajah Baekhyun. Dia mendesis rendah membawa setiap urat yang mampu nampak begitu meremat kerah kaus si mata hazel. "Kau tahu betapa menjijikannya dirimu bagiku saat ini? Aku bahkan tidak mengerti mengapa lidahku masih mampu mengucapkan namamu."
"Tapi dia akan membunuh semuanya termasuk Luhan dan kau hanya akan menjadi gila saat teringat semua yang aku ucapkan sekarang. Satupun hal ini tidak lagi bisa kau lakukan karena kesempatan itu sudah ikut mati begitu kau menolaknya.." tertawa pelan lewat gurat merah serta bengkak kantung mata Baekhyun kian menyulut ledak dalam diri Sehun.
"..dan saat itu kau baru sadar bahwa kau sudah membayar lebih mahal untuk sesuatu yang tidak pernah kau lakukan."
Itu semua terdengar amat masuk akal sehingga yang Sehun lakukan hanyalah melepas rematannya sekalipun sipit tajam tersebut belum beranjak menjauh. Gumpal pertanyaan ditahan dalam benak seorang diri ketika jawaban dari setiap kemungkinan merupakan 'ya' juga ikut memancing lebih banyak kemarahan.
Seseorang mengatakan bahwa Sehun bisa kehilangan sangat banyak hal. Namun mendengar semua itu jauh lebih ringan daripada melihat apa yang telah terjadi pada Baekhyun saat ini. Sehingga pria itu perlahan menarik pergi rematan tangannya, gulir bergerak seolah mata pria yang lebih muda baru saja dibebaskan dari kegelapan begitu Sehun tersentak karena pucat raut wajah Baekhyun.
"Masih ada dua, Sehun. Tapi aku hanya dapat menyelesaikan satu.." dirinya tersentak begitu sebelah tangan Baekhyun menjangkau telapak Sehun yang jatuh di samping tubuhnya. Tulang jari begitu jelas terasa, Sehun melepas udara terputus sesaat jantungnya mulai ditempa begitu kuat.
"Tetapi kau bahkan tidak mengatakan apapun saat melihatku dengan Chanyeol malam itu, kepada paman sementara Kris sekalipun kau mampu melakukannya. Jadi siapa lagi yang mampu mendapat lebih besar rasa percaya ku?" Baekhyun
"Kau sudah sangat mirip dengan orang gila" dia menggeleng samar sebelum berpijak lebih jauh beberapa langkah. "Membiarkan dirimu berada dalam permainan bajingan itu lebih lama dan tak sekalipun mendengar ucapanku. Kasus bahkan sudah ditutup tapi mengapa kau berpikir lebih mampu menghadapinya dan memutuskan untuk masuk, kau bahkan-" usapan kasar di dahi sementara Sehun menunduk disertai tekanan suara yang turun memohon.
"..apa kau mencintainya, hyung?"
Decih tak terhenti untuk datang dari Sehun ketika dirinya menemukan Baekhyun mengakhiri kuncian mata mereka, bahkan setelah sekian lama pria berkulit pucat itu masih merasakan sesuatu yang baru saja diruntuhkan tanpa sisa dari dalam hatinya.
Hingga sekalipun tubuhnya didorong paksa, membuat punggung kecil tersebut menghantam dinding cukup kuat untuk didominasi, Baekhyun tak melakukan apapun. Atas pasang bibir lain yang menimpa bibirnya sendiri dia tidak menunjukkan perlawanan, untuk ciuman panjang dari seseorang yang seharusnya hanya boleh membenci Baekhyun, dia justru ikut melingkarkan kedua lengannya di balik tengkuk Sehun untuk pagutan yang lebih dalam.
Keduanya tidak cukup mampu mengetahui bahwa Luhan telah berdiri di balik salah satu pilar dengan sebelah tangan menutupi benjolan di perutnya sebelum berlalu pergi.
.
.
(A/N Adegan ini terjadi setelah dialog antara Baekhyun dan Namjoon di ruang senjata, hanya dijelaskan dalam novel)
"Untuk satu kali saja, Baekhyun. Apapun yang berada di dalam kepalamu saat ini, aku memintamu untuk jangan pernah berpikir melakukannya. Kau bukan mengenalnya dalam hitungan bulan tapi dia bahkan memegang napas putramu saat ini jadi aku mohon, setelah semua perkataanku hanya selesaikan semua ini dengan cepat dan kembali ke divisi setelah menutup misi. Kau paham?"
