Terbaik Untukku
.
.
.
desclaimer: naruto belongs to masashi kisimoto
.
.
.
London, 20 Januari 2012
Bunyi ketukan pintu membuat mataku beranjak dari layar televisi mengarah pada pintu yang terletak beberapa langkah dari sofa. Aku melirik jam dinding, lalu beranjak dari tempat dudukku dan membuka pintu.
Sasuke masuk ke dalam rumah dengan kemejanya yang kusut, wajahnya pun. Aku mendekatinya setelah berkata 'tadaima' yang hanya ditanggapi gumaman kecil tidak jelas. Sasuke duduk di atas sofa dengan kepalanya yang bertumpu pada kepala sofa. Matanya tertutup dengan helaan napas lelah.
"Aku akan siapkan air panas untukmu, ya," ucapku sambil mengelus bahu Sasuke yang tergulai. Lelaki itu kembali menggumam, lantas aku meninggalkannya.
Kuisi bak mandi dengan air hangat, kemudian memanggil Sasuke. Dia datang beberapa menit selanjutnya, aku mengelus permukaan wajahnya lalu membantu Sasuke melepas kancing-kancing kemeja hingga dada telanjangnua berada di bawah telapakku.
Sasuke hendak membuka celana kain yang ia pakai, namun aku segera pergi dari kamar mandi untuk memberi ruang untuknya. Kembali kulihat jam, ternyata sudah cukup malam. Aku tidak terlalu bisa memasak, jadi mungkin secangkir earl grey tea dan potongan kue jahe sisa natal pas untuk melengkapi malam ini.
Sasuke datang dengan mantel mandinya dan memeluk pinggangku dari belakang ketika aku menyelesaikan kegiatanku. "Teh?" tanyaku hampir berbisik ketika Sasuke melepaskan rengkuhannya dan berjalan di depan. Aku meraih dua cangkir teh, mengikuti Sasuke.
"Trims," ujar Sasuke saat kami berdua sudah duduk di sofa dan dirinya mulai menyesap teh yang aku buat.
"Maaf jika malam ini aku tidak memasak, bahan-bahannya habis dan tadi aku pulang telat. Sebagai gantinya, kau mau kue jahe buatan ibu?"
Sasuke menaruh cangkir tehnya kemudian menggeleng. "Aku ingin tidur." Pun aku menaruh cangkirku dan menatap Sasuke yang memang benar-benar terlihat butuh tidur.
"Baiklah," gumamku. Sasuke pun menarik tubuhku untuk mengikutinya ke kamar. Kami berbaring di ranjang yang sama dengan tubuh yang saling berhimpitan.
Wajah Sasuke berada di depan wajahku, mata dengan iris sehitam obsidiannya menatapku layu, sebelah tangannya merengkuh pinggangku posesif, dan napasnya mulai ringan ketika berhembus di mukaku. Sasuke lelah sekali, ya.
Aku mengelus rambut Sasuke dengan halus dan aku dapat merasakan Sasuke begitu nyaman dengan perlakuanku saat ini. Kulihat mata Sasuke mulai memberat dan bibirnya membentuk senyum manis.
"Pasti berat jadi dirimu ya, Sasuke," lirihku, masih dengan jari-jari yang membelai surai hitam kebiruan Sasuke. Lelaki itu membalasnya dengan suara kecil dari tenggorokannya.
"Jangan memaksakan dirimu untuk menjadi yang terbaik demi orang lain jika kenyataannya semua itu hanya beban." Aku menggeser kepalaku hingga berada di bawah dagu Sasuke. "Kau sudah menjadi yang terbaik di hidupku, Sasuke."
Hembusan napas Sasuke yang menjadi jawaban dan aku rasa mataku juga ikut memberat. Namun sebelum rasa kantuk menguasaiku sepenuhnya, Sasuke menjawab, dengan lembut, "Terimakasih, Sakura-ku."
Dan aku tidak bisa menahan senyuman yang kuharap bisa bertahan hingga fajar.
-ooo-
salam kenal semuanya! dan sampai jumpa di karya-karya last november selanjutnya :)
mind to review?