Malam semakin gelap. Aktivitas kota semakin surut. Jalanan tampak lenggang, hanya ada satu-dua mobil yang melintas cepat. Banyak toko yang telah mengakhiri aktivitasnya. Mematikan lampu mereka dan mengunci pintu. Kota itu benar-benar akan tidur, bersiap menyambut esok pagi dengan segala rutinitasnya.
Di sebuah trotoar jalan, di bawah lampu jalan berwarna kuning, seorang laki-laki terseok-seok dalam jalannya. Kakinya tampak seringkali saling terlilit. Arah jalannya tak tentu—kadang merapat ke tembok-tembok toko, kadang hampir turun ke jalan raya. Laki-laki itu tampak menggunakan kaus berwarna hitam polos kebesaran, topi hitam, celana jeans, dan sepasang sepatu yang tampak semungil dirinya. Matanya tampak tak fokus—sesekali hampir terpejam—, namun ia terus berjalan. Setidaknya dengan sisa kesadarannya, ia ingin kembali ke tempat penginapannya dan tidur di sana.
"Twinkle twinkle little sta—AHAHAHA."
Laki-laki itu tertawa tiba-tiba. Ia tidak merasa geli, pun tidak ada hal yang lucu. Hanya saja sepertinya beberapa botol alkohol yang ia minum tadi merangsang sekresi hormon endorfinnya lebih banyak. Membuatnya merasa sangat bahagia, seperti baru saja dapat hadiah berlibur ke suatu tempat.
Eh, tapi kan sekarang dia juga tengah berlibur. Melarikan diri lebih tepatnya. Mengingat hal tersebut, mendadak perasaan bahagianya digantikan oleh perasaan marah, sedih, dan kecewa. Ia jadi ingat tujuan sebenarnya pergi berlibur. Untuk lari, untuk bersembunyi.
Untuk bahagia.
Ia jadi berjalan dengan bersungut-sungut. Langkahnya kian cepat hingga menyerupai berlari. Ia benar-benar ingin cepat sampai di hotel lalu tidur. Kemudian akan datang esok hari tanpa ia ingat lagi kesedihan yang baru saja ia rasakan.
Namun dengan keadaan mabuk, apa yang kau harapkan dari tubuhmu? Kakinya melangkah, namun matanya tak begitu awas. Pandangannya yang mengabur membuatnya menabrak seseorang persis setelah berbelok di sebuah persimpangan. Mereka sama-sama terpental dan jatuh terduduk. Lelaki itu makin bersungut-sungut.
"Menyebalkan sekali sih!" teriaknya pada orang yang ia tabrak. Seseorang yang kebetulan lelaki juga itu pun bingung. Dengan wajahnya yang mirip hamster sedang bingung, ia menatap orang di depannya. Wajahnya tidak begitu jelas karena tertutup topi hitam, namun ia bisa tahu orang yang baru saja menabraknya ini sedang mabuk.
"A—maafkan aku," ucap laki-laki berwajah lucu itu. Ia membungkuk sedikit sebelum berusaha berdiri. Kemudian ia membersihkan celananya yang sedikit kotor dan bersiap untuk pergi. Namun langkahnya tertahan karena pria bertopi hitam itu tak kunjung bangkit.
"P—permisi. Kau tak apa?" tanya laki-laki berwajah lucu itu sembari membungkuk, hendak menepuk pelan pundak si lelaki bertopi. Namun belum sampai tangannya menyentuh pundak pria bertopi, ia terkejut karena pria itu mendadak menoleh menatapnya. Sesaat waktu seperti berhenti.
Mata lelaki bertopi itu kecil, namun tak sekecil matanya. Ada sesuatu yang membuat mata itu begitu indah untuk dilihat. Pipinya yang sangat putih dihiasi semburat merah karena mabuk. Dan bibirnya mungil sangat mengundang untuk dikecup.
Eh?
Pria bertopi itu bergumam tak jelas. Suaranya terlalu lemah untuk ditangkap telinga si lelaki berwajah lucu.
"Bisa kau ulangi? Aku tak dengar," ucap lelaki berwajah lucu. Pria bertopi hitam itu tampak sebal.
"Antarkan aku ke hotel, dasar budek!" umpat pria bertopi hitam itu dengan suara tinggi. Lelaki berwajah lucu pun kaget.