"Hyung," tubuhnya yang masih membelakangi Namjoon terlihat melepas sedikit napas dengan bahu yang bergerak turun pelan namun tak ada hal lain untuk membaca isi pikiran sosok paling muda di antara mereka. Sekali lagi Baekhyun berbicara sebelum membawa kedua kaki memasuki belakang minibus sebagai media perjalanan misinya.
"Kau bahkan sudah memanggilku sebagai Baekhyun, bukan B. Itu seharusnya sudah jelas bahwa aku bukan lagi bagian dari kalian, termasuk diam untuk mengikuti perintah siapapun termasuk dirimu."
Pintu perlahan dibanting menuutp oleh pekerja di sekitar mereka, tidak lagi menampakkan raut wajah pria bersurai hitam di balik pakaian hitam tersebut hingga suara mesin terdengar.
Layaknya ucapan selamat tinggal, pergerakan mobil tak juga membawa Baekhyun dan atensinya pada sosok tinggi yang masih mengamati kepergian truk misi tersebut. Pintu akses keluar The Black Mass turun sepenuhnya, diikuti kuncian lantai yang berakhir menghapus jangkauan pandang.
Perjalanan mengambil seluruhnya keheningan yang pernah Baekhyun miliki selama ia hidup. Saat tak seorangpun dari 4 anggota divisi lain ikut bersama dengannya dalam minibus tetapi Baekhyun bernapas seolah dirinya merupakan satu-satunya. Tidak ada kedip juga ketuk jari, bola mata kecil tersebut diberi pada permukaan hitam yang dipijak olehnya sementara Baekhyun duduk pada salah satu sisi mobil. Hanya suara decit ban serta guncang pemicu gesek antar benda yang belum juga mampu mengusik mantan anggota Lifetaker tersebut, dirinya berpaling menumpu dua lengan di atas paha dengan telapak menyatu. Ujung jari-jari menekan dahi tengah dalam pejaman mata, surai yang masih dibiarkan jatuh itu secara tegas menyatakan bahwa tak satupun hal mampu mengganggu Baekhyun hingga dirinya harus meninggalkan kendaraan tersebut.
"Untuk 19 tahun lalu saat semua mata hanya tertuju pada kota Daejeon. Kau, Park Chanyeol, dan keluargamu yang hidup atas darah kriminal itu, kalian sungguh membuatku muak.."
Belum sekalipun dirinya memberi balas atas ucapan tersebut namun Kris lagi datang dengan kalimatnya. "Seorang ahli waris yang dibiarkan hidup tidak pernah sekalipun melahirkan bayangan masalah yang mungkin terjadi. Seseorang yang sekarat seperti sampah malam itu, seharusnya tetap berada di sana sampai mati ketika aku melihatmu saat ini."
Begitu menikmati terhapusnya segala ekspresi dari wajah Baekhyun, Kris seolah benar menghapus kesempatan si pria dalam ikatan tali itu untuk sempat mengerti sesuatu dengan akal sehatnya.
"..karena bayi predator akan tetap membunuh untuk bertahan hidup. Dan kau, Park Baekhyun, akan tetap menjadi seorang pembunuh bersama darah keluarga kotormu di dalam sana. Ucapan semua orang belasan tahun lalu memang benar, jika putra dari Jung Mirae dan Jessello Park bahkan tidak akan membiarkan satupun anak burung untuk bernapas di depan matanya."
Baekhyun tertawa. Sebuah kekeh pelan yang berkembang menjadi gelegar ledak tawa dari carrier yang amat kelelahan itu ikut membawa kebisuan dari sosok lain dalam ruangan tersebut sekalipun arah matanya masih sama. Kris menatapnya dengan raut serupa sekalipun suara tawa tersebut mengeras, untuk terdongaknya wajah Baekhyun ke langit langit sambil terpejam hingga kulit pipinya memerah, bibir terbuka lebar bersinggungan dengan kerutan di sekitar area mata atas hal yang dianggap sebagai salah satu kebohongan terbaik dalam hidupnya. Menit berlalu panjang membiarkan suara tersebut datang tanpa gangguan, bahkan ketika cairan bening telah tumpah dari pelupuk matanya dalam tawa tersebut Kris tak sekalipun menunjukkan responnya.
