Simple And Clean
.
Disclaimer: Naruto © Kishimoto Masashi
Warning: OOC/AU/typo/tentu jelas/western
Rate: T
Dedicated for Karikazuka
Saat aku bertemu denganmu, aku bisa melihat kecantikan dirimu. Suara yang menghangatkan diriku berharap aku bisa bertemu lagi denganmu.
Part I
Sosok penunggang kuda cokelat berkecepatan tinggi, berlari menelusuri padang tandus dan tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Rambut biru gelap terpancar indah. Rambutnya yang bertebangan membuat pemuda tampan berusia 18 tahun tengah berkuda seperti pangeran berkuda cokelat bukan putih.
Ada sebuah kuda juga berusaha mengejarnya, siap menodongkan pistol ke arahnya. Namun, hal itu tidak terjadi karena ada sebuah kereta panjang muncul. Maksudnya kereta kuda. Kereta kuda yang panjang itu adalah kereta kuda milik keluarga Haruno, seorang bangsawan yang selalu datang ke kota mereka.
Pemuda berusia 18 tahun itu, menghentikan kudanya agar tidak menabrak kereta kuda putih itu. Tentu saja ini termasuk orang di belakangnya, yang berhenti tiba-tiba. Pemuda berambut hitam itu turun dari kuda dan memandang Sasuke yang berusaha merapikan topi koboinya.
"Kenapa berhenti, Sasuke? Kamu bisa menerjang saja kereta kuda itu, tidak perlu berhenti segala," kata pemuda berambut hitam tersebut.
Sasuke turun dari kuda kesayangannya. Ekspresinya kosong dan dingin. Sasuke menghampiri kereta kuda yang berhenti. Sasuke marah kepada kusir kuda tersebut, "Bisakah Anda tidak menghalangi kami jalan? Anda sudah membuat kami kehilangan pencuri itu!"
"Maafkan kami, tuan. Kami tidak sengaja. Kami harus menuju ke kota di mana para sherif butuh bantuan kami dan nona kami," kata kusir menundukkan wajah untuk minta maaf.
"Nona?" Sasuke menatap pintu terbuka. Wajahnya sungguh terkejut karena melihat gadis berambut merah muda turun dari kereta. Sasuke berusaha terlihat dingin, "Apa kamu yang nona itu?"
"Iya," jawab gadis itu, tersenyum lembut. "Apa kami mengganggu Anda, Sherrif?"
"Sangat mengganggu," ujar pemuda berusia 18 tahun. "Kami bisa dimarahi oleh bos kami kalau kami tidak menangkap pelakuknya."
"Jangan berteriak pada nona kami, tuan!"
Gadis itu menahan amarah kusir tersebut. Kusir pun diam dan merunduk hormat. Gadis berambut merah muda panjang itu menatap Sasuke, "Saya akan membantu Anda untuk berbicara dengan bos Anda. Jika Anda berkenan."
"Terserah padamu! Aku paling malas kalau berurusan dengan nona angkuh dan menyebalkan seperti dirimu!" teriak Sasuke... kasar. Sasuke menuju kudanya dan naik. Bersama sahabat yang ada di sampingnya tadi. "Kita pergi."
Sasuke dan pemuda berambut hitam melaju kencang, tidak melirik gadis berambut merah muda nan cantik itu. Keanggunannya menggoda derita laki-laki, siap menghantam jantung yang berdetak. Tidak pula kalau mereka akan bertemu lagi suatu saat nanti.
Dan apa yang akan terjadi, ya?
Gadis berambut merah muda menggeleng. Saat berbalik, gadis itu melihat kakaknya keluar dari kereta dan begitu juga dengan sepupunya yang berambut kuning keemasan seperti matahari, "Kalian kenapa keluar?"
"Justru kami yang bertanya kepadamu, apa yang terjadi dan kenapa pemuda itu marah-marah kepadamu, Sakura?" tanya laki-laki berambut merah semerah darah dan wajah mungil seperti bayi. "Apa dia mencelakaimu?"
