Strawberry Jam
.
Disclaimer : Masashi Kishimoto (Character)
Omaigatou
.
Chapter 1
Kembang Gula Merah Muda
-
Sasuke Uchiha, dokter muda tampan yang akhir-akhir ini sedang tren di dunia maya. Siapa sekarang yang tak mengenalnya? Namanya melejit saat salah seorang artis kenamaan Jepang meng-caption namanya pada salah satu sosial media sebagai ucapan terimakasih atas keberhasilan pengobatan yang ia lakukan di tempat praktek dokter berambut raven itu. Ino Yamanaka, ialah artis yang melejitkan nama anak bungsu pemilik Uchiha Group tersebut. Ino adalah salah satu artis yang memiliki jutaan Followers, tak heran jika artis cantik itu menyebut sebuah nama yang patut diperhitungkan di laman sosial medianya, seseorang itu dapat menjadi trending topic di dunia maya. Istilahnya, viral.
Fugaku Uchiha, selaku pemilik Perusahaan otomotif besar, Uchiha Group, mengklarifikasi puluhan pertanyaan tentang anaknya dan mengucapkan terimakasih kepada artis cantik itu dengan konferensi pers besar yang dihadiri oleh ratusan wartawan dari puluhan stasiun tv. Hal itu juga yang membuat nama Uchiha Sasuke semakin terkenal, apalagi setelah diketahuinya bahwa Uchiha Sasuke adalah adik kandung dari Uchiha Itachi, salah seorang aktor pemain laga di film blockbuster luar negeri, satu dunia heboh. Uchiha Sasuke diagung-agungkan selama satu bulan non stop. Gedung klinik dokter muda yang dulunya sepi, terletak di desa kecil sudut jauh Jepang yang jauh dari keramaian kota, kini membludak dan bahkan mulai direnovasi menambah tempat dilahan tersedia.
Dua bulan kemudian, isu baru kembali muncul di dunia maya, masih tentang dokter muda tampan itu. Menurut penuturan para pasien yang 'mengaku' pernah mengunjungi klinik Sasuke Uchiha, dokter tampan itu ternyata masih lajang, alias single, alias jomblo. Meme lucu muncul, fan SasuHolic dibentuk, artis cikal bakal perintis nama Uchiha Sasuke dilupakan, kalah ratusan ribu Followers dari dokter tampan, pendapatan Uchiha Group naik entah kenapa, mungkin modus sebelum mengenalkan anak pemilik perusahaan yang memberi lebih untuk ditunangkan barangkali? Siapa tau.
Mikoto Uchiha, istri Fugaku Uchiha sekaligus ibu si dokter tampan bahkan mengaku sering geleng geleng kepala saat membaca kicauan para SasuHolic yang lebih memahami anaknya daripada dirinya sendiri. Ia menuturkan hal tersebut dua minggu setelah ledakan status anaknya pada acara talkshow terkenal di Jepang, bersama si dokter tampan. Cek di website berbagi video terbesar, episode itu tembus dua juta penonton dalam satu minggu. Rupanya nama Uchiha Sasuke begitu kuat mengakar kuat dalam hati gadis-gadis meranjak di Jepang.
Sekarang adalah satu minggu dari acara talkshow itu, hari kamis, libur yang diambil si dokter sudah hampir selesai, keluarga Uchiha berkumpul di depan rumah, melepas anaknya bekerja, lagi.
"Kaa-san aku pergi," Dokter muda itu menggantungkan tas ransel abu-abu hitam besar dipundaknya. Didepannya Mikoto Uchiha beserta suami dan anaknya menjawab beberapa patah kata.
"Hati-hati, kau tau, bisa saja ada puluhan SasuHolic yang kau temui di jalan." Ujar Mikoto, tersenyum saat melihat sebelah alis anaknya berkedut kesal.
"Hn." Sasuke bergumam ambigu, berbalik memasuki mobil dinas yang sering diejek ayahnya karena bukan buatan perusahaan mereka. Ia selalu mengelak dengan alasan 'beli sendiri' dan 'terserahku'. Jangan lupakan aniki-nya, Itachi, yang ikut-ikutan mengompori ayahnya untuk mempermainkan Sasuke.