Lalu mereka kembali saling menatap begitu Baekhyun terengah-engah, berkedip ketika bola matanya tak lagi menahan lonjakan tangis untuk datang tetapi dia masih tersenyum. Lengkung bibir itu bergetar dalam kuncian pandang mereka, hingga melalui lebih banyak detik terbuang dalam sepi itu si surai raven menggeleng sambil mengernyit sebelum meledakkan lagi emosinya.
"Aku bersumpah, Wu Yifan, bahwa kau hanya akan mati di tanganku. Bahwa itu akan terjadi bahkan sebelum ikatan tali ini terlepas, jadi segera katakan.." sekali lagi tawa tersebut datang sebelum wajahnya berkerut menahan kuat-kuat amarah yang terus memberontak sementara pasang matanya berkedip tak teratur karena sesak tanpa penyembuh. "..cepat kau buka mulut sialamu itu dan katakan padaku. Tentang s-siapa aku," menarik napas begitu berat hingga rintihan di ujung tenggorokannya terdengar ketika kepala itu tertunduk untuk membiarkan dirinya meratap beberapa saat dalam isak terpendam hingga lagi memaksa serak suaranya. "..j-juga bagaimana bisa seserang terdengar seperti namaku tapi, tapi dia memiliki m-marga mafia itu.."
Baekhyun menemukan akal sehatnya telah menyerah atas keadaan tersebut hingga dia melihat sedikit kerut pada wajah Kris setelah bentuk persetujuan itu. Tidak ada yang berpikir bahwa dirinya akan berada pada posisi ini, membuka pintu bagi salah satu keinginan Kris yang justru berakhir mirip dengan permohonan terakhir Baekhyun sebelum mati.
"Kau memintaku tidak menutupi apapun, Baekhyun. Aku pikir tidak ada alasan untuk menghentikannya."
Malam tersebut dilihatnya begitu gelap, jauh lebih kelam dari apa yang Baekhyun sadari dalam hidupnya. Setengah membungkuk di atas kursi panjang sisian minibus ditemani pandangan yang setia pada kaca menampampakkan tarian pepohonan bersama angin di luar sana.
"Dua hari sebelum malam natal 19 tahun yang lalu, sumpah ini tidak mengizinkan seorangpun kembali menuju rumahnya dan menyalakan satupun lampu di halaman mereka. Salju menguasai jalanan sementara ratusan rumah dibiarkan redup menggambarkan dinginnya hati setiap orang yang justru berkumpul mengotori sebuah bangunan besar di sudut tebing. Sudut-sudut bangunan hanya menyisakan patah kayu serta api belum padam menghias tembok penuh lubang bekas serangan peluru. Gerbang penjaga justru menghalangi tubuh tanpa nyawa para guards dari sentuhan burung pemakan bangkai, darah menjadi alas penyambut datangnya unit-unit polisi pada halaman mansion yang lebih banyak ditempati mayat daripada helai rumput. Tidak ada lagi kemegahan dan rasa hormat, semua orang yang melihat bangunan itu justru mengira salah satu bagian neraka baru saja turun menghuni bumi."
Kris menarik kursi dan terduduk tepat di depan Baekhyun, lagi meneruskan kata-kata tak mengharap jawaban. "Melihat tiap wajah yang selalu berada di halaman depan daftar buronan kami telah tak terselamatkan karena tembakan telah lebih dulu mengusir nyawa mereka, darah menyembur hingga menutupi identitas namun aku takkan mungkin melupakan bagaimana lekuk daun telinga salah seorang yang juga kutemui di sana.." dirinya melihat Baekhyun yang hanya menarik napas memaksa bibirnya rapat menutup sehingga Kris menipiskan suaranya. "..dalam keadaan yang tidak lebih baik. Enam tembakan, apa yang aku tebak mengawali kekacauan tersebut menembus tepat ruang jantung. Tiga dari mereka di sekitaran perut tertutupi kemeja penuh darah, satu di perpotongan lengan, dan satu pada belikatnya. Seorang pria 58 tahun berakhir sendirian di atas lantai yang begitu kotor sementara dirinya selalu memiliki penjaga yang takkan membiarkan hal itu terjadi merupakan alasanya, atas satu wajah yang selalu kabur dari hukumannya, di hari itu kami semua bahkan menolak tiap kiriman kado natal karena berita kematiannya"
Sebuah kertas ditarik keluar dari setelan tubuh itu dan Kris menikmati pergerakan mata Baekhyun yang begitu menyerah dalam tindakannya saat ini.
"Mafioso, kepala keluarga Park, perintis The Civic's 9. Pemimpin gerbong besar penjualan narkoba, senjata terlarang ilegal, Jessello Park, Park Juno. Puluhan tahun pengejaran berakhir malam itu, siapa yang mampu membuat malam natal kami lebih baik lagi?"
Kembali, Baekhyun menangis di hadapan seseorang yang menyeretnya masuk dalam lingkar kehidupan palsu itu dan meraung begitu keras. Sesuatu yang besar baru saja didorong jatuh untuk hancur dalam permukaan hati pria itu tepat ketika dirinya menemukan gambaran seorang pria paruh baya berwajah Latin terhias setipis senyum tengah berdiri bersama seluruh kekuatan yang berkumpul hingga ke ujung sepatunya. Dia mengenakan setelan hitam gelap serta dasi maroon tenggelam di balik kemeja menghadap ke arah alat potret, salah satu tangan dalam kantung sementara lainnya bertumpu mendominasi bahu seseorang juga berada di dalam sana.
"T-tidak…" dia menggeleng menjorokkan tubuhnya ke arah foto itu dengan mata menyipit penuh air mata hingga urat leher itu nampak jelas disertai kulit memerah penuh peluh. "I-itu tid-d-dak..ITU BUKAN DIA, KAU GILA‼‼!"
Ratapan Baekhyun mengeras saat netra buram itu menangkap potret seorang yang lain, begitu cantik dalam gaun biru berlian yang menunjukkan bagaimana pahat tulang belikatnya hingga kebahu. Helaian surai disanggul ke atas seolah mengatakan tak seorangpun yang dapat mengklaim bahu tersebut selain tangan Park Juno, mafia itu, namun apa yang membuat Baekhyun mulai menampakkan tanda bahaya dengan melompat berontak dari ikatan tubuhnya merupakan senyum indah pada bibir berbalut poles lipstik merah darah itu.
Korneanya berwana cokelat kacang familiar, sipit kelopak serupa bulan sabit tersebut tidaklah menutup namun Baekhyun menemukan hatinya diremas begitu kuat atas kebahagiaan di dalam sana. Wanita tersebut duduk menyamping dengan kedua tangan di atas pangkuan menyinari gambar lebih dari lampu kamera untuk diabadikan, dan saat Baekhyun menemukan bagaimana rupa cincin yang melingkar di jari tengah sempurna itu dia hanya menjatuhkan kepala dan menangis dalam tundukan.
"Kami menyimpan foto ini untuk menekankan apa yang telah hilang darimu, dan itu terjadi hari ini. Saat kau perlu untuk mengetahui segalanya, kau seharusnya tidak bodoh dengan jatuh dalam permainan mafia itu.."
Merupakan sebuah cincin dengan dua lingkar silver dan dua lingkar hitam dihiasi batuan kecil yang berkilau pada bagian tengah, perhiasan terlalu serupa dengan sebuah benda yang diacungkan oleh seorang pria di hadapannya tepat saat Baekhyun selesai mengantar Jisoo dalam pemakaman.
"Jika bukan karena malam itu maka kau akan menemukan mereka tersenyum padamu sebagai keturunannya yang mungkin akan menyelamatnya nyawa mereka. Bukan untuk berakhir di malam penyerangan itu. Buka matamu, Park Baekhyun, kau bahkan sudah mengandung keturunan dari penyebab kematian orang tuamu.."
Cincin yang dipakai Chanyeol untuk mengikat dirinya dan membuat Baekhyun memepertahankan benih mafia tersebut, bahkan nyaris benar-benar menyerah dan berakhir dalam pelukan Chanyeol sampai mati.
"Dia adalah yang bertanggung jawab atas kehidupan ini, Baekhyun. Untuk kehilanganmu yang pertama bahkan pertemuan dengan Taeyeon dan lagi kepergiannya, identitas palsu dan rekayasa dalam 20 tahun terakhir bahkan atas keberadaan satu-satunya orang yang begitu kau hormati sampai saat ini"
Getar tak menghentikan Baekhyun kembali mengadahkan kepalanya, dalam gerak terpatah-patah si mata kacang yang kehilangan ribuan kata balas itu benar-benar tak dapat membalas apapun pada Kris.
"Lee Gongyoo, Ketua Tim Kepolisian itu, kau pikir bagaimana caranya dia berakhir menjadi seseorang yang kau panggil sebagai paman jika itu bukan atas perintah Chanyeol untuk terus mengawasimu?"
Baekhyun kehilangan kesadarannya setelah baris kalimat terakhir dari pria tertua di sana.
"Aharon ataupun Chanyeol, tidak pernah menghindar sekalipun dia melihat Ketua Lee, bukan?"
.
.
4 hours before the mission
'Incomming Call from Chief Lee'
Sehun dalam perjalanannya melewati lorong Divisi Lifetaker begitu dering ponselnya menghentikan langkah pria tersebut. Dia tidak benar-benar yakin atas apa yang membuatnya begitu tersentak atas bunyi benda pipih itu hingga gelas kopi di tangannya menumpahkan beberapa cairan isi. Mengumpat singkat dan dengan kasar menarik ponsel, kerut dahi anggota Operator tersebut menunda sebentar gerakannya untuk mulai berkomunikasi dengan sosok di balik panggilan itu.
"Halo?"
"Sehun, ada di mana kau sekarang?"
"Aku sedang bekerja, tuan. Apa ada sesuatu yang terjadi?"
"Ini..a-aku ingin mengatakan sesuatu padamu. I-ini tentang Baekhyun,"
Sehun refleks memutar kepalanya seolah pria itu baru saja melihat apa yang telah terjadi, tentang pertemuan si kulit pucat dengan Baekhyun beberapa saat lalu. Dia membersihkan tenggorokannya dan berusaha menahan suara sebelum lagi membalas kalimat itu, "Baekhyun? ada apa dengan Baekhyun?"
"Aku pikir kita perlu bertemu. Kau perlu melihat sesuatu yang penting sekarang juga saat aku pikir ini bahkan sudah sangat terlambat."
Niatnya untuk menarik napas tidak lagi ada, Sehun membeku seolah Gongyoo tengah bicara tepat di depan wajahnya.
"Percaya atau tidak, apa yang aku katakan pun ada kaitannya denganmu dan semua orang yang kau kenal di dalam sana. The Black Mass tidak sesederhana itu, Sehun. Kris bahkan tidak menggunakan namanya yang asli, dan aku pikir keparat itu telah melakukan sesuatu pada Baekhyun."
"Tapi tuan, a-aku pikir diriku tidak bisa menemuimu hari ini. Tidak, m-maksudku mungkin kau memang benar bahwa apapun yang tuan temukan sudah sangat terlambat untuk kuketahui" Sehun menelan liurnya kepayahan dengan perih karena lamanya bungkam mereka. Mata tajam itu perlahan meredup dalam gulir gelisah sementara dirinya jelas menangkap suara tercekat napas Gongyoo.
"Oh Tuhan, j-jangan katakan—"
"Ya," menjambak surai dan menyiksa diri, Sehun kembali teringat akan raut berduka Baekhyun serta ciuman yang baru saja mereka lakukan sebelum pria kecil itu membisikan satu permohonan terakhir dalam jumpa yang bisa saja ikut mengakhiri kesempatan temu mereka. Dia mengutuki kebodohannya atas perasaan curiga tersebut.
Dua tugas terakhir, Baekhyun untuk pertama kalinya memohon sambil menangis sepanjang mereka saling mengenal.
"Paman," jawabnya lirih, teramat berat. "B-Baekhyun akan melakukan misi itu malam ini, dan aku adalah orang yang ia minta menjadi operatornya."
.
.
Baekhyun meremat kepalanya sendiri begitu sebuah goncangan terjadi pada mobil. Pria tersebut meremat pinggiran kursi yang ditempatinya sebelum mendesis keras, kedua mata terpejam disertai bahu naik turun cepat.
"Apa kau baik, B?"
"Ya, ya.." Baekhyun mengangkat sebelah tangan menghalangi sentuhan dari salah seorang yang ikut berada di dalam sana. "Aku oke, terima kasih."
Pria lainnya di sana mengangguk sekilas dan beralih kembali mundur.
