Disclaimer : Vocaloid bukan punya Neko-chan
Rate : T
Genre : Romance
For Event Minor Chara Paradise
Pair:
Abal-abal, udah biyasa, jelek, typo, gaje, fluffy gak kerasa, kesamaan ide cerita, gak ada EYD,crack pair,
Maafkan Neko-chan
Naa~~
HAPPY READING!
.
.
Hujan
Gadis itu terjebak dalam imajinasinya. Dia kesepian. Dia sendirian. Jiawa raganya tetap berada di kealas, tapi pikirannya melayang entah kemana.
Hujan.
Dia duduk di sisi jendela yang terbuka, percikan hujan menyentuh wajah mulusnya, menyisakan titik-titik air disana.
Dia tak mempedulikan guru yang menerangkan pelajaran didepan ruang kelas, tak juga menghiraukan teman sebangkunya yang bahkan tidak tampak peduli dengannya.
Iris birunya fokus pada bangku taman dengan naungan pohon rindang. Indra penciumannya menghirup bau tanah yang terbasahi air hujan, menyebabkan bau khas muncul dan menyeruak memasuki hidungnya. Kelereng matanya menatap kosong bangku taman sekolah, sekaligus hujan yang membasahinya. Rambut panjang pirangnya terhembus angin hujan, membuatnya terbangtak beraturan. Dia bahkan tak bergeming ssedikitpun dari tatap kosong bangku taman.
Hujan membawa kenangan, dan kenangan 2 tahun lalu menghanyutkannya.
Saat itu dia masih ada. Dia yang selalu menghibur sang gadis. Dia yang selalu membuahkan tawa sang gadis. Dia yang selalu mengukir senyum di seutas bibir sang gadis. Kisah klasik yang benar-benar manis.
Hingga akhirnya sang pemuda dengan surai pirang meninggalkannya. Tepat dibawah pohon, dibangku taman. 2 tahun lalu. Dan kenangan itu terulang lagi, bagai roll film yang selalu diputar.
"Maaf aku tak bisamenghiburmu lagi."
"Kenapa?"
"Aku akan pindah ke Amerika dalam waktu dekat, maafkan aku tapi ayahku..."
"Tapi Seewoo..."
"Sst... tidak apa. Aku tak akan melupakanmu Seeu" ucapnya sambil melekatkan telunjuknya di bibirku.
"Kau akan kembali kan? Iya kan?" mata sang gadis buram. Butiran air mata memadati iris biru itu. Hatinya sesak. Tubuhnya basah kuyup bersama pemuda itu. Bahkan ia tak bisa lagi membedakan air apa yang membasahi pipinya, entah air mata atau hujan.
"Iya tapi aku tak tau itu kapan, maafkan aku Seeu" pemuda yang pernah mengisi relung hatinya dulu pergi menampakkan punggungnya, berjalan menembus hujan. Sang gadis tau si pemuda menangis, bersamaan sang pemuda tahu batin sang gadis meraung atas kepergiannya.
Teng berdentang tiga kali.
Pulnag.
Sang gadis bermahkota kuning menyandang tas lalu keluar dari sesaknya kelas dengan mata buram. Ia terus menunduk untuk tidak menunjukkan betapa rapuhnya dia.
Hujan membawa kenangan dan kadang kenangan bisa saja menghanyutkan.