Dokter muda itu melemparkan tasnya ke kursi belakang, menghela nafas kecil, lalu menatap keluarganya dari jendela mobil yang perlahan mulai menutup. Kemudian, mobil itu melaju pelan meninggalkan rumah keluarga Uchiha.
Pukul tiga sore, cuaca sudah tak sepanas tadi siang, mobil Sasuke masih melaju diaspal mulus, tidak macet, perjalanan lancar. Tinggal beberapa kilometer sebelum ia memasuki desa kecil yang jauh dari kota. Pemilik bola mata berwarna hitam kelam itu melambatkan mobilnya saat tiba di apartemen yang ditempatinya. Ada beberapa orang yang membawa barang-barang kelantai atas, gemelotakan. Sasuke menaikkan alisnya, antara heran dan tak peduli, melaju menuju parkir mobil digedung sebelahnya.
Sasuke menapaki lift, lelah, langsung menuju lantai lima. Perjalanan jauh menyita tenaga, ia bahkan tak sadar bahwa koper besarnya masih di bagasi, saat didepan pintu merogoh kantong mencari kunci, ia baru ingat bahwa kopernya masih di mobil. Tangannya terhenti saat mulai menyodorkan kunci ke pintu, mengomel-ngomel dalam hati, sejurus kemudian ia membuka pintu dan masuk.
Saklar lampu dihidupkan, apartemen Sasuke yang semula gelap menjadi terang. Terpampang sofa abu-abu panjang yang diletakkan didepan tv, karpet berbulu abu-abu yang bersih dibawahnya. Sasuke masuk ke kamar saat sudah memastikan bahwa apartemennya tak dimasuki siapapun, melemparkan ransel ke ranjang. Ia beranjak ke depan televisi, duduk, melepas lelah sambil menonton. Satu minggu ini dia disibukkan dengan acara televisi yang tidak berguna -menurutnya. Kliniknya harus tutup seminggu, ia tidak suka dengan hal itu.
Berita ditayangkan, apartemen itu lengang, sepi. Sasuke terlelap dalam posisi duduk.
Sore hari, pukul empat setengah, tidak ada lagi Sasuke yang kucel seperti sebelumnya. Ia sudah memakai celana training hitam longgar yang menyempit dibagian betis, kaos putih panjang. Ia mengunci pintu dan beranjak turun, ia ingin sedikit meregangkan otot dan menikmati sore hari, sekalian mengambil koper yang tertinggal. Berjalan ke lift turun lalu keluar. Ia tinggal di sebuah kota kecil yang mereka sebut Konoha, lebih pantas jika disebut desa yang meranjak. Baru ada beberapa toko-toko besar dan beberapa buah apartemen. Konoha seperti surga kecil yang dilupakan.
Lihatlah, ribuan pohon sakura yang belum mekar tersusun di setiap rumah. Aspal jalan yang belum bagus, trotoar tanah, cuaca sejuk, benar-benar masih asri. Sasuke belum pernah melihat ribuan pohon sakura yang mekar secara bersamaan, ia baru beberapa bulan tinggal disini, menyewa tempat praktek -yang baru-baru ini dibelinya- untuk merintis karir dokternya, jadi ia belum setahun di Konoha. Ini adalah pertengahan musim semi, pohon sakura masih benar-benar daun, musim gugur saatnya puncak sakura mekar, Sasuke tidak akan melewatkannya.
Pemilik website dokter raven itu saat ini sudah berjalan cukup jauh, ia mengangguk saat orang-orang memanggil, ini bukan karena pengaruh 'durian runtuh' yang dialami Sasuke, orang-orang disini memang sudah sejak dulu suka menegurnya. Walau bagaimanapun, Sasuke adalah satu-satunya dokter didaerah itu. Wajar saja.
Berjalan sedikit jauh, Sasuke mengernyit saat sebuah bangunan di pinggir jalan di cat berwarna pink terang. Ia menoleh kiri kanan sebelum menyeberang mendekati toko baru itu. Seorang laki-laki berambut coklat sedang mengecat bagian atas toko dengan cetakan kardus berbentuk kotak dan segitiga yang dipegangnya. Tangannya dilapisi sarung tangan belepotan cat, tanda bahwa sudah sejak tadi siang dia mengecat, Sasuke sepertinya mengenal pemuda berjaket putih gelap itu.
"Inuzuka..." Bagaimana Sasuke bisa lupa, dia adalah Kiba Inuzuka, anak pemilik penakaran anjing liar yang sudah terkenal karena banyaknya anjing yang dipelihara. Mendengar gumaman datar khas dibawahnya, pemuda yang bertato segitiga merah dimasing pipi menoleh.
"Oh! Uchiha-san." Kiba melompat turun dari tangga, lompatannya bagus, menjejak tanah mulus, memamerkan senyum taring yang menjadi asal usul namanya. Beberapa detik kemudian, tangga dibelakangnya roboh kesamping. Kaleng cat jatuh, penyok menggelinding, sisa catnya berkeleceran di tanah.
Kiba menjengit menoleh kebelakang, Sasuke memasang muka datar saat suara berisik tangga jatuh menggebrak tanah. Kiba menunduk entah menggumamkan apa sambil mendirikan tangga lagi.
"Baka." Gumam Sasuke.
"Kiba! Apa yang terjadi!?" Suara feminim gadis terdengar, pintu geser toko itu dibuka keatas, menampakkan kaki jenjang putih, perempuan itu menunduk, keluar.
Satu hal yang mencolok dari gadis itu, merah muda, rambutnya berwarna merah muda, matanya hijau, berkulit putih bersih dengan bibir yang penuh. Sangat mirip dengan robot-robot buatan yang baru-baru ini Sasuke lihat di tv, bibirnya sangat bagus, terlihat penuh bergerak-gerak saat gadis itu memarahi Kiba seperti anak kecil. Pipinya melingkar mulus tanpa lesung pipit, benar-benar seperti boneka robot saat berbicara. Tentu saja Kiba hanya cengengesan sambil menggaruk-garuk kepala. Sasuke terus menatap lamat gadis itu sampai gadis itu menoleh, balas menatap. Sasuke penyuka warna gelap, disuguhi warna terang sebanyak ini terasa aneh.
'Itachi, mataku sakit,'
"Ne... Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Ucap gadis itu, Sasuke masih memasang wajah datar, menggeleng, menatap rambut gadis itu. Gadis itu menatap rambutnya heran.
"Kenapa?"
"Apa kau albino?"
Urat kesal muncul seketika dikening gadis itu, wajahnya tertekuk kesal, mendengus.
"Ap-"
"Maa maa- Sakura-chan, bukankah ibumu menyuruhmu membeli sesuatu?" Kiba menghalangi pandangan Sakura, memotong ucapannya. Sakura mendorong Kiba ke samping dengan satu tangan.
"Siapa ini Kiba!? Darimana kau mendapatkan orang berambut pantat ayam seperti ini!? Dari penangkaranmu!?"
Sasuke memejamkan mata, mukanya masih datar, walaupun hatinya mengumpat habis-habisan, ayahnya mengajarkan bahwa tidak etis bagi seorang Uchiha untuk bersikap blak-blakan. Kiba berusaha menenangkan Sakura dan mendorongnya masuk kembali ke belakang Rolling Door. Saat Sakura sudah masuk dia menghela nafas lega, berbalik.
"Maafkan dia Uchiha-san, kau tau, mood Sakura sering berubah-ubah seperti tadi."
"Hn" Sasuke menatap hasil pekerjaan Kiba sebelumnya. Kiba menaikkan alisnya lalu menoleh ikut menatap apa yang Sasuke lihat.
Disana tertera tulisan berwarna merah, latar belakang merah muda, tulisan itu diliuk-liukan dan ditambah seperti garis untaian-untaian yang keluar dari hurufnya. Rupanya itu yang tadi Kiba kerjakan.
"Haruno's Bakery?"
"Aku hanya membuatnya seperti apa yang diperintahkan Uchiha-san."
"Orang baru?" Tanya Sasuke. Kiba mengangguk.
"Mereka pindah kesini minggu kemarin, langsung menyewa tempat ini dan inilah akhirnya."
Sasuke mengernyit saat Rolling Door itu kembali bergeser. Gadis itu muncul lagi. Membawa sekaleng sedang cat merah. Kiba mengambil catnya, berucap terimakasih, kembali menaiki tangga.
"Apa kau lihat-lihat ayam!?"