"Sudah di mana lokasi kita?"
"Tujuh ratus meter dari black pearl, B"
"He's not a black pearl," Baekhyun membalas tatapan rekannya. "Just an asshole that'll die in my hand"
Tepat setelah tubuhnya bersandar dalam pejam mata, dunia carrier itu kembali berpindah.
"Jeno dan Jung Mirae merupakan pasangan yang cukup besar di wilayah kelahiran mereka. Daejeon, Park Jeno atau Jessello Park sebagai putra hasil pernikahan pria Korea dengan wanita Italia itu mulai merintis kekayaannya lewat perdagangan senjata ilegal dan perlindungan dimulai dari rakyat paling kecil hingga memperoleh kepercayaan para pemimpin. Dirinya, secara mengejutkan dipercaya oleh masyarakat di sekitar mereka sebagai tempat mengadu penuh belas kasih, yang kemudian ikut menyeret orang menembus batas negara mereka hanya untuk menemui seorang Jeno. Dia tidak pernah mengecewakan, tidak kecuali bagi pihak yang menjadi musuhnya."
Cerita itu datang begitu mudah dari lidah Kris sementara wajahnya terangkat ke atas, bak meminta bantuan udara untuk membuka ikatan buku memori yang penuh oleh debu tersebut.
"Menjangkau gemerlap karir teramat sempurna dalam waktu singkat, dia mulai tertarik dalam dunia kasino, kavling perjudian tapi dia begitu membenci prostitusi. Kemudian klab pertamanya berdiri, tempat pendosa berkumpul namun tanpa sekalipun kesempatan untuk meniduri salah satu pelayan atau pekerjanya dengan tingkat pengawasan tinggi. Tapi orang-orang menyukai itu, The Cloud 9 nampak sama sekali tak diizinkan untuk tidur hingga puncaknya saat seorang pengedar narkoba berhasil menemui Jeno dan menawarkan satu lagi pintu uang bagi sang pengusaha kotor. Dunia seperti begitu ramah padanya, dan Jeno secara resmi disebut sebagai mafia paling bersinar di Korea saat itu. Dia tidak melayangkan tagannya pada sembarang orang yang membuat Jeno serupa pisau dalam wajah malaikat, orang-orang berpijak seperti daun pada batang padanya, dia membuat semuanya bahagia layaknya pertemuan dengan Tuhan dalam keadaan hidup tidak lagi mustahil karena keberadaannya. Sangat mencolok, terjadi banyak pertarungan antar kelompok tetapi Jeno sama sekali tidak terjangkau bahkan untuk sekedar mengendurkan senyumnya di depan kamera. Dia menyapa para Hakim dan Jaksa begitu ringan bagai teman masa kecil, polisi menarik lebih dulu kursi baginya untuk duduk sebelum diri mereka sendiri. Lalu putra mereka, apa yang begitu diharapkan seorang pemegang tahta kemudian lahir dan mnejerit sangat keras. Media terlalu gila hari itu ketika Mirae berteriak dalam ruang persalinannya. Dan ketika mereka menemukan bahwa itu merupakan seorang laki-laki, wajah Jeno yang tengah menangis berada di seluruh halaman utama koran hingga ke luar negri. Mereka memanggilnya Baekhyun, dengan marga Park di depannya kau memperoleh harapan untuk menjadi yang terkuat. Well, aku tidak meragukan tentang doa ayahmu itu.."
Baekhyun mengeraskan rahang dengan kedua tangan terkepal hingga jalur nadi pada kulitnya tergambar jelas.
"Kami tidak benar-benar mencarinya, bukan untuk dia yang bahkan mengirimkan roti gandum seharga 20 juta dollar pada kepala wilayah kepolisian Daejeon namun karena dirinya yang tidak pernah benar-benar mengganggu kecuali tentang bisnis itu. Dia membunuh kriminal yang lain, kami memberinya sedikit hadiah untuk hidup bebas. Sampai akhirnya waktu mulai bosan menemukan Jessello yang masih terus bangun untuk kembali menghirup udara pagi, bagian yang paling mudah menghancurkan kehidupan seseorang pun harus ikut terjadi pada jalan cerita dirinya, dan akhirnya kau. Dari jalan yang sama namun pemikiran berkebalikan, Park Jiwan—adiknya, hidup cukup baik dalma kebencian untuk menyusun sebuah rencana pembunuhan bagi siraman uang tak terhingga ke dalam kantung Jeno itu, termasuk pada pemiliknya sendiri. Mereka saling membenci hingga ke sum-sum tulang dan apa yang mengawali segala kehancuran rumah itu merupakan tubuhnya yang dilubangi tanpa pikir dengan peluru oleh keponakannya sendiri,"
Baekhyun membuka kedua manknya saat sebuah suara menghampiri indra pria itu.