"Tidak," Sakura menggeleng. "Dia tidak mungkin mencelakaiku, kak Sasori."
Laki-laki bernama Sasori tersenyum, membelai rambut Sakura. "Jangan lupa bilang pada kami kalau kamu butuh bantuan."
"Baiklah, kakak."
"Siapa nama laki-laki itu?" tanya pemuda bernama Naruto menyipitkan mata, menyilangkan kedua tangan.
"Aku tidak tahu, Naruto. Dia tiba-tiba marah karena kita menghalangi jalannya." Sakura mendengar suara ayahnya untuk melanjutkan perjalanan. "Sepertinya ayah meminta kita melanjutkan perjalanan. Lebih baik kita masuk ke dalam kereta."
"Itu ide bagus."
Sakura, Naruto, dan Sasori kembali masuk ke dalam kereta. Kereta kuda berjalan pergi menuju kota di mana Sakura akan kembali bertemu dengan Sasuke. Namun, lama perjalanan itu harus ditempuh dalam hitungan hari. Dalam hitungan tersebut, Sasuke dan Sakura harus menunggu beberapa minggu untuk bisa bertemu.
Di kota tempat tinggal Sasuke. Sasuke pulang bersimbah keringat, menaruhkan topi koboi ke meja. Dia duduk di kursi bar dan di sana ada adik kandung yang bekerja di sana sekaligus pemilik bar datang membawakan minuman dingin untuknya.
"Apa kak Sasuke baik-baik saja? Sepertinya kak Sasuke terlihat capek daripada biasanya," kata seorang gadis berambut biru sama seperti biru rambut Sasuke. "Apa pelakunya sudah ditangkap?"
Sasuke mengambil gelas bir itu, dan meneguknya. Diletakkan kembali gelas bir besar itu meja bar, "Belum. Ada orang yang menggagalkan rencana itu. Rasanya ingin kubuat kereta kuda itu hancur memakai kekuatanku sendiri."
Gadis bernama Uchiha Hinata ini menatap kakak kandungnya dengan tatapan sedih, "Aku yakin kak Sasuke pasti akan menemukan penculik itu dan tidak harus bekerja terlalu banyak untuk menggantikan kak Itachi dan kak Sai, bukan."
"Aku ingin jadi kuat agar bisa sekuat kak Itachi dan ayah," Sasuke kembali meneguk minuman tersebut, dan menyeka sisa-sisa air di sudut bibirnya. "Kalau aku bertemu dengan kereta kuda itu lagi saat aku sedang bertugas, aku akan menghancurkannya."
"Sabarlah, kak Sasuke. Jangan emosi." Hinata mengusap rambut Sasuke, berusaha menenangkan. "Lebih baik kak Sasuke istirahat. Bukankah besok harus pergi untuk mengajari anak-anak."
"Terima kasih, Hinata," sahut Sasuke tersenyum kepada adiknya.
Sasuke tidak berniat meninggalkan adik satu-satunya di dalam bar ini karena banyak pasang mata pandangan mesum menatap Hinata yang memakai gaun putih dengan pundak yang telanjang. Rambut panjangnya tergerai indah, tentu saja banyak berminat meminangnya, memintanya menjadi kekasih dan istrinya, tapi saudara laki-laki Uchiha tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Pemuda berambut hitam masuk ke dalam bar Uchiha. Dilihat adiknya dan saudaranya sedang berbincang-bincang. Pemuda bernama Sai duduk di samping Sasuke. Pemuda ini adalah orang ketiga yang paling ditakuti di kota ini karena teknik dalam menembak sangat jitu.
"Bolehkah aku memesan minuman yang sama dengan Sasuke, Hinata?" tanya Sai mengacungkan tangan minta pesanan.
"Baik. Pesanan akan diantar sebentar lagi. Tunggu sebentar," Hinata mengambil gelas besar dan diisi bir dingin dengan paduan es batu yang besar. "Ini dia. Silakan meminumnya."
"Terima kasih, adikku tersayang." Sai meneguk minuman tersebut sekali lahap.
Sasuke mendengus melihat kakaknya tengah meneguk minuman dingin. Sasuke sungguh lelah, ingin sekali dia pulang ke rumah dan beristirahat, tapi menjaga Hinata adalah kewajibannya agar tidak ada sesuatu yang terjadi pada adik perempuan satu-satunya ini.
"Kalau lelah, pulang saja. Aku akan menjaga Hinata sampai kak Itachi dan ayah kembali pulang." Sai bisa melihat wajah Sasuke yang tidak percaya. "Tenang saja. Aku tidak akan berniat meninggalkan Hinata."
Saat Sasuke bangkit ada suara hirur pikuk muncul di tengah bar. Sasuke dan Sai melihat musuh bebuyutannya Deidara dan seorang bangsawan sombong Nagato datang. Mereka masuk ke dalam bar. Bar milik keluarga Uchiha.
Hinata sangat takut jika berhubungan dengan Deidara yang terkenal nakal dan ambisius. Tentu sangat mengherankan, kenapa Deidara dan Nagato datang ke tempat ini?
Hinata mengambil nampan dan meminta pesanan kepada tamu yang datang. Dengan rasa takut dan gugup, akhirnya Hinata mendekati mereka. "Mau pesan apa, tuan-tuan?"
"Kalau aku meminta dirimu, apa kamu mau menerimaku?" tanya Nagato dengan rayuan kejamnya siap menaklukan wanita di sekelilingnya memakai kata-kata itu.
Sasuke bangkit dan geram. Sai menahan tangannya untuk tidak bertindak gegabah. Sasuke berdecak kesal dan terus mengumpat tidak karuan. Kalau terjadi lagi kata-kata itu, Sasuke siap menghancurkan orang yang berani mengganggu adik perempuan satu-satunya.
"Maaf, tuan. Pesanan tuan tidak ada di dalam buku menu. Saya ingin Anda membaca kembali buku menu itu," saran Hinata mempertunjukkan buku menu itu, namun tangan Hinata ditarik oleh Nagato. "Kyaaa!"
"Hinata!" teriak Sasuke dan Sai melihat adiknya berada di pelukan Deidara berusaha melepaskan diri dari jeratan laki-laki biadab itu.
"Aduuh... Jangan berontak, sayang. Kalau berontak, aku akan melahapmu sampai habis," Deidara mencium rambut Hinata. Hinata menggeliat ngeri. "Untung Itachi tidak ada di sini."
"Memangnya kenapa kalau aku tidak ada di sini, Deidara?" Tiba-tiba sosok pemuda tegap datang di belakang Deidara. "Lepaskan adikku. Atau kamu mau masuk lagi ke dalam tahanan?"
Deidara geram dan melepaskan Hinata di dalam pelukannya. Hinata berlari mendekati pemuda memiliki nama Itachi, sang anak pertama dari keluarga kepolisian yaitu Uchiha. Deidara bangkit dengan angkuh, tidak merasa takut.
"Ooohh... Inikah sang pahlawan itu yang seenaknya saja membuatku masuk penjara?" desis Deidara... geram.
"Kalau berani kamu datang ke tempat ini, aku tidak akan segan-segan memasukkanmu ke dalam penjara lagi," sahut Itachi menyeringai licik.
"Cih!" decak Deidara kesal. Diliriknya Nagato untuk mengikutinya pulang, Nagato setuju. Sebelum keluar, Deidara berbicara pada Itachi, "Jangan harap kamu bisa lolos, Itachi. Aku siap kapan saja jika kamu berminat menyekapku lagi."
Itachi hanya menggeleng. Bisa terdengar pintu kayu berdesak-desak dan sebuah suara teriakan menggema di luar. Itachi membelai rambut Hinata, "Apa kamu baik-baik saja?"
Hinata mengangguk.
"Lebih baik kita tutup bar ini. Ayah sudah pulang dan ibu sudah ada di rumah menyiapkan makanan untuk kita," Itachi meminta Sasuke dan Sai menutup bar mereka. Sasuke dan Sai mengangguk setuju. Akhirnya Itachi membawa Hinata pulang ke rumah.
Di tempat berbeda, di mana jauhnya tempat itu dari kota milik Sasuke. Kereta kuda singgah di kota asri di mana kota tersebut sangat asri karena selalu terawat rapi berkat keteguhan sang walikota, yaitu Namikaze Minato.
Gadis berambut merah muda tengah memainkan bola bersama adik-adik sepupunya yaitu Namikaze Menma dan Namikaze Naruko. Saudara kembar ini adalah saudara sepupu kesayangan Sakura. Di saat Sakura bosan, pasti Sakura akan bermain bersama saudara sepupu kembarnya itu.
"Lho, ini sudah malam. Kenapa belum istirahat, Sakura?" tanya pemuda berambut kuning keemasan.
"Aku bosan terus istirahat. Aku 'kan sudah istirahat waktu perjalanan ke sini," jawab Sakura tidak menatap Naruto terus melempar bola kecil kepada Menma dan Naruko.
"Lebih baik kamu istirahat karena besok akan pergi ke kota itu. Kota di mana banyak sekali konflik daripada kota asri ini. Kota di mana ayahku tengah bertugas," Naruto duduk di box kayu menyilangkan kedua kakinya.
"Baiklah, sepupuku. Aku akan tidur dan siap-siap menuju kota itu," Sakura menghentikan kegiatan bermainnya. Meminta Menma dan Naruko ikut bersamanya menuju rumah walikota. Sebelum pergi, Sakura menatap Naruto yang sedang memandang bintang. "Apa Menma dan Naruko ikut?"
"Iya." Naruto mengangguk. "Mereka akan ikut sekalian menjemput ibuku di kota sana. Kukira ada calon tunangannmu di kota itu?"
"Aku tidak mau membahas laki-laki angkuh itu," Sakura mendengus kesal. "Aku mau tidur. Selamat malam, Naruto."
"Selamat malam, Sakura. Mimpi yang indah." Naruto melihat Sakura sudah masuk ke dalam rumah walikota. Di halaman walikota memang sangat asri dan nyaman ketimbang kota-kota yang memiliki halaman penuh terawat seperti ini. Naruto menengadahkan kepalanya melihat banyak bintang-bintang bertaburan menghampiri langit. "Sepertinya besok akan menyenangkan."
Naruto bangkit, mengikuti Sakura masuk ke rumah walikota.
Besok adalah hari di mana Sakura akan bertemu lagi dengan Sasuke. Kisah cinta mereka baru akan dimulai. Siap menerjang dan akan ada halangan menimpa mereka yang berbeda status sosial.
To Be Continued...
.o.O.o.
A/N: Ini untuk Karikazuka karena ini adalah fict request miliknya. Hutang sudah terbayar dan siap melancarkan chapter kedua tahun depan dan bulan depan. Rasanya sungguh tidak sabar. Rasanya tinggal sedikit lagi puncak di mana saya akan pergi. Pergi liburan. :3
Yup, silakan menikmati fict ini yang hanya sedikit kalimat karena bukan saatnya Sakura bertemu Ssauke di sini begitu juga sebaliknya. Masih panjang ceritanya. Jadi, doakan saya untuk mencapai akhir luar biasa ini, ya.
Terima kasih dan saya minta maaf jika ada kesalahan kata-kata di atas.
Love and Hug,
Sunny (Blue) February
Date: Makassar, 26/12/2012
Published Date: 25/12/2012
Mind to review?