Kiba hanya tersenyum dan memberi kode pada Sasuke, mengelus dada, sabar. Sasuke balas menatap gadis cerah didepannya. Menilik bajunya, Sasuke bisa menyimpulkan bahwa dialah pemilik toko merah muda ini. Toko merah muda dengan pemilik merah muda. Jika saja darah Uchiha tidak mengalir padanya, Sasuke bisa saja mengomel tak jelas. Tapi demi keren seperti Aniki-nya, Sasuke rela sakit hati menahan emosi.
"Apa!? Kau ingin remah roti!? Ayam 'kan suka remah roti."
"Tidak." Sakura menaikkan alisnya. Apa pria didepannya setuju jika ia menyamakannya dengan unggas? Baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang masih memasang wajah datar saat dihina.
"Tunggu dulu, aku sepertinya pernah melihatmu disuatu tempat." Sasuke menaikkan alisnya sedikit, menatap Sakura yang memperhatikannya. Hening sejenak, Sakura mengingat-ingat.
"Kau tau, aku tidak peduli. Pergilah dari sini ayam, aku tidak ingin kau mematukku." Sakura menggerak-gerakan tangannya, gestur mengusir.
"Mulutmu perlu diperiksa." Ujar Sasuke berbalik. Gadis merah muda yang ia konklusikan sebagai Haruno -dari nama toko- Sakura -dari panggilan Kiba- itu mengomel-ngomel dengan nada keras mengucapkan puluhan kata ayam. Sasuke terus saja berjalan tanpa mempedulikan Kiba yang menahan Sakura agar tidak menambah masalah dengan anak Uchiha.
Sekarang adalah hari senin, klinik Sasuke kembali buka hingga jumat, akhir pekan tutup. Hari masih pagi, jam pun belum menunjukan pukul sembilan. Sasuke bahkan masih menyusun obat-obatan di lemari kaca. Dia bangun agak kesiangan, sibuk mengurus berkas-berkas. Begitu bangun, melirik jam, pukul tujuh lebih. Jika saja ada orang yang melihat raut wajah bungsu Uchiha tersebut, sudah pasti turunlah pamor Uchiha sebagai pemilik poker face terbaik. Tapi, sekarang ia sudah mengenakan setelan kemeja putih, celana jeans lembut, siap menunggu pasiennya. Itu juga kalau ada.
Sasuke menggeser pintu kaca rak obat saat ia selesai. Tukang-tukang yang membangun lantai dua serta ruko baru yang menyambung disebelah kanan klinik dokter raven sudah datang. Progres pembangunan sudah memasuki tahap akhir. Bata sudah tertumpuk kuat, tinggal dilapisi semen dinding. Sasuke bahkan sudah memesan kacanya. Proyek pembesaran klinik Sasuke yang bahkan sudah besar itu hampir rampung dalam dua bulan. Bukankah itu menakjubkan? Sekali lagi, Uchiha benar-benar menakutkan.
Sasuke membuka lebar-lebar pintu kaca depannya untuk pasien masuk. Meletakkan tanda permintaan maaf atas berisiknya pembangunan di dekat kursi tunggu dan masuk duduk dimejanya. Membuka laptop, mengisi waktu dengan membahas komentar ataupun keluhan netizen di blognya.
Beberapa jam kemudian, pasien datang. Sasuke lekas menemui mereka. Langkah kaki bungsu Uchiha itu terhenti saat ia melihat hal tak terduga. Merah muda.
"Ayam!?"
.
.
.
TBC
Hello. Newbie here. Hehe.
Iseng nih kan lagi ga ada kerjaan sampe perpisahan kelas tiga ntar, bingung mau ngapain, baca-baca cerita di internet ketemu sama fanfiction. Pengen juga kan buat cerita kaya gitu-gitu, ya ini hasilnya.
Saya baru kali ini buat cerita, jadi saya minta maaf jika cerita ini tidak menghibur atau punya banyak kesalahan. Saya juga baru ngenal fanfiction, banyak banget singkatan-singkatannya. Jadi bagi yang udah tau bisa tolong jelasin ke saya yah.
Saya ga tau kalo ini bakal dilanjutin atau engga. Kalo kalian merasa terhibur dan pengen saya lanjutin, saya pasti lanjutin ko.
Salam. Hehe.