"Kita sudah sampai, B. Mission area confirmed, this is the mansion."
Dirinya menarik napas kuat bersama sebuah anggukan, meraih dua buah benda yang menggantung di leher untuk terselip masuk dalam telinga. Tangan masing-masing menyetel kain berbahan kulit ketat pelindung sidik jari sebelum sosok di hadapannya menyodorkan sesuatu. Sebuah kacamata hitam yang telah aktif, gambaran hijau cerah telah nampak di setiap lensa berikut peralatan dalam mobil mulai nampak jelas. Baekhyun membenarkan ikatan pada pinggangnya berisi alat dalam perjalanan misi sementara dirinya mulai memastikan aktivasi earpiece tersebut.
"This is B, nano earpiece checking procedure, respond if you've got the signal"
"This is S, nano earpiece checking procedure, signal has been received, accepted."
Tubuhnya mati, degung dalam kepala telah menjadi-jadi atas apa yang Kris ucapkan sata itu. Merupakan awalan dari denyut di balik perutnya, untuk seluruh tubuh yang tak bisa digerakan karena darah dihentikan oleh ikatan tambang. Baekhyun tahu bahwa semua kalimat itu tidak seharusnya pernah ia dengar ketika kewarasan yang perlahan hilang lebih buruk dari peluru yang datang menancap di daging. Kris bahkan hanya sekali lagi berucap saat itu untuk kemudian melahirkan suatu tujuan dalam kepala Baekhyun.
Tindakan yang membuatnya perlu menjilat kembali penolakan di masa lalu.
"Periksa pistolmu"
"Magazine checked, chamber checked, barrel checked, equipments scanning have been completed." Tangannya mengokang penutup geser pistol sambil memutar tubuh ke sisian samping senjata dan menetapkan mulut peluru ke bawah. Pelindung wajah yang tersambung dengan bagian leher dari mantel hitamnya ditarik naik menutupi bawah manik yang masih begitu bengkak, topi direndahkan hingga benar menyatu dengan kegelapan.
"Putra bungsu dari Park Jiwan, Aharon yang diperintah untuk membuktikan kekuatannya dalam berperang sebelum menerima tahta dari ayahnya dan melangkahi kakaknya sendiri. Park Chanyeol, seseorang yang sepertinya akan benar-benar merenggut seluruh hal milik Park Jeno ketika kau memutuskan untuk hidup dan mati bersamanya. Tidakkah kau mengecewakan ayahmu, Baekhyun? Montepulciano adalah duniamu dahulu, kau akan membiarkan penghancurnya tetap hidup bahkan memiliki keturunan lagi?"
"This is the mission without taking any materials inside. Target Aharon Park aka Park Chanyeol, 36, male with a long scars in his waist. Don't leave any trace, get back to the pick up point after deliver the death confirmation to your operator. Accepted or ignored?"
"Sebenarnya untuk apa semua ini, Kris?" Baekhyun mendecih parau masih tertunduk, ia hanya bersyukur paru-parunya bersedia tetap bangun dan menarik udara sekalipun teramat menyakitkan. "Kau bahkan tidak punya apapun untuk membuatku percaya saat aku begitu muak mendengar suaramu"
"Justru karena aku memilikinya,"
Kerut samar di dahi Baekhyun tidak ditangkap oleh Kris tetapi kalimat di ujung tenggorokan pria dewasa tersebut enggan berhenti. Dialognya diakhiri oleh tarikan pada salah satu sudut bibir.
"Aku akan kembali membuka memorimu, dan kubiarkan kau menentukan akhir dari jalan cerita ini.."
Kepala terdangah, pasang tangan itu mengangkat naik senjatanya sebelum melompat turun dari kendaraan dan melantunkan kalimat penutupnya.
"Accepted, confirmed."
.
.
.
To be continued
2 more Chapter before end, happy waiting! ENJOY!