"Kenapa kau jadi marah? Kau tadi bergumam, mana bisa kudengar!" balas lelaki berwajah lucu tak kalah sengit. Membuat pria bertopi hitam tertunduk. Ada sebersit perasaan tak enak hati pada lelaki berwajah lucu ketika melihat lawan bicaranya tampak sedih.
"Ma—maaf, aku tak bermaksud—"
Belum selesai ia bicara, pria bertopi hitam itu mengangkat tangannya ke atas. Hampir menonjok wajahnya, namun lelaki berwajah lucu itu berhasil menghindar.
"Antar aku ke hotel, tolong," ucap pria bertopi hitam itu pelan, namun kali ini masih bisa terdengar. Lelaki berwajah lucu itu pun menghela nafas. Pulang terlambat lagi, pikirnya. Ia pun segera menarik tangan pria bertopi hitam itu agar pria tersebut berdiri.
"Di mana hotelmu?" tanya lelaki berwajah lucu dengan nada sopan.
"Antarkan aku ke Pledis Hotel," ucap pria bertopi hitam itu dengan mata terpejam. Lelaki berwajah lucu itu tersentak.
"Kau berlari ke arah yang salah, Tuan! Kau jadi semakin jauh dari tujuanmu. Untung saja kau menabrakku," ucap lelaki berwajah lucu itu.
"Kau bawel sekali! Cepat antarkan aku saja agar aku bisa tidur!" ucap pria bertopi itu kesal. Ia sedang tidak ingin diceramahi. Bukankah itu juga salah satu alasannya berlibur?
Lelaki berwajah lucu itu menyerah. Ia sendiri juga sedang lelah karena baru saja pulang kerja. Ia sedang tak ingin berdebat, apalagi dengan orang mabuk pemarah seperti seseorang di depannya. Ia juga ingin segera pulang dan tidur di apartemennya.
Lelaki berwajah lucu itu menoleh ke kanan dan kiri, barangkali masih ada taxi lewat. Namun nihil, jalanan sudah benar-benar sepi saat ini. Kalau ada taxi, harusnya kendaraan itu akan menjadi kendaraan paling menonjol saat ini. Lelaki berwajah lucu itu menghela nafas.
"Sepertinya aku akan kurang tidur lagi hari ini," ucap lelaki berwajah lucu itu pada dirinya sendiri. Sementara pria bertopi hitam itu sudah hampir terlelap. Ia menumpukan bobot tubuhnya yang tak seberapa itu pada si lelaki berwajah lucu.
Dengan sisa tenaga yang tak seberapa, akhirnya dua orang tersebut sampai di Pledis Hotel. Akhirnya, pikir lelaki berwajah lucu tersebu/spant. Ia mengerahkan sisa-sisa tenaganya untuk menghampiri satpam yang sedang berjaga di pintu hotel sembari kembali menyeret pria bertopi hitam tersebut.
"Permisi," ucap lelaki berwajah lucu itu dengan nafas tersengal-sengal. Satpam itu segera menghampirinya.
"Ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam tersebut.
"Dia... Dia tamu hotel ini. Dia mabuk dan menabrakku. Tolong kembalikan dia ke kamarnya," ucap lelaki berwajah lucu itu.
"Baik, siapa namanya dan dia menginap di kamar nomor berapa, Tuan?" tanya satpam tersebut. Lelaki berwajah lucu itu terdiam dan berfikir sebentar. Ia tidak tahu nama orang yang tengah terlelap ini.
"Maaf, tapi aku tidak tahu. Aku benar-benar baru bertemu dengannya beberapa waktu yang lalu," ucap lelaki berwajah lucu itu. Satpam tersebut menghela nafas.
"Kalau begitu, aku tidak bisa membantumu, Tuan," ucap satpam itu. Membuat lelaki berwajah lucu tersebut frustasi mendengarnya.
"Tolonglah, aku ingin pulang. Bisakah ia ditidurkan di lobi saja dan menanyakan kamarnya ketika ia bangun?" tanya lelaki berwajah lucu tersebut.
"Maaf, tidak bisa. Kecuali kau menyebutkan identitas orang ini, Tuan," ucap satpam tersebut. Lelaki berwajah lucu tersebut tampak putus asa.
Kemudian ia mendapat ide. Dirogohnya saku celana pria bertopi hitam tersebut untuk mencari dompet atau apalah itu yang bisa membantunya mengenali identitas pria tersebut. Ia merogoh saku celana kanan kemudian ke kiri. Bisa ia dengar suara desahan halus dari mulut pria bertopi hitam itu ketika ia berusaha merogoh sakunya. Lelaki berwajah lucu itu berusaha bersikap biasa saja walau sebenarnya ia tak habis pikir. Dasar orang mabuk, pikirnya.
Akhirnya ia menemukan dompet pria bertopi hitam tersebut. Ia membuka dompet tersebut dan mengambil kartu identitasnya. Kemudian ia memberikannya pada satpam hotel.
"Tolong cari tamu dengan identitas ini," ucap lelaki berwajah lucu tersebut. Satpam itu menerima kartu identitas tersebut.
"Baik, silahkan tunggu sebentar di lobi," ucap satpam tersebut. Akhirnya!
Lelaki berwajah lucu itu kembali menyeret pria bertopi hitam tersebut untuk masuk ke dalam lobi. Tak butuh waktu lama baginya untuk dihampiri satpam tadi dan seseorang berseragam yang mungkin adalah petugas hotel.
"Permisi, orang ini benar tamu kami. Dia adalah Tuan Lee Jihoon dari kamar 508. Anda bisa mengantarkannya ke kamarnya. Apakah Anda perlu bantuan lain?" tanya petugas hotel tersebut. Lelaki berwajah lucu itu ingin berteriak, "Tentu saja! Bawa manusia merepotkan ini kembali ke kamarnya!" namun ia menahannya. Ia memilih untuk tersenyum dan menerima kartu identitas pria bertopi hitam tersebut.
"Ah begitu. Terima kasih. Aku akan mengantarkan sendiri ke kamarnya. Lantai lima kan?" ucap lelaki berwajah lucu tersebut.
"Ya, Tuan. Mari Saya antar menuju lift," ucap petugas hotel tersebut. Lelaki berwajah lucu itu pun kembali menyeret pria bertopi hitam tersebut mengikuti langkah petugas hotel. Tak lupa ia berterima kasih pada satpam.
Setelah menaiki lift, akhirnya kedua manusia itu sampai di depan kamar pria bertopi hitam. Sekali lagi, lelaki berwajah lucu tersebut merogoh saku celana pria bertopi hitam untuk mencari kartu kunci kamar hotel. Dan lagi, ia bisa mendengar pria bertopi hitam tersebut mendesah pelan. Ia juga terkikik geli.
"Berhenti menggelitikiku," ucap pria bertopi hitam tersebut. Membuat lelaki berwajah lucu itu ingin melakukannya terus menerus karena menurutnya suara tawa pria bertopi hitam itu sangat imut.
Eh?
Ia segera mengenyahkan pikiran aneh itu dan mengambil kartu kunci kamar hotel. Ia mendekatkannya pada alat sensor di atas gagang pintu. Terdengar bunyi yang menandakan kartu tersebut sukses dipindai. Lelaki berwajah lucu itu pun segera membuka pintu kamar hotel tersebut dan meletakkan kartu kunci pada tempat sensor yang lain. Seketika lampu dan AC kamar tersebut menyala.
Dengan sisa dari sisa-sisa tenaganya, lelaki berwajah lucu itu menutup pintu dan menyeret ptia bertopi hitam ke tempat tidur. Ia juga dengan baiknya melepas sepatu, kaus kaki, dan topi pria yang masih terlelap itu. Kini, ia bisa melihat betapa imutnya pria yang kini terlelap di hadapannya. Wajahnya mampu melemaskan tubuh lelaki berwajah lucu yang kelelahan, membuatnya merasa damai.
"Aku yakin jika ia tidak mabuk pasti sangat imut," ucap lelaki berwajah lucu tersebut. Kemudian ia menguap.
"Sepertinya aku harus pulang," ucap lelaki berwajah lucu itu dengan mata yang semakin mengecil karena mengantuk. Toh apartemennya tidak terlalu jauh dari sini. Ia bisa segera pulang dan tidur di kasurnya yang empuk dan bermimpi indah.
Ya, kalau saja ia bisa melawan kantuknya.
Karena ia sekarang sudah tersungkur di lantai kamar pria bertopi hitam tersebut akibat kelelahan dan sudah tidak ada lagi energi yang tersisa.
Selamat bermimpi indah, lelaki berwajah lucu. Berharaplah besok pagi tidak ada keributan yang terjadi.
.
.
.
Hai, ini cerita pertamaku di FFN huehehe..Selama ini aku cuma pembaca, mau coba jadi penulis (lagi) setelah sekian lamanya hiatus dari dunia tulis menulis. Tolong tinggalkan reviewnya yaa.. Terima kasih :))
