Kenji (c) Matsuda Ryuchi & Fujiwara Yoshihide
Warning: Monolog. Plotless. After Ending. Hint samar. Kesinambungan antara quote dan cerita hanyalah pada pola pikir.
Paresis
.
by Ratu Obeng (id: 1658345)
.
.
.
"Taruh saja, Bu. Aku masih belum minat makan."
Remaja itu bisa mendengar desah kecewa sang bunda dari balik pintu kamarnya, tapi ia merasa tak bersalah. Lagipula perutnya memang belum terlalu lapar untuk dijejal ratusan kalori.
Masih dalam pose sama, tubuh Kenji rebah di atas kasur dengan sebuah memo pun segunduk alat tulis menemani semenjak sinar mentari mengetuk jendela. Berkali kali tintanya digores dalam lembar catatan, diulang terus hingga dipenuhi gumpalan kata.
Bukan menulis diary, hanya semacam metode pengingat.
"Kupu-kupu,"
Terlalu banyak hal yang hilang semenjak perjalanannya dari Cina berakhir dan dia bisa pulang ke rumah dengan selamat. Kontras dengan rekan-rekan yang semakin bertambah, sesuatu dalam dirinya perlahan surut. Mungkin persis cap telapak tangan di bagian rusuk yang sempat hampir merenggut nyawanya kala itu, kini lenyap tanpa jejak.
"Hitam,"
Alih-alih menulis petualangannya selama setahun penuh, jari-jari itu malah menulis hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan dirinya. Terutama karena dia masih ingin mengingat bermacam hal dari rival utama yang telah dibunuhnya tahun silam. Terlalu jauh, mungkin saja hitungannya bulan. Tidak, bisa saja minggu.
"Bandul bintang Jatuh,"
Padahal Yang Kuasa tidak pernah menciptakan recycle bin dalam otak manusia, tapi kenapa Kenji merasa sudah banyak melupakan banyak hal; terutama tentang Tony Tan?
Memorinya bahkan masih bisa mengingat tempat awal mereka jumpa. Ya, jelas sekali malam itu di taman Yamanoshita. Juga pertemuan kedua, ketiga,
—terakhir...
"Hidup."
Ah, dadanya sesak lagi.
Sejurus dengan gerak tangannya yang membeku sejenak. ujung penanya terus menggali, kalimat apa yang sempat dilontarkan Tony sesaat sebelum mereka berdua terjatuh ke jurang dari pucuk tebing curam.
Dibuka sekali lagi hasil karyanya dari halaman perdana. Coret-coret itu tidak mengikuti garis bantu, lebih bebas seakan mendesak dan terburu-buru. Tidak juga terlalu banyak kalimat, sebagian besar hanya berupa satu-dua morfem yang terkumpul secara acak.
"Bertahun-tahun kau hanya memikirkanku, hanya ingin membunuhku."
"Menyedihkan. Itukah sikap seorang pendekar, Tony?"
"Aku tidak bisa mengampunimu..."
Maka, otaknya kembali memutar momen menyakitkan itu lagi tanpa belas kasihan. Dadanya perih—figuratif maupun literal. Karena tanda mata yang berupa bekas luka itulah yang berhasil membangkitkan sepercik terang di gerigi ingatan.
Air mukanya tidak kontras, namun hatinya melonjak kegirangan.
"...sekarang aku ingat,"
Kenji tidak ingin kehilangan lebih lanjut. Tangannya segera menulis kata-kata yang selama ini dilupakannya. Klausa wasiat dari rivalnya yang utama.
"Aku tidak akan lupa lagi, Tony, kalimat sombong yang selalu kau tujukan padaku hingga akhir." ujung penanya berhenti, "Tapi kau salah..."
Di saat yang sama, tenaganya bagai menguap. Rasa lega karena berhasil mendapatkan apa yang dicari dalam sendi kenangannya membuat pelupuknya seketika berat.
"Bela diri bukan dimiliki seorang pendekar untuk bertarung. Justru sebaliknya,"
.
.
Saat sang ibu mengetuk pintu kamarnya lagi, Kenji sudah terpejam total dengan senyum menghias wajahnya.
END
.
.
.
A/N:
Kata2 wasiatnya ada di summary, silahkan dibaca ulang hakhakhakhak.
Diproses untuk meramaikan event Shirei Shou dalam challenge; "Kalimat Memotivasi", sekalian buang stress di tengah hiatus.
Btw, yang tau fandom ini PLIS jebe-jebe (?). Author sangat butuh nostalgila dosis tinggi #puppyeyes
R&R Maybe? C:
